Bab Ii Tinjauan Pustaka: Ommittee On Detecion, Evaluation and TR Plessure VI /JIV

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan

diastolik yang tidak normal. (Sjaifoellah Noer, 1999).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90

mmHg dapat di klasifikasikan sesuai derajat keparahannya, m empunyai rentang dari

tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Ke adaan ini dikategorikan

sebagai primer atau esensial (hampir 90% dari semua kasus ) atau sekunder, terjadi

sebagai akibat d ari kondisi patologi yang dapat dikenali, seri ng kali dapat diperbaiki.

(Joint National C ommittee On Detecion, Evaluation and Tr eatment Of High Blood

Plessure VI /JIVC VI, 2001).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekana n darah lebih dari 140/90

mmHg atau lebih untuk usia 13 – 50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg

untuk usia di atas 50 tahun. Dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal

sebanyak dua kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut. (WHO, 2001).

Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

darahnya diatas 140/90 mmHg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan

sistoliknya 160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg. (Brunner dan Suddarth,

2002).
Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitanya dengan tekanan sistolik dan

diastolik atau keduanya secara terus menerus. Tekanan sistolik berkaitan dengan

tingginya tekanan pada ateri bila jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolik

berkaitan dengan tekanan ateri pada saat jantung relaksasi diantara dua denyut jantung.

Dari hasil pengukuran tekanan sistolik memiliki nilai yang lebih besar dari tekanan

diastolik. (Elizabeth Corwin, 2005).

Hipertensi adalah suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal

tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung,

serangan jantung, dan kerusakan ginjal. (Faqih, 2006).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan

tekanan darah di astolik lebih atau sama dengan 90 mmHg atau mengkonsumsi obat anti

hipertensi. (Guyton, 2007).

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang

akan berlanjut untuk suatu organ target seperti stroke pada otak,penyakit jantung koroner

pada pembuluh darah jantung dan ventrikel kiri hipertensi pada o tot jantung. (Guyton and

Hall, 2007).

Dari difinisi-difinisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah

suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik lebih dari nilai

batas normal (130/85mmHg) dimana sudah dilakukan pengukuran tekanan darah minimal

dua kali untuk memastikan keadaan tersebut dan dapat meningkatnya resiko terhadap

penyakit stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.

2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut Mansjoer dkk (1999) hipertensi digolongkan menjadi tiga

yaitu:

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Yaitu hipertensi yang tidak di ketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi

idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti

genetik, lingkungan, system renin angiotensin, defek dalam eksereasi Na,

hiperaktivitas system saraf simpatis, peningkatan Na dan Ca intra seluler. Juga

faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti: obesitas, alkohol, dan merokok.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal

Terdapat sekitar 5% kasus, penyebab spesifikny a diketahui penggunaan

estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiper al dosteronime primer, dan

sindrom cusing, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

c. Hipertensi maligna

Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak

diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3 – 6 bu lan. Hipertensi ini jarang

terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.

Batasan hipertensi bagi orang dewasa berdasarkan tekanan sistolik dan diastolik

menurut Joint National Committee On Detecion, Evaluation and Treatment Of High

Blood Plessure VI / JNC VI, (2001) seperti pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1:
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik Diastolik

Normal
Di bawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg

Normal tinggi
130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg

Stadium 1
140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
(Hipertensi bera t)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 mmHg a tau lebih
(Hipertensi Mal igna)
Sumber: Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler Edisi I. (Heni Rokheni, 2001).

3. Gejala Klinis Hipertensi

Sekitar 50% penderita hipertensi tidak menyadari bah wa tekanan darah mereka

meninggi. Selain itu adanya gejala pada orang tersebut juga di karenakan sikap acuh tah

acuh penderita. Gejala baru timbul sesudah terjadi komplikasi pada sasaran organ seperti

ginjal, mata, sakit kepala, gangguan fungsi ginjal, gangguan pengelihatan, gangguan

serebral atau gejala akibat peredaran pembuluh darah otak berupa kelumpuhan, gangguan

kesadaran bahkan sampai koma. (Ganong, 1995).

Sedangkan menurut Sylvia Anderson (2005) gejala hipertensi sebagai berikut:

a. Sakit kepala bagian belakang dan kaku kuduk.

b. Sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing.

c. Dada berdebar-debar.
d. Lemas, sesak nafas, berkeringat, dan pusing.

Selain itu, stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara

waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasaanya akan kembali normal.

Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan

adanya bahan-bahan hasil penguraian hormone epinefrin dan norepinefrin. Biasaanya

hormone tersebut juga menyebabkan gejala sakit kepala, kecemasan, palpitasi (jantung

berdebar-debar), keringat yang berlebihan, tremor (gemetar) dan pucat. Pemeriksaan

untuk menentukan penyebab dari hipertensi terutama dilakukan pada penderita usia

muda. Pemeriksaan ini bisa berupa roentgen dan radioisotope gi njal, roentgen dada serta

pemeriksaan darah dan air kemih untuk hormone tertentu.

a. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1) Penyakit ginjal

2) Stenosis arteri renalis

3) Pielonefritis

4) Glomerulonefritis

5) Tumor-tumor ginjal

6) Penyakit ginjal polikista (biasaanya diturunkan)

7) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

8) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

b. Kelainan hormonal

1) Hiperaldosteronisme

2) Sindroma cushing

3) Feokromositoma
c. Obat-obatan

1) Pil KB

2) Kortikosteroid

3) Siklosporin

4) Eritropoietin

5) Kokain

6) Penyalahgunaan alkohol

d. Penyebab Lainnya

1) Koartasio Aorta

2) Preeklamsi pada kehamilan

3) Keracunan Timbal Akut

4. Patofisiologi Hipertensi

Pada kondisi asupan garam yang berlebihan tubuh tida k dapat menahan terlalu

banyak air sehi ngga volume cairan darah akan meningkat ta npa disertai penambahan

ruang pada pembuluh darah, selain itu berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan

dapat mempengaruhi respon pembuluh darah. Pada saat cemas, system saraf sempatis

merangsang pembuluh darah, sebagai rangsangan emosi. Medulla adrenal (kelenjar

penghasil hormon yang terdapat diatas ginjal) mengeluarkan epinefrin (adrenalin) yang

menyebabkan vasokontraksi (penyempitan) pembuluh darah. Vasokontraksi

menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang sehingga merangsang pelepasan renin oleh

ginjal.
Mekanisme terjadinya hipertensi diawali dengan terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh Angiotensin Converting Enzyme (ACE). ACE memegang peran

fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotinogen yang

diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah

menjadi angiotensin I, oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah

menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam

menaikan tekanan darah. Angiotensin II adalah zat yang terjadi secara alami yang

menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah melalui vasokontraksi pembuluh darah

dan retensi (pen yimpangan) garam dan air. Mekanisme kerja d ari angiotensin II adalah

sebagai berikut: a ksi pertema adalah meningkatkan sekresi hor mon antidiuretik (ADH)

dan rasa haus. A DH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari ) dan bekerja pada ginjal

untuk mengatur o smolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit

urin yang diekr esikan ke luar tubuh, sehingga menjadi tinggi osmolalitasnya (pekat).

Untuk mengenc erkanya, volume cairan ekstraseluler akan di tingkatkan dengan cara

menarik cairan d ari bagian intraseluler. Akibatnya, volume dar ah meningkat, yang pada

akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari kortek adrenal.

Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting dalam ginjal.

Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksekresi NaCl

dengan cara mereabsosinya dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi NaCl akan diencerkan

kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada giliranya akan

meningkatkan volume dan tekanan darah. (Sylvia Anderson, 2005)


5. Patoflow Hipertensi

Faktor yang berpengaruh terhadap tingginya tekanan darah atau hipertensi

menurut Brunner dan Suddarth di dalam buku keperawatan medikal bedah edisi 8 volume

2 tahun 2002 menjelaskan seperti skema 2.1 dibawah ini:

Skema 2.1:
Patoflow Hipertensi menurut Brunner dan Suddarth

Asupan Na Faktor
meningkat Stres
genetik
Faktor Faktor
genetik Obesitas
endotel
Retensi Na Luas infiltrasi Aktivitas simpatis
ginjal menurun meningkat
Perubahan Hiper insuli
membran sel nemia
Volume cairan Konstriksi
meningkat vena Renin angiotensi
meningkat

Kontraktilitasi Konstriksi
Preload meningkat fungsional Hipertrofi
struktur

HIPERTENSI Curah jantung Tahanan ferifer


meningkat meningkat

Autoregulasi

Meningkatkan beban akhir jantung Arteriosklerosis Perubahan nutrisi, lebih


dari kebutuhan tubuh

Suplai O2 berkurang
Gagal jantung

Intoleransi aktivitas

Peningkatan tekanan vascular serebral

Resti stroke Nyeri, sakit kepala


6. Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua yaitu: hipertensi esensial

atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi

sekunder atau hipertensi renal. (Sidabutar dan Wiguno, 1999).

Hipertensi esensial meliputi 90% dari seluruh penderita hipertensi, dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia, jenis kelamin, kelebihan berat badan,

aktivitas fisik, as upan garam, faktor emosional, dan faktor ketur unan. (Guyton and Hull,

2007).

Faktor-faktor penyebab hipertensi sebagai berikut:

a. Usia

Tekanan darah cenderung rendah pada usia remaja dan mulai meningkat pada

masa dewasa awal. Kemudian meningkat lebih nyata selama masa pertumbuhan dan

pematangan f isik di usia dewasa akhir sampai usia tua dikarenakan system sirkulasi

darah akan terganggu, karena pembuluh darah sering m engalami penyumbatan

dinding pembuluh darah menjadi keras dan tebal serta berkurangnya elastisitasnya

pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. (Guyton,

2007)

Dengan bertembahnya usia system sirkulasi darah akan terganggu, karena

pembuluh darah sering mengalami penyumbatan dinding pembuluh darah menjadi

keras dan tebal serta berkurangnya elastisitasnya pembuluh darah sehingga

menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Hasil penelitian Mardin (2003) seorang

dengan usia lebih dari 60 tahun memiliki resiko hipertensi sebesar 7,78 kali bila
dibandingkan dengan usia 25 – 39 tahun, kemudian usia 55 – 59 tahun memiliki

resiko hipertensi sebesar 6 kali bila dibandingkan dengan dengan usia 25 – 39 tahun,

sedangkan usia 40 – 45 tahun memiliki resiko hipertensi sebesar 3,36 kali

dibandingkan dengan usia 25 – 39 tahun.

b. Jenis Kelamin

Kejadian hipertensi biasaanya lebih banyak pada laki-laki dari pada wanita,

dikarenakan laki-laki memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan

darah. (Karyadi, 2002). Wanita dewasa mempunyai prevalensi hipertensi yang lebih

tinggi dari p ada laki-laki hal ini umumnya disebabkan karen a perempuan mengalami

kehamilan dan menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Pernyataan ini di dukung

oleh peneliti an Darmodjo dan tim MONICA (Monitoring Trenndsand Determinants

of Cardirascular Disease) 1999.

Di Jakarta mendapatkan prevalensi hipertensi pada laki-laki 13,6% dan wanita

16,0%. Selain itu prevalensi hipertensi lebih tinggi pada w anita dibandingkan laki-

laki, namun t ekanan darah rata-rata pada kedua jenis kela min tidak berbeda secara

bermakna.

c. Obesitas

Obesitas merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukan adanya

penumpukan lemak yang melebihi batas normal, tetapi orang yang berat badannya

melebihi batas normal belum tentu tergolong obesitas, karena besar kecilnya

perawakan atau postur tubuh juga berpengaruh. (Almatsir, 2002).


Obesitas akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematangan dari penyakit

berikut ini: penyakit jantung, hipertensi, stroke, ginjal, batu empedu dan sirosis hati.

(Andry Hartono, 2006).

Bila berat badan meningkat diatas berat badan normal, maka resiko hipertensi

akan meningkat pula. Penurunan berat badan dan pengaturan berat badan yang efektif

untuk hipertensi. Bila berat badan turun, maka volume darah total juga berkurang,

hormon-hormon yang berkaitan dengan tekanan darah berubah dan tekanan darah

menurutn. (Jnight, 2003).

d. Asupan Garam Berlebih

Asupan garam dalam hal ini natrium yang mening kat, menyebabkan tubuh

meretensi cairan yang meningkatkan volume darah, sehingg a harus memompa keras

karena ruang semakin sempit akibat terjadi hipertensi. (Andr y Hartono, 2006). Selain

konsumsi ga ram atau unsur Na yang berlebih, meningkat nya tekanan darah dapat

disebabkan oleh rendahnya konsumsi kalsium, magnesium, dan kalium. (Depkes RI,

2001).

Pada s ekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) t erjadi penurunan tekanan

darah dengan mengurangi asupan garam. Mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang

tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sebanyak 7 – 8 gram

menyebabkan tekanan darah mengalami peningkatan.

Menurut para ahli WHO Expert Committe on Prevention of Cardiovasculer

Disease, sebaiknya mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram per hari yang setara

dengan 110 mmol natrium per 2400 miligram per hari. (Karyadi, 2002).

e. Keturunan
Faktor keturunan dari orang tua penting dalam menentukan apakah anak akan

menderita hipertensi atau tidak. Semakin dekat hubungan darah atau keturunan

seseorang dengan orang yang menghidap hipertensi, semakin besar kemungkinannya

orang tersebut terkena hipertensi. Jika salah satu dari orang tua menderita hipertensi

atau pernah menderita stroke sebelum usia 70 tahun, maka resiko terkena hipertensi

adalah 1 : 3. (Karyadi, 2002).

f. Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu, dan apabila

stres sudah hilang maka tekanan darah akan kembali normal. Pristiwa mendadak yang

menyebabkanstres dapat meningkatkan tekanan darah sese orang, namun akibat dari

stres yang berkelanjutan dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan.

(Karyadi, 2002).

Menurut Mardin (2003) seseorang dengan stres memiliki resiko tekanan

hipertensi sebesar 1,6 kali dibandingkan dengan orang yang tidak stres.

g. Konsumsi Alkohol

Peningkatan kadar kolestrol dan peningkatan volu me sel darah merah serta

kekentalan darah berperan dalam meningkatkan tekanan darah. Efek terhadap tekanan

darah baru akan nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3 gelas per hari

dengan ukuran setandar.

h. Gaya Hidup

Dalam mengatur gaya hidup sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk

menghindari atau mengatur gaya hidup yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit

hipertensi seperti mengatur pola makan yang sehat, aktivitas fisik yang cukup,
menghindari stres yang berlebih, istirahat yang cukup, makan secara teratur,

menghentikan atau mengurangi kebiasaan merokok, menghentikan atau mengurangi

kebiasaan minum minuman beralkohol.

7. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi jika diabaikan tanpa perawatan yang tepat dapat menimbulkan

komplikasi yang berbahaya. Penderita hipertensi sering tidak menyadari selama bertahun-

tahun samapai terjadi komplikasi besar seperti stroke, infak miokardium, gagal ginjal,

dan ensefalopati.

a. Stroke

Stroke dapat terjadi perdarahan di otak, atau akiban embolus yang terlepas

dari pembul uh darah non-otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke depat terjadi

pada hipert ensi kronik apabila ateri-ateri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi d an penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang

dipendarahi nya berkurang. Ateri-ateri otak yang mengalami arterosklerosis dapat

melemah d an kehilangan elastisitas sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya anuerisma.

b. Infak Miokardium

Infak miokardium dapat terjadi apabila ateri koroner yang aterosklerotik tidak

dapat menyuplai darah yang cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

thrombus yang menghambat aliran darah melalui ateri koroner. Karena hipertensi

koronik dan hipertrifi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak

dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung dan peningkatan

pembentukan pembekuan darah.

c. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan yang

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, yaitu glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus,

darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat

berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus,

protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang

menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi k ronik.

d. Ensefalopati

Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang

meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelaina n ini dapat menyebabkan

peningkatantekanan kapiler dan mendorong cairan kedal am ruang interstitium di

seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma

serta kematian.

8. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Pemeriksaan labrotorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan

menentukan adanya kerusakan organ resiko lain atau mencari penyebab hipertensi

sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti kreatinin, protein urin 24 jam,

asam urat, kolesterol/LDL, TSH, EKG dan CT-Scan, foto rontgen, dan glukosa.
9. Penatalaksanaan Hipertensi

Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk

mencegah terjadinya komplikasi.

Langkah awal biasanya adalah merubah gaya hidup penderita:

a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk

menurutnkan berat badannya sampai batas ideal.

b. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol

darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium

atau 6 gra m natrium klorida setiap harinya (disertai d engan asupan kalsium,

magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkoh ol.

c. Olah raga t eratur yang tidak terlalu berat. Penderita hipert ensi esensial tidak perlu

membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.

d. Berhenti m erokok karena merokok dapat merusak jantung dan sirkulasi darah dan

meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

e. Pemberian obat-obatan:

1) Diuretik thiazide biasaanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk

mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang

akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurutnkan tekanan

darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik

menyebabkan hilangnya kalium melalui air, sehingga harus diberikan tambahan

kalium atau obat penahan kalium.

2) Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-

blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang mengambat efek


system saraf simpatis. System saraf simpatis adalah system saraf yang dengan

segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan

tekanan darah.

3) Angiotensin Conferting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor) menyebabkan

penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.

4) Angiotensin II Blocker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu

mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.

5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme

yang benar-benar berbeda.

6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pem buluh darah. Obat dari

golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tamb ahan terhadap obat anti

hipertensi lainnya.

7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang

menurutnkan tekanan darah tinggi dengan segara . Beberapa obat bisa

menurutnkan tekanan darah dengan cepat dan sebagia n besar diberikan secara

intravena:

a) Diazoxide

b) Nitroprusside

c) Nitroglycerin

d) Labetalol

Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan

bisa diberikan per-oral, tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga

pemberiannya harus diawasi secara ketat.


B. Gaya Hidup

1. Pengertian Gaya Hidup

Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat

dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status

sosialnya. Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam

bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu.

(http://www.jakartaconsulting.com/art-01).

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hidup manusia

tampak lebih m udah dengan digunakannya berbagai macam alat-alat baru. Seseorang

tidak perlu lagi m engeluarkan tenaga untuk pergi ke suatu tem pat karena sudah tersedia

berbagai macam kendaraan bermotor. Seseorang tidak perlu la gi bingung menghubungi

keluarganya yan g letaknya jauh terpisahkan oleh lautan luas . Hanya dengan sebuah

telepon yang da pat digenggam kemana-mana, saat itu juga ora ng tersebut bisa langsung

terhubung dengan keluarganya.

(http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2002/082/kes1.html).

Peningkatan kemakmuran, ternyata diikuti oleh perubahan gaya hidup terutama

terjadi di kota-kota besar. Gaya hidup merupakan kebiasaan atau pola prilaku seseorang

atau masyarakat sesuai dengan norma-norma tertentu. Perilaku mempunyai peran yang

sangat besar dalam mempengaruhi tingkat kesehatan manusia, baik secara langsung,

maupun tidak langsung. Moderenisasi juga menyebabkan lapisan masyarakat tertentu

memperburuk gaya hidup.


Pola-pola prilaku akan selalu berbeda dalam situasi atau lingkunagan sosial yang

berbeda, dan senangtiasa berubah, tidak ada yang menetap. Gaya hidup individu akan

memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain.

Dalam “kesehatan” gaya hidup seseorang dapat dirubah dengan cara memberdayakan

individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu saja,

tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang mempengaruhi pola

prilakunya. Dan tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup yang berlaku untuk

semua orang, budaya, pendapatan, struktur keluarga, umur dan kemampuan fisik,

lingkungan ru mah dan lingkungan tempat kerja yang berbed a, menciptakan berbagai

“gaya” yang berbeda pula. (Ari, W. dalam promosi kesehatan.c om, 2007).

DeklarasiLientiane tentang gaya hidup sehat ASEAN (2007) mengartikan gaya

hidup sebagaipraktek prilaku dan pratek sosial yang me ndukung kesehatan dan

merupakan cer minan dari nilai-nilai dan jati diri kelompok dan masyarakat dimana

penduduk hidup dan menghasilkan sebagian hidupnya untu k memenuhi kehidupan

ekonomi, sosial, dan lingkungan fisik.

Sedangkan menurut Belloc dan Breslow pada human population laboratory of

Public Health, tahun 1972, yang termasuk kedalam tujuh kebiasaan sehat adalah sebagai

berikut:

a. Tidak merokok

b. Tidak minum-minuman keras/ obatan-obatan

c. Olahraga

d. Berat badan seimbang

e. Makan 3 kali sehari tanpa jajan


f. Sarapan setiap pagi

g. Tidur 7 – 8 jam perhari

(http://artikel-kesehatan-online.blogspot.com/2008/05/gaya-hidup-cegah

hipertensi.html).

2. Komponen Gaya Hidup

Gaya hidup adalah suatu prilaku hidup seseorang baik yang bersifat positif

maupun yang bersifat negatif. Disini gaya hidup tersebut dapat dibagi-bagi lagi menjadi

beberapa komp onen diantaranya: pola makan, aktivitas fisik, olahraga, stres, istirahat,

makan tidak te ratur, kebiasaan merokok, kebiasaan minum m inuman beralkohol, dan

penyalahgunaannarkoba.

Dibawah ini akan disebutkan beberapa hal tentang perubahan gaya hidup

masyarakat yang digolongkan tidak sehat atau kurang baik bagi kesehatan dengan kata

lain mengancam kesehatan bahkan nyawa manusia, yaitu:

a. Makanan Cepat Saji atau Junk Food

Fenomena baru dengan membudidayanya makanan cepat saji atau junk food

menimbulkan masalah tersendiri. Seakan-akan menjadi trend, sudah banyak kita

jumpai menjamurnya tempat-tempat makanan ini yang banyak disukai berbagai

kalangan mulai anak-anak sampai dewasa.

Kebanyakan junk food mengandung kadar lemak jenuh dan kolesterol tinggi.

Hal ini banyak menimbulkan masalah obesitas atau kegemukan yang dapat

meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung
koroner atau stroke yang merupakan penyebab kematian dan kecacatan cukup besar

di dunia.

b. Kurang Aktivitas Fisik.

Masyarakat yang bekerja di dalam kantor biasaanya lebih banyak bekerja di

belakang meja atau komputer sehingga dalam satu hari sangat minim dalam aktivitas

fisik. Kalori yang didapatkan dari makanan yang dimakan akan lebih banyak

ditimbun karena kurangnya aktivitas fisik dan dapat menimbulkan masalah obesitas.

Rasa tidak nyaman di bagian punggung biasaanya banyak dikeluhkan oleh

mereka yang lebih banyak duduk. Pada keadaan yang lebi h parah terkadang timbul

rasa nyeri yang tidak tertahankan akibat kekakuan otot dan terjepitnya saraf di tulang

belakang.

c. Kurang Olahraga.

Yang dimaksud dengan olahraga disini adalah m eluangkan waktu untuk

melakukan a ktivitas fisik secara intensif dan teratur. B anyak orang melupakan

kegiatan ya ng satu ini dengan berbagai alasan misalnya tidak punya waktu atau

hanya karena malas. Olahraga teratur minimal 3 (tiga ) kali seminggu sangat

dianjurkan dengan durasi minimal 30 menit sampai 1 jam per harinya. Jenis olahraga

tentunya disesuaikan dengan kemampuan seseorang dan minatnya. Jalan kaki di pagi

hari adalah yang paling mudah dan murah serta lebih minimal resikonya.

Dengan olahraga teratur akan memperbaiki kerja jantung serta

memaksimalkan kualitas pembuluh darah. Begitu juga dengan fungsi paru-paru

sebagai sistem pernafasan akan menjadi lebih baik. Berbagai penelitian telah

membuktikan orang yang melakukan olahraga teratur lebih kecil resikonya terkena
penyakit infeksi karena dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Resiko obesitas

akan turun sehingga mencegah penyakit jantung koroner atau penyakit akibat

kegemukan lainnya.

d. Stres.

Stres berlebihan, kurang bisa menikmati pekerjaan, tidak bisa menikmati atau

mensyukuri hidup atau tidak bisa menerima kenyataan dapat menimbulkan tekanan

psikis seseorang. Stres dapat meningkatkan hormon stres yang dapat mengganggu

irama tubuh seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, gangguan metabolisme

tubuh serta menurutnkan kekebalan tubuh. Seseorang de ngan stres dapat mudah

terkena penyakit infeksi, jantung, gangguan tidur maupun gangguan nafsu makan.

e. Kurang Istirahat.

Semua orang butuh tidur untuk keseimbangan tubuhn ya. Otot-otot tubuh perlu

untuk relak sasi. Selama tidur berbagai proses metabolis me tubuh terjadi untuk

menyeimba ngkan kehidupan dan fungsional sel. Orang yang susah tidur lebih rentan

terkena stres atau sebaliknya orang yang sedang mengala mi stres psikologis akan

sering mengalami gangguan tidur.

f. Makan Tidak Teratur.

Stres dan kesibukan adalah beberapa penyebab dari seseorang mempunyai

kebiasaan makan tidak teratur. Telah sering disinggung bahwa makanan sangat

penting sebagai sumber energi, pertumbuhan, pembangun, kekebalan tubuh,

kecerdasan anak maupun proses berpikir. Makan tidak teratur dapat menyebabkan

menurutnnya produktivitas kerja, gangguan konsentrasi, mudah mengantuk,


terganggunya pertumbuhan pada anak sampai pada gangguan pada saluran cerna

seperti lambung.

g. Kebiasaan Merokok.

Sudah bertahun-tahun lamanya sering dikampanyekan tentang bahaya rokok

ke hampir semua kalangan melalui berbagai media. Akan tetapi rokok tetap menjadi

barang yang banyak dibutuhkan. Jumlah pabrik rokok pun terus bertambah karena

memang rokok masih tetap laku dipasaran. Himbauan yang dicantumkan di setiap

bungkus bahwa rokok dapat menyebabkan kanker, impote nsi, gangguan kehamilan

dan janin seakan-akan tidak dipedulikan masyarakat perokok.

Ratusan bahkan ribuan zat racun telah diketahui terkandung dalam asap

rokok. Roko k merupakan penyebab utama dari kanker paru dan meningkatkan resiko

terkena pen yakit jantung. Janin yang ada dalam kandungan dapat terkena imbas jika

ibunya merokok atau hanya terkena asap rokok (perokok pa sif).

Perok ok pasif atau orang yang tidak merokok teta pi berada di dekat orang

yang merokok pun terkena dampak negatif dari asap roko k yang lebih bahaya dari

perokok itu sendiri.

h. Kebiasaan Minum Minuman Beralkohol.

Minuman beralkohol secara psikologis dapat mempengaruhi kesadaran

seseorang karena alkohol sangat mempengaruhi sistem saraf pusat. Kesadaran,

kewaspadaan dan orientasi seseorang cenderung turun. Hal tersebut menimbulkan

masalah tersendiri seperti masalah sosial, kriminalitas bahkan kecelakaan lalu lintas.

Alkohol dapat menimbulkan ketagihan baik secara psikologis maupun fisik.


Terhadap tubuh kita, alkohol dapat menyebabkan perlemakan hati sehingga

dapat merusak hati secara kronis, merusak lambung, merusak pankreas,

meningkatkan resiko kanker saluran cerna, mengurangi produksi sperma,

menigkatkan tekanan darah, menyebabkan gagal jantung, menurutnkan sistem

kekebalan tubuh terhadap infeksi, mempengaruhi keseimbangan elektrolit tubuh dan

masih banyak lagi akibat lainnya.

i. Penyalahgunaan Narkoba.

Narkoba menjadi masalah yang sangat serius dalam kehidupan sosial dan

kriminalitas di negara kita. Berbagai macam bentuk dan c ara penyalahgunaan telah

banyak dik etahui. Berbagai macam wujud narkoba pun telah banyak beredar di

masyarakat. Secara langsung narkoba dapat mempen garuhi saraf pusat dan

menimbulkan ketagihan. Banyak masalah sosial maupun kriminal timbul akibat

langsung dari kecanduan narkoba bahkan merupakan salah satu rantai penyebaran

penyakit HIV/AIDS.

Sebe narnya sebagian besar narkoba adalah bahan-bahan yang digunakan

dalam dunia kedokteran. Akan tetapi sekarang secar a khusus telah banyak

diproduksi, diracik dan disalahgunakan secara luas. Heroin, kokain, ganja, putaw,

sabu-sabu dan extasi adalah beberapa contoh narkoba yang banyak beredar.

Karena keterbatasan peneliti, maka peneliti hanya akan meneliti hubungan dari

beberapa gaya hidup dengan kejadian hipertensi yaitu: pola makan, aktivitas fisik,

kebiasaan merokok, dan kebiasaan istirahat.

Dibawah ini akan di jelaskan lebih lanjut mengenai pola makan, aktivitas fisik,

kebiasaan merokok, dan kebiasaan istirahat.


a. Pola Makan

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan

mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, pisikologi,

budaya, dan sosial sebagai bagian yang mempengaruhi kebutuhan makan manusia

yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. (Almatsir, 2002).

Pola makan individu meliputi bahan makanan pokok, lauk pauk (nabati dan

hewani), sayuran, buah. (Sediatama, 1995).

Pola makan yang tidak baik akan menimbulkan beberapa gangguan seperti

kolestrol ting gi, tekanan darah meningkat dan kadar gula ya ng meningkat. Selain itu

pola makan yang tidak sehat dapat menimbulkan masalah obesitas atau kegemukan

yang dapat m
eningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah seperti

penyakit jan tung koroner atau stroke yang merupakan penyebab kematian dan

kecacatan cukup besar di dunia. (Teviningrum, 2000).

Pola makan yang tidak seimbang antara asupan denga n kebutuhan baik jumlah

maupun je nis makanannya, seperti makan-makanan tinggi lemak, kurang

mengkonsumsi sayuran dan buah dan sebagainya. Juga makanan yang melebihi

kebutuhan tubuh yang bisa menyebabkan obesitas atau kegemukan. (Bali Post.co.id,

2007).

Kejadian penyakit infeksi dan kekurangan gizi menurutn sebaiknya penyakit

degeneratif dan penyakit kanker meningkat. Dibeberapa daerah misalnya penyakit

infeksi masih menonjol sehingga dalam transisi epidemologi kita menghadapi beban

ganda, peningkatan kegemukan diikuti oleh perubahan gaya hidup karena pola makan

dikota-kota besar bergeser dari pola makan tradisional yang banyak mengandung
kabohidrat, serat, dan sayuran, ke pola makan masyarakat barat yang komposisinya

terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam tetapi rendah serat.

(Bustan, 1997).

Sedangkan menurut WHO (2003) meningkatnya indrustri, urbanisasi,

mekanisme yang terjadi sebagian besar di negara didunia, berhubungan dengan

perubahan makanan dan prilaku termasuk kedalamnya makanan yang tinggi lemak

dan tinggi energy serta gaya hidupnya yang lebih santai. Tingginya kandungan

sukrosa dalam makanan meningkatkan tekanan arteri pada beberapa orang dengan

tensi normal y ang kemudian memberikan efek meningkatkan penyerapan NaCl pada

orang yang memiliki tekanan darah normal dan hipertensi. (Feky Anggreni, 2008).

Konsumsi lemak mempunyai pengaruh kuat pada resiko penyakit

kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner dan stroke, e fek lain pada lipid darah,

thrombosis, tekanan darah tinggi. (WHO, 2003).

Konsumsi natrium dari berbagai sumber makanan mempengaruhi tekanan

darah dan seharusnya membatasi konsumsi natrium u ntuk mengurangi resiko

hipertensi yan g dapat berakibat pada penyakit jantung koron er dan stroke, dilanjutkan

konsumsi tidak lebih dari 1,7 gram natrium per hari akan menguntungkan dalam

menurutnkan tekanan darah. (WHO, 2003). Serta memberikan perlindungan terhadap

penyakit jantung koroner dan juga menurutnkan tekanan darah dan mengkonsumsi

setiap hari buah dan sayuran direkomendasikan untuk mengurangi resiko penyakit

jantung koroner, stroke, tekanan darah tinggi.

Dalam mengatur menu makanan dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk

menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol


darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke

atau infark jantung. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:

1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,

gajih).

2) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker,

keripik dan makanan kering yang asin).

3) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, kornet, sayuran serta buah-

buahan dalam kaleng, dan minuman kaleng).

4) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,

udang kering, telur asin, selai kacang).

5) Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein

hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur,

kulit ayam).

6) Bumbu- bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta

bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.

7) Alkohol d an makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Gaya hidup seperti ini tidak baik untuk tubuh dan kesehatan, karena tubuh kita

menjadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi lembek dan

rentan penyakit. (Depkes RI, 2008).

b. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenagga secara sederhana yang sangat penting bagi pemulihan fisik,

mental, dan kualitas hidup yang sehat dan bugar. (Dirga.com, 2007).

Perubahan gaya hidup merupakan gaya hidup dimana gerak fisik yang

dilakukan minimal atau kurang dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh

terhadap penyakit. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan

seseorang dan selanjutnya berakibat sebagai penyebab dari berbagai penyakit. (Ida

Amir, 1997). Selain itu latihan fisik secara teratur dalam kegiatan sehari-hari adalah

penting untuk mencegah hipertensi dan penyakit jantung. (Jnight, 2003).

Gayahidup juga bisa mempengaruhi kerentanan f isik terutama kurangnya

Akibatnya timbul penyakit yang sering diderit


aktivitas fisik. a antara diabetes melitus

atau kencingmanis, penyakit jantung, hipertensi, kanker atau keganasan dan lain-

lainya. Gayahidup pada zaman modern ini telah mendoron g orang mengubah gaya

hidupnya se perti jarang bergerak karena segala sesuatu at au pekerjaan dapat lebih

mudah dikerjakan dengan adanya teknologi yang modern seperti mencuci dengan

mengunakan mesin cuci, menyapu lantai dengan menggunak an mesin penyedot debu,

berpergian dengan kendaraan walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan

berjalan kaki. Gaya hidup seperti ini tidak baik untuk tubuh dan kesehatan, karena

tubuh kita menjadi manja karena kurang bergerak, sehingga tubuh menjadi lembek

dan rentan terhadap penyakit. (Depkes RI, 2008).

Untuk menciptakan hidup yang lebih sehat segala sesuatu yang kita lakukan

tidak boleh berlebihan karena hal tersebut bukan menjadi lebih baik tetapi sebaliknya
akan memperburuk keadaan. Jadi lakukan atau kerjakanlah sesuatu hal itu sesuai

dengan kebutuhan. (WHO, 2003).

Olahraga dapat digolongkan kedalam bentuk statis dan dinamis, olahraga

dinamis mampu meningkatkan aliran darah sehingga sangat menunjang pemeliharaan

jantung dan system pernafasan. (Kusmana, 1997).

Sedangkan olah raga apa pun baik untuk kesehatan kita seperti senam,

berenang, jalan kaki, yoga, dan lain-lainya. Berolahraga dengan orang lain lebih

menguntungkan, karena dapat bersosialisasi, berjumpa dengan teman-teman, dan

mendapat teman baru, mengadakan kegiatan lainya, seperti b isa berwisata dan makan

bersama, kebanyakan olahraga dilakukan pada pagi hari setelah subuh. Dimana udara

masih bersih. Berolahraga dapat menurutnkan kecemasan d an mengurangi perasaan

depresi. Sela in fisik sehat jiwa juga terisi, membuat kita m erasa muda dan sehat di

usia tua. (Bali Post.co.id, 2007).

Sejumlah studi menunjukan bahwa olahraga teratu r, mengurangi beberapa

faktor resiko terhadap penyakit jantung koroner, termas uk hipertensi. (Kusuma,

1997). Kemampuan aktivitas fisik yang berhubung an dengan kesehatan

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk berfungsi secara baik. Komponen aktivitas

fisik yang berhubungan dengan kesehatan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk

berfungsi secara baik. Komponen aktivitas fisik yang berhubungan dengan kesehatan

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk berfungsi secara baik, komponen tersebut

antara efisiensi kardiovaskuler, kelenturan, pengndalian berat badan, dan

pengurangan stres. (Ida Amir, 1997).


Hasil penelitian Mardin (2003) terdapat hubungan antara kurang aktivitas fisik

dengan kejadian hipertensi dengan nilai OR 1,4 sehingga, kurang beraktivitas akan

meningkatkan resiko hipertensi sebesar 1,4 kali (95% CI 1,025 – 1,8952). Para

alumni Harvard dan hasil penelitianya menunjukan bahwa mereka yang teratur

olahraga atau bekerja fisik secara teratur lebih sedikit terkena serangan jantung.

Survey Monica tahun 1983 dilakukan terhadap 2040 orang diwilayah Jakarta selatan

menunjukan mereka yang teratur berolahraga atau bekerja fisik cukup berat

mempunyai persentase terendah untuk terkena penyakit hipertensi maupun penyakit

jantung koroner.

c. Kebiasaan Merokok

Merokok merupakan suatu kebiasaan manusia yang dilakukan dalam praktek

hidup sehari-hari. Prilaku merokok mempunyai bermacam- macam alasan untuk bisa

merokok, adayang mengatakan untuk menenangkan pikira n, alasan supaya nampak

jantan atau keren atau iseng saja. (Bali.post.co.id, 2007).

Sudah umum untuk diketahui bahwa kebiasaan mer okok dapat menyebabkan

datangnya berbagai penyakit. Namun, tampaknya pengetahuan tentang bahaya nikotin

dan racun-racun pada rokok tidak cukup ampuh dalam mengajak orang untuk

berhenti merokok.

Dari tahun ke tahun, jumlah perokok aktif di Indonesia mengalami

peningkatan. Prof. Dr. Hadiarto Mangunnegoro, Sp.P, menyebutkan bahwa jumlah

perokok aktif di Indonesia yang pada tahun 1990-an sekitar 22,5% naik menjadi 60%

dari jumlah penduduk pada tahun 2000 (Kompas.com, 2005).


Dengan peningkatan jumlah perokok yang cenderung naik pesat dari tahun ke

tahun, maka tak heran bila saat ini Indonesia telah menduduki peringkat kelima

jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina, Amerika, Rusia, dan Jepang

(Tempointeraktif.com, 2006).

Merokok mengganggu kerja paru-paru yang normal, karena hemoglobin lebih

mudah membawa karbondioksida dari pada membawa oksigen. Jika terdapat

karbondioksida dalam paru-paru, maka akan dibawa oleh hemoglobin sehingga tubuh

memperoleh pemasukan oksigen yang kurang dari biasaanya. Kandungan nikotin

dalam rokok yang terbawa dalam aliran darah dapat me mpengaruhi bagian tubuh

yaitu dapat mempercepat denyut jantung sampai 20 kali lebi h cepat dalam satu menit
o
dari pada d alam keadaan normal, menurutnkan suhu kul it sebesar 1/2 C karena

penyempitanpembuluh darah kulit dan menyebabkan hati m elepaskan gula ke aliran

darah. (Armstrong, 1995).

Zat-zat kimia beracun yang terdapat dalam rok ok seperti nikotin dan

karbonmonoksida. Zat yang diisap melalui rokok dibawa masuk ke dalam aliran

darah. Selanj utnya zat ini merusak lapisan endotel pembul uh darah ateri, sehingga

mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Selain dapat

meningkatkan tekanan darah, merokok juga meningkatkan denyut jantung dan

kebutuhan oksigen untuk suplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan

darah tinggi, semakin meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah arteri.

(Karyadi, 2002).

Merokok merupakan faktor resiko terpenting untuk terjadinya penyakit tidak

menular, karena dapat menyebabkan arteriosklerosis dini, penyakit jantung koroner,


penyakit paru obstruktif menahun, kanker paru, laring, rongga mulut, pancreas, dan

oesophagus. Selain itu juga dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar lemak

dalam darah sebagai faktor resiko terjadinya stroke, penyakit jantung, dan pembuluh

darah. (Hull, 1997).

Merokok sigaret dengan kandungan nikotin menyebabkan peningkatan

frekuensi denyut jantung serta meningkatkan tekanan sistolik dan tekanan diastolik,

meskipun nikotin dan merokok menaikan tekanan darah secara akut, namun tidak

selalu muncul pada perokok. (Hardiato, 1999).

Farmingham Heart Study menemukan bahwa mero kok menurutnkan kadar

kolestrol baik (HDL). Penurunan HDL pada laki-laki rata- rata 4,5 mg/dl dan pada

perempuan 6,5 mg/dl.

Perokok dikatagorikan sebagai berikut:

1) Perokok ringan : < 10 batang / hari

2) Perokok sedang : 10 – 20 batang / hari

3) Perokok berat : > 20 batang /hari

Perokok berat (lebih atau sama dengan 20 batang pe r hari) berhubungan erat

dengan peningkatan tekanan darah dan hipertensi ventrikel kiri dan menurut Soejono

(2002) mendapatkan kebiasaan merokok akan meningkatkan resiko hipertensi,

sampai 5,6 kali (95% CI 3,5-9,1). Hasil penelitian Darmodjo (1995) di Semarang

proposi kebiasaan merokok sebesar 24,4% dan sebagian besar (63,4%) adalah laki-

laki juga jumlah batang yang dihisap sebagian besar (58,0%) kurang dari 10 batang

per hari.
d. Kebiasaan Istirahat

Tubuh manusia telah diatur sedemikian rupa dimana setiap organnya memiliki

waktu untuk beristirahat dan pemulihan. Pada saat tidur, semua otot beristirahat dan

sistem saraf kita dibebaskan dari segala ketegangan, kekerasan yang sering terjadi

tiap-tiap hari. Inilah saatnya dimana tubuh memperbaiki dirinya. Penelitian tentang

tidur telah menunjukkan bahwa tidur tidak saja merupakan satu keadaan tidak sadar,

tetapi sesungguhnya mengandung 2 jenis tidur yang berbeda :

1) Non-Rem Sleep: tidur dimana mata tidak bergerak dengan cepat.

2) Rem Sle ep: tidur dimana mata bergerak dengan cepat waktu mimpi.

Tahap 2 ini timbul dengan pola siklus yang terat ur, ditandai oleh variasi

kelelapan tid ur dan variasi gelombang otak gerakan mata d an otot. Cara tidur Non-

Rem Sleep m emberikan pemulihan dan ketenangan secara keseluruhan pada tubuh

dan otot-otot. Suhu tubuh dan tekanan darah menurutn. N afas menjadi teratur dan

lambat. Per mulaan tidur (tingkat 1) merupakan saat-saat m engantuk, dan aktivitas

atau kegiatan otak sama seperti yang terlihat pada orang yang tidak sedang tidur.

Tingkat 1 m erupakan tingkat yang sangat tenang dan seper ti bermimpi, tetapi anda

masih sadar akan keadaan sekeliling anda. Sementara otot-otot terasa tenang,

seringkali otot-otot tersebut menyentak dan bergerak secara refleks. Beberapa orang

terbangun dengan hentakan yang keras. Keadaan ini disebut “myoclonic jerk” dan ini

sama sekali tidak menyakitkan.

Ketika tidur secara berangsur menuju pada tahap yang ke 2, perubahan pada

gelombang otak dapat terlihat, dimana gelombang tersebut menjadi lebih lambat.
Tahap ke 2 dan ke 3 adalah tahapan yang menuju pada tingkat tidur yang

sesungguhnya. Anda tidak akan sadar terhadap sekeliling anda, tetapi dapat terbangun

dengan mudah. Kira-kira 40 menit setelah tahap 1 anda akan memasuki tahap ke 4 ,

tahap dimana keadaan tidur yang sangat sulit atau sukar untuk bangun. Tahap ini

adalah tahap pemulihan, penenangan dan tahap beristirahatnya fisik tubuh. Tahap 4

ini bertanggung jawab pada setiap kegiatan buruk tidur yang bisa saja terjadi, dalam

tahap ini bisa saja orang mendengkur, anak-anak mengompol dan tidur sambil

berjalan.

Kebu tuhan tidur memang bersifat sangat pribadi, danmemang tidak diketahui.

Tidak peduli, jenis kelamin, intelektual, atau jumlah olahrag


a yang didapat seseorang.

Thomas Edis on, seorang penemu besar Amerika hanya tidur4 – 5 jam setiap malam,

sedangkan A lbert Enstein, ilmuwan jenius, membutuhkan paling sedikit 9 jam agar

dapat bekerja dengan sebaik-baiknya. Seorang bayi yang baru lahir “biasaanya”

membutuhkan waktu istirahat sebanyak 20 jam sehari, anak berusia 6 tahun

membutuhkan waktu istirahat 10 jam, anak berusia 12 tahun membutuhkan waktu

istirahat 9 j am, orang dewasa membutuhkan waktu istirahat selama 7 – 8 jam

(penemuan terbaru tampaknya menunjukkan bahwa 9 jam tidur lebih baik). Tetapi

perkiraan ini sangat bervariasi. Para ahli tidur telah memberikan aturan umum, yaitu:

kebutuhan tidur anda dapat terpenuhi jika anda tidak mengantuk atau terkantuk pada

waktu siang hari dan benar-benar terjaga dan merasa bugar.

(http://huxleyi.wordpress.com/2009/01/16/seri-6-istirahat-yang-sehat/)

Kurang tidur dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk mengingat

informasi yang kompleks. Penelitian di Universitas De Lille, Prancis,


mengindikasikan bahwa otak memerlukan tidur untuk mempertahankan kemampuan

mengingat informasi yang kompleks. (Wordpress.com, 2008).

Umumnya manusia bisa tidur selama 7 – 8 jam sehari. Tapi ada juga orang

yang bisa tidur dibawah 6 jam. Kurang tidur berdampak negatif bagi tubuh kita

seperti kurang kosentrasi, cepat marah, lesu, dan lemah. (Dechacare.com, 2007).

Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan badan kita. Banyak orang tidur jadi

lemas, tidak semangat, lekas marah, dan stres. (Bali Post.co.id, 2007).

Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah tidur. Diyakini bahwa

tidur sangat p enting bagi pemeliharaan kesehatan dan prose s penyembuhan penyakit,

karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningka tkan imunitas tubuh, dan

mempercepat proses penyembuhan penyakit. Pada saat tid ur juga tubuh mereparasi

bagian-bagiantubuh yang sudah mengalami kerusakan ata u sudah haus. Umumnya

orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang

cukup sangat penting untuk kesehatan. (Depkes RI, 2008).

C. Penelitian Terkait

Beberapa penelitian yang terkait yang pernah dilakukan mengenai kejadian hipertensi

antara lain terutama yang berkaitan dengan gaya hidup antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fatma Ningsih tahun 2008 mengenai “Hubungan

Karakteristik Individu, Asupan Zat Gizi dan Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi

pada Orang Dewasa di Depok Tahun 2008”. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk

mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik individu, asupan zat gizi dan gaya
hidup pada orang dewasa dengan kejadian hipertensi. Sampel yang digunakan pada

penelitian ini sebanyak 313 orang.

Hasil penelitian yang didapatkan yaitu sebanyak 25,9% responden yang memiliki

hipertensi dengan distribusi hipertensi I sebanyak 13,7% dan hipertensi II sebesar 12,1%.

Berdasarkan karakteristik individu, sebagian besar responden memiliki umur 40 tahun

(61%) dan berjenis kelamin perempuan (62,9%) dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak

(37,1%), tinggal di daerah pedesaan (58,8%) dengan latar belakan pendidikan terbanyak

adalah tamatan SD (39,1%) serta tidak obesitas (76,7%) dengan distribusi IMT yang

normal sebesar (49,5%).

Berdasar kan karakteristik individu ada hubungan antara umur responden, daerah

tempat tinggal, d an IMT terhadap kejadian hipertensi. Berd asarkan asupan zat gizi,

sebagian besar r esponden memiliki cakupan asupan energi (93, 9%), lemak (79,6%), dan

natrium (98,7%). Berdasarkan asupan zat gizi, tidak terdapat hubungan antara asupan

energi, lemak, ka lsium, fosfat, kalium, dan magnesium terhadap kejadian hipertensi.

Berdasar kan gaya hidup responden dan sebagian besar m emiliki kebiasaan makan

tinggi garam yan g berlebih (50,2%) dan tidak berolahraga (6 8,8%) dengan distributor

responden dan yang sama sekali tidak berolahraga sebanyak 39,9% dan yang tidak rutin

berolahraga sebanyak 28,8%. Akan tetapi, sebagian besar responden tidak memiliki

kebiasaan merokok 76,4% dengan distribusi responden yang tidak pernah merokok

sebesar 70,9% dan responden yang pernah merokok sebesar 7,3%. Berdasarkan gaya

hidup responden dan terdapat hubungan antara kebiasaan makan dengan kejadian

hipertensi. Akan tetapi tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan olahraga

dengan kejadian hipertensi.


2. Penelitian yang dilakukan oleh Feky Anggraini yang dilakukan tahun 2008 mengenai”

Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Status Kesehatan Lansia Binaan Puskesmas

Pekayonan Jaya Kota Bekasi tahun 2008”. Besaran sampel yang digunakan sebanyak 142

orang.

Hasil penelitian yang didapat yaitu sebagian besar lansia binaan puskesmas

Pekayonan Jaya memiliki status kesehatan yang rendah yaitu sebanyak 77,5%. Prevalensi

karakteristik gaya hidup lansia binaan puskesmas Pekayonan Jaya adalah: merokok

(26,85), aktivitas cukup (73,2%), kebiasaan istirahat cukup (3 3,8%), pola makan yang

baik (61,3%). Faktor gaya hidup yang mempunyai hubungan signifikan dengan status

kesehatan lansia adalah kebiasaan istirahat dan pola makan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Sarastini yang dilakuka n tahun 2008 mengenai”

Faktor-Faktor Y ang Berhubungan Dengan Kejadian Hiper tensi Pada Masyarakat

Kelompok Usia 3 0 Tahun ke Atas di Kelurahan Grogol Kecam atan Limo Kodia Depok

Tahun 2008”. Besaran sampel yang digunakan sebanyak 220 orang.

Hasil penelitian yang didapatkan yaitu sebanyak sebanyak 37,3% responden

mengalami stres, 70,5% responden mempunyai kebiasaan merokok, 1,4% responden

mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol, 75% responden mengkonsumsi makanan

tinggi garam, 39,5% yang mempunyai pola makan rendah serat dan 63,6% responden

mempunyai aktivitas fisik rendah, 57,7% responden mempunyai riwayat hipertensi, dan

40% responden mengalami kelebihan berat badan atau IMT lebih. Faktor-faktor

penyebab hipertensi (umur, jenis kelamin, stres, pola makan tinggi garam, pola makan
rendah garam,riwayat penyakit keluarga, dan berat badan) semuanya mempunyai

hubungan signifikan dengan kejadian hipertensi, kecuali aktivitas fisik dan kebiasaan

merokok. Dimana nilai P-valuenya: umur P-value = 0,015 < 0,05, jenis kelamin P-value

= 0,025 < 0,05, stres P-value = 0,010 < 0,05, pola makan tinggi garam P-value = 0,031 <

0,05, pola makan rendah serat P-value = 0,018 < 0,05, riwayat penyakit keluarga P-value

= 0,044 < 0,05, dan berat badan P-value = 0,004 < 0,05, aktivitas fisik P-value = 0,0423

< 0,05 kecuali kebiasaan merokok P-value = 0,183 > 0,05.

D. Kerangka Teori

Dari tinjauan pustaka diatas maka dibuat kerangka teori dal am bentuk skema 2.2 di

bawah ini:

Skema 2.2:
Kerangka Teori

Faktor Reversibel:
1. Merokok
2. Obesitas
3. Asupan garam berlebih
4. Stres
5. Konsumsi alkohol
6. Aktivitas fisik
7. Pola makan Hipertensi

8. Kebiasaan istirahat Kejadian Hipertensi

Tidak Hipertensi
Faktor Ireversibel:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Keturunan

Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang dapat menyebabkan penyakit lain

seperti penyakit jantung koroner, infak miokard, dan stroke. Kejadian hipertensi dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Menurut Karyadi

(2002) faktor yang dapat dikontrol antara lain seperti merokok, obesitas, asupan garam

berlebih, stres, konsumsi alkohol, status gizi, dan aktivitas fisik. Sed angkan faktor yang tidak

dapat dikendalikan antara lain seperti umur, jenis kelamin, dan ket urunan. Menurut Bustan

(1997) hipertensi dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain ke turunan, jenis kelamin,

konsumsi garam berlebih, ras, dan pemakaian pil kontrasepsi (KB). Untuk itu peneliti ingin

mengetahui hubung an gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan

kebiasaan istirahat) dengan kejadian hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai