2023-Permenpan RB Nomor 1 Tahun 2023
2023-Permenpan RB Nomor 1 Tahun 2023
2023-Permenpan RB Nomor 1 Tahun 2023
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN
adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah.
2. Pegawai ASN yang selanjutnya disebut Pegawai ASN
adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya
dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
4. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan fungsi,
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang
Pegawai ASN dalam suatu satuan organisasi.
5. Jabatan Pimpinan Tinggi yang selanjutnya disingkat JPT
adalah sekelompok Jabatan tinggi pada instansi
pemerintah.
6. Pejabat Pimpinan Tinggi adalah Pegawai ASN yang
menduduki JPT.
7. Jabatan Administrasi yang selanjutnya disingkat JA
adalah sekelompok Jabatan yang berisi fungsi dan tugas
berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan.
8. Pejabat Administrasi adalah Pegawai ASN yang
menduduki JA pada instansi pemerintah.
9. Jabatan Fungsional yang selanjutnya disingkat JF adalah
sekelompok Jabatan yang berisi fungsi dan tugas
berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan
pada keahlian dan keterampilan tertentu.
-3-
BAB II
KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB, TUGAS, DAN
KLASIFIKASI JF
Bagian Kesatu
Kedudukan dan Tanggung Jawab JF
Pasal 2
(1) Pejabat Fungsional berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab secara langsung kepada Pejabat
Pimpinan Tinggi madya, Pejabat Pimpinan Tinggi pratama,
pejabat administrator, atau pejabat pengawas yang
memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas JF.
(2) Pejabat Fungsional dapat ditugaskan untuk memimpin
suatu Unit Organisasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Dalam hal Pejabat Fungsional berkedudukan pada Unit
Organisasi yang dipimpin oleh Pejabat Fungsional
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Fungsional
dapat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
secara langsung kepada Pejabat Fungsional yang
memimpin Unit Organisasi.
-5-
Bagian Kedua
Tugas JF
Pasal 3
(1) JF memiliki tugas memberikan pelayanan fungsional yang
berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.
(2) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
memperhatikan ruang lingkup kegiatan.
(3) Selain ruang lingkup kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) JF dapat diberikan tugas lainnya.
(4) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dilaksanakan untuk memenuhi Ekspektasi pada Instansi
Pemerintah guna pencapaian target organisasi.
(5) Ekspektasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan berdasarkan prinsip pengelolaan kinerja
Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Klasifikasi JF
Pasal 4
(1) Klasifikasi JF disusun berdasarkan kesamaan
karakteristik, mekanisme, dan pola kerja dalam Unit
Organisasi.
(2) Karakteristik kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencerminkan ruang lingkup kegiatan, kewenangan,
aspek pengetahuan dan keterampilan, serta keahlian yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas JF.
(3) Mekanisme kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencerminkan pada metode dan cara kerja JF.
(4) Pola kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merujuk
kepada kerangka kerja dalam melaksanakan tugas JF.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi JF
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
BAB III
KATEGORI DAN JENJANG JF
Bagian Kesatu
Kategori JF
Pasal 5
(1) Kategori JF terdiri atas:
a. JF keahlian; dan
b. JF keterampilan.
(2) JF keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
ditetapkan berdasarkan dominasi karakteristik pekerjaan
ranah kognitif, yaitu pengetahuan dan perilaku sesuai
dengan jenjang pendidikan.
(3) JF keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b ditetapkan berdasarkan dominasi karakteristik
pekerjaan pada ranah psikomotor, yaitu keterampilan dan
perilaku sesuai dengan jenjang pendidikan.
-6-
Bagian Kedua
Jenjang JF
Pasal 6
(1) Jenjang JF keahlian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. jenjang ahli utama;
b. jenjang ahli madya;
c. jenjang ahli muda; dan
d. jenjang ahli pertama.
(2) Tugas dan fungsi dalam JF keahlian ditentukan
berdasarkan pengetahuan dan keahlian sebagai berikut:
a. jenjang JF ahli utama sebagaimana dimaksud pada
ayaf (1) huruf a, melaksanakan tugas dan fungsi utama
yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat
tertinggi;
b. jenjang JF ahli madya sebagaimana dimaksud pada
ayal (1) huruf b, melaksanakan tugas dan fungsi utama
yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat
tinggi;
c. jenjang JF ahli muda sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, melaksanakan tugas dan fungsi utama
yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat
lanjutan; dan
d. jenjang JF ahli pertama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, melaksanakan tugas dan fungsi
utama yang mensyaratkan kualifikasi profesional
tingkat dasar.
(3) Jenjang JF keterampilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. jenjang penyelia;
b. jenjang mahir;
c. jenjang terampil; dan
d. jenjang pemula.
(4) Tugas dan fungsi dalam JF keterampilan ditentukan
berdasarkan pengetahuan dan keterampilan sebagai
berikut:
a. jenjang JF penyelia sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf a, melaksanakan tugas dan fungsi koordinasi
dalam JF keterampilan;
b. jenjang JF mahir sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b, melaksanakan tugas dan fungsi utama dalam
JF keterampilan;
c. jenjang JF terampil sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf c, melaksanakan tugas dan fungsi yang
bersifat lanjutan dalam JF keterampilan; dan
d. jenjang JF pemula sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf d, melaksanakan tugas dan fungsi yang
bersifat dasar dalam JF keterampilan.
Pasal 7
Tingkat pengetahuan dan keahlian/keterampilan dalam
melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) dan ayat (4) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
-7-
BAB IV
PENGUSULAN DAN PENETAPAN JF
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
(1) Penetapan JF dalam suatu Unit Organisasi Instansi
Pemerintah dilaksanakan berdasarkan kesesuaian antara
tugas dan fungsi Unit Organisasi dengan tugas JF.
(2) Penetapan JF sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pengusulan JF baru; dan/atau
b. perubahan JF yang sudah ditetapkan oleh Menteri.
Bagian Kedua
Tata Cara Pengusulan dan Penetapan JF
Pasal 9
(1) Penetapan JF sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(2) berdasarkan pada usulan dari pimpinan Instansi
Pemerintah kepada Menteri.
(2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
oleh pimpinan Instansi Pemerintah kepada Menteri
dengan melampirkan urgensi penetapan JF.
(3) Menteri melakukan kajian terhadap usulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Berdasarkan hasil kajian sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Menteri menetapkan JF yang diusulkan dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 10
Dalam hal diperlukan, Menteri dapat menetapkan JF tanpa
usulan dari pimpinan Instansi Pemerintah.
BAB V
PENGANGKATAN DALAM JF
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 11
(1) Pengangkatan PNS dalam JF harus mempertimbangkan
lingkup tugas Unit Organisasi dengan kelompok keahlian/
keterampilan JF, serta kebutuhan organisasi.
(2) Penetapan kebutuhan JF dilaksanakan berdasarkan
pedoman penghitungan kebutuhan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
Pengangkatan PNS ke dalam JF dilakukan melalui:
a. pengangkatan pertama;
b. perpindahan dari jabatan lain;
c. penyesuaian; dan
d. promosi.
-8-
Bagian Kedua
Pengangkatan Pertama
Pasal 13
(1) Pengangkatan pertama dalam JF sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf a harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah:
1. sarjana atau diploma empat sesuai dengan
kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan untuk JF
keahlian; dan
2. sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat sesuai
dengan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan
untuk JF keterampilan;
e. nilai Predikat Kinerja paling rendah baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir; dan
f. syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan pengangkatan untuk mengisi lowongan
kebutuhan JF dari calon PNS, bagi:
a. JF ahli pertama;
b. JF ahli muda;
c. JF pemula; atau
d. JF terampil.`
(3) Pengangkatan pertama melalui pengisian kebutuhan JF
dari calon PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
mencantumkan nomenklatur JF dalam keputusan
pengangkatan calon PNS dan diberikan kelas jabatan
sesuai kelas JF.
Bagian Ketiga
Perpindahan dari Jabatan Lain
Paragraf 1
Umum
Pasal 14
Pengangkatan JF melalui perpindahan dari jabatan lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b dilaksanakan
untuk pengembangan karier dan kapasitas pejabat fungsional
yang disusun sesuai dengan kebutuhan Unit Organisasi.
Pasal 15
Perpindahan dari jabatan lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 huruf b merupakan Perpindahan Horizontal ke dalam
JF dilaksanakan melalui:
a. perpindahan antar kelompok JF; dan
b. perpindahan antar Jabatan.
-9-
Pasal 16
(1) Pengangkatan dalam JF melalui perpindahan dari Jabatan
lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah:
1. sarjana atau diploma empat sesuai dengan
kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan untuk JF
keahlian; atau
2. sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat sesuai
dengan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan
untuk JF keterampilan;
e. mengikuti dan lulus Uji Kompetensi sesuai standar
kompetensi yang telah disusun oleh instansi pembina;
f. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di
bidang JF yang akan diduduki paling singkat 2 (dua)
tahun;
g. nilai Predikat Kinerja paling rendah baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir;
h. berusia paling tinggi:
1. 53 (lima puluh tiga) tahun untuk JF ahli pertama
dan JF ahli muda, dan kategori keterampilan;
2. 55 (lima puluh lima) tahun untuk JF ahli madya;
dan
3. 60 (enam puluh) tahun untuk JF ahli utama bagi
PNS yang telah menduduki JPT; dan
i. syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Dalam hal kebutuhan Unit Organisasi, perpindahan JF
ahli utama ke dalam JF ahli utama lainnya paling tinggi
berusia 63 (enam puluh tiga) tahun.
(3) Dalam hal penataan birokrasi atau kebutuhan strategis
organisasi, persyaratan pengalaman sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f dapat dipertimbangkan
paling singkat 1 (satu) tahun secara kumulatif.
(4) Pengusulan untuk pengangkatan JF sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf h angka 3 dilaksanakan
paling lama 1 (satu) tahun sebelum batas persyaratan usia
sebagaimana pada ayat (1) huruf h angka 3.
(5) Pengangkatan JF sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mempertimbangkan ketersediaan lowongan
kebutuhan untuk JF yang akan diduduki.
Pasal 17
(1) Pengangkatan dalam JF melalui perpindahan dari Jabatan
lain dapat dilakukan dengan mempertimbangkan hasil
Evaluasi Kinerja Periodik pegawai minimal 6 (enam) bulan
terakhir.
(2) Dalam hal hasil Evaluasi Kinerja Periodik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memiliki Predikat Kinerja baik dan
sangat baik, perpindahan dari Jabatan lain dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan aspirasi pejabat
fungsional yang bersangkutan.
- 10 -
Pasal 18
Pangkat PNS yang akan diangkat dalam JF melalui
perpindahan dari jabatan lain ditetapkan sama dengan pangkat
yang dimilikinya.
Paragraf 2
Perpindahan antar kelompok JF
Pasal 19
(1) Perpindahan antar kelompok JF sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf a dilaksanakan antar JF.
(2) Perpindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan
syarat Jabatan.
(3) Perpindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan dalam satu atau lintas rumpun/klasifikasi
Jabatan.
Pasal 20
Angka Kredit yang dimiliki pada JF sebelumnya ditetapkan
sebagai Angka Kredit JF yang akan diduduki.
Paragraf 3
Perpindahan Antarjabatan
Pasal 21
(1) Perpindahan antar Jabatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 huruf b dilaksanakan antar JF, JA, atau JPT.
(2) Perpindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu:
a. Pejabat Pimpinan Tinggi utama, Pejabat Pimpinan
Tinggi madya, Pejabat Pimpinan Tinggi pratama ke
dalam JF ahli utama;
b. pejabat administrator ke dalam JF ahli madya;
c. pejabat pengawas ke dalam JF ahli muda;
d. pejabat pelaksana ke dalam JF keterampilan dan JF
ahli pertama;
e. Pejabat Fungsional ahli utama ke dalam JPT Pratama;
atau
f. Pejabat Fungsional keterampilan, ahli pertama, ahli
muda, dan ahli madya ke dalam JA.
(3) Perpindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan dalam satu atau lintas rumpun/klasifikasi
Jabatan.
Pasal 22
(1) Perpindahan JPT dan JA ke JF sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf d
diberikan Angka Kredit.
(2) Perpindahan JF ke JPT dan JA sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (2) huruf e dan huruf f dilaksanakan
- 11 -
Bagian Keempat
Penyesuaian
Pasal 23
(1) Pengangkatan dalam JF melalui penyesuaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c
dilaksanakan untuk:
a. penetapan JF baru;
b. perubahan ruang lingkup tugas JF; dan/atau
c. kebutuhan mendesak sesuai prioritas strategis
instansi atau nasional.
(2) Pengangkatan dalam JF melalui penyesuaian berlaku bagi
PNS yang pada saat JF ditetapkan telah memiliki
pengalaman dan/atau masih melaksanakan tugas di
bidang JF yang akan diduduki berdasarkan keputusan
PyB.
(3) Pengangkatan dalam JF melalui penyesuaian, harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah:
1. sarjana/diploma empat untuk JF keahlian; dan
2. sekolah lanjutan tingkat atas atau setara untuk JF
keterampilan;
e. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di
bidang JF yang akan diduduki paling singkat 2 (dua)
tahun;
f. memiliki Predikat Kinerja paling rendah baik dalam 2
(dua) tahun terakhir; dan
g. syarat lain sesuai dengan kebutuhan JF yang
ditetapkan oleh Menteri.
(4) Pengangkatan dalam JF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan mempertimbangkan lowongan
kebutuhan jabatan untuk jenjang jabatan yang akan
diduduki.
(5) Pengangkatan dalam JF melalui penyesuaian diberikan
Angka Kredit sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(6) Angka Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
diberikan 1 (satu) kali selama masa penyesuaian.
- 12 -
Pasal 24
(1) Dalam hal diperlukan penataan birokrasi, penyesuaian
Jabatan ke dalam JF dapat dilakukan melalui penyetaraan
Jabatan dengan persetujuan Menteri.
(2) Penyetaraan Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yaitu:
a. jabatan administrator ke JF ahli madya;
b. jabatan pengawas ke JF ahli muda; dan
c. jabatan pelaksana yang merupakan eselon V ke JF ahli
pertama.
(3) Penyesuaian melalui penyetaraan Jabatan harus
memenuhi persyaratan:
a. PNS yang masih menduduki jabatan administrator,
jabatan pengawas, dan jabatan pelaksana yang
merupakan eselon V berdasarkan keputusan PPK atau
pejabat lain yang diberikan kewenangan;
b. memiliki ijazah paling rendah:
1. sarjana atau diploma empat bagi yang disetarakan
ke dalam JF yang mensyaratkan jenjang
pendidikan paling rendah sarjana atau diploma
empat;
2. magister bagi JF yang mensyaratkan jenjang
pendidikan paling rendah magister; atau
3. sesuai dengan kualifikasi dan jenjang pendidikan
yang dipersyaratkan dalam pengangkatan JF yang
mensyaratkan kualifikasi pendidikan tertentu pada
jenjang tertentu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
c. memiliki kesesuaian tugas, fungsi, pengalaman, atau
pernah melaksanakan tugas yang berkaitan dengan
tugas JF.
(4) Pengangkatan dalam JF melalui penyetaraan Jabatan
diberikan Angka Kredit sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(5) Angka Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan 1 (satu) kali selama masa penyetaraan Jabatan.
Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian angka kredit
penyesuaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (5)
dan Pasal 24 ayat (4) diatur dengan peraturan lembaga
pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan
melakukan pembinaan dan menyelenggarakan manajemen
ASN secara nasional.
- 13 -
Bagian Kelima
Promosi
Paragraf 1
Umum
Pasal 26
Promosi dalam JF sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf d dilaksanakan melalui:
a. promosi ke dalam atau dari JF; dan
b. kenaikan jenjang JF.
Pasal 27
Pangkat PNS yang akan diangkat ke dalam JF melalui promosi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a sesuai dengan
pangkat yang dimilikinya.
Paragraf 2
Promosi ke dalam atau dari JF
Pasal 28
(1) Promosi ke dalam atau dari JF sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (1) huruf a merupakan Perpindahan
Diagonal.
(2) Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. JF ahli utama ke dalam JPT madya dan JPT utama;
b. JF ahli madya ke dalam JPT pratama;
c. JF ahli muda ke dalam jabatan administrator;
d. JF penyelia dan ahli pertama ke dalam jabatan
pengawas;
e. jabatan administrator dan JPT pratama ke dalam JF
ahli utama;
f. jabatan pengawas ke dalam JF ahli madya; atau
g. jabatan pelaksana ke dalam JF ahli pertama, JF ahli
muda, dan JF keterampilan.
(3) Pengangkatan ke dalam JF melalui promosi, harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. mengikuti dan lulus Uji Kompetensi sesuai standar
kompetensi yang telah disusun oleh instansi pembina;
b. memiliki Predikat Kinerja paling rendah sangat baik
dalam 2 (dua) tahun terakhir;
c. memiliki rekam jejak yang baik;
d. tidak sedang menjalani proses hukuman disiplin PNS;
e. tidak pernah dikenakan hukuman karena melakukan
pelanggaran kode etik dan profesi PNS dalam kurun
waktu 3 (tiga) tahun terakhir; dan
f. tidak pernah dikenakan hukuman disiplin PNS tingkat
sedang atau berat dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun
terakhir.
(4) Dalam hal telah ditetapkan dalam undang-undang,
ketentuan promosi JF pada jabatan tertentu dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Pengangkatan JF ke dalam JPT dan JA melalui promosi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai
- 14 -
Paragraf 3
Kenaikan Jenjang Jabatan
Pasal 29
(1) Pengangkatan dalam JF melalui promosi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf b merupakan
Perpindahan Vertikal melalui kenaikan jenjang JF.
(2) Promosi untuk kenaikan jenjang jabatan harus memenuhi
persyaratan:
a. memenuhi Angka Kredit Kumulatif kenaikan jenjang
jabatan;
b. mengikuti dan lulus Uji Kompetensi kenaikan jenjang
jabatan; dan
c. memiliki Predikat Kinerja paling rendah baik dalam 1
(satu) tahun terakhir.
(3) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
JF tertentu yang telah ditetapkan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan harus memenuhi syarat
yang telah ditetapkan pada JF tersebut.
(4) Promosi untuk kenaikan jenjang jabatan dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan rekomendasi Tim Penilai
Kinerja.
Pasal 30
(1) Untuk mengikuti Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 ayat (2) huruf b, Pejabat Fungsional harus
telah memenuhi Angka Kredit Kumulatif kenaikan jenjang
jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)
huruf a.
(2) Angka Kredit Kumulatif untuk kenaikan jenjang jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme kenaikan
jenjang JF dan tata cara penghitungan Angka Kredit
Kumulatif kenaikan jenjang JF diatur dengan peraturan
lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi
kewenangan melakukan pembinaan dan
menyelenggarakan manajemen ASN secara nasional.
- 15 -
Bagian Keenam
Tata Cara Pengangkatan dalam JF
Pasal 31
(1) Pengangkatan dalam JF ditetapkan oleh PPK atas usulan
PyB, bagi:
a. JF ahli madya;
b. JF ahli muda;
c. JF ahli pertama;
d. JF penyelia;
e. JF mahir;
f. JF terampil; dan
g. JF pemula.
(2) Pengangkatan dalam JF ahli utama ditetapkan oleh
Presiden atas usulan PPK setelah mendapat pertimbangan
teknis dari Kepala Badan Kepegawaian Negara dan
penetapan kebutuhan dari Menteri.
Bagian Ketujuh
Pendelegasian Pengangkatan dalam JF
Paragraf 1
Pendelegasian Pengangkatan
Pasal 32
(1) PPK dapat memberikan kuasa kepada pejabat yang
ditunjuk di lingkungannya untuk menetapkan
pengangkatan dalam JF keterampilan dan JF keahlian
selain JF ahli madya.
(2) Kriteria pemberian kuasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), sebagai berikut:
a. jumlah ASN yang dibina dan penyebaran lokasi
penempatannya; dan
b. struktur dan ruang lingkup organisasi.
(3) Pemberian kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas penandatanganan surat keputusan penetapan
pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam
dan dari JF.
Paragraf 2
Tata Cara Pendelegasian Pengangkatan
Pasal 33
(1) Pemberian kuasa ditetapkan sebagai berikut:
a. PPK Instansi Pusat dapat memberikan kuasa kepada
paling rendah Pejabat Pimpinan Tinggi pratama yang
membidangi kepegawaian di lingkungannya untuk
penetapan pengangkatan, pemindahan,
pemberhentian dalam dan dari JF, dan penetapan
pengangkatan kembali JF di lingkungan Instansi Pusat
untuk JF ahli pertama, JF ahli muda, dan/atau JF
keterampilan;
b. PPK daerah provinsi dapat memberikan kuasa kepada
paling rendah Pejabat Pimpinan Tinggi pratama yang
membidangi kepegawaian di lingkungannya untuk
- 16 -
Bagian Kedelapan
Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji
Pasal 34
(1) Setiap PNS yang diangkat menjadi Pejabat Fungsional
wajib dilantik dan diambil sumpah/janji menurut agama
atau kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Tata cara pelantikan dan pengambilan sumpah/janji JF
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VI
PENGELOLAAN KINERJA PEJABAT FUNGSIONAL
Pasal 35
(1) Pengelolaan kinerja Pejabat Fungsional terdiri atas:
a. perencanaan kinerja yang meliputi penetapan dan
klarifikasi Ekspektasi;
b. pelaksanaan, pemantauan, dan pembinaan kinerja
yang meliputi pendokumentasian kinerja, pemberian
umpan balik berkelanjutan, dan pengembangan
kinerja Pejabat Fungsional;
c. penilaian kinerja Pejabat Fungsional yang meliputi
evaluasi kinerja Pejabat Fungsional; dan
d. tindak lanjut hasil evaluasi kinerja Pejabat Fungsional
yang meliputi pemberian penghargaan dan sanksi.
(2) Pengelolaan kinerja Pejabat Fungsional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berorientasi pada:
a. pengembangan kinerja Pejabat Fungsional;
b. pemenuhan Ekspektasi Pimpinan;
c. dialog kinerja yang intens antara Pimpinan dan Pejabat
Fungsional;
d. pencapaian kinerja organisasi; dan
e. hasil kerja dan perilaku kerja Pejabat Fungsional.
(3) Pengelolaan kinerja Pejabat Fungsional sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan
- 17 -
Pasal 36
(1) Evaluasi kinerja Pejabat Fungsional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf c dilaksanakan
secara periodik maupun tahunan.
(2) Evaluasi Kinerja Periodik Pejabat Fungsional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling singkat 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan ditetapkan dalam
Predikat Kinerja periodik Pejabat Fungsional.
(3) Evaluasi Kinerja Tahunan Pejabat Fungsional ditetapkan
dalam Predikat Kinerja tahunan Pejabat Fungsional.
(4) Predikat Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
(3) terdiri atas:
a. sangat baik;
b. baik;
c. cukup/butuh perbaikan;
d. kurang; atau
e. sangat kurang.
(5) Penetapan Predikat Kinerja dilakukan oleh Pejabat Penilai
Kinerja.
Pasal 37
(1) Predikat Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
dikonversikan ke dalam perolehan Angka Kredit tahunan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. sangat baik ditetapkan nilai kuantitatif sebesar 150%
(seratus lima puluh persen) dari koefisien Angka Kredit
tahunan sesuai dengan jenjang JF;
b. baik ditetapkan nilai kuantitatif sebesar 100% (seratus
persen) dari koefisien Angka Kredit tahunan sesuai
dengan jenjang JF;
c. cukup/butuh perbaikan ditetapkan nilai kuantitatif
sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari koefisien
Angka Kredit tahunan sesuai dengan jenjang JF;
d. kurang ditetapkan nilai kuantitatif sebesar 50% (lima
puluh persen) dari koefisien Angka Kredit tahunan
sesuai dengan jenjang JF; dan
e. sangat kurang ditetapkan nilai kuantitatif sebesar 25%
(dua puluh lima persen) dari koefisien Angka Kredit
tahunan sesuai dengan jenjang JF.
(2) Dalam hal Pejabat Fungsional memperoleh ijazah
pendidikan formal yang lebih tinggi, diberikan tambahan
Angka Kredit sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari
Angka Kredit Kumulatif kenaikan pangkat sesuai
jenjangnya untuk 1 (satu) kali penilaian.
(3) Tambahan Angka Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) hanya diberikan bagi Pejabat Fungsional dengan
Predikat Kinerja paling rendah baik.
(4) Dalam hal Predikat Kinerja diperoleh melalui evaluasi
kinerja yang dilaksanakan secara periodik maupun
tahunan, konversi Predikat Kinerja ke dalam Angka Kredit
dapat dihitung secara proporsional berdasarkan periode
penilaian yang berjalan sepanjang terpenuhi Ekspektasi.
- 18 -
BAB VII
KENAIKAN PANGKAT
Bagian Kesatu
Kenaikan Pangkat JF
Pasal 38
(1) Kenaikan pangkat 1 (satu) tingkat lebih tinggi dapat
diberikan dan dipertimbangkan apabila telah memenuhi
paling sedikit Angka Kredit Kumulatif kenaikan pangkat.
(2) Angka Kredit Kumulatif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan akumulasi dari Angka Kredit tahunan
dalam periode tertentu.
(3) Usulan kenaikan pangkat disampaikan oleh PyB kepada
PPK berdasarkan pemenuhan Angka Kredit Kumulatif
kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) PPK menetapkan kenaikan pangkat berdasarkan
pertimbangan Tim Penilai Kinerja PNS setelah
mendapatkan pertimbangan teknis Badan Kepegawaian
Negara.
(5) Mekanisme pengusulan dan penetapan kenaikan pangkat
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 39
(1) Dalam hal Pejabat Fungsional telah memenuhi Angka
Kredit Kumulatif untuk kenaikan pangkat JF bersamaan
dengan kenaikan jenjang JF, dilakukan kenaikan jenjang
JF terlebih dahulu, dan dengan Angka Kredit yang sama
diusulkan kenaikan pangkat.
(2) Dalam hal belum tersedia lowongan pada jenjang jabatan,
Pejabat Fungsional yang telah memenuhi Angka Kredit
Kumulatif untuk kenaikan pangkat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kenaikan pangkat
satu tingkat lebih tinggi.
(3) Pejabat Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
melaksanakan tugas JF sesuai dengan jenjang JF.
(4) Kelebihan Angka Kredit Kumulatif kenaikan pangkat JF
dapat diperhitungkan kembali untuk kenaikan pangkat
selanjutnya sepanjang dalam jenjang yang sama.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme kenaikan
pangkat JF dan tata cara penghitungan Angka Kredit
- 19 -
Bagian Kedua
Kenaikan Pangkat Istimewa
Pasal 40
(1) Pejabat Fungsional yang memiliki penilaian kinerja dan
keahlian yang luar biasa dalam menjalankan tugas JF
dapat diberikan penghargaan berupa kenaikan pangkat
istimewa.
(2) Pemberian kenaikan pangkat istimewa dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB VIII
PEMBERHENTIAN DARI JF
Bagian Kesatu
Kriteria Pemberhentian dari JF
Pasal 41
(1) Pejabat Fungsional diberhentikan dari jabatannya apabila:
a. mengundurkan diri dari Jabatan;
b. diberhentikan sementara sebagai PNS;
c. menjalani cuti di luar tanggungan negara;
d. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
e. ditugaskan secara penuh pada JPT, jabatan
administrator, jabatan pengawas, dan jabatan
pelaksana; atau
f. tidak memenuhi persyaratan JF.
(2) Pejabat Fungsional yang diberhentikan karena alasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sampai
dengan huruf e dapat diangkat kembali sesuai dengan
jenjang jabatan terakhir apabila tersedia kebutuhan JF.
(3) Pengangkatan kembali dalam JF sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan dengan menggunakan Angka
Kredit Kumulatif terakhir yang dimiliki dalam jenjang
jabatannya dan dapat ditambah dari penilaian kinerja
tugas bidang JF selama diberhentikan.
(4) Pejabat Fungsional yang diberhentikan karena ditugaskan
pada jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e dapat disesuaikan pada jenjang sesuai dengan pangkat
terakhir pada jabatannya paling singkat 1 (satu) tahun
setelah diangkat kembali pada jenjang JF terakhir yang
didudukinya dengan hasil evaluasi kinerja paling rendah
berpredikat baik setelah mengikuti dan lulus Uji
Kompetensi apabila tersedia kebutuhan JF.
(5) Pejabat Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan huruf f harus diperiksa terlebih dahulu dan
mendapatkan izin dari PyB sebelum ditetapkan
pemberhentiannya.
- 20 -
Pasal 42
(1) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
ayat (1) huruf a dapat dipertimbangkan dalam hal memiliki
alasan pribadi yang tidak mungkin untuk melaksanakan
tugas JF.
(2) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib disampaikan secara tertulis kepada PPK dengan
menyertakan alasan pengunduran diri.
(3) PPK menetapkan pemberhentian Pejabat Fungsional dan
melaporkan kepada instansi pembina.
Pasal 43
Pejabat Fungsional yang tidak memenuhi persyaratan jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf f apabila:
a. Predikat Kinerja tahunan bagi Pejabat Fungsional kurang
atau sangat kurang dan tidak menunjukkan perbaikan
kinerja setelah diberikan kesempatan selama 6 (enam)
bulan untuk memperbaiki kinerjanya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau
b. tidak memenuhi standar kompetensi yang ditentukan pada
JF yang diduduki.
Bagian Kedua
Tata Cara Pemberhentian dari JF
Pasal 44
(1) Usulan pemberhentian dari JF disampaikan oleh:
a. PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JF ahli
utama; dan
b. PyB kepada PPK bagi PNS yang menduduki JF selain
JF ahli utama.
(2) Pemberhentian dari JF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a ditetapkan oleh Presiden setelah mendapat
pertimbangan teknis dari Kepala Badan Kepegawaian
Negara.
(3) Pemberhentian dari JF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b ditetapkan oleh PPK sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB IX
KOMPETENSI
Bagian Kesatu
Standar Kompetensi
Pasal 45
(1) Setiap jenjang JF memiliki standar kompetensi yang terdiri
atas:
a. kompetensi teknis;
b. kompetensi manajerial; dan
c. kompetensi sosial kultural.
- 21 -
Bagian Kedua
Pengembangan Kompetensi
Pasal 46
(1) Pejabat Fungsional wajib mengembangkan kompetensi
secara berkelanjutan sesuai dengan minat dan kebutuhan
pelaksanaan tugas JF yang diduduki dalam sistem
pembelajaran terintegrasi.
(2) Instansi pembina menyusun konten pembelajaran,
strategi, dan program pengembangan kompetensi untuk
mendukung percepatan pengembangan kompetensi
Pejabat Fungsional.
(3) Selain dukungan pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), instansi pembina melaksanakan
pembinaan JF lainnya sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Untuk pembinaan JF sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), instansi pembina berkoordinasi dengan organisasi
profesi.
(5) Pelaksanaan pembelajaran terintegrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB X
INSTANSI PEMBINA DAN TUGAS INSTANSI PEMBINA
Pasal 47
(1) Instansi pembina merupakan kementerian, lembaga
pemerintah nonkementerian, atau kesekretariatan lembaga
negara yang sesuai kekhususan tugas dan fungsinya
ditetapkan menjadi instansi pembina suatu JF.
(2) Instansi pembina mempunyai tugas sebagai berikut:
a. menyusun pedoman formasi JF;
b. menyusun standar kompetensi JF;
c. menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
JF;
d. menyusun standar kualitas hasil kerja dan pedoman
penilaian kualitas hasil kerja Pejabat Fungsional;
e. menyusun pedoman penulisan karya tulis/karya ilmiah
yang bersifat inovatif di bidang tugas JF;
f. menyusun kurikulum pelatihan JF;
g. menyelenggarakan pelatihan JF;
h. membina penyelenggaraan pelatihan fungsional pada
lembaga pelatihan;
i. menyelenggarakan Uji Kompetensi JF;
j. menganalisis kebutuhan pelatihan fungsional di bidang
tugas JF;
k. melakukan sosialisasi petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis JF;
l. mengembangkan sistem informasi JF;
m. memfasilitasi pelaksanaan tugas pokok JF;
n. memfasilitasi pembentukan organisasi profesi JF;
- 22 -
Pasal 48
(1) Menteri melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas instansi pembina JF sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 ayat (2), terdiri atas:
a. pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
pembinaan JF oleh instansi pembina; dan
b. pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan JF
pada Instansi Pemerintah.
(2) Pengawasan terhadap pelaksanaan JF dilaksanakan
berdasarkan laporan pimpinan instansi pembina
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (5) dan ayat
(6).
(3) Pengawasan terhadap pelaksanaan JF dilaksanakan
secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun.
Pasal 49
(1) Dalam hal hasil pengawasan pelaksanaan JF sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48, Menteri berwenang
mempertimbangkan untuk mencabut penetapan JF.
(2) Pejabat Fungsional yang pada saat penetapan JF dicabut
masih menduduki JF, dapat dialihkan ke dalam jabatan
lain sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi jabatan dan
- 23 -
BAB XI
ORGANISASI PROFESI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 50
(1) Setiap JF yang telah ditetapkan harus memiliki 1 (satu)
organisasi profesi JF dalam jangka waktu paling lama 5
(lima) tahun terhitung sejak tanggal penetapan JF.
(2) Setiap Pejabat Fungsional harus menjadi anggota
organisasi profesi JF.
(3) Pembentukan organisasi profesi JF sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) difasilitasi oleh instansi pembina.
(4) Organisasi profesi JF mempunyai tugas:
a. menyusun kode etik dan kode perilaku profesi;
b. memberikan advokasi; dan
c. memeriksa dan memberikan rekomendasi atas
pelanggaran kode etik dan kode perilaku profesi.
(5) Kode etik dan kode perilaku profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf a ditetapkan oleh organisasi profesi JF
setelah mendapat persetujuan dari pimpinan instansi
pembina.
Bagian Kedua
Syarat dan Tata Cara Pembentukan Organisasi Profesi dan
Hubungan Kerja
Pasal 51
Organisasi profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
harus memenuhi syarat meliputi:
a. memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
b. memiliki tujuan dan sasaran pembentukan;
c. memiliki visi dan misi yang jelas dan tergambar dalam
program kerja;
d. terdapat sumber pendanaan yang jelas;
e. berdomisili alamat;
f. memiliki pembagian kerja dan tugas dan wewenang yang
jelas berdasarkan struktur organisasi; dan
g. berbadan hukum.
Pasal 52
(1) Dalam hal suatu organisasi profesi sudah terbentuk
sebelum JF ditetapkan, organisasi profesi dapat
dikukuhkan sebagai organisasi profesi JF dalam
keputusan pimpinan instansi pembina JF terkait.
(2) Dalam hal suatu organisasi profesi belum terbentuk,
pembentukan organisasi profesi ditetapkan melalui
keputusan pimpinan instansi pembina berdasarkan
usulan pengurus/calon pengurus kepada pimpinan
instansi pembina dan/atau berdasarkan usulan dari
- 24 -
Pasal 53
Hubungan kerja antara instansi pembina dengan organisasi
profesi JF bersifat koordinatif dan fasilitatif untuk
penyelenggaraan tugas dan fungsi pembinaan JF.
Pasal 54
Dalam melaksanakan hubungan kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53, instansi pembina dapat:
a. memberikan fasilitasi dalam penyusunan dan persetujuan
dalam penetapan kode etik dan kode perilaku profesi JF;
b. menjalin kerja sama dengan organisasi profesi sebagai
mitra dalam penegakan kode etik profesi, penyusunan
standar kompetensi profesi, penyelenggaraan Uji
Kompetensi dan sertifikasi kompetensi, pemberian advokasi
dan pengembangan profesi, serta pengembangan ilmu
pengetahuan, metode, dan inovasi bagi profesi;
c. memberikan dukungan kepada organisasi profesi
sepanjang rencana kegiatannya mendorong peningkatan
profesionalitas, memberikan advokasi, dan penegakan kode
etik JF; dan
d. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan tugas organisasi profesi dalam pembinaan dan
peningkatan profesional JF.
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 55
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Pejabat
Fungsional yang diangkat melalui penyetaraan jabatan
pada Instansi Pemerintah tanggal 1 Januari 2022 sampai
dengan 31 Mei 2022 berdasarkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 28 Tahun 2019 tentang Penyetaraan Jabatan
Administrasi ke dalam Jabatan Fungsional dan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 17 Tahun 2021 tentang Penyetaraan
Jabatan Administrasi ke dalam Jabatan Fungsional yang
akan naik pangkat pada periode kenaikan pangkat April
dan Oktober 2023 dapat dipertimbangkan untuk
diberikan:
a. kenaikan pangkat reguler satu kali pada pangkat
puncak dalam jabatan administrasinya; atau
b. kenaikan pangkat karena penyesuaian pendidikan,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Dalam hal Pejabat Fungsional tidak mendapatkan
kenaikan pangkat reguler sebagaimana dimaksud pada
- 25 -
Pasal 56
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, dalam hal
terdapat ketidaksesuaian antara kegiatan tugas JF dengan
tugas dan fungsi organisasi, Pejabat Fungsional yang
diangkat melalui penyetaraan jabatan berdasarkan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 28 Tahun 2019 tentang
Penyetaraan Jabatan Administrasi ke dalam Jabatan
Fungsional dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun
2021 tentang Penyetaraan Jabatan Administrasi ke dalam
Jabatan Fungsional dapat mengajukan penyelarasan
kegiatan dan hasil kerja ke dalam butir kegiatan JF untuk
dinilai dan ditetapkan sebagai capaian Angka Kredit.
(2) Penyelarasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh tim penilai Angka Kredit dengan
mempertimbangkan persetujuan Pejabat Penilai Kinerja
dengan kriteria:
a. kesesuaian kegiatan pada unit organisasi dengan
kegiatan pada kedudukan JF dalam peta;
b. memiliki kesesuaian kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosial kultural dengan
standar kompetensi JF yang diduduki; atau
c. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pencapaian target kinerja organisasi dan tugas dan
fungsi unit organisasi Pejabat Fungsional yang
bersangkutan.
(3) Instansi Pemerintah dapat melakukan koordinasi dengan
instansi pembina dalam melakukan penyelarasan
kegiatan JF.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelarasan
kegiatan dan hasil kerja JF ke dalam butir kegiatan JF
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan lembaga pemerintah nonkementerian yang
diberi kewenangan melakukan pembinaan dan
menyelenggarakan manajemen ASN secara nasional.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 57
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Angka
Kredit Kumulatif yang telah diperoleh berdasarkan
ketentuan JF masing-masing, disesuaikan ke dalam
Angka Kredit Kumulatif berdasarkan Peraturan Menteri ini
paling lambat 31 Desember 2023.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyesuaian
Angka Kredit Kumulatif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan peraturan lembaga pemerintah
- 26 -
Pasal 58
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, hasil kerja
Pejabat Fungsional yang dilaksanakan sampai dengan 31
Desember 2022, tetap dinilai Angka Kreditnya
berdasarkan Peraturan Menteri yang mengatur mengenai
JF masing-masing.
(2) Proses penilaian Angka Kredit terhadap hasil kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling
lambat 30 Juni 2023.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 59
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, penilaian Angka
Kredit JF berdasarkan konversi predikat Evaluasi Kinerja
Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dilaksanakan
untuk evaluasi kinerja berdasarkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 6 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Kinerja Pegawai
Aparatur Sipil Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 155) yang ditetapkan untuk periode kinerja mulai
1 Januari 2023.
Pasal 60
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 18/MENPAN/2/1989 tentang Angka Kredit
bagi Jabatan Jaksa sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 41/1990;
b. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 42/KEP/M.PAN/12/2000 tentang Jabatan
Fungsional Administrator Kesehatan dan Angka
Kreditnya;
c. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 23/KEP/M.PAN/4/2001 tentang Jabatan
Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya;
d. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 23/KEP/M.PAN/4/2002 tentang Jabatan
Fungsional Inspektur Minyak dan Gas Bumi dan Angka
Kreditnya;
e. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 129/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan
Fungsional Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan dan
Angka Kreditnya sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor KEP/04/M.PAN/1/2005 tentang Perubahan atas
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 129/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan
- 27 -
Pasal 61
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua
peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan
dari Peraturan Menteri yang mengatur mengenai JF masing-
masing dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dan belum diubah berdasarkan Peraturan
Menteri ini.
Pasal 62
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2019 tentang
Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 834); dan
b. Ketentuan mengenai unsur dan sub unsur kegiatan, butir
kegiatan dan angka kreditnya, hasil kerja, penilai kinerja,
penilaian Angka Kredit, pejabat pengusul Angka Kredit,
pejabat penetap Angka Kredit, tim penilai Angka Kredit,
Angka Kredit pemeliharaan, unsur penunjang, unsur
pengembangan profesi, pengangkatan dalam JF, kenaikan
pangkat, dan kenaikan jenjang JF dalam:
1. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 18/MENPAN/2/1989 tentang Angka
Kredit bagi Jabatan Jaksa sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 41/1990;
2. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 42/KEP/M.PAN/12/2000 tentang
Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan dan
Angka Kreditnya;
3. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 23/KEP/M.PAN/4/2001 tentang
Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya;
4. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 23/KEP/M.PAN/4/2002 tentang Jabatan
Fungsional Inspektur Minyak dan Gas Bumi dan
Angka Kreditnya;
5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 129/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan
Fungsional Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan
dan Angka Kreditnya sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor KEP/04/M.PAN/1/2005 tentang
Perubahan atas Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 129/KEP/M.PAN/12/2002
tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Perindustrian
dan Perdagangan dan Angka Kreditnya;
6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 136/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan
Fungsional Pengamat Gunung Api dan Angka
Kreditnya;
7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 139/KEP/M.PAN/11/2003 tentang Jabatan
Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya;
- 53 -
Pasal 63
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2023.
- 80 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Januari 2023
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januari 2023
ttd
YASONNA H. LAOLY
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN
APARATUR NEGARA DAN REFORMASI
BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2023
TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL
ANGKA KREDIT JF
A. ANGKA KREDIT JF
Koefisien Angka Kredit Kumulatif
Kategori Jenjang Pangkat Angka Kredit Minimal Kenaikan
Tahunan PANGKAT JENJANG*
Ahli Utama IV/d – IV/e 50 200 -
Keahlian
Terampil
7,50 5 3,75 2,50 1,25
5
Mahir
18,75 12,5 9,38 6,25 3,13
12,5
Penyelia
37,50 25 18,75 12,5 6,25
25
- 81 -
1. Kategori Keahlian
AK ANGKA KREDIT DAN MASA GOLONGAN RUANG
GOLONGAN IJAZAH/STTB YANG
NO kenaikan 4 TAHUN/
RUANG SETINGKAT < 1 TAHUN 1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN
pangkat LEBIH
1 III/a Sarjana (S1)/Diploma IV 50 3 18 28 38 47
Sarjana (S1)/Diploma IV 50 3 18 28 38 47
2 III/b
Magister (S2) 50 4 19 29 39 48
Sarjana (S1)/Diploma IV 100 5 35 55 75 95
3 III/c Magister (S2) 100 6 36 56 76 96
Doktor (S3) 100 7 37 57 77 97
Sarjana (S1)/Diploma IV 100 5 35 55 75 95
4 III/d Magister (S2) 100 6 36 56 76 96
Doktor (S3) 100 7 37 57 77 97
Sarjana (S1)/Diploma IV 150 8 53 83 113 143
5 IV/a Magister (S2) 150 9 54 84 114 144
Doktor (S3) 150 11 56 86 116 146
Sarjana (S1)/Diploma IV 150 8 53 83 113 143
6 IV/b Magister (S2) 150 9 54 84 114 144
Doktor (S3) 150 11 56 86 116 146
Sarjana (S1)/Diploma IV 150 8 53 83 113 143
7 IV/c Magister (S2) 150 9 54 84 114 144
Doktor (S3) 150 11 56 86 116 146
Sarjana (S1)/Diploma IV 200 10 70 110 150 190
8 IV/d Magister (S2) 200 12 72 112 152 192
Doktor (S3) 200 14 74 114 154 194
Sarjana (S1)/Diploma IV /
9 IV/e ** 200 200 200 200 200
Magister (S2) /Doktor (S3)
- 82 -
2. Kategori Keterampilan
AKK ANGKA KREDIT DAN MASA GOLONGAN RUANG
GOLONGAN IJAZAH/STTB YANG
NO Kenaikan <1 4 TAHUN/
RUANG SETINGKAT 1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN
Pangkat TAHUN LEBIH
1 II/a SLTA/SMK/ Diploma I (DI) 15 1 5 8 11 14
SLTA/SMK/Diploma I/
2 II/b 20 1 7 11 15 18
Diploma II (DII)
SLTA/SMK/Diploma I/
20 1 7 11 15 18
3 II/c Diploma II (DII)
Diploma III (DIII) 20 2 8 12 16 19
SLTA/SMK/Diploma I/
20 1 7 11 15 18
4 II/d Diploma II (DII)
Diploma III (DIII) 20 2 8 12 16 19
SLTA/SMK/Diploma I/
50 3 18 28 38 48
5 III/a Diploma II (DII)
Diploma III (DIII) 50 4 19 29 39 49
SLTA/SMK/Diploma I/
50 3 18 28 38 48
6 III/b Diploma II (DII)
Diploma III (DIII) 50 4 19 29 39 49
SLTA/SMK/Diploma I/
100 5 35 55 75 95
7 III/c Diploma II (DII)
Diploma III (DIII) 100 7 37 57 77 97
SLTA/SMK/Diploma I/
8 III/d Diploma II (DII)/ Diploma III ** 100 100 100 100 100
(DIII)
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ABDULLAH AZWAR ANAS