Akuntabel Dan Kompeten Later Cons
Akuntabel Dan Kompeten Later Cons
Akuntabel Dan Kompeten Later Cons
KELOMPOK : II
TUGAS : AGENDA 2
RESUME
KONSEP AKUNTABILITAS
I. PENGERTIAN
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungj
awabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan
lebih luasnya kepada publik.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core
Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan
efisien
• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
1
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
• Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran,
integritas, moral dan etika.
• Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya, yaitu
antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan. Pemberi kewenangan bertanggung
jawab untuk memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan sumber daya serta
menghilangkanhambatan kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur negara bertanggung jawab
untuk memenuhitanggung jawabnya.
• Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam hal ini tidak ada
istilah “Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas kelompok,
makapembagian kewenangan dan semangat Kerjasama yang tinggi antar berbagai kelompok yang
ada dalam
sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam tercapainya kinerja organisasi yang
diharapkan.
• AkuntabilitasOrganisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan
yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada
stakeholders lainnya.
• Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan, dan pembayar pajak
yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder
adalah tanggungjawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil,
responsif dan bermartabat.
V. MEKANISME AKUNTABILITAS
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Untuk memenuhi terwujudnya
organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi:
• Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality)
Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan.
2
• Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)
Akuntabilitas ini terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil
terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi negara sebagai dua aspek
yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun, integritas memiliki keutamaan
sebagaidasar seorang pelayan publik untuk dapat berpikir secara akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar
dalam membangun kepercayaan publik terhadap amanah yang diembankan kepada setiap pegawai atau pejabat
negara. Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat diartikan secara
berbeda- beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh
mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan
sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software untuk memonitor pegawai menggunakan komputer atau
website yang dikunjungi).
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel adalah: 1)
kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab (responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7)
keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum,
Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.
Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat membantu pembangunan budaya
akuntabel dan integritas di lingkungan kerja. Akuntabilias dan integritas dapat menjadi faktor yang kuat dalam
membangun pola piker dan budaya antikorupsi.
KONSEP KOMPETEN
I. PENGERTIAN KOMPETENSI
Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi menjadi
faktor penting untuk mewujudkan pegawai professional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai
profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk
mewujudkannya dalam kinerja.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN
kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis
Kompetensi teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur
dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial
Kompetensi manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
4
2. Learn, Unlearn,dan Relearn
Penyesuaian paradigma selalu belajar melalui learn, unlearn dan relearn, menjadi
penting. Berikut ini contoh dari Glints yang diuraikan Hidayati (2020) bagaimana membiasakan
proses belajar learn, unlearn, dan relearn. Berikut langkahnya:
1). Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah hal- hal yang benar-benar baru, dan
lakukan secara terus- menerus. Proses belajar ini dilakukan dimana pun, dalam peran apa apun,
sudah barang tentu termasuk di tempat pekerjaannya masing-masing.
2). Unlearn, nah, tahap kedua lupakan/tinggalkan apa yang telah diketahui berupa
pengetahuandan atau kehalian. Proses ini harus terjadi karena apa yang ASN ketahui ternyata tidak
lagi sesuai atau tak lagi relevan. Meskipun demikian, ASN tak harus benar-benar melupakan
semuanya, untuk hal-hal yang masih relevan. Misalnya, selama ini, saudara berpikir bahwa satu-
satunya cara untuk bekerja adalah datang secara fisik ke kantor. Padahal, konsep kerja ini
hanyalah salah satunya saja. Kita tak benar-benar melupakan “kerja itu ke kantor”, namun
membuka perspektif bahwa itu bukanlah pilihan tunggal. Ada cara lain untuk bekerja, yakni bekerja
dari jarak jauh.
3). Relearn, selanjutnya, dalam tahap terakhir, proses relearn, kita benar-benar menerima fakta
baru. Ingat, proses membuka perspektif terjadi dalam unlearn.
3. Meningkatkan kompetensi diri
Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah
keniscayaan. Melaksanakan belajar sepanjang hayat merupakan sikap yang bijak. Setiap orang
termasuk ASN selayaknya memiliki watak sebagai pembelajar sepanjang hayat, yang dapat
bertahan dan berkembang dalam oreintasi Ekonomi Pengetahuan (Knowledge Economy).
Pembelajar yang relevan saat ini adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk secara
efektif dan kreatif menerapkan keterampilan dan kompetensi ke situasi baru, di dunia yang
selalu berubah dan kompleks.
Prinsip pembelajar heutagogis lainnya adalah kapabilitas. Cirinya menurut Stephenson &
Weil (1992 dalam Lisa Marie Blaschke & Stewart Hase) yaitu: orang yang cakap dengan keyakinan
pada kemampuan mereka untuk:
(1) mengambil tindakan yang efektif dan tepat,
(2) menjelaskan tentang diri mereka,
(3) hidup dan bekerja secara efektif dengan orang lain, dan
(4) melanjutkan belajar dari pengalaman mereka, baik sebagai individu maupun pergaulan dengan
orang lain, dalam masyarakat yang beragam dan berubah.
5
5. Melaksaakan tugas terbaik
Khoo & Tan (2004) menekankan beberapa upaya membangun keyakinan diri untuk bekerja
terbaik, yaitu:
• Pertama, pikirkan saat di masa lalu ketika Anda merasa benar-benar Percaya Diri;
• Kedua, berdirilah seperti Anda akan berdiri jika Anda merasa benar-benar Percaya Diri;
• Ketiga, bernapaslah seperti Anda akan bernapas jika Anda merasa benar-benar Percaya Diri;
• Keempat, miliki ekspresi wajah, fokus di mata Anda ketika Anda merasa benar-benar
PercayaDiri;
• Kelima, beri isyarat seperti yang Anda lakukan jika Anda merasa benar-benar Percaya Diri; dan
• Terakhir, katakan apa yang kamu mau, katakan pada diri sendiri jika Anda merasa benar-benar
percaya diri (gunakan volume, nada, dan nada suara yang sama).