Ref Kecap Manis BGT
Ref Kecap Manis BGT
Ref Kecap Manis BGT
RENCANA HACCP
(HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL
POINT)
INDUSTRI KECAP
Produksi :
eBookPangan.com
2006
1
I. PENDAHULUAN
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem kontrol
dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi titik-
titik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi. HACCP merupakan salah
satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan
pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat
memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen.
Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan adalah untuk
mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan
guna memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem pengendalian
mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi masal dan
didistribusikan. Oleh karena itu dengan diterapkannya sistem HACCP akan
mencegah resiko komplain karena adanya bahaya pada suatu produk pangan. Selain
itu, HACCP juga dapat berfungsi sebagai promosi perdagangan di era pasar global
yang memiliki daya saing kompetitif.
Pada beberapa negara penerapan HACCP ini bersifat sukarela dan banyak
industri pangan yang telah menerapkannya. Disamping karena meningkatnya
kesadaran masyarakat baik produsen dan konsumen dalam negeri akan keamanan
pangan, penerapan HACCP di industri pangan banyak dipicu oleh permintaan
konsumen terutama dari negara pengimpor.
Penerapan HACCP dalam industri pangan memerlukan komitmen yang tinggi
dari pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Disamping itu, agar penerapan
HACCP ini sukses maka perusahaan perlu memenuhi prasyarat dasar industri pangan
yaitu, telah diterapkannya Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standard
Sanitation Operational Procedure (SSOP).
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh suatu industri pangan dengan
penerapan sistem HACCP antara lain meningkatkan keamanan pangan pada produk
makanan yang dihasilkan, meningkatkan kepuasan konsumen sehingga keluhan
konsumen akan berkurang, memperbaiki fungsi pengendalian, mengubah pendekatan
pengujian akhir yang bersifat retrospektif kepada pendekatan jaminan mutu yang
bersifat preventif, dan mengurangi limbah dan kerusakan produk atau waste.
2
II. SEJARAH HACCP
3
seperti HACCP ini lebih dapat memberikan jaminan kemanan pangan jika
dibandingkan dengan sistem pengawasan produk akhir.
Selain NAS, lembaga internasional seperti International Commission on
Microbiological Spesification for Foods (ICMSF) juga menerima konsep HACCP
dan memperkenalkannya ke luar Amerika Serikat. Ketika NAS membentuk The
National Advisory Commitee on Microbiological Criteria for Foods (NACMCF),
maka konsep HACCP makin dikembangkan dengan disusunnya 7 prinsip HACCP
yang dikenal sampai saat ini. Konsep HACCP kemudian diadopsi oleh berbagai
badan internasional seperti Codex Alimentarius Commission (CAC) yang kemudian
diadopsi oleh berbagai negara di dunia termasuk Indonesia.
4
III. KONSEP HACCP
MENURUT Codex Alimentarius Commision (CAC)
5
Indonesia mengadopsi sistem HACCP versi CAC tersebut dan menuangkannya
dalam acuan SNI 01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian
Titik-Titik Kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya yaitu Pedoman BSN
1004/1999. Sistem yang penerapannya masih bersifat sukarela ini telah digunakan
pula oleh Departemen Pertanian RI dalam menyusun Pedoman Umun Penyusunan
Rencana Kerja Jaminan Mutu Berdasarkan HACCP atau Pedoman Mutu Nomor 5.
2. DESKRIPSI PRODUK
6
3. IDENTIFIKASI PENGGUNA YANG DITUJU
Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan
pelaksanaan di lapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya untuk
menguji dan membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram alir proses
tersebut. Bila ternyata diagram alir proses tersebut tidak tepat atau kurang
sempurna, maka harus dilakukan modifikasi. Diagram alir proses yang telah
dibuat dan diverifikasi harus didokumentasikan.
7
6. PRINSIP 1: ANALISA BAHAYA
8
Tabel 2. Karakteristik Bahaya
9
tim dengan mempertimbangkan peluang terjadinya (reasonably likely to occur)
dan keparahan (severity) suatu bahaya.
Analisa bahaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam
penyusunan suatu rencana HACCP. Untuk menetapkan rencana dalam rangka
mencegah bahaya keamanan pangan, maka bahaya yang signifikan atau beresiko
tinggi dan tindakan pencegahan harus diidentifikasi. Hanya bahaya yang
signifikan atau yang memiliki resiko tinggi yang perlu dipertimbangkan dalam
penetapan critical control point.
10
7. PRINSIP 2: PENETAPAN Critical Control Point (CCP)
CCP atau Titik Kendali Kritis didefinisikan sebagai suatu titik, langkah
atau prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan
pangan dapat dicegah, dihilangkan atau diturunkan sampai ke batas yang dapat
diterima. Pada setiap bahaya yang telah diidentifikasi dalam proses sebelumnya,
maka dapat ditentukan satu atau beberapa CCP dimana suatu bahaya dapat
dikendalikan.
Masing-masing titik penerapan tindakan pencegahan yang telah
ditetapkan diuji dengan menggunakan CCP decision tree (Gambar 2,3,4) untuk
menentukan CCP. Decision tree ini berisi urutan pertanyaan mengenai bahaya
yang mungkin muncul dalam suatu langkah proses, dan dapat juga diaplikasikan
pada bahan baku untuk mengidentifikasi bahan baku yang sensitif terhadap
bahaya atau untuk menghindari kontaminasi silang. Suatu CCP dapat digunakan
untuk mengendalikan satu atau beberapa bahaya, misalnya suatu CCP secara
bersama-sama dapat dikendalikan untuk mengurangi bahaya fisik dan
mikrobiologi.
YA TIDAK CCP
P3. Apakah ada risiko kontaminasi silang lerhadap fasilitas alau produk lain yang tidak dapat dikendalikan ?
TIDAK YA
11
P1. Apakah formulasi atau komposisi adonan atau campuran penting unluk mencegah terjadinya
peningkatan bahaya ?
Bukan
YA TIDAK
CCP
CCP
Apakah pengendalian YA
diperlukan untuk TIDAK Bukan
meningkatkan keamanan? CCP
P3. Apakah proses ini dirancang khusus untuk menghilangkan /mengurangi bahaya sampai aman?
TIDAK YA CCP
YA TIDAK CCP
Bukan CCP
12
8. PRINSIP 3: PENETAPAN Critical Limit (CL)
Critical limit (CL) atau batas kritis adalah suatu kriteria yang harus
dipenuhi untuk setiap tindakan pencegahan yang ditujukan untuk menghilangkan
atau mengurangi bahaya sampai batas aman. Batas ini akan memisahkan antara
"yang diterima" dan "yang ditolak", berupa kisaran toleransi pada setiap CCP.
Batas kritis ditetapkan untuk menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan dengan
baik. Penetapan batas kritis haruslah dapat dijustifikasi, artinya memiliki alasan
kuat mengapa batas tersebut digunakan dan harus dapat divalidasi artinya sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan serta dapat diukur. Penentuan batas kritis ini
biasanya dilakukan berdasarkan studi literatur, regulasi pemerintah, para ahli di
bidang mikrobiologi maupun kimia, CODEX dan lain sebagainya.
Untuk menetapkan CL maka pertanyaan yang harus dijawab adalah :
apakah komponen kritis yang berhubungan dengan CCP? Suatu CCP mungkin
memiliki berbagai komponen yang harus dikendalikan untuk menjamin
keamanan produk. Secara umum batas kritis dapat digolongkan ke dalam batas
fisik (suhu, waktu), batas kimia (pH, kadar garam). Penggunaan batas
mikrobiologi (jumlah mikroba dan sebagainya) sebaiknya dihindari karena
memerlukan waktu untuk mengukurnya, kecuali jika terdapat uji cepat untuk
pengukuran tersebut. Tabel 5 menunjukkan contoh batas kritis suatu proses
dalam industri pangan.
13
9. PRINSIP 4: PENETAPAN PROSEDUR PEMANTAUAN UNTUK SETIAP
CCP
14
Beberapa kegiatan verifikasi misalnya:
Penetapan jadwal inspeksi verifikasi yang tepat
Pemeriksaan kembali rencana HACCP
Pemeriksaan catatan CCP
Pemeriksaan catatan penyimpangan dan disposisi inspeksi visual
terhadap kegiatan untuk mengamati jika CCP tidak terkendalikan
Pengambilan contoh secara acak
Catatan tertulis mengenai inspeksi verifikasi yang menentukan
kesesuaian dengan rencana HACCP, atau penyimpangan dari
rencana dan tindakan koreksi yang dilakukan.
Verifikasi harus dilakukan secara rutin dan tidak terduga untuk menjamin
bahwa CCP yang ditetapkan masih dapat dikendalikan. Verifikasi juga dilakukan
jika ada informasi baru mengenai keamanan pangan atau jika terjadi keracunan
makanan oleh produk tersebut.
15
IV. PENYUSUNAN RENCANA HACCP
UNTUK INDUSTRI KECAP
Tim ini dapat terdiri dari 5 - 10 orang dan terdiri dari anggota yang
memiliki latar belakang pendidikan yang beragam, seperti ahli mikrobiologi, ahli
mesin (engineer), ahli kimia, personalia atau manajer bagian pembelian, bagian
pengolahan atau produksi, bagian quality assurance dan sebagainya. Berdasarkan
kesepakatan bersama kemudian ditunjuk seorang ketua. Sebaiknya diantara tim
tersebut terdapat orang-orang yang telah mendapatkan pelatihan tentang HACCP.
Daftar anggota tim HACCP dapat disusun seperti pada Tabel 6:
16
Nama Jabatan Tanggung jawab
1. Menjamin bahwa semua karyawan di
departemennya terlatih dan memahami
sistem keamanan pangan
…….. Production Manager 2. Menjamin bahwa semua produk yang
dihasilkan telah sesuai dengan standar
persyaratan mutu dan keamanan pangan
3. Menjamin proses yang berlangsung di area
produksi telah sesuai dengan GMP, SOP
dan SSOP yang telah ditetapkan
1. Menjamin bahwa semua karyawan di
departemennya terlatih dan memahami
sistem keamanan pangan
…….. Packaging Manager 2. Memastikan bahwa kemasan yang datang
dari supplier telah diinspeksi dengan baik
dan benar
3. Menjamin bahwa kemasan yang
digunakan adalah aman untuk digunakan
17
Tabel 7. Deskripsi Produk Kecap
Dalam kegiatan ini tim akan mencatat penggunaan produk, cara penyajian
dan kelompok konsumen yang mungkin berpengaruh pada keamanan produk
tersebut. Contohnya:
Produk : Kecap Manis x
Cara Penyajian : Langsung dikonsumsi
Konsumen : Terdiri dari konsumen dari semua umur
18
4. LANGKAH 4: PENYUSUNAN DIAGRAM ALIR PROSES
Diagram alir proses yang telah disusun oleh tim HACCP kemudian
diverifikasi di tempat (on site verification) dengan cara mengobservasi secara
langsung praktek produksi di lapangan, mewawancarai operator dan mencatat
hal-hal yang berbeda dari hasil "brainstorm" tim HACCP. Verifikasi
dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa diagram alir proses yang disusun benar-
benar sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Jika telah sesuai dengan
kondisi di lapangan, maka diagram alir proses pada Lampiran 1 tersebut siap
digunakan sebagai bahan acuan penetapan langkah berikutnya yang merupakan
prinsip-prinsip HACCP.
19
Pada dasarnya, pada analisa bahaya tim HACCP dapat melakukan
beberapa pendekatan secara sistematis sebagai berikut :
2. Menentukan semua jenis bahaya pada setiap tahapan atau kondisi proses lalu
melihat peluang terjadinya dan keparahannya. Peluang terjadinya bahaya dan
keparahannya dapat didasarkan pada pengetahuan, pustaka, data-data ilmiah
yang ada atau dengan melihat rekaman data milik perusahaan tersebut.
Dengan menggunakan Tabel 4 pedoman ini maka dapat ditetapkan apakah
bahaya tersebut signifikan atau tidak. Hasil analisis dapat dituangkan dalam
lembar kerja 1d dan 1e yang terdapat pada Lampiran 5,6. Tahapan atau
kondisi proses yang signifikan risiko bahayanya akan dipertimbangkan dalam
penetapan CCP pada langkah berikutnya. Meskipun demikian, meski tidak
tinggi signifikansinya, bila konsumen produk adalah populasi rentan maka
harus dipertimbangkan dalam langkah berikutnya.
20
Contoh analisa bahaya untuk bahan baku dan proses pada proses
pembuatan produk kecap sesuai dengan diagram alir proses pada Lampiran 1
adalah sebagai berikut :
A B C D E F
RESIKO
PRODUK : KECAP X
Kecap X 0 + 0 0 + + III
BAHAN BAKU
Kedelai + + 0 + + 0 IV
Gandum + + 0 + + 0 IV
Gula 0 0 0 + + 0 II
Air 0 0 0 + + 0 II
Garam 0 0 0 0 0 0 0
Sodium 0 + 0 + + 0 III
Benzoat
Pewarna 0 + 0 + + 0 III
Karamel
Rempah- 0 0 0 0 0 0 0
rempah
21
Tabel 9. Kajian Resiko Bahaya Kimia
A B C D E F
RESIKO
PRODUK : KECAP X
Kecap X 0 + 0 + + + IV
BAHAN BAKU
Kedelai + + 0 + + 0 IV
Gandum + + 0 + + 0 IV
Gula 0 + 0 + + 0 III
Air 0 + 0 + + 0 III
Garam 0 0 0 0 0 0 0
Sodium 0 + 0 + + 0 III
Benzoat
Pewarna 0 + 0 + + 0 III
Karamel
Rempah- 0 0 0 0 0 0 0
rempah
22
Tabel 10. Kajian Resiko Bahaya Fisik
A B C D E F
RESIKO
PRODUK : KECAP X
Kecap X 0 + 0 + 0 + III
BAHAN BAKU
Kedelai 0 + + + + + V
Gandum 0 + + + + + V
Gula 0 + + + + + V
Air 0 0 0 0 0 0 0
Garam 0 + 0 + 0 + III
Sodium 0 + 0 + 0 + III
Benzoat
Pewarna 0 + 0 + 0 + III
Karamel
Rempah- 0 + 0 + 0 + III
rempah
23
Mengidentifikasi bahaya selama proses produksi
24
Langkah Input Bahaya Tindakan Pencegahan
Proses
Fermentasi Larutan Biologi 1. Mengontrol suhu dan kelembaban
garam garam dan Mikroorganisme yang ruang fermentasi
bibit tidak diinginkan dari 2. Analisa laboratorium setelah
kecap/kap udara fermentasi; apakah kapang yang
ang tumbuh sesuai dengan yang
diinginkan atau ditumbuhi oleh
mikroorganisme lain
3. Pelaksanaan GMP, SOP, SSOP
dengan baik dan benar
25
Langkah Input Bahaya Tindakan Pencegahan
Proses
Proses l/ m/ h L/ M/ H
Penanganan Biologi 1. Pengecekan sertifikat COA
bahan baku Kapang dan khamir pemasok terhadap
serta bakteri kesesuaian barang yang
patogen dalam akan digunakan l H Tidak signifikan
bahan baku 2. Analisa kimia, fisik, dan
mikrobiologi
Kimia
Kontaminasi bahan
kimia
Fisik
Kontaminasi benda
asing (logam,
plastik, kayu, kaca)
26
Langkah Bahaya Tindakan Pencegahan Frekuensi Keparahan Signifikansi
Proses
l/ m/ h L/ M/ H
Perebusan Biologi 1. Melakukan sortasi dan
bungkil Kapang dan khamir pengecekan secara visual
kacang serta bakteri terhadap bungkil kacang
kedelai patogen dalam kedelai yang akan l M Tidak signifikan
bahan baku digunakan
Fisik 2. Pengecekan kadar air
Kontaminasi benda bungkil kacang kedelai
asing (logam, plastik, sebelum dan sesudah
kayu, kaca) perebusan
3. Melakukan pengontrolan
terhadap waktu dan suhu
perebusan
4. Pelaksanaan GMP, SOP,
dan SSOP dengan baik dan
benar
27
Langkah Bahaya Tindakan Pencegahan Frekuensi Keparahan Signifikansi
Proses
l/ m/ h L/ M/ H
Fermentasi Biologi 1. Mengontrol suhu dan
garam Mikroorganisme kelembaban ruang
yang tidak fermentasi
diinginkan dari 2. Analisa laboratorium h M Signifikan
udara setelah fermentasi;
apakah kapang yang
tumbuh sesuai
dengan yang
diinginkan atau
ditumbuhi oleh
mikroorganisme lain
3. Pelaksanaan GMP,
SOP, SSOP dengan
baik dan benar
28
Langkah Bahaya Tindakan Frekuensi Keparahan Signifikansi
Proses Pencegahan l/ m /h L/ M/ H
Separator Fisik 1. Pengecekan secara
setelah pre- Kontaminasi visual selama proses
heating benda asing 2. Pengecekan rutin h H Signifikan
(logam, plastik, setiap awal produksi,
kayu, kaca) akhir shift, dan
pergantian produk
terhadap saringan
yang digunakan
Bahan baku, tahapan proses atau kondisi sanitasi wadah, pekerja, maupun
ruangan yang dinilai tinggi kategori risikonya atau tinggi signifikansi bahayanya
akan diuji apakah menjadi CCP atau tidak. Penetapan CCP dilakukan dengan
mengacu pada decision tree yang terdapat pada Gambar 2, 3, 4 pedoman ini.
Untuk itu dilakukan analisis dengan menggunakan lembar kerja 2 (Lampiran
7).Contoh pengujian untuk menetapkan CCP dapat dilihat pada Tabel 13 dan
Tabel 14 pedoman ini.
29
Tabel 13. Penentuan CCP Untuk Bahan Baku
Gandum Biologi
Kapang dan khamir serta
bakteri patogen dalam bahan
baku
Y Y T Bukan
Kimia
CCP
Kontaminasi bahan kimia
Fisik
Kontaminasi benda asing
(logam, plastik, kayu, kaca)
Gula Biologi
Kapang dan khamir serta
bakteri patogen dalam bahan
baku
Y Y T Bukan
Kimia
CCP
Kontaminasi bahan kimia
Fisik
Kontaminasi benda asing
(logam, plastik, kayu, kaca)
Garam Biologi
Kapang dan khamir serta
bakteri patogen dalam bahan
baku
Kimia
Y Y T Bukan
Kontaminasi bahan kimia
Fisik
CCP
30
Bahan Baku Bahaya P1 P2 P3 Tipe
CCP
Air Biologi
Kapang dan khamir serta
bakteri patogen dalam bahan
baku
Y Y T Bukan
Kimia
CCP
Kontaminasi bahan kimia
Fisik
Kontaminasi benda asing
(logam, plastik, kayu, kaca)
31
Langkah Bahaya P1 P2 P3 P4 P5 Tipe
Proses CCP
Perebusan Biologi
bungkil kacang Kapang dan khamir serta
kedelai bakteri patogen dalam
bahan baku
Y Y T T Bukan
CCP
Fisik
Kontaminasi benda asing
(logam, plastik, kayu, kaca)
Fermentasi Biologi
kapang Mikroorganisme yang tidak Y Y T Y T CCP 1
diinginkan dari udara
Fermentasi Biologi
garam Mikroorganisme yang tidak Y Y T Y T CCP 2
diinginkan dari udara
Separator Fisik
setelah pre- Kontaminasi benda asing Y Y Y CCP 3
heating (logam, plastik, kayu, kaca)
32
Berikut ini adalah contoh penetapan batas kritis pada CCP yang telah ditetapkan
sebelumnya pada produk kecap:
Separator setelah pre- CCP 3 Separator harus dalam kondisi tepat, baik, tidak rusak dan
heating berada pada tempatnya
33
Tabel 16. Penetapan Prosedur Pemantauan
Tahapan Prosedur Pemantauan
Proses
Siapa Apa Bagaimana Di mana Kapan
Fermentasi Operator 1. Suhu dan 1. Pengecekan 1. Ruang 1. Sebelum
Kapang QA Lab kelembaban terhadap suhu Koji fermenta
(CCP 1) 2. mikroorganis dan (Ferment si/ awal
me pada kelembaban asi) shift
kapang 2. Pengambilan 2. Lab QA 2. Setelah
sampel untuk fermenta
analisa si
laboratorium
Fermentasi Bagian Kadar larutan Garam Pengecekan kadar larutan Ruang. Sebelum
garam Produksi garam Fermentasi fermentasi/
(CCP 2) garam awal shift
Pencucian Karyawan Botol yang telah dicuci Pengambilan sampel untuk Ruang Tiap setengah
Botol PC di analisa laboratorium pencucian jam sekali
(CCP 4) botol
34
12. LANGKAH 12 (PRINSIP 7) : PEREKAMAN DATA (DOKUMENTASI)
35
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 1994. Kecap dan Tauco Kedelai. Teknologi Tepat Guna. Kanisius,
Yogyakarta.
Bryan, F.l. 1994. HACCP: Present Status and Future in Contribution to Food Safety.
Dairy, Food and Environmental Sanitation 14, 650-655
Buchanan, R.L. 1990. HACCP: A re-emerging approach to food safety. Trends in
Food Science. and Technology., November, 102-104
Mayes, T. 1992. Simple users' guide to the hazard analysis critical control point
concept for the control of food microbiological safety. Food Control. p.14-19
Mortimore, S. and Wallace, C. 1994. Hazard Analysis Critical Control Point,
A Practical Approach. Chapman and Hall, London
36
Lampiran 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Kecap
Pemasakan Makanan
Gula Ternak
Penyaringan
Pencampuran Filtrat
Pre-Heating Separator
80- 100°C
Botol
Pendinginan Heating
Pencucian
Pembotolan
37
Lampiran 2 . Lembar Kerja HACCP 1a
A B C D E F
RESIKO
PRODUK
BAHAN BAKU
38
Lampiran 3 . Lembar Kerja HACCP 1b
A B C D E F
RESIKO
PRODUK
BAHAN BAKU
39
Lampiran 4 . Lembar Kerja HACCP 1c
A B C D E F
RESIKO
PRODUK
BAHAN BAKU
40
Lampiran 5. Lembar Kerja HACCP: 1d
41
Lampiran 6. Lembar Kerja HACCP: 1e
42
Lampiran 7. Lembar Kerja HACCP 2
43
44
45