Makalah Jaminan Fidusia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

JAMINAN FIDUSIA

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Aspek Hukum dalam Ekonomi)

Disusun Oleh :

Risa Maulidina (221100002)


Yuda Darus Salam (221100006)
Aspia Apriyanti (221100018)
Nisa Aulia Mufidah (221100022)
Fitra Muhamad Fajri (221100027)
Agum Wiguna (221100033)

Program Studi Manajemen

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yasa Anggana

Garut

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih karunia-Nya sehingga Makalah yang berjudul Jaminan
Fidusia ini dapat kami selesaikan sebagaimana adanya.

Penyusunan makalah ini kami tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Aspek Hukum dalam Ekonomi Program Studi Manajemen STIE Yasa Anggana
Garut, agar para mahasiswa dapat mengetahui dan memahami materi perkuliahan
tentang Jaminan Fidusia.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah


Aspek Hukum dalam Ekonomi Bapak Tomi Mulyana, S.H., M.H., M.Kom yang
senantiasa mendampingi dan membimbing kami dalam penyusunanan makalah
ini.

Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa
yang telah memberikan dukungan dan semangatnya kepada kami, sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari akan
kekurangan penyusunan makalah ini, untuk itu saya mengharapkan masukan,
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini
dikemudian hari. Akhirnya, semoga makalah ini dapat menjadi referensi dalam
pembelajaran Aspek Hukum dalam Ekonomi di dalam kelas.

Garut, 26 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Fidusia.........................................................................................3
2.2 Pengertian Jaminan Fidusia...........................................................................4
2.3 Dasar Hukum Fidusia.....................................................................................6
2.4 Unsur Jaminan Fidusia...................................................................................6
2.5 Sifat-Sifat Jaminan Fidusia.............................................................................7
2.6 Subjek dan Objek Jaminan Fidusia.................................................................9
2.7 Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Fidusia..............................................10
2.8 Pendaftaran Jaminan Fidusia.......................................................................12
2.9 Hapusnya Jaminan Fidusia...........................................................................13
2.10 Eksekusi Jaminan Fidusia.............................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fidusia sebagai lembaga jaminan sudah lama dikenal dalam masyarakat
Romawi, yang padamulanya tumbuh dan hidup dalam hukum kebiasaan. Fidusia
adalah lembaga yang berasal dari sistem hukum perdata barat yang eksistensinya
dan perkembangannya selalu dikaitkan dengan sistem civil law. Sistem hukum
Indonesia mempunyai pertautan sejarah yang didasarkan kepada asas
konkordansi. Demikian pula sistem Belanda memiliki pertautan sejarah dengan
hukum Perancis yang berasal dari hukum romawi.

Hukum jaminan fidusia sering didefinisikan sebagai hak benda atas


sebuah jaminan untuk benda yang baik bergerak maupun tidak bergerak, baik
yang berwujud maupun tidak berwujud, dan terdaftar maupun tidak terdaftar yang
berhubungan dengan debitur dan kreditur. Sedangkan, Black's Law Dictionary
menjelaskan bahwa perjanjian jaminan fidusia merupakan perjanjian yang
mengsyaratkan seseorang untuk menjamin suatu barang kepada orang lain agar
dikembalikan lagi kepadanya. Fidusia sendiri merupakan proses pemindahan hak
kepemilikan sebuah benda yang pendaftarannya masih dalam kekuasaan pemiliki
benda tersebut. Fidusia berasal dari bahasa Romawi fides atau fiduciair yang
memiliki arti kepercayaan. Seperti pada kata tersebut, adanya hukum antara
debitur dan kreditur secara kepercayaan.

Hukum jaminan fidusia berhubungan dengan utang piutang. Jenis utang


yang dapat digunakan dalam hukum jaminan fidusia merupakan utang yang dapat
diminta di depan pengadilan, maka utang-utang tersebut dapat diakui dengan
jaminan fidusia kecuali utang judi dan taruhan. Perjanjian jaminan fidusia
merupakan perjanjian yang bersifat perjanjian accessoir atau perjanjian pengikut
yang bukan perjanjian berdiri sendiri. Syarat sah dari hukum jaminan fidusia
adalah memiliki hak kepemilikan dari sebuah benda yang dijadikan sasaran pada
jaminan fidusia ketika seseorang itu memberi jaminan fidusia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah ini, penulis mengajukan rumusan masalah terbatas
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Fidusia ?
2. Apa yang dimaksud Jaminan Fidusia ?
3. Apa dasar hukum Jaminan Fidusia ?
4. Apa saja unsur Jaminan Fidusia ?
5. Apa saja sifat-sifat Jaminan Fidusia ?
6. Apa saja subjek dan objek Jaminan Fidusia ?
7. Apa saja hak dan kewajiban para pihak dalam Fidusia ?
8. Bagaimana pendaftaran Fidusia ?
9. Bagaimana hapusnya Jaminan Fidusia ?
10. Bagaimana eksekusi Jaminan Fidusia ?

1.3 Maksud dan Tujuan


Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan rumusan masalah
sebagaimana di atas yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Fidusia
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Jaminan Fidusia
3. Untuk mengetahui apa dasar hukum Jaminan Fidusia
4. Untuk mengetahui apa saja unsur Jaminan Fidusia
5. Untuk mengetahui apa saja sifat-sifat Jaminan Fidusia
6. Untuk mengetahui apa saja subjek dan objek Jaminan Fidusia
7. Untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiban para pihak dalam
Fidusia
8. Untuk mengetahui bagaimana pendaftaran Fidusia
9. Untuk mengetahui bagaimana hapusnya Jaminan Fidusia
10. Untuk mengetahui bagaimana eksekusi Jaminan Fidusia

2
1.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fidusia


Fidusia ini berasal dari kata Fiduciate, yang artinya kepercayan, yakni
penyerahan hak milik atas benda secara kepercayan sebagai jaminan agunan bagi
pelunasan piutang kreditor. Penyerahan hak milik atas benda ini dimaksudkan
hanya sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, dimana memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia (kreditur) terhadap kreditur
lainnya. Senada dengan pengertian diatas, ketentuan dalam Pasal 1 ayat 1
Undang-Undang nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menyatakan :
“Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap
dalam penguasaan pemilik benda”.
Dari perumusan diatas, dapat diketahui unsur-unsur fidusia, yaitu :
1. Pengalihan hak kepemilikan suatu benda
Menurut hukum perdata, penyerahan merupakan suatu momentum peralihan
hak atas suatu benda dari seseorang kepada orang lain yang menerimanya. Jadi
dalam artian hukum bahwa penyerahan itu tidak semata-mata peralihan
penguasaan secara fisik atas suatu benda tetapi yang lebih hakiki adalah
dimana penyerahan itu merupakan perpindahan hak kepemilikan atas suatu
benda dari seseorang kepada orang lain.
2. Dilakukan atas dasar unsur kepercayaan
Kepercayaan merupakan sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku
kooperatif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang sama.
3. Kebendaannya tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Merupakan perpindahan hak kepemilikan atas suatu benda dari seseorang
kepada orang lain tetapi benda tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Ruang lingkup fidusia sendiri bisa disimpulkan bahwa, pengalihan hak
kepemilikan ini bersifat terbatas, sehingga perjanjian ini hanya melahirkan hak
jaminan dan bukan hak milik. Dengan demikian, kalau pemberi fidusia jatuh

4
pailit, maka benda fidusia tidak termasuk ke dalam harta kekayaan yang
dipailitkan, sehingga kurator kepailitan tidak berhak untuk menuntut benda
fidusia dari kekuasaan pemberi fidusia. Disamping itu benda fidusia hanya
dapat dilelang dalam batas-batas sebagai benda jaminan untuk melunasi hutang
pemberi fidusia kepada penerima fidusia.Jadi hal ini sesuai dengan tujuan
perjanjian fidusia bukan menciptakan hak milik tetapi hanya jaminan.
Prinsip utama dari jaminan fidusia adalah sebagai berikut :
1. Bahwa secara riil, pemegang fidusia hanya berfungsi sebagai pemegang
jaminan saja, bukan sebagai pemilik yang sebenarnya.
2. Hak pemegang fidusia untuk mengeksekusi barang jaminan baru ada jika ada
wanprestasi dari pihak debitur.
3. Apabila hutang sudah dilunasi, maka objek jaminan fidusia harus dikembalikan
kepada pihak pemberi fidusia.
4. Jika hasil penjualan (eksekusi) barang fidusia melebihi jumlah hutangnya,
maka sisa hasil penjualan harus dikembalikan kepada pemberi fidusia.

2.2 Pengertian Jaminan Fidusia


Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun yang tidak bewujud dan benda tidak bergerak khususnya
Bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagai mana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap
berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia (debitor), sebagai agunan bagi
pelunasan uang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
Penerima Fidusia (kreditor) terhadap kreditor lainnya.

Jaminan fidusia adalah perjanjian hutang piutang kreditor kepada debitor


yang melibatkan penjaminan. Jaminan tersebut kedudukannya masih dalam
penguasaan pemilik jaminan. Tetapi untuk menjamin kepastian hukum bagi
kreditor maka dibuat akta yang dibuat oleh notaris dan didaftarkan ke Kantor
Pendaftaran Fidusia.

5
Undang-undang No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,
dimaksudkan untuk menampung kebutuhan masyarakat mengenai pengaturan
Jaminan Fidusia sebagai salah satu sarana untuk membantu kegiatan usaha dan
untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan.
Seperti telah dijelaskan bahwa Jaminan Fidusia memberikan kemudahan bagi para
pihak yang menggunakannya, khususnya bagi Pemberi Fidusia. Namun
sebaliknya karena Jaminan Fidusia tidak didaftarkan, kurang menjamin
kepentingan pihak yang menerima fidusia, Pemberi Fidusia mungkin saja
menjaminkan benda yang telah dibebani dengan fidusia kepada pihak lain tanpa
sepengetahuan Penerima Fidusia.

Sebelum Undang-undang ini dibentuk, pada umumnya benda yang


menjadi obyek Jaminan Fidusia adalah benda bergerak yang terdiri dari benda
dalam persediaan (inventory), benda dagangan, piutang, peralatan mesin, dan
kendaraan bermotor. Oleh karena itu, guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang
terus berkembang, maka menurut Undang-undang ini obyek Jaminan Fidusia
diberikan pengertian yang luas yang luas yaitu benda bergerak yang berwujud
maupun tak berwujud, dan benda tak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan
hak tanggungan sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun
1996 tentang hak Tanggungan.

Dalam Undang-undang No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,


diatur tentang pendaftaran Jaminan Fidusia guna memberikan kepastian hukum
kepada para pihak yang berkepentingan dan pendaftaran Jaminan Fidusia
memberikan hak yang didahulukan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor
lain Karena Jaminan Fidusia memberikan hak kepada pihak Pemberi Fidusia
untuk tetap menguasai Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia berdasarkan
kepercayaan, maka diharapkan sistem pendaftaran yang diatur dalam Undang-
undang ini dapat memberikan jaminan kepada pihak Penerima Fidusia dan pihak-
pihak yang mempunyai kepentingan terhadap Benda tersebut.

6
Dari definisi yang diberikan jelas bagi kita bahwa Fidusia dibedakan dari
Jaminan Fidusia, dimana Fidusia merupakan suatu proses pengalihan hak
kepemilikan dan Jaminan Fidusia adalah jaminan yang diberikan dalam bentuk
fidusia.

2.3 Dasar Hukum Fidusia


Dasar hukum fidusia tertuang dalam Undang-Undang No. 42 Tahun
1999. Dalam UU tersebut telah ditetapkan siapa saja pihak yang termasuk dalam
Pemberi dan Penerima Fidusia.

1. Pemberi fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi pemilik benda yang
menjadi objek Jaminan Fidusia. Dalam konteks pinjaman, pihak ini disebut
sebagai kreditur atau pemberi pinjaman.
2. Penerima fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai
piutang yang pembayarannya dijamin dengan Jaminan Fidusia. Dalam konteks
pinjaman pihak ini disebut sebagai debitur atau penerima pinjaman dan akan
memperoleh hak atas barang yang ia jaminkan sampai terpenuhinya perjanjian
yang telah disepakati. Misalnya, menunaikan kewajiban untuk melunasi cicilan
atau pinjaman.
Adapun benda-benda yang dapat dijadikan jaminan fidusia sesuai UU
yang berlaku yakni benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak,
serta benda yang tidak bergerak. Seperti kendaraan bermotor, rumah, tanah,
dan lain sebagainya.
Agar tidak ada salah satu pihak yang dirugikan, perjanjian fidusia harus
dibuat di notaris dengan beberapa klausal yang meliputi jangka waktu
perjanjian, besaran kredit yang harus dibayar, cara pembayaran, dan sanksi
yang berlaku jika salah satu pihak melanggar perjanjian yang dibuat.

2.4 Unsur Jaminan Fidusia


Unsur jaminan fidusia adalah istilah-istilah penting yang ada pada
fidusia. Unsur ini terdiri dari 5 hal utama seperti berikut ini.

7
1. Debitur
Orang atau lembaga yang meminjam uang atau melakukan kredit terhadap
barang.
2. Kreditur
Pihak yang memberikan pinjaman dengan perjanjian berupa jaminan dan
persyaratan lainnya yang sudah disepakati bersama dengan debitur.
3. Objek Jaminan
Aset yang dijaminkan untuk pembayaran hutang sesuai dengan dengan
kesepakatan yang telah dibuat.
4. Akta Jaminan Fidusia
Dokumen yang berisikan jaminan fidusia antara pihak debitur dan kreditur.
Akta ini dibuat oleh notaris dan disahkan oleh lembaga yang berwenang.
5. Hukum Jaminan Fidusia
Aturan yang mengatur tentang jaminan fidusia di Indonesia, tepatnya Undang-
Undang No 49 Tahun 1999.

2.5 Sifat-Sifat Jaminan Fidusia


a. Bersifat Accessoir
Sifat accessoir dari jaminan fidusia ini berdasarkan pada pasal 4 Undang-
Undang Jaminan fidusia yang menegaskan bahwa jaminan fidusia merupakan
perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban
bagi para pihak untuk memenuhi prestasi. Dengan demikian jaminan fidusia
bukan hak yang berdiri sendiri tetapi lahirnya keberadaannya atau hapusnya
tergantung perjanjian pokoknya.
b. Bersifat Droit De Suite
Sifat droit de suite dapat dilihat dari ketentuan Pasal 20 Undang-Undang
Jaminan fidusia yang menyatakan bahwaJaminan fidusia tetap mengikuti benda
yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut

8
berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan
fidusia. Artinya penerima jaminan fidusia atau kreditur mempunyai hak
mengikuti benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam tangan siapapun
benda itu berada.
c. Bersifat memberikan hak preferent.
Kreditur sebagai penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan
(preferent) terhadap kreditur lainnya artinya jika debitur cidera janji atau lalai
membayar hutangnya maka kreditur penerima fidusia mempunyai hak untuk
menjual atau mengeksekusi benda jaminan fidusia dan kreditur mendapat hak
didahulukan untuk mendapatkan pelunasan hutang dari hasil eksekusi benda
jaminan fidusia tersebut.
d. Bersifat spesialitas dan publisitas.
Sifat spesialitas adalah uraian yang jelas dan rinci mengenai obyek
jaminan fidusia. Benda yang menjadi obyek jaminan fidusia harus diuraikan
secara jelas dan rinci dengan cara mengidentifikasi benda jaminan tersebut,
dijelaskan mengenai surat bukti kepemilikannya dalam Akta Jaminan Fidusia.
Sifat publisitas adalah berupa pendaftaran Akta Jaminan Fidusia yang
merupakan akta pembebanan benda yang dibebani jaminan fidusia. Dengan
dilaksanakan pendaftaran benda yang dibebani jaminan fidusia di Kantor
Pendaftaran Fidusia, maka masyarakat dapat mengetahui bahwa suatu benda
telah dibebani jaminan fidusia sehingga masyarakat akan berhati-hati untuk
melakukan transaksi atas benda tersebut dan sekaligus memberikan jaminan
kepastian terhadap Kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani
jaminan fidusia.
e. Bersifat individualiteit
Bahwa benda yang dijadikan obyek Jaminan Fidusia melekat secara utuh
pada utangnya sehingga meskipun sudah dilunasi sebagian, namun hak fidusia
atas benda yang dijadikan obyek jaminan tidak dapat hapus dengan begitu saja
hingga seluruh utang telah dilunasi.
f. Bersifat Memaksa

9
Karena dalam hal ini terjadi penyerahan hak milik atas bendayang
dijadikan obyek Jaminan Fidusia, walaupun tanpa penyerahan fisik benda yang
dijadikan obyek jaminan.
g. Bersifat Tidak dapat Dipisah-Pisahkan (Onsplitsbaarheid)
Berarti pemberian fidusia hanya dapat diberikan untuk keseluruhan
benda yang dijadikan jaminan dan tidak mungkin hanya sebagian saja.

2.6 Subjek dan Objek Jaminan Fidusia


a. Subjek Jaminan Fidusia
Subyek hukum dalam jaminan fidusia adalah para pihak yang terlibat
dalam pembuatan perjanjianatau akta jaminan fidusia. Dalam jaminan fidusia,
ada pihak yang dikatakan sebagai penerima fidusia (kreditur/bank) dan pihak
pemberi fidusia (debitur).
Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang nomor 42 tentang Jaminan
Fidusia, kreditur mempunyai pengertian yaitu pihak yang mempunyai piutang
karena perjanjian atau undang-undang.Jadi kreditur adalah pihak yang
mempunyai piutang atau yang memberikan kredit atau memberikan hutang
kepada pihak lain. Singkatnya kreditur adalah pihak yang memberikan kredit
atau pinjaman.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan :
“Debitur adalah orang atau lembaga yang berutang kepada orang atau
lembaga lain”.
Dalam pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42
Tahun 1999 menyebutkan bahwa :
pemberi fidusia (debitur) adalah orang perorangan atau korporasi pemilik
benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia, sedangkan dalam pasal 1 ayat (6)
menyebutkan, penerima fidusia (kreditur/bank) adalah orang perorangan atau
korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan
Jaminan Fidusia. Untuk membuktikan bahwa benda yang menjadi objek
Jaminan Fidusia milik sah pemberi fidusia, maka harus dilihat bukti-bukti
kepemilikan benda-benda jaminan tersebut. Penerima fidusia memiliki hak

10
untuk mendapatkan pelunasan utang yang diambil dari nilai objek fidusia
dengan cara menjual oleh kreditur sendiri ataupun melalui pelelangan umum.

b. Objek Jaminan Fidusia

Dengan lahirnya Undang-Undang Jaminan Fidusia, yang menjadi objek


jaminan fidusia menjadi lebih jelas, yaitu mengacu pada beberapa pasal dari
Undang-Undang tersebut antara lain Pasal 1 ayat 4, Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal
20. Benda-benda yang menjadi objek jaminan fidusia adalah :

1. Benda tersebut harus dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum;


2. Benda bergerak berwujud
Contohnya : kendaraan bermotor seperti mobil, bus, truck, sepeda motor dan
lain-lain; mesin-mesin pabrik yang tidak melekat pada tanah/bangunan
pabrik; perhiasan, alat inventaris kantor, kapal laut berukuran dibawah 20m²
perkakas rumah tangga seperti tv, kulkas, mebel; alat-alat pertanian seperti
traktor, mesin penyedot air, dan lain sebagainya.
3. Barang bergerak tidak berwujud
Contohnya : piutang; wesel; sertifikat deposito, saham; obligasi; deposito
berjangka; dan lain sebagainya.
4. Benda persediaan (inventory, stock perdagangan) dapat juga menjadi objek
jaminan fidusia.

2.7 Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Fidusia


1. Hak dan Kewajiban Pemberi Fidusia
a. Hak pemberi fidusia
- Berhak untuk mendapatkan pinjaman uang sebagai perjanjian
pokok yang dikat dengan jaminan fidusia;
- Berhak untuk tetap menguasai benda yang menjadi objek jaminan
fidusia;

11
- Berhak memperdagangkan objek jaminan fidusia yang berupa
barang dagangan (inventory).
b. Kewajiban pemberi fidusia
- Wajib untuk membuat akta pembebanan jaminan fidusia;
- Wajib untuk melakukan pelunasan piutang kreditur;
- Wajib untuk mendahulukan penerima fidusia dalam melakukan
pelunasan utang;
- Wajib mengganti objek jaminan fidusia yang berupa barang
inventory dengan benda yang memiliki jenis dan kualitas yang
sama jika objek jaminan fidusia tersebut dijual:
- Dilarang memfidusiakan ulang objek jaminan fidusia yang sudah
terdaftar;
- Wajib menyerahkan objek jaminan fidusia yang dieksekusi oleh
penerima fidusia sebagai akibat wanprestasi debitur;
- Pemberi fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau
menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek
jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali
dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia;
- Wajib membayar kekurangan utang yang belum terbayarkan jika
hasil eksekusi jaminan fidusia tidak mencukupi untuk melunasi
utang.

2. Hak dan kewajiban penerima fidusia


a. Hak penerima fidusia
- Berhak untuk menerima hak jaminan fidusia atas benda objek
jaminan fidusia sebagai agunan atas piutangnya;
- Berhak untuk mendapatkan kedudukan yang diutamakan sebagai
kreditur preferen;
- Berhak untuk didahulukan dalam menerima pelunasan piutang
dibandingkan kreditur lainnya berdasarkan objek jaminan fidusia;
- Berhak menerima pembayaran sebagai pelunasan utang debitur;

12
- Berhak menerima dan menguasai sertifikat jaminan fidusia;
- Berhak melakukan eksekusi atas objek jaminan fidusia jika
debitur wanprestasi;
- Berhak menjual objek jaminan fidusia yang dieksekusi atas
kekuasaan sendiri;
- Berhak untuk mengalihkan piutang yang dijamin dengan jaminan
fidusia dengan memberitahukannya pengalihan tersebut kepada
pemberi fidusia;
- Penerima fidusia tidak menanggung kewajiban atas akibat
tindakan atau kelalaian pemberi fidusia baik yang timbul dari
hubungan kontraktual atau yang timbul dari perbuatan melanggar
hukum sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan benda
yang menjadi objek jaminan fidusia.
b. Kewajiban penerima fidusia
- Wajib untuk membuat akta pembebanan jaminan fidusia;
- Wajib memberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia jika jaminan fidusia telah hapus;
- Penerima fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia beserta
perubahannya;
- Penerima fidusia memberikan penguasaan objek jaminan fidusta
kepada pemberi fidusia;
- Wajib membayar biaya pendaftaran jaminan fidusia;
- Wajib mengembalikan kelebihan hasil eksekusi objek jaminan
fidusia jika hasil eksekusi lebih besar dari jumlah piutang;
- Dilarang memperjanjikan bahwa penerima fidusia akan menjadi
pemilik objek jaminan fidusia jika pemberi fidusia wanprestasi.

2.8 Pendaftaran Jaminan Fidusia


Permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan oleh penerima
fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan
fidusia. Pernyataan pendaftaran memuat:

13
a. Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia;
b. Tanggal,nomor akta jaminan fidusia, nama, tempat kedudukan notaris
yang membuat akta jaminan fidusia;
c. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;
d. Uraian mengenai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia;
e. Nilai penjaminan; dan
f. Nilai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia.

Kantor pendaftaran fidusia mencatat jaminan fidusia dalam buku daftar


fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan
pendaftaran. Kantor pendaftaran fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada
penerima fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan
pendaftaran. jaminan fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal
dicatatnya jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia.

Apabila terjadi perubahan mengenai hal-hal yang tercantum dalam


sertifikat jaminan fidusia, penerima fidusia wajib mengajukan permohonan
pendaftaran atas perubahan tersebut kepada kantor pendaftaran fidusia.

2.9 Hapusnya Jaminan Fidusia


Jaminan Fidusia hapus karena hal-hal sebagai berikut :

a. Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia;


b. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia; atau
c. Musnahnya benda yang menjadi obyek jaminan fidusia.

Sesuai dengan sifat ikutan dari jaminan fidusia, maka adanya jaminan
fidusia tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya. Apabila
piutang tersebut hapus karena hapusnya utang atau karena pelepasan, maka
dengan sendirinya jaminan fidusia yang bersangkutan menjadi hapus. yang
dimaksud dengan "hapusnya utang" antara lain karena pelunasan dan bukti
hapusnya utang berupa keterangan yang dibuat kreditur. Dengan hapusnya
jaminan fidusia, Kantor Pendaftaran Fidusia mencoret pencatatan jaminan fidusia

14
dari buku daftar fidusia. Kantor pendaftaran fidusia menerbitkan surat keterangan
yang menyatakan sertifikat jaminan fidusia yang bersangkutan tidak berlaku lagi.

2.10 Eksekusi Jaminan Fidusia


Eksekusi jaminan fidusia dapat dilakukan dalam hal pemberi fidusia
(debitur) berada dalam keadaan gagal bayar. Pemberi Fidusia wajib menyerahkan
benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi
Jaminan Fidusia. Apabila pemberi fidusia tidak menyerahkan benda yang menjadi
obyek Jaminan Fidusia pada waktu eksekusi dilaksanakan, penerima fidusia
berhak mengambil benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia dan apabila perlu
dapat meminta bantuan pihak yang berwenang.

Pada saat eksekusi telah sah untuk dilakukan, maka undang-undang


memberi hak kepada Penerima Fidusia dalam kedudukan dan kapasitasnya
sebagai legal owner untuk mengambil penguasaan obyek Jaminan Fidusia. Tata
cara eksekusi jaminan fidusia dilakukan melalui :

1. Pelelangan Umum
Eksekusi obyek jaminan fidusia dilaksanakan oleh penerima fidusia tanpa
intervensi dari Pengadilan Negeri. Penerima Fidusia dapat langsung melakukan
penjualan obyek jaminan fidusia. Penjualan tersebut harus dilakukan melalui
pelelangan umum oleh kantor lelang/pejabat lelang. Penerima Fidiusia berhak
mengambil pelunasan utang dari hasil penjualan tersebut dengan
mengesampingkan kreditur konkuren berdasarkan hak preference yang
dimilikinya.
2. Penjualan di Bawah Tangan
Syarat dalam melakukan eksekusi obyek jaminan fidusia melalui penjualan di
bawah tangan, yaitu :
a. Penjualan tersebut harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
(pemberi dan penerima fidusia);
b. Dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak;

15
c. Pelaksanaan penjualan hanya dapat dilakukan setelah lewat 1 (satu) bulan
sejak diberitahukan secara tertulis kepada pihak-pihak yang
berkepentingan; dan
d. Diumumkan sedikit-dikitnya melalui 2 (dua) surat kabar setempat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fidusia berasal dari kata Fiduciate, yang artinya kepercayan, Fidusia
adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan
ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam
penguasaan pemilik benda. Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda
bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak
bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan yang
tetap berada dalam penguasaan Pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan
utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima
fidusia terhadap kreditur lainnya.

Undang-undang yang mengatur jaminan fidusia adalah UU No. 42 Tahun


1999 tentang Jaminan Fidusia. Pendaftaran jaminan fidusia dilakukan oleh
penerima fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan
pendaftaran jaminan fidusia. Jaminan fidusia dapat terhapus apabila hapusnya
utang yang dijamin dengan fidusia, kemudian pelepasan hak atas jaminan fidusia
oleh penerima fidusia; atau musnahnya benda yang menjadi obyek jaminan
fidusia. Eksekusi jaminan fidusia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
pelelangan umum atau dengan penjuan di bawah tangan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fuady, Munir, 1994, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.

HS H. Salim,2008, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT Raja


Grafindo Persada, Jakarta.

Masjchoen Sofwan, Sri Soedewi, 1980, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-


Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty Offset, Yogyakarta.

Satrio J., 2002, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

Anda mungkin juga menyukai