DSS Acara 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

DSS UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH


(GPW 0115)

ACARA I
PERKENALAN, UJI INSTRUMEN (KUESIONER) UNTUK
DSS

Disusun oleh:
Nama : Oktavia Nurmalita
NIM : 19/441763/GE/09102
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Maret 2022
Jam : 10.00 – 11.40
Asisten : 1. Rifqi Firdaus Maajid
2. Amalia Ratna Andan S

LABORATORIUM TATA RUANG WILAYAH


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
ACARA I
PERKENALAN, UJI INSTRUMEN (KUESIONER) UNTUK DSS

I. TUJUAN
1. Memahami proses pengambilan keputusan menggunakan metode AHP
2. Menentukan prioritas strategi kebijakan pengembangan pembangunan wilayah
menggunakan metode AHP

II. ALAT DAN BAHAN


1. Komputer/Laptop
2. Perangkat Lunak Microsoft Excel
3. Data Jawaban Responden pada Kuesioner Strategi Prioritas Pengembangan Wilayah
Di Kabupaten Sleman

III. TINJAUAN PUSTAKA


Pengembangan wilayah senantiasa diupayakan pemerintah untuk menciptakan
masyarakat yang sejahtera. Pengembangan wilayah mengukuti karaketristik wilayahnya,
satu wilayah dengan wilayah lainnya akan mengalami pengembangan wilayah yang
berbeda. Strategi kebijakan dalam pengembangan wilayah penting dilakukan untuk
mengetahui tindakan yang tepat yang harus dilakukan. Terdapat banyak strategi kebijakan
yang dapat diterapkan untuk mendorong pengembangan wilayah, meliputi aspek fisik,
sosial, ekonomi, dan budaya. Oleh karena itu, diperlukan adanya penentuan prioritas
strategi untuk memilih strategi yang paling sesuai dan mempunyai urgensi di Kabupaten
Sleman. Pemilihan prioritas strategi kebijakan ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan
alternatif pemerintah dalam menyusun kebijakan pengembangan wilayah.
Pemilihan prioritas strategi pengembangan wilayah tidak mudah dilakukan.
Diperlukan pertimbangan-pertimbangan atas kriteria untuk menentukan strategi yang
dinilai mempunyai tingkat urgensi paling tinggi. Dari berbagai metode pengambilan
keputusan yang ada, digunakan teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam
pengambilan keputusan prioritas strategi kebijakan pengembangan wilayah. Metode ini
dipilih karena dapat memberikan kemudahan dalam menyederhanakan suatu
permasalahan dari kriteria yang kompleks dengan berbagai pilihan alternatif yang ada
dengan struktur hirarki sehingga proses pengambilan keputusan dapat berjalan dengan
cepat.
Suryadi & Ramdhani (2017) dalam Narti, dkk. (2019) menjelaskan bahwa pengambilan
keputusan merupakan suatu pendekatan sistematis pada suatu masalah, pengumpulan
fakta-fakta, penentuan dari alternatif yang dihadapi, serta pengambila tindakan yang paling
tepat melalui perhitungan. Dalam praktiknya, seringkali dihadapi kerumitan dalam
pengambilan keputusan karena data yang berjumlah banyak. Pembuat keputusan dapat
mengandalkan seperangkat sistem yang mampu memecahan masalah efisien dan efektif.
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) banyak digunakan dalam pengambilan
keputusan berbagai hal.
Analytic Hierarchy Process (AHP) didesain untuk membantu pengambil keputusan dalam
menggabungkan faktor kualitatif dan faktor kuantitatif dari suatu permasalahan yang
kompleks. AHP banyak digunakan dalam berbagai kepentingan karena dapat
menghasilkan solusi dari berbagai faktor yang saling bertentangan (Mahendra dan
Aryanto, 2019). Selain itu, metode AHP juga dapat memecah masalah dan mengambil
keputusan pada lingkungan multikriteria. AHP dapat menetapkan bobot prioritas sebagai
alternatif dengan mengatur tujuan, kriteria, dan subkriteria dalam struktur hierarki.
Metode AHP banyak digunakan karena strukturnya yang berhirarki, adanya perhitungan
validitas sampai batas toleransi inkosistensi sebaagai kriteria dan alternatif yang dipilih,
serta perhitungan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan (Saputra
& Nugraha, 2020).
Prinsip kerja metode AHP adalah penyederhanaan persoalan yang kompleks dan tidak
terstruktur, strategis dan dinamis serta menata dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan
pada setiap variabel kemudian diberi nilai numerik secara subjektif berkaitan dengan arti
penting variabel tersebut secara relatif dibanding dengan variabel yang lain. Selanjutnya,
dengan berbagai pertimbangan, dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang
memiliki prioritas tinggi dan berperan dalam sistem tersebut (Pratama, dkk., 2018).
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam AHP adalah sebagai berikut (Latifah,
2005):
- Decomposition, yaitu memecah persoalan utuh menjadi unsur-unsurnya. Untuk
mendapatkan keputusa yang akurat, pemecahan dilakukan hingga unsur terkecil
yang tidak dapat dipisah lagi hingga didapatkan beberapa tingkatan atau hirarki.
- Comparative Judgement, yaitu membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua
elemen pada suatu tingkat tertentu yang dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya.
Penilaian ini menjadi inti dari AHP karena berpengaruh pada prioritas elemen-
elemen. Hasil penilaian disajikan dalam matriks pairwise comparison. Perolehan skala
yang bermanfaat dipengaruhi oleh pengeahuan dari pemberi jawaban dalam
mengenai elemen-elemen yang dibandingkan serta hubunganna dengan kriteria
yang dipelajari.
- Synthesis of Priority, yaitu mencari eiden vector dari setiap matriks pairwise comparison
untuk mendapatkan local priority. Untuk mendapatkan global priority, dibutuhkan
sintesa local priority karena matriks pairwise comparison terdapat di setiap tingkat.
Prosedur sintesis ini berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen
menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa disebut sebagai priority setting.
- Local Consistency, yaitu pengelompokan objek yang sesuai dengan keseragaman dan
relevansi. Dengan mengagregasikan semua eigen vektor diperoleh vektor composite
tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan.
Dalam menggunakan metode AHP, perlu diperhatikan pula aksioma-aksioma yang
berlaku, diantaranya aldalah (Qashlim, 2015):
- Resiprocal Comparison, yaitu pengambil keputusan harus dapat membuat
perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensi tersebut harus memenuhi
syarat resiprocal yaitu jika A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih
disukai daripada A dengan skala 1/x.
- Homogenity, yaitu preferensi seseorang yang harus dapat dinyatakan dalam skala
terbatas/elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lain. Jika aksioma ini
tidak terpenuhi, maka elemen-elemen yang dibandingkan dianggap tidak homogen
dan harus dibentuk kluster baru.
- Independence, yaitu preferensi yang dinyatakan dengan asumsi bahwa kriteria tidak
dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif
keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah
searah ke atas, artinya perbandingan antar-elemen pada tingkat diatasnya.
- Expectation, yaitu struktur hirarki yang diasumsikan lengkap untuk pengambilan
keputusan. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka keputusan yang diambil dianggap
tidak lengkap karena tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang
tersedia.
Dalam praktiknya, metode AHP mungkin melakukan pengisian nilai prioritas (data
perbandingan antar-sepasang kriteria) yang tidak konsisten. Jika hal ini terjadi, maka solusi
yang dihasilkan metode AHP bukan yang terbaik. Untuk mengetahui tingkat konsistensi
isian, metode AHP harus dilengkapi dengan penghitungan Indeks Konsistensi (Consistency
Index). Apabila indeks konsistensi sudah dipeoleh, maka hasilnya dibandingkan dengan
Indeks Konsistensi Random (Random Consistency Index/RI) pada setiap n objek untuk
menghitung Konsistensi Rasio. CR (Consistency Ratio) merupakan hasil perbandingan
antara Indeks Konsistensi (CI) dengan Indeks Random (RI). Jika CR <= 0.10 (10%)
berarti jawaban pengguna konsisten sehingga solusi yang dihasilkan akan optimal
(Padmowati, 2009).

IV. LANGKAH KERJA

Data Jawaban Responden pada Kuesioner Strategi Prioritas Pengembangan Wilayah


Di Kabupaten Sleman

Menghitung geomean dari penilaian atas jawaban


Tabel Geomean
responden

Menyajikan hasil perhitungan geomean dalam


Tabel Matrik Pairwise
bentuk matriks untuk menunjukkan
Comparison
perbandingan relatif dua aspek pengembangan

Melakukan normalisasi data pada matriks Tabel Matrik Priority

Menghitung Consistency ndex (CI) berdasarkan data


Tabel CI
matriks pairwise dan matriks priority

Mengurutkan nilai Pairwise dan menghitung Tabel Pilihan Kebijakan


presentase serta jumlah respondennya Pengembangan Wilayah

Mengurutkan nilai lamda Max dan menghitung Tabel Prioritas Kebijakan


presentasenya Pengembangan Wilayah
Keterangan

Input

Proses

Output

V. HASIL PRAKTIKUM
1. Tabel Geomean
2. Tabel Matrik Pairwise Comparison
3. Tabel Matrik Priority
4. Tabel CI
5. Tabel Pilihan Kebijakan Pengembangan Wilayah
6. Tabel Prioritas Kebijakan Pengembangan Wilayah

VI. PEMBAHASAN
Penentuan prioritas strategi kebijakan pengembangan wilayah di Kabupaten Sleman
diperlukan untuk mengetahui kebijakan yang dinilai paling utama dilakukan. Kebijakan
prioritas tersebut nantinya juga dapat dijadikan sebagai pertimbangan alternatif oleh
pemerintah dalam merencanakan pembangunan kedepan. Penentuan prioritas strategi
kebijakan dilakukan dengan metode AHP. Data yang digunakan adalah data kuesioner
yang didapat dari 21 responden, meliputi kalangan masyarakat, LSM, pemerintah, dan
mahasiswa. Penentuan responden ini didasarkan pada penilaian untuk mewakili berbagai
pandangan, baik dari sisi pembuat kebijakan, maupun dari sisi penerima kebijakan.
Dalam kuesioner, responden diminta untuk memilih strategi yang paling prioritas
dalam rangka pengembangan pembangunan wilayah di Kabupaten Sleman dengan
membandingkan beberapa aspek sehingga diperoleh tabel sebagai berikut.

1. Tabel Geomean
Strategi Kebijakan Jawaban Responden Strategi Kebijakan
Pengembangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Pengembangan
Aspek Pengembangan SDM
7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 5,00 7,00 7,00 7,00 9,00 5,00 5,00 0,33 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 7,00 9,00 7,00 Aspek Promosi Daerah
Aspek Pengembangan
Aspek Pengembangan SDM
3,00 1,00 1,00 1,00 3,00 3,00 5,00 4,00 5,00 0,14 3,00 0,33 3,00 3,00 1,00 1,00 1,00 3,00 5,00 0,33 5,00 Infrastruktur Pendukung
Aspek Pengembangan SDM
1,00 1,00 1,00 1,00 7,00 1,00 5,00 7,00 7,00 7,00 1,00 0,20 0,33 1,00 1,00 0,33 3,00 1,00 0,33 5,00 5,00 Aspek Pelayanan Publik
Aspek Pengembangan
Aspek Promosi Daerah
0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,20 0,14 0,20 0,14 0,14 0,14 3,00 0,33 0,33 0,14 0,20 0,14 0,20 0,14 0,14 Infrastruktur Pendukung
Aspek Promosi Daerah
0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,20 0,20 1,00 0,14 0,14 0,33 0,14 3,00 3,00 3,00 0,33 0,33 0,20 0,33 0,20 0,20 Aspek Pelayanan Publik
Aspek Pengembangan
Infrastruktur Pendukung 1,00 1,00 1,00 7,00 1,00 1,00 0,33 3,00 1,00 0,20 3,00 0,20 3,00 1,00 0,33 1,00 3,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Aspek Pelayanan Publik

Jumlah Perwakilan Setiap Responden


1-5 = Masyarakat
6-10 = LSM
11-15 = Pemerintah
16 - 21 = Mahasiswa

Tabel 1.1. Geomean (a)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 21 responden melakukan perbandingan


pada 4 (empat) aspek pengembangan yang dinilai menjadi kriteria dalam mencapai strategi
kebijakan pengembangan pembangunan wilayah. Keempat aspek tersebut diantaranya
adalah Aspek Pengembangan SDM, Aspek Promosi Daerah, Aspek Pengembangan
Infrastruktur Pendukung, dan Aspek Pelayanan Publik. Skala yang digunakan untuk
menyatakan tingkat preferensi adalah skala Saaty, dengan menerapkan serta aksioma
reciprocal.
Selanjutnya, diberlakukan operasi geomean pada hasil penilaian untuk menjadikan satu
nilai tersebut sehingga dapat memudahkan pengolahan selanjutnya. Berikut tabel hasil
geomean

Strategi Kebijakan Jawaban Responden


Geomean
Pengembangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Aspek Pengembangan SDM -
Aspek Promosi Daerah 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 5,00 7,00 7,00 7,00 9,00 5,00 5 0,33 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 7,00 9,00 7,00 5,46
Aspek Pengembangan SDM -
Aspek Pengembangan
Infrastruktur Pendukung 3,00 1,00 1,00 1,00 3,00 3,00 5,00 4,00 5,00 0,14 3,00 0,33 3,00 3,00 1,00 1,00 1,00 3,00 5,00 0,33 5,00 1,72
Aspek Pengembangan SDM -
Aspek Pelayanan Publik 1,00 1,00 1,00 1,00 7,00 1,00 5,00 7,00 7,00 7,00 1,00 0,20 0,33 1,00 1,00 0,33 3,00 1,00 0,33 5,00 5,00 1,52
Aspek Promosi Daerah -
Aspek Pengembangan
Infrastruktur Pendukung 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,20 0,14 0,20 0,14 0,14 0,14 3,00 0,33 0,33 0,14 0,20 0,14 0,20 0,14 0,14 0,19
Aspek Promosi Daerah -
Aspek Pelayanan Publik 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,20 0,20 1,00 0,14 0,14 0,33 0,14 3,00 3,00 3,00 0,33 0,33 0,20 0,33 0,20 0,20 0,31
Aspek Pengembangan
Infrastruktur Pendukung -
Aspek Pelayanan Publik 1,00 1,00 1,00 7,00 1,00 1,00 0,33 3,00 1,00 0,20 3,00 0,20 3,00 1,00 0,33 1,00 3,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,04

Tabel 1.2. Geomean (b)

Strategi Kebijakan Jawaban Responden


Geomean
Pengembangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Aspek Promosi Daerah -
Aspek Pengembangan SDM 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,20 0,14 0,14 0,14 0,11 0,20 0,20 3,00 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,14 0,11 0,14 0,18
Aspek Pengembangan
Infrastruktur Pendukung -
Aspek Pengembangan SDM 0,33 1,00 1,00 1,00 0,33 0,33 0,20 0,25 0,20 7,00 0,33 3,00 0,33 0,33 1,00 1,00 1,00 0,33 0,20 3,03 0,20 0,58
Aspek Pelayanan Publik -
Aspek Pengembangan SDM 1,00 1,00 1,00 1,00 0,14 1,00 0,20 0,14 0,14 0,14 1,00 5,00 3,00 1,00 1,00 3,00 0,33 1,00 3,00 0,20 0,20 0,66
Aspek Pengembangan
Infrastruktur Pendukung -
Aspek Promosi Daerah 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 5,00 7,00 5,00 7,00 7,00 7,00 0,33 3,00 3,03 7,00 5,00 7,14 5,00 7,14 7,00 5,25
Aspek Pelayanan Publik -
Aspek Promosi Daerah 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 5,00 5,00 1,00 7,00 7,00 3,00 7,00 0,33 0,33 0,33 3,00 3,00 5,00 3,00 5,00 5,00 3,24
Aspek Pelayanan Publik -
Aspek Pengembangan 1,00 1,00 1,00 0,14 1,00 1,00 3,00 0,33 1,00 5,00 0,33 5,00 0,33 1,00 3,03 1,00 0,33 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96

Tabel 1.3. Geomean (c)

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui nilai perbandingan paling tinggi berada
pada perbandingan antara nilai aspek pengembangan SDM-promosi daerah. Maka dapat
dikatakan bahwa sebagian besar responden menilai bahwa aspek pengembangan SDM
lebih penting untuk dikembangkan daripada aspek promosi daerah.
Kemudian, dilakukan menyajikan penilaian aspek pengembangan dalam bentuk
matriks pairwise comparison, seperti pada gambar berikut.

2. Tabel Matrik Pair-Wise Comparison


Aspek Aspek
Strategi Kebijakan Pengembangan Aspek Promosi Aspek Pelayanan
Pengembangan Pengembangan Jumlah
Pembangunan Wilayah Daerah Publik
SDM Infrastruktur
Aspek Pengembangan SDM 1 5,46 1,72 1,52 9,69
Aspek Promosi Daerah 0,18 1 0,19 0,31 1,68
Aspek Pengembangan Infrastruktur Pendukung 0,58 5,25 1 1,04 7,88
Aspek Pelayanan Publik 0,66 3,24 0,96 1 5,86
Jumlah 2,42 14,95 3,87 3,87
Tabel 1.4. Matrik Pair-Wise Comparison
Tabel Matriks Pairwise Comparison tersebut menyajikan data penilaian relatif
perbandingan dua aspek yang mempengaruhi pengembangan wilayah. Melalui tabel ini,
diketahui aspek yang dinilai paling penting dan tidak penting secara relatif. Berdasarkan
Tabel 1.4. diketahui bahwa aspek pengembanagn SDM dinilai paling penting untuk
dikembangkan. Selanjutnya, disusul oleh aspek pengembangan infrastruktur pendukung,
aspek pelayanan publik, dan aspek promosi daerah. Namun demikian, meskipun sudah
merujuk pada urutan kepentingan, tabel ini belum bisa dijadikan kesimpulan karena harus
melalui pengolahan lebih lanjut yang memungkinkan adanya perubahan-perubahan.
Selanjutnya, dilakukan normalisasi pada matriks sehingga dihasilkan tabel sebagai
berikut.

3. Tabel Matrik Priority Vector


Aspek Aspek
Strategi Kebijakan Pengembangan Aspek Promosi Aspek Pelayanan
Pengembangan Pengembangan Jumlah Rata-Rata
Pembangunan Wilayah Daerah Publik
SDM Infrastruktur
Aspek Pengembangan SDM 0,41 0,36 0,44 0,39 1,61 0,40
Aspek Promosi Daerah 0,08 0,07 0,05 0,08 0,27 0,07
Aspek Pengembangan Infrastruktur Pendukung 0,24 0,35 0,26 0,27 1,12 0,28
Aspek Pelayanan Publik 0,27 0,22 0,25 0,26 0,99 0,25
Jumlah 1,00 1,00 1,00 1,00
Tabel 1.5. Matrik Priority Vector

Tabel di atas menunjukkan nilai normalisasi matriks yang dapat dilihat dari jumlah.
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa aspek pengembangan SDM mempunyai nilai
normalisasi terbesar, yakni 1,61 dengan rata-rata 0,40. Sementara itu, aspek promosi
daerah mempunyai nilai normalisasi terkecil, yakni 0,27 dengan rata-rata 0,07. Nilai rata-
rata ini akan digunakan untuk menghitung Consistency Index (CI).
4. Tabel CI (Consistency Index)
Strategi Kebijakan Pengembangan
Matrik Pairwise (A) Matrik Priority (B) λ Max (A X B) CI CR CR (%)
Pembangunan Wilayah
Aspek Pengembangan SDM 2,42 0,40 0,98 -1,01 -0,61 -61,39
Aspek Promosi Daerah 14,95 0,07 1,01 -1,00 -0,61 -60,65
Aspek Pengembangan Infrastruktur Pendukung 3,87 0,28 1,08 -0,97 -0,59 -59,27
Aspek Pelayanan Publik 3,87 0,25 0,96 -1,01 -0,62 -61,70
Jumlah 25,11 1,00 4,04 -3,99 -2,43
Tabel 1.6. Consistency Index

Tabel di atas menunjukkan konsistensi dari data yang dimiliki. Perlu diketahui bahwa
nilai n yang digunakan dalam perhitungan CI adalah 4 karena digunakan 4 aspek
pengembangan. Nilai RI (Random Index) yang digunakan untuk menghitung CR (Consistensy
Ratio) adalah sebesar 1,6409 karena responden yang dimiliki sebanyak 21. Berdasarkan isi
tabel, diketahui bahwa CR pada setiap aspek bernilai – (minus), yang mana menunjukkan
bahwa nilai tersebut kurang dari 0,1 atau 10%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
nilai dalam setiap aspek bersifat logis dan konsisten sehingga keputusan final yang nanti
dihasilkan adalah keputusan terbaik atau solusi yang optimal.

5. Tabel Pilihan Kebijakan Pengembangan Wilayah


Strategi Kebijakan Pengembangan
Pairwise Persentase Jumlah Responden
Pembangunan Wilayah
Aspek Pengembangan SDM 9,69 38,60 8
Aspek Pengembangan Infrastruktur Pendukung 7,88 31,37 7
Aspek Pelayanan Publik 5,86 23,33 5
Aspek Promosi Daerah 1,68 6,70 1
Jumlah 25,11 100,00 21,00
Tabel 1.7. Pilihan Kebijakan Pengembangan Wilayah
Tabel di atas menunjukkan seberapa banyak aspek pengembangan dipilih oleh
responsen. Aspek yang paling banyak dipilih adalah aspek pengembangan SDM, yakni
dipilih sebanyak 8 responden dengan presentase sebesar 38,60%. Kemudian, untuk aspek
pengembangan infrastruktur pendukung, pelayanan publik, dan promosi daerah secara
berturut-turut dipilih oleh 7; 6; dan 1 responden. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa sebagian sebesar responden menganggap aspek pengembangan SDM menjadi
aspek paling penting untuk dikembangkan, sedangkan aspek promosi daerah dianggap
paling tidak penting.

6. Tabel Prioritas Kebijakan Pengembangan Wilayah


Strategi Kebijakan Pengembangan
λ Max (A X B) Persentase
Pembangunan Wilayah
Aspek Pengembangan Infrastruktur Pendukung 1,08 26,80
Aspek Promosi Daerah 1,01 25,12
Aspek Pengembangan SDM 0,98 24,22
Aspek Pelayanan Publik 0,96 23,85
Jumlah 4,04 100,00
Tabel 1.8. Prioritas Kebijakan Pengembangan Wilayah

Dengan menghitung presentase nilai lamda max, dapat ditentukan prioritas kebijakan
pengembangan wilayah. Pada tabel ini, urutan prioritas sudh bersifat final sehingga dapat
dijadikan kesimpulan. Jika pada Tabel 1.4. didapatkan hasil sementara bahwa aspek
pengembangan SDM menjadi yang paling banyak dipilih, maka Tabel 1.8. ini menyajikan
hasil yang berbeda karena telah melalui pengolahan lebih lanjut. Pada Tabel 1.8. dapat
diketahui bahwa aspek pengembangan infrastruktur pendukung menjadi aspek yang
paling prioritas dalam pengembangan wilayah. Kemudian, diikuti oleh aspek promosi
daerah, aspek pengembangan SDM, dan aspek pelayanan publik.
Berdasarkan penerapan metode AHP di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk
mencapai strategi kebijakan pengembangan pembangunan wilayah di Kabupaten Sleman,
kebijakan diprioritaskan pada aspek pengembangan infrastruktur pendukung. Aspek ini
dianggap menjadi solusi paling optimal dalam pengembangan pembangunan wilayah.
Sementara itu, kebijakan yang paling tidak prioritas adalah aspek pelayanan publik.

VII. KESIMPULAN
1. Proses pengambilan keputusan menggunakan metode AHP dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan multikriteria dengan berbagai pilihan alternatif dengan
struktur hirarki. Pengambilan keputusan dilakukan dengan prinsip decomposition,
comparative judgement, synthesis of priority, dan local consistency. Selain itu, dilakukan juga
perhitungan CR (Consistency Ratio) untuk mengetahui konsistensi data agar didapatkan
keputusan terbaik.
2. Berdasarkan penerapan metode AHP dan perhitungan CR, diperoleh hasil bahwa
data yang dikelola bersifat logis dan konsisten. Prioritas strategi kebijakan
pengembangan pembangunan wilayah di Kabupaten Sleman adalah pada aspek
pengembangan infrastruktur pendukung, kemudian diikuti aspek promosi daerah,
aspek pengembangan SDM, dan aspek pelayanan publik sebagai aspek yang paling
tidak prioritas.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Latifah, S. 2005. Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. 2015. e-USU Reposritory
Universitas Sumatera Utara. Diakses dari https://repository.usu.ac.id/bitstream/
handle/123456789/981/hutan-siti11.pdf?sequence=2&isAllowed=y#:~:text=Dalam
%20menyelesaikan%20persoalan%20dengan%20AHP,of%20priority%2C%20dan%20
logical%20consistency.&text=Setelah%20persoalan%20didefenisikan%2C%20maka%
20perlu,yang%20utuh%20menjadi%20unsur%2Dunsurnya.
Mahendra, G. S. dan Aryanto, K. Y. E. 2019. SPK Penentuan Lokasi ATM Menggunakan
Metode AHP dan SAW. Jurnal Nasional Teknologi dan Sistem Informasi, 5 (1). 49-56.
Diakses dari https://teknosi.fti.unand.ac.id/index.php/teknosi/article/view/801/183.
Narti, Sriyadi, Rahmayani, Syarif, M. 2019. Pengambilan Keputusan Memilih Sekolah
Dengan Metode AHP. Jurnal Informatika, 6 (1). 143-150. Diakses dari
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ji/article/view/5552.
Padmowati, R. D. L. E. 2009. Pengukuran Index Konsistensi Dalam Proses Pengambilan
Keputusan Menggunakan Metode AHP. Seminar Nasional Informatika, 1 (5). 80-84.
Diakses dari http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/semnasif/article/view/910/784.
Pratama, A. H. S., Rustiadi, E., & Syaukat, Y. 2018. Strategi Pengembangan Wilayah
Ekonomi Kabupaten Bangkalan. Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah, 10 (2). 76-90.
Diakses dari https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpd/article/view/27788/
17785.
Qashlim, A. 2015. Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem
Pemberi Keputusan (Studi Kasus: Penentuan Kawasan Hutan Konservasi). Jurnal Ilmu
Komputer, 1 (1). 8-14. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/283
786-penerapan-metode-analytic-hierarchy-proc-bbd64205.pdf.
Saputra, M. I. H. & Nugraha, N. 2020. Sistem Pendukung Keputusan Dengan Metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus: Penentuan Internet Service Provider
di Lingkungan Jaringan Rumah). Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa, 25 (3). 199-212.
Diakses dari https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/tekno/article/view/3422/
2127.

Anda mungkin juga menyukai