Syok anafilaktik adalah reaksi alergi sistemik yang berbahaya yang disebabkan oleh pelepasan mediator dari sel mast. Gejalanya meliputi hipotensi, sesak nafas, dan edema. Penanganannya meliputi pemberian adrenalin, antihistamin, dan kortikosteroid secara intravena serta observasi yang ketat. Pencegahan melalui identifikasi alergen penyebab dan hindari terpaparnya.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan22 halaman
Syok anafilaktik adalah reaksi alergi sistemik yang berbahaya yang disebabkan oleh pelepasan mediator dari sel mast. Gejalanya meliputi hipotensi, sesak nafas, dan edema. Penanganannya meliputi pemberian adrenalin, antihistamin, dan kortikosteroid secara intravena serta observasi yang ketat. Pencegahan melalui identifikasi alergen penyebab dan hindari terpaparnya.
Syok anafilaktik adalah reaksi alergi sistemik yang berbahaya yang disebabkan oleh pelepasan mediator dari sel mast. Gejalanya meliputi hipotensi, sesak nafas, dan edema. Penanganannya meliputi pemberian adrenalin, antihistamin, dan kortikosteroid secara intravena serta observasi yang ketat. Pencegahan melalui identifikasi alergen penyebab dan hindari terpaparnya.
Syok anafilaktik adalah reaksi alergi sistemik yang berbahaya yang disebabkan oleh pelepasan mediator dari sel mast. Gejalanya meliputi hipotensi, sesak nafas, dan edema. Penanganannya meliputi pemberian adrenalin, antihistamin, dan kortikosteroid secara intravena serta observasi yang ketat. Pencegahan melalui identifikasi alergen penyebab dan hindari terpaparnya.
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22
SYOK ANAFILAKTIK
Dr. Hari Adityo Nugroho, Sp.Em
EMERGENCY PHYSICIAN Anaphylaxis • Definisi Anaphylaxis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan). Anafilaksis berarti Menghilangkan perlindungan. • Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi. • Syok anafilaktik adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. • Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis. PATOFISIOLOGI • Anafilaksis dikelompokkan dalam hipersensitivitas tipe 1 atau reaksi tipe segera (Immediate type reaction). Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase : • Fase Sensitisasi Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. • Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran pencernaan di tangkap oleh Makrofag. Makrofag segera mempresen-tasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel Plasma (Plasmosit). • Sel plasma memproduksi Immunoglobulin E (Ig E) spesifik untuk antigen tersebut. Ig E ini kemudian terikat pada receptor permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil. • Fase Aktivasi Yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama. Mastosit dan Basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan reaksi pada paparan ulang . • Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah Preformed mediators. Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari membran sel yang akan menghasilkan Leukotrien (LT) dan Prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang disebut Newly formed mediators. • Fase Efektor Adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ organ tertentu. • Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan edema, sekresi mukus dan vasodilatasi. • Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF) berefek bronchospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler,agregasi dan aktivasi trombosit. • Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil. • Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan bronchokonstriksi, demikian juga dengan Leukotrien. ALERGEN • Golongan alergen yang dapat menimbulkan reaksi anafilaksis, yaitu makanan, obat- obatan, bisa atau racun serangga dan alergen lain yang tidak bisa di golongkan. Alergen penyebab Anafilaksis • Makanan Krustasea: Lobster, udang dan kepiting Moluska : kerang Ikan Kacang- kacangan dan biji-bijian Buah beri Putih telur Susu Obat • Hormon : Insulin, PTH, ACTH, Vaso-presin, Relaxin Enzim : Tripsin,Chymotripsin, Penicillinase, As-paraginase Vaksin dan Darah. • Toxoid : ATS, ADS, SABU Ekstrak alergen untuk uji kulit Dextran. • Antibiotika Penicillin,Streptomisin,Cephalosporin,Tetrasiklin,Ciprofloxacin,Amphotericin B, Nitrofurantoin. • Agent diagnostik-kontras Vitamin B1, Asam folat • Agent anestesi: Lidocain, Procain, • Lain-lain: Barbiturat, Diazepam,Phenitoin, Protamine, Aminopyrine, Acetil cystein , Codein, Morfin, Asam salisilat dan HCT Bisa serangga Lebah Madu, Jaket kuning, Semut api Tawon (Wasp). Lain-lain Lateks, Karet, Glikoprotein seminal fluid. GEJALA KLINIS • Gejala klinis Anafilaksis merupakan reaksi sistemik, gejala yang timbul juga menyeluruh. • Gejala permulaan:Sakit Kepala, Pusing, Gatal dan perasaan panas Sistem Organ Gejala Kulit Eritema, urticaria,angoedema, conjunctivitis, pallor dan kadang cyanosis Respirasi Bronkospasme, rhinitis, edema paru dan batuk, nafas cepat dan pendek, terasa tercekik karena edema epiglotis, stridor, serak, suara hilang, wheezing, dan obstruksi komplit. Cardiovaskular Hipotensi, diaphoresis, kabur pandangan, sincope, aritmia dan hipoksia Gastrintestinal Mual, muntah, cramp perut, diare, disfagia, inkontinensia urin SSP Parestesia, konvulsi dan koma, Sendi Arthralgia Haematologi darah, trombositopenia, DIC. DIAGNOSIS • Diagnosis Anamnesis Mendapatkan zat penyebab anafilaksis (injeksi, minum obat, disengat hewan, makan sesuatu atau setelah test kulit ) Timbul biduran mendadak, gatal dikulit, suara parau sesak ,sukar nafas, lemas, pusing, mual,muntah sakit perut setelah terpapar sesuatu. • Fisik diagnostik • Keadaan umum : Baik sampai buruk • Kesadaran : Composmentis sampai Koma • Tensi : Hipotensi • Nadi : Tachycardi • Nafas : Kepala dan leher ; Cyanosis, dispneu, conjunctivitis, lacrimasi, edema periorbita, perioral, rhinitis. • Thorax aritmia sampai arrest Pulmo Bronkospasme, stridor, rhonki dan wheezing. • Abdomen : Nyeri tekan, Bising usus meningkat. • Ekstremitas : Urticaria, Edema ekstremitas. • Pemeriksaan Tambahan Hematologi : Hitung sel meningkat Hemokonsentrasi, trombositopenia eosinophilia naik / normal / turun. • X foto : Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus plug. • EKG : Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia, Kimia meningkat, serum triptaase meningkat. Angiodema DIAGNOSIS BANDING • Syok bentuk lain • Asma akut • Edema paru dan emboli paru • Aritmia jantung • Kejang • Keracunan obat akut • Urticaria • Reaksi vaso-vagal PENATALAKSANAAN DAN MANAGMENT
• Hentikan obat/identifikasi obat yang diduga menyebabkan reaksi anafilaksis.
• Posisi, tidurkan dengan posisi Trandelenberg, kaki lebih tinggi dari kepala (posisi shock) dengan alas keras. • Bebaskan airway, bila obstruksi intubasi-cricotyrotomi-tracheostomi. • Berikan oksigen, melalui hidung atau mulut 5-10 liter /menit bila tidak bisa persiapkan dari mulut ke mulut • Pasang cathether intra vena (infus) dengan cairan elektrolit seimbang atau Nacl fisiologis, 0,5-1liter dalam 30 menit (dosis dewasa) monitoring dengan Tensi dan produksi urine Pertahankan tekanan darah sistole >100mmHg diberikan 2- 3L/m2 luas tubuh /24 jam Bila< 100mmHg beri Vasopressor (Dopamin) Tensi tak terukur 20 cc/kg ,Apabila sistole < 100 mmHg 500 cc/1/2 jam dan apabila sistole > 100 mmHg 500 cc/ 1 Jam • Bila perlu pasang CVP Medikamentosa • I. Adrenalin 1:1000, 0,3 ml & 0,5 ml IM lengan atas , paha, sekitar lesi pada venom .Dapat diulang 2-3 x dengan selang waktu 15-30 menit, • Pemberian IV pada stadium terminal / pemberian dengan dosis 1 ml gagal , 1:1000 dilarutkan dalam 9 ml garam faali diberikan 1-2 ml selama 5-20 menit (anak 0,01 cc/kg BB) • II. Diphenhidramin IV pelan (+ 20 detik ) ,IM atau PO (1-2 mg/kg BB) sampai 50 mg dosis tunggal, PO dapat dilanjutkan tiap 6 jam selama 48 jam bila tetap sesak + hipotensi segera rujuk, (anak :1-2 mg /kgBB/ IV) maximal 200mg IV • III. Aminophilin, bila ada spasme bronchus beri 4-6 mg/ kg BB dilarutkan dalam 10 ml garam faali atau D5, IV selama 20 menit dilanjutkan 0,2 & 1,2 mg/kg/jam • IV. Corticosteroid 5-20 mg/kg BB dilanjutkan 2-5 mg/kg selama 4-6 jam, pemberian selama 72 jam .Hidrocortison IV, beri cimetidin 300mg setelah 3-5 menit. MONITOR • Observasi ketat selama 24 jam, 6jam berturut-turut tiap 2 jam sampai keadaan fungsi membaik • Klinis : keadaan umum, kesadaran, vital sign, produksi urine dan keluhan. • Darah • Gas darah • EKG KOMPLIKASI/PENYULIT • Kematian karena edema laring , gagal nafas, syok dan cardiac arrest. • Kerusakan otak permanen karena syok dan gangguan cardiovaskuler. • Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan, Myocard infark, aborsi dan gagal ginjal juga pernah dilaporkan. PREVALENSI/PENCEGAHAN • Mencegah reaksi ulang • Anamnesa penyakit alergi px sebelum terapi diberikan (obat,makanan,atopik) • Encerkan obat bila pemberian dengan SC/ID/IM/IV dan observasi selama pemberian • Catat obat px pada status yang menyebabkan alergi • Hindari obat-obat yang sering menyebabkan syok anafilaktik. • Desensitisasi alergen spesifik • Edukasi px supaya menghindari makanan atau obat yang menyebabkan alergi • Bersiaga selalu bila melakukan injeksi dengan emergency kit PROGNOSIS • Bila penanganan cepat, klinis masih ringan dapat membaik dan tertolong. Algoritme Management Penderita Syok Anafilaktik Ringan • Baringkan dalam posisi syok, Alas keras • Bebaskan jalan nafas • Tentukan penyebab dan lokasi masuknya • Jika masuk lewat ekstremitas, pasang torniquet • Injeksi Adrenalin 1:1000 & 0,5 cc (0,3 mg) IM Sedang • Monitor pernafasan dan hemodinamik • Suplemen Oksigen • Injeksi Adrenalin 1:1000- 0,25cc(0,25mg) IM(Sedang) atau 1:10.000 & 2,5-5cc (0,25- 0,5mg) IV(Berat), Berikan sublingual atau trans trakheal bial vena kolaps • Aminofilin 5-6mg/kgBB IV(bolus), diikuti 0,4-0,9mg/kgBB/menit perdrip (untuk bronkospasme persistent) • Infus cairan (pedoman hematokrit dan produksi urine) Berat · Monitor pernafasan dan hemodinamika · Cairan,Obat Inotropik positif, Obat vasoaktif tergantung hemodinamik · • Bila perlu dan memungkin- rujuk untuk mendapat perawatan intensif RJPO § Basic dan Advanced Life Support (RJPO) -----------Arrest Nafas dan Jantung DAFTAR PUSTAKA • Rab, Prof.Dr. H tabrani. Pengatasan shock, EGC Jakarta 2000, 153-161 • Panduan Gawat Darurat, Jilid I, FKUI, Penerbit FKUI Jakarta 2000, 17-18 • Ho, Mt, Luce JM, Trunkey, DD, Salber PR, Mills J, Resusitasi KardioPulmoner dan Syok, EGC Jakarta 1990 : 76-78 • Purwadianto, A, Sampurna, B, Kedaruratan Medik, Bina Rupa Aksara, Jakarta 2000, 56-57 • Effendi, C, Anaphylaxis dalam PKB XV , Lab. Ilmu Penyakit Dalam FKUA/ RSUD Dr. Soetomo, 2000 : 91-99 • Rehata, NM, Syok Anafilaktik Patofisiologi dan penanganan dalam up date on shock, pertemuan Ilmiah terpadu IFKUA Surabaya, 2000 : 69-75 Barata Widjaya, KG, Imunologi Dasar ed. 3 , Penerbit FKUI, 1996: 76-80 • Sunatrio, S, Penanggulangan Reaksi Syok Anafilaksis dalam Anestesiologi, Bag. Anestesiologi dan terapi intensif FKUI Jakarta 1990, 77-85 • Kondos, GT, Brundage, BH, Anaphylaxis dalam Don H, Decission Making in critical care, Baltimore, 1985, 46-4710. • Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper, Harrison’s, Principle’s Internal Medicine 17th Companion Handbook.