Sejarah Singkat HKBP

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA H K B P

1824 : Penginjil pertama datang ke tanah Batak, yaitu Pdt. Burton dan Pdt. Ward. Mereka
diutus oleh Gereja Babtis Inggris. Tetapi kedua Penginjil ini tidak berhasil dan kembali
ke Inggeris.
1834 : Penginjil kedua datang ke tanah Batak, yaitu Pdt. Samuel Munson dan Pdt. Henry
Liman. Mereka diutus oleh Kongsi Zending Boston Amerika Serikat. Namun kedua
orang ini mati dibunuh orang Batak di desa Lobu Pining, Tapanuli Utara, Sumatera
Utara.
1840 : Tuan Junghun, seorang ahli sastera dari Eropa, datang ke tanah Batak untuk
menyelidiki/mempelajari tentang daerah dan suku Batak. Dari hasil penyelidikan
tersebut, orang Eropa tahu tentang orang Batak.
1849 : Tuan Van Der Tuuk dari Amsterdam Belanda, yang diutus oleh Kongsi Bibel
Nederland datang untuk mempelajari bahasa Batak. Hasilnya, sebahagian Alkitab dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa Batak dan ditulis dalam aksara Batak.
1853 : Melalui tulisan Batak yang sudah ada di Belanda, Dr.Fabri (pimpinan Rheinische
Zending) mengutus/menyuruh para pendeta yang ada di Banjar Masin, Kalimantan
untuk berangkat ke tanah Batak. Berhubung saat itu para pendeta di Banjar Masin tidak
dapat berbuat apa-apa karena terus dikejar-kejar oleh masyarakat setempat.
1857 : Pdt. G. Van Asselt dari desa Ermelo, Holland Belanda, datang ke Tapanuli Selatan
(Sidempuan).
1861 : 31 Maret : Orang Batak yang pertama sekali masuk Kristen ialah : Simon Siregar dan
Yakobus Tampubolon, yang dibabtis oleh Pdt.G.Van Asselt di Sipirok, Tapanuli
Selatan.
7 Oktober : Awal dari Rheinische Mission di tanah Batak. Saat itu 4 orang pendeta,
yaitu : Pdt. Heine, Pdt. Klammer, Pdt. Betz dan Pdt. Van Asselt
mengadakan Rapat I di Tapanuli, dan saat itulah yang menjadi hari
lahir/berdirinya HKBP (Huria Kristen Batak Protestan), diambil dari nama
ke-4 pendeta tersebut.

1862 : Berdiri gereja HKBP Pangaloan dan HKBP Sigompulon di Pahae, Tapanuli Utara.
1864 : Pdt.I.L. Nommensen merintis/membuka satu daerah yang disebut “Huta Dame” di
Silindung (Tarutung), dan inilah tempat orang Kristen pertama di Silindung, Tarutung.
Mei 1864 : Berdiri gereja HKBP di Sipirok.
20 Mei 1864 : Pdt.I.L. Nommensen mendirikan Gedung Huta Dame, dan
inilah awal berdirinya jemaat HKBP Pearaja Tarutung, yang
kita sebut sampai sekarang Kantor Pusat HKBP.

25 Desember 1864 : 3 orang pertama dibabtis di gereja Sipirok, yaitu : Thomas


Siregar, Pilipus Harahap dan Johanes Hutabarat.
1865 : 27 Agustus, 13 orang pertama dibabtis di Silindung.
1867 : 29 Maret, berdiri HKBP Pansurnapitu.
1868 : Berdirinya Sekolah Guru Jemaat di Parau Sorat Sipirok, murid yang pertama adalah
Thomas, Paulus, Markus, Johanes dan Efraim. Gurunya ialah : Dr.A. Schreiber dan
Leipold.
1877 : Berdiri Seminarium di Pansurnapitu, jumlah muridnya 12 orang.
1878 : Pdt. I.L. Nommensen menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Batak
Toba, dalam tulisan aksara Batak dan Latin.

Dr. Inguer Lodewyk Nommensen


Nommmensen adalah manusia biasa dengan tekad luar biasa. Perjuangan pendeta kelahiran 6
Februari 1834 di Marsch Nordstrand, Jerman Utara itu untuk melepaskan animisme dan
keterbelakangan dari peradaban Batak patut mendapatkan penghormatan.Maka tak heran, suatu
kali dalam sidang zending di Barmen, ketika utusan Denmark dan Jerman mengklaim bahwa
Nommensen adalah warga negara mereka, Pendeta Dr. Justin Sihombing yang hadir waktu itu
justru bersikeras mengatakan bahwa Nommensen adalah orang Batak.
Nommensen muda, ketika genap berusia 28 tahun telah hijrah meninggalkan Nordstrand dan
hidup di Tanah Batak hingga akhir hayatnya dalam usia 84 tahun.

Masa mudanya, ia lewati dengan menjalani pendidikan teologia (1857-1861) di Rheinische


Missions-Gesselscha ft (RMG) Barmen, setelah menerima sidi pada hari Minggu Palmarum 1849,
ketika berusia 15 tahun. Impian Nommensen untuk menjadi penginjil sudah muncul sejak kecil,
meski pada pada masa-masa itu ia sudah terbiasa hidup sederhana. Dalam kesederhanaan itu,
disebabkan orangtuanya yang tunakarya dan sering sakit-sakitan, ia bahkan sering kelaparan
karena tidak punya makanan sehingga terpaksa mencari sisa-sisa makanan di rumah-rumah orang
kaya bersama teman-temannya. Maka, sejak usia 8 tahun pun ia sudah menjadi gembala upahan
hingga umur 10 tahun.Tapi, rintangan tak luput menghambat cita-cita mulia itu. Sekali waktu,
ketika berusia 12 tahun, Nommensen mengalami kecelakaan ketika berkejar-kejaran dengan
temannya dan tertabrak kereta kuda sehingga membuat kakinya lumpuh. Akan tetapi Tuhan
berkehendak lain.Ketika dokter yang merawatnya menganjurkan agar kakinya diamputasi, ia
menolak dan meminta agar didoakan oleh ibunya dengan syarat, jika doa itu terkabul maka ia
akan memberitakan injil kepada orang yang belum mengenal Kristus. Tak lama kemudian doa itu
terkabul, ia pun sembuh.Misi Nommensen memang penuh pengorbanan. Tapi, ia tulus. Demi
misinya, ia bahkan tak sempat melihat Caroline Gutbrod, yang wafat setelah sebelumnya jatuh
sakit dan terpaksa dipulangkan ke Jerman.Nommensen juga banyak menyisakan kenangan, yang
barangkali menjadi simbol pengorbanan dan jasanya kelak. Kenangan-kenangan itu ibarat benih,
meski sang penabur kelak telah tiada. Barangkali, Gereja Dame adalah salah satu benih itu, yang
ketika penulis berkunjung ke sana, tampak kondisiya sudah mulai usang tapi masih berfungsi.
Gereja kecil itu adalah gereja yang pertama kali didirikannya ketika menginjakkan kakinya di
daerah Silindung, Tarutung.

Sekarang, benih-benih itu telah berbuah dengan lahirnya gereja-gereja HKBP, GKPI, HKI,
GKPS, GBKP dan GKPA, sebagai buah misi zending inkulturatif, yang tidak melupakan keaslian
budaya setempat dalam pelaksanaan rutinitas ibadah. Atas jasanya itu, RMG kemudian
mengangkat Nommensen menjadai ephorus pada 1881 hingga akhir hayatnya dan digantikan oleh
Pendeta Valentine Kessel (1918-1920). Pada 6 Februari 1904, ketika genap berusia 70, Universitas
Bonn menganugerahinya gelar Doktor Honoris Causa.

Namanya lalu ditabalkan untuk dua universitas HKBP yang ada di Medan dan
Pematangsiantar yang hingga saat ini masih berdiri. Kemudian, pada Oktober 1993 dibangun pula
Kawasan Wisata Rohani Salib Kasih (KWRSK) di puncak Siatas Barita, di mana ia pertama kali
menginjakkan kakinya di Silindung. Salib sepanjang 31 meter terpancang di sana, seakan-akan
melukiskan kisah karyanya yang agung.Nommensen wafat pada 23 Mei 1918 dan dimakamkan di
sisi makam istrinya yang kedua Christine Hander dan putrinya serta missionaris lainnya di Desa
Sigumpar, Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. Sejak 1891 ia telah tinggal di sana hingga
akhir hidupnya. Kemudian pada 29 Juni 1996 Yayasan Pasopar, lembaga yang peduli dengan
kelestarian sejarah kekristenan di Tanah Batak, memugar makamnya dan mengabadikannya
menjadi “Nommensen Memorial”.

Kini, Nommensen telah tiada tapi karyanya tetap hidup. Ia telah menabur benih-benih cinta
kasih sepanjang misinya untuk kita (Batak).
Masih banyak tahun-tahun penting yang seharusnya kita pelajari, tetapi yang paling utama
adalah sejarah berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).

NAMA-NAMA EPHORUS HKBP TAHUN 1881 – SEKARANG (2014)


No Nama Periode / Tahun
1 Pdt. DR. I. L. Nommensen 1881 – 1918
2 Pdt. Valentin Kessel (Pejabat Ephorus) 1818 – 1920
3 Pdt. Dr. J. Warneck 1920 – 1932
4 Pdt. P. Landgrebe 1932 – 1936
5 Pdt. DR. E. Verwiebe 1936 – 1940
6 Pdt. K. Sirait 1940 – 1942
7 Pdt. DR. hc. J. Sihombing 1942 – 1962
8 Ds. DR. hc. T.S. Sihombing 1962 – 1974
9 Ds. G.H.M. Siahaan 1974 – 1986
10 Pdt. DR. S.A.E. Nababan, LLD 1986 – 1998
11 Pdt. DR. P.W.T. Simanjuntak 1992 – 1998
12 Pdt. DR. J.R. Hutauruk 1998 – 2004
13 Pdt. DR. Bonar Napitupulu 2004 – 2008
14 Pdt. DR. Bonar Napitupulu 2008 – 2012
15 Pdt. W.T.P. Simarmata, MA 2012 - 2016
16 Pdt. Dr. Darwin Lumban Tobing 2016 - 2020
17 Pdt. Dr. Robinson Butarbutar 2020 - 2024

NAMA-NAMA SEKRETARIS JENDERAL (SEKJEN) HKBP


TAHUN 1950 – SEKARANG (2014)

No Nama Periode / Tahun


1 Ds. K. Sitompul 1950 – 1957
2 Ds. DR. hc. T. S. Sihombing 1957 – 1962
3 Ds. G.H.M. Siahaan 1962 – 1974
4 Pdt. DR. F.H. Sianipar 1974 – 1978
5 Ds. P.M. Sihombing, MTh 1978 – 1986
6 Pdt. O.P.T. Simorangkir, SMTh 1986 – 1992
7 Pdt. DR. S.M. Siahaan 1992– 1998
8 Pdt. W.T.P. Simarmata, MA 1998 – 2008
9 Pdt. Ramlan Hutahaean, MTh 2008 – 2012
10 Pdt. Mori Sihombing, M.Th 2012 - 2016
11 Pdt. David Sibuea, M.Th 2016 - 2020
12 Pdt. Dr. Victor Tinambunan 2020 - 2024

Anda mungkin juga menyukai