Materi Bimbingan Pra Nikah
Materi Bimbingan Pra Nikah
Materi Bimbingan Pra Nikah
1. ARTI PERNIKAHAN
A. Arti Pernikahan Secara Umum
Pernikahan berasal dari akar kata ”nikah,” yang dalam kamus berarti perjanjian antara
seorang pria dan seorang wanita untuk menjadi suami-istri dengan resmi. Kadangkala disebut
juga mengenalnya dengan istilah ”kawin,” yang dalam kamus juga disebutkan sebagai
perjodohan antara seorang pria dan seorang wanita menjadi suami-istri.
Secara umum di berbagai negara pernikahan itu dicatat oleh negara, alasanya untuk memberi
”kekuatan hukum,” kepada pernikahan tersebut berdasarkan hukum sipil dan hukum pidana..
Sebuah pernikahan membutuhkan pengakuan umum dan kekuatan hukum sipil, oleh karena
itu sebuah pernikahan tidak boleh disembunyikan atau dirahasiakan karena bertentangan
dengan hakikat pernikahan itu sendiri. Menurut keyakinan Kristen, negara memang
mempunyai hak mengatur hal tersebut dan semua warga negara wajib mengakuinya. Di sisi
lain, kita nanti juga akan melihat bahwa kewajiban gereja ialah memohon berkat Tuhan untuk
pernikahan dan memberi pertolongan rohani kepada mereka yang menikah.
B. Arti Pernikahan Secara Kristen
1. Di dalam pernikahan Kristen haruslah diimani dan diakui bahwa pernikahan adalah sebuah
lembaga suci yang berasal dari Tuhan dan ditetapkan oleh-Nya untuk kebahagiaan manusia
(Kej. 1:27-28, 2:18, 21:15).
2. Di dalam pernikahan Kristen haruslah disadari oleh pria dan wanita yang memutuskan
untuk memasuki pernikahan, bahwa pernikahan adalah suatu lembaga monogami (Mat. 19:5).
Didalam ketentuan pernikahan Kristen, mengambil istri kedua atau suami kedua, sama sekali
tidak dapat diterima, bahkan sekalipun dengan alasan ketidakmampuan untuk memiliki
keturunan.
3. Di dalam pernikahan Kristen telah ditetapkan, bahwa pernikahan adalah suatu persekutuan
antara seorang pria dan seorang wanita sampai m a u t memisahkan (Rm. 7:1-2).
4. Di dalam pernikahan Kristen yang dilaksanakan dalam Kebaktian Pemberkatan Nikah,
Pertama, terkandung sifat meneguhkan nikah yang telah disahkan. Kedua, waktu mereka
menjawab pertanyaan pendeta dengan ”Ya,” berarti hal itu dilakukan di hadapan Tuhan dan
jemaat-Nya dan mereka diingatkan akan Firman Tuhan, ”Jika ya, hendaklah kamu katakan
ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan tidak” (Mat. 5:37). Ketiga, dalam Kebaktian
Pemberkatan Nikah tersebut, di dalam dan oleh jemaat dimohonkan berkat Tuhan untuk
kedua mempelai itu dan di dalam nama Tuhan berkat itu diucapkan oleh pendeta. Oleh
karena kebaktian tersebut menuntut iman dari sepasang mempelai, maka kebaktian tersebut
tidak boleh dilaksanakan untuk orang yang belum percaya.
lain ikut tegang; setiap anggota keluarga kuatir sebuah tindakan kecil akan memicu
ledakan
b. Tidak terbuka: suami istri tidak terbuka satu sama lain
c. Berasumsi: Kita merasa tahu apa yang ada di dalam benak seseorang, dan mengambil
keputusan berdasarkan perasaan tersebut; bahkan dalam beberapa kasus, kita juga bukan
sekedar berasumsi, namun telah jatuh dalam dosa menghakimi
d. Merasa paling benar, mencari kambing hitam: Ini adalah kebiasaan mencari penyebab
masalah dan bukannya mencari solusi suatu masalah
e. Mengungkit masalah lama: Sesuatu yang dulu sudah selesai diungkit lagi, dan merasa
masih ada hal yang perlu dibereskan tentang hal tersebut
f. Generalisasi, baik pendapat pribadi menjadi pendapat semua orang “semua orang tahu
kamu tukang marah”, atau mengeneralisasi sebuah kelemahan “kamu orang yang selalu
gagal”
g. Menggunakan komunikasi yang buruk sebagai alat mencari solusi: misalnya menggunakan
kemarahan agar kemauan kita dituruti h. Membandingkan dengan cara yang negative
i. Membesar-besarkan masalah atau keadaan
j. Menggunakan bahasa negatif yang cenderung melecehkan atau menghancurkan harga diri
seseorang, dan bukannya kata-kata positif yang bisa membuat seseorang merasa dihargai dan
didukung