Proposal Tugas Akhir Gilang
Proposal Tugas Akhir Gilang
Proposal Tugas Akhir Gilang
Disusun Oleh :
GILANG FACHRURROZI
NIM. 19350013
i
LEMBAR PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
Gilang Fachrurrozi
NIM : 19350013
Mengetahui, Disetujui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin Pembimbing
ii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmad
AISI 1010. Proposal Tugas Akhir ini diajukan guna melengkapi persyaratan dalam
Ronggolawe Cepu.
Selesainya penulisan Proposal Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan
beberapa pihak, untuk itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
Cepu.
2. Hendri Suryanto, S.T., M.T. selaku ketua jurusan Teknik Mesin Sekolah
3. Ir. Eko Sutarto, M.T. selaku dosen pembimbing dalam penyusunan Proposal
Tugas Akhir.
4. Seluruh dosen dan staff karyawan Jurusan Teknik Mesin Sekolah Tinggi
5. Orang tua yang senantiasa memberikan doa serta dukungan moral dan materi.
iii
7. Serta berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Dalam Proposal Tugas Akhir ini masih dibutuhkan perbaikan dan perlu
dilakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis
berterima kasih atas kritik dan saran untuk kebaikanProposal Tugas Akhir ini dapat
Gilang Fachrurrozi
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………….. ii
PRAKATA…………………………………………………………………………..iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………... v
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………..vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………...2
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………2
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………..2
1.5 Batasan Masalah………………………………………………………….3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….4
2.1 Kajian Pustaka ……………………………………………………………4
2.2 Dasar Teori ……………………………………………………………….5
2.2.1 Klasifiksi Proses Pengelasan……………………………………….5
2.2.2 Las SMAW…………………………………………………………7
2.2.3 Peralatan Las SMAW ……………………………………………...8
2.2.4 Elektroda………………………………………………………….15
2.2.5 Teknik Pengelasan………………………………………………..18
2.2.6 Klasifikasi Elektroda Terbungkus dari Baja Lunak………………22
2.2.7 Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel) AISI 1010……………24
2.2.8 Pengujian Lentur (Bending Test)………………………………...25
BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................................
3.1 Diagram Alir Penelitian .............................................................................
3.2 Desain Penelitian ........................................................................................
v
3.2.1 Bahan ...............................................................................................
3.2.2 Alat ...................................................................................................
3.3.3 Prosedur Penelitian………………………………………………..
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pengaturan kuat arus juga sangat mempengaruhi pada hasil dan proses
pengelasan, apabila arus yang digunakan terlalu kecil akan berdampak pada
sulitnya penyalaan busur las, dan apabila arus terlalu besar akan berdampak pada
pelelehan elektroda yang berlebihan yang dapat menyebabkan over load.
Dari permasalahan tersebut peneliti akan mencoba memvariasikan kuat arus
terhadap kekuatan bending dan pengujian struktur mikro pada butt joint metode las
SMAW bahan AISI 1010.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip kerja dari las SMAW ini yaitu saat ujung elektroda
didekatkan padA benda kerja terjadi panas listrik (busur listrik) yang
8
a. Electrode Holder
3. Tang Jepit
1. Sumbu Elektroda
merupakan logam pengisi yang meleleh didalam lengkung listrik
bersama-sama dengan bahan induk dan kemudian membeku
membentuk kampuh las (Marwanto, 2007: 7).
2. Pembungkus Elektroda (Fluks)
Fluks akan mengurai dalam busur listrik kemudian menghasilkan
perisai gas CO2 dan juga suatu lapisan padat. Kedua material
tersebut nantinya akan melindungi kampuh las yang sedang
terbentuk terhadap pengaruh yang merusak dari tekanan atmosfir
dan udara sekitar (Marwanto, 2007: 7). Fungsi lain dari Fluks
adalah:
a. Mencegah terbentuknya oksida-oksida dan nitrida logam,
sewaktu proses pengelasan berlangsung,
b. Membuat terak pelindung sehingga dapat
mengurangi kecepatan pendinginan, hal ini bertujuan
agar hasil lasan yang terjadi tidak getas dan rapuh.
c. Memberikan sifat-sifat khusus terhadap hasil las-
lasan dengan cara menambahkan zat-zat tertentu
yang terkandung dalam selaput,
d. Menstabilkan terjadinya busur api dan mengarahkan
nyala busur api sehinggga mudah dikontrol,
e. Membantu mengontrol ukuran dan frekuensi tetesan
logam cair,
f. Memungkinkan dilakukannya posisi pengelasan
yang berbeda-beda.
18
C. Gerakan Elektroda
Setiap welder mempunyai cirikhas dalam melakukan pengelasan,
sehingga tercipta teknik gerakan elektroda. Gerakan atau ayunan
elektroda sewaktu mengelas logam dilakukan untuk menghasilkan
rigi-rigi las yang baik dan bertjuan untuk memperdalam penembusan
nyala busur. Namun, bukan hanya gerakan elektroda saja yang
penting dalam pengelasan, melainkan kecepatan dalam pengelasan
juga sangat penting. Gerakan konstan dengan teratur akan membuat
alur pengelasan lebih baik dan sambungan las dapat lebih matang.
Kecepatan dalam pengelasan dapat diperoleh melalui intuisi seorang
welder yang sudah melakukan proses pengelasan secara berulang.
Secara umum ada tiga gerakan elektroda yang umum diterapkan
oleh seorang welder yaitu, gerakan secara spiral, gerakan zig-zag, dan
gerakan segita (Irwanto, 2016:16).
yang berselaput atau berbalut terbuat dari bahan yang dapat melindungi
las dari pengaruh atmosfer tersebut.
Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik
menurut AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E
yang diikuti angka dibelakangnya dengan kekuatan tarik terendah
kelompok E 60 setelah dilaskan adalah 60.000 psi atau 42,2 kg/mm2.
Spesifikasi elektroda untuk baja karbon berdasarkan jenis dari lapisan
elektroda (fluks), jenis listrik yang digunakan, posisi pengelasan dan
polaritas pengelasan terdapat pada table dibawah ini (Irwanto, 2016: 12).
Tabel 2. 4 Klasifikasi Elektroda Seri E Standar AWS-ASTM
AC atau
H-S DC
Oksida polaritas
E 6027 besi lurus 43,6 35,2 25
tinggi AC atau
F DC
polaritas
lurus
Sumber: Perbandingan Variasi Gerakan Elektroda Pada Proses
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) Terhadap Struktur Mikro dan
Kekuatan Bending Baja Karbon Rendah (Irwanto, 2016:12-13)
Arti simbol:
F : Pengelasan datar
V : Pengelasan vertical
OH : Pengelasan diatas kepala
H : Pengelasan horisontal
H-S : Pengelasan horisontal las sudut
2.2.7 Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel) AISI 1010
Syarat utama terjadinya sebuah pengelasan adalah adanya benda
kerja yang dilas. Baja karbon rendah merupakan salah satu material yang
digunakan dalam proses pengelasan, baja karbon rendah sendiri sering
disebut dengan baja lunak. Baja jenis ini mempunyai kadar karbon 0%
samapai 0,3% C yang mempunyai sifat liat dan mudah untuk ditempa
(Irwanto, 2016: 18). AISI 1010 merupakan salah satu jenis baja karbon
rendah dengan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 2. 5 Mechanechal Properties AISI 1010 Cold Drawn Carbon Steel
C Mn P S Si Fe
(Carbon) (Mangan) (Fosforus) (Sulphur) (Silicon) (Iron)
% % % % % %
suatu titik yang berada ditengah-tengah bahan yang ditahan diatas dua
tumpuan (Iswanto, 2016: 24).
Tujuan utama dari bending test adalah untuk mengetahui kemampuan
benda uji dalam menerima pembebanan seperti kekuatan, elastisitas, dan
memeriksa kekuatan mekanis dari material las dan lain sebagainya.
Metode pengujian bending test didasrkan pada triple point bending yaitu,
benda uji ditumpu pada suatu tumpuan dibagian atas benda uji dan dua
tumpuan diabgian bawah benda uji (Iswanto, 2016: 24). Kekuatan
bending secara maksimal dari logam hasil proses pengelasan dapat dicari
dengan persamaan berikut:
𝑃 𝑥 𝐿𝑠
𝜎= . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.1)
4𝑊
𝑏.ℎ2
𝑊= . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2)
6
Dimana:
𝜎 = Tegangan bending (N/mm2)
𝑃 = Beban maksimum (N)
𝐿𝑠 = Jarak antar tumpuan (mm)
𝑊 = Moment inersia (mm3)
𝑏 = Lebar spesimen (mm)
ℎ = Tebal specimen (mm)
3. Side Bend
Side bend (bending pada sisi las), yaitu pengujian yang dilakukan
pada sisi las. Pengujian ini dilakukan jika tebal material yang di
las lebih besar 10 mm.
2. Root Bend
Root bend (bending pada akar las) yaitu jika pada akar las
mengalami tegangan tarik dan permukaan las mengalami
tegangan tekan. Pengamatan dilakukan pada akar las yang
mengalami tegangan tarik.