Jiptummpp GDL Lindaindri 51692 2 Babi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vitamin merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang
sangat kecil, tetapi memiliki fungsi dan peran yang penting dalam tubuh. Vitamin
tidak dapat disintesis oleh sebagian besar hewan dan manusia sehingga vitamin
diperoleh melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi. Vitamin banyak
terdapat dalam buah-buahan, sayur-mayur, dan suplemen makanan (Paramita,
2014).
Vitamin C atau asam askorbat adalah vitamin yang larut dalam air dan
memiliki fungsi beragam dalam tubuh. Didalam tubuh vitamin C berperan dalam
pemeliharaan potensial oksidasi-reduksi esensial. Vitamin C mempunyai sifat
sebagai antioksidan, inaktivasi radikal bebas, enzimatik co-faktor, inhibitor
pembentukan nitrosamin, donor reduksi ekuivalen pada sintesis kolagen, carnitin,
tirosin dan reaksi tergantung pada enzim CYP450 (Maia et al., 2007). Vitamin C
juga dapat menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko terjadinya penyakit
degenaratif dapat diturunkan (Thuraidah et al., 2015). Jika konsumsi vitamin C
kurang dari kebutuhan akan menyebabkan defisiensi dan menimbulkan berbagai
penyakit. Penyakit yang terjadi akibat defisiensi vitamin C adalah anemia, kulit
kering, pendarahan internal (hemorhages), radang gusi, dan menurunnya sistem
imun tubuh (Paramita, 2014). Vitamin C berperan dalam mempercepat penyerapan
zat besi, bila terjadi kekurangan asupan vitamin c maka zat besi yang diserap akan
berkurang sehingga bisa terjadi anemia. Defisiensi vitamin C dapat menimbulkan
beberapa gejala, dari yang ringan sampai berat. Defisiensi ringan ditandai dengan
timbulnya kelelahan, anoreksia, nyeri otot dan lebih mudah stess dan infeksi.
Sedangkan defisiensi berat menimbulkan penyakit skorbut. Bila pengobatan yang
diberikan terlambat maka dapat menyebabkan kematian (Thurnmham et al., 2000).
Kandungan vitamin C atau asam askorbat tidak kurang dari 99,0% dan tidak
lebih dari 100,5% C6H8O6 yang oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi
berwarna gelap (Anonim, 2014). Stabilitas dari vitamin C secara bertahap menjadi
gelap oleh paparan cahaya dan teroksidasi dengan cepat pada udara atau suasana

1
2

basa. Vitamin C bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh luar yang


menyebabkan kerusakan seperti suhu, pH, oksigen, enzim, dan katalisator logam.
Karena vitamin C dapat mengalami degradasi, sehingga dalam mengkonsumsi
vitamin C harus diperhatikan. Vitamin C apabila terpapar oleh cahaya dan terkena
pemanasan dapat teroksidasi menjadi asam L-dehidroaskorbat. Selanjutnya asam
L-dehidroaskorbat dioksidasi lebih lanjut akan terbentuk asam 2,3 diketogulonik,
lalu dapat menjadi asam oksalat dan 1-asam treonik. Reaksi vitamin C menjadi
asam L-dehidroaskorbat bersifat reversibel, sedangkan reaksi-reaksi yang lainnya
tidak (Thurnmham et al., 2000).
Kecepatan degradasi vitamin C sangat tergantung kondisi penyimpanannya.
Degradasi vitamin pada sari buah jeruk sangat dipengaruhi oleh suhu penyimpanan,
pada suhu 7ᵒC kecepatan degradasi lebih kecil dibandingkan pada suhu 28ᵒC.
Sedangkan, penyimpanan buah jeruk selama 15 hari akan menurunkan kadar
vitamin C dari 18,90 mg/110 g menjadi 17,18 mg/100 g. Namun, penyimpanan sari
buah jeruk pada suhu refrigerator dapat menekan perubahan citarasa maupun
degradasi vitamin C serta komponen lain dalam sari buah jeruk. Pada penyimpanan
selama 72 jam pada suhu antara 4 -120C kehilangan vitamin C sekitar 20% dan
sedikit penurunan akseptabilitas. Selain itu, dalam penyimpanan yang terlalu lama
kadar vitamin C akan semakin berkurang (Wariyah, 2010).
Masyarakat untuk memenuhi kebutuhan vitamin C mengkonsumsi minuman
bervitamin dibandingkan dengan mengkonsumsi vitamin C pada buah dan sayur
secara alami, hal ini dikarenakan minuman bervitamin mudah ditemukan
dimanapun dan penggunaannya relative lebih praktis (Wardani, 2012). Ada banyak
minuman bervitamin C yang beredar dipasaran, namun beberapa dijumpai pada
kemasan minuman terbuat dari bahan kaca bening yang dapat ditembus cahaya
matahari. Selain itu kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi minuman
bervitamin tidak langsung dihabiskan, namun masih disimpan untuk beberapa
waktu. Sedangkan sifat dari vitamin C sangat sensitif terhadap pengaruh luar seperti
cahaya dan suhu. Dilaporkan bahwa minuman yang diperkaya dengan vitamin C
yang mula-mula 100 % menurun menjadi 60% setelah disimpan selama 14 bulan.
Asam askorbat sangat mudah rusak oleh oksidasi udara bebas pada suhu kamar
terlebih lagi pada suhu yang lebih tinggi dan perubahan kadar asam askorbat diikuti
3

juga perubahan kadar gula selama penyimpanan buah atau sayuran. Penelitian ini
dilakukan untuk mengungkap degradasi asam askorbat oleh lama waktu simpan,
dan untuk mempelajari hubungannya dengan perubahan kadar gula (Tannenbaum
et al.,1985).
Maia et al., (2007) dalam penelitiannya menguji stabilitas vitamin c pada
sediaan semipadat farmasi/kosmetik yang formulasinya mengandung glutation dan
sodium metabisulfit sebagai antioksidan dengan metode KCKT fase terbalik pada
panjang gelombang 254 nm dan kolom 250 mm x 4,6 mm C 18. Fase gerak asam
metafosfat0,2% / metanol / asetonitril (90: 8: 2, v / v / v) dengan laju aliran 1.0
ml/menit. Ullah et al., (2012) telah melakukan optimasi dan validasi metode
analisis kuantitatif vitamin c pada minuman jus kemasan menggunakan metode RP-
HPLC dengan sistem pompa gradien, pemisahan dilakukan dengan kolom C-18 dan
detoctor UV-Visible. Fase gerak menggunakan metanol pro hplc 20% / dapar pH
3,0±0,1 80% dengan panjang gelombang 240nm dan laju aliran 1.0 ml/menit.
Metode KCKT secara umum banyak digunakan untuk pemisahan sejumlah
senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian
(impurities), analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatile),
penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwiter ion, isolasi dan pemurnian
senyawa, pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama, pemisahan
senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace element), dalam jumlah banyak
dan dalam skala proses industri. KCKT merupakan metode yang tidak destrukif dan
dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif (Risnafiani,
2015). KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analis
dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada bidang farmasi.
Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk melihat stabilitas vitamin
C pada sediaan minuman soda bervitamin, sampel yang digunakan minuman soda
bervitamin C 140ml. Pada penelitian ini digunakan metode kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT) untuk menguji stabilitas vitamin C pada minuman soda
bervitamin. Metode ini dipilih karena memiliki kecepatan dan sensitifitas yang
lebih baik dari kromagrafi lainnya. Parameter metode validasi dalam penelitian ini
meliputi uji presisi, uji akurasi, uji linearitas, uji selektifitas dan uji sampel.
4

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah di uraikan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh stabilitas kadar vitamin C pada sediaan minuman soda
bervitamin jika disimpan pada suhu ruangan setelah kemasan dibuka ?
2. Bagaimana pengaruh stabilitas kadar vitamin C pada sediaan minuman soda
bervitamin jika disimpan pada suhu lemari es setelah kemasan dibuka ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas kadar vitamin C pada
sediaan minuman soda bervitamin dengan memakai metode kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT).
2. Untuk mengetahui kadar vitamin C pada sediaan minuman soda bervitamin
jika disimpan pada suhu lemari es dan suhu ruang setelah kemasan dibuka.

1.4 Hipotesis
Semakin lama penyimpanan, maka semakin menurunnya stabilitas kadar
vitamin C pada sediaan minuman soda bervitamin, karena sifat ketidakstabilan
vitamin C terhadap paparan luar seperti suhu dan cahaya.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi masyarakat :
Dapat memberikan informasi tentang pengaruh penyimpanan vitamin C pada
sediaan minuman soda bervitamin terhadap stabilitasnya.
2. Bagi penulis :
a. Memperluas wawasan penulis tentang pengaruh stabilitas vitamin C pada
sediaan minuman soda bervitamin.
b. Memperluas pengetahuan penulis tentang metode-metode yang dapat
digunakan untuk uji stabilitas vitamin C pada sediaan minuman soda
bervitamin.

Anda mungkin juga menyukai