Jbptitbpp GDL Irvanramad 23231 3 2013ta 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

BAB II

GEOLOGI REGIONAL DAN SISTEM PANAS BUMI

Lapangan panas bumi Wayang Windu yang berada pada kertinggian 1280
sampai 2341 meter di atas permukaan laut merupakan daerah vulkanik kuarter (0.23
Ma) yang berasosiasi dengan gunung stratovolcano dari busur vulkanik Sunda
(Bogie and Mackenzie, 1998). Busur Sunda yang membentang dari bagian barat laut
Pulau Sumatera sampai ke Flores merupakan zona subduksi dari lempeng Samudera
Hindia - Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Bentuk zona subduksi
ini hampir tegak lurus di daerah Pulau Jawa dan semakin miring (oblique) saat berada
di daerah Pulau Sumatera (Hall, 2008). Hal ini mengindikasikan bahwa pembentukan
lapangan panas bumi berhubungan dengan aktivitas tektonik suatu area.

2.1 Stratigrafi Daerah Wayang Windu - Malabar

Berdasarkan sumber erupsinya, Silitonga (1973) membagi komplek lapangan


panas bumi Wayang Windu menjadi tiga satuan batuan, yaitu sebagai berikut :

1. Satuan batuan Gunungapi Pengalengan (PV)


Satuan batuan ini tersebar di barat laut, selatan, dan tenggara Dataran Tinggi
Pengalengan. Batuan di daerah ini didominasi oleh batuan yang berkomposisi
lava basalt.
2. Satuan batuan Gunungapi Wayang Windu (WV)
Satuan batuan ini membentuk kerucut perbukitan di tengah-tengah Dataran
Pengalengan, di sebelah selatan Gunung Malabar. Batuan di daerah ini
didominasi oleh batuan yang berkomposisi andesit (andesit hornblend).
3. Satuan batuan Gunungapi Malabar (MV)
Bogie dan Mackenzie (1998) melaporkan bahwa batuan Gunungapi ini
berumur 0,23 juta tahun. Batuan di daerah ini berkomposisi dari basal sampai
andesit basalt.

8
MV

PV
WV

Gambar 2.1 Peta Geologi lapangan panas bumi Wayang Windu (kotak jingga), terdiri dari tiga
satuan batuan yaitu satuan batuan Gunungapi Pengalengan (PV), Gunungapi Wayang Windu (WV),
dan Gunungapi Malabar (MV) (Silitonga, 1973) .

2.2 Stratigrafi Komplek Malabar

Pembahasan selanjutnya akan difokuskan pada stratigrafi komplek Malabar.


Di komplek ini terdapat lima kolom stratigrafi yang terdiri dari (Bronto et al., 2006;
Bogie and Mackenzie, 1998) :

9
1. Endapan vulkanik Gunungapi Pengalengan
Terdapat di sepanjang selatan dari kaldera Malabar sampai cekungan
Pengalengan. Batuan pada endapan ini terdiri dari tuff halus, andesit yang
berbutir boulder sampai granule, basal dan piroklastik. Bagian atas endapan
ini mengandung batuan piroklastik dan breksi.
2. Endapan vulkanik Gunungapi Malabar tua
Endapan ini melingkupi hampir seluruh sisi area kaldera Malabar. Endapan
ini terdiri dari berbagai jenis lava basaltik dan andesitik, yang bercampur
dengan batu breksi vulkanik, jenis batuannya meliputi andesit, basal, andesit
basaltik, dan breksi andestik vulkanik.
3. Intrusi andesit Malabar tua
Ditandai dengan batuan yang memiliki tekstur porfiritik, serta memiliki
fenokris yang terdiri dari mineral plagioklas, piroksen, dan mineral mafik.
4. Endapan vulkanik Gunungapi Malabar muda
Endapan ini hanya terdistribusi di dalam kaldera Malabar saja. Batuan pada
endapan ini meliputi breksi piroklastik, andesit, dan breksi vulkanik.
5. Intrusi andesit Malabar muda
Ditandai dengan batuan yang memiliki matriks bertekstur hyalophyllitic serta
kehadiran tektur lain yaitu amegdaloidal. Fenokris batuan ini mengandung
mineral plagioklas dan piroksen.

2.3 Struktur Geologi Komplek Malabar

Struktur geologi di komplek Malabar didasarkan pada interpretasi citra satelit,


peta topografi, dan observasi lapangan. Struktur geologi komplek Malabar terdiri dari
daerah yang mengalami breksiasi, zona rekahan, sesar normal, sesar geser yang
memiliki berarah barat laut – tenggara dan timur laut – barat daya. Sesar geser
tersebut memotong sesar normal, sementara itu sesar normal dan sesar geser akan
memotong endapan vulkanik Gunungapi Pengalengan, endapan vulkanik Gunung
Malabar tua, dan endapan vulkanik Gunung Malabar muda (Susanto et al., 2011).

10
Gambar 2.2 Peta Geologi komplek Malabar, struktur sesar yang ada di komplek ini berarah barat laut
– tenggara dan timur laut – barat daya. Secara umum kolom stratigrafi yang ada di komplek ini terdiri
dari unit stratigrafi endapan Gunungapi Pangalengan (kuning), unit stratigrafi endapan Gunungapi
Malabar (merah muda), dan unit stratigrafi intrusi Malabar (warna coklat dan oranye) (Susanto et al.,
2011).

Gambar 2.3 Cross Section kolom stratigrafi di komplek Malabar (lingkaran hitam) menunjukkan
batuan endapan Gunungapi Pangalengan (kuning) tertutupi batuan endapan Gunungapi Malabar dan
Wayang Windu (merah muda) (Susanto et al., 2010).

11
2.4 Manifestasi Permukaan di Komplek Malabar

Manifestasi permukaan di lapangan panas bumi merupakan suatu gejala yang


dapat diamati yang megindikasikan keberadaan sumber panas di dalam bumi.
Manifestasi permukaan panas bumi dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Keluaran langsung, seperti mata air panas dan fumarol.


2. Keluaran terdifusi, seperti tanah beruap dan tanah hangat.
3. Keluaran yang bersifat berselang, seperti geyser.
4. Keluaran yang bersifat katastropik, seperti erupsi hidrotermal.
5. Keluaran tersembunyi, seperti rembesan sungai.
6. Alterasi hidrotermal, yang merupakan proses interaksi antara fluida panas
bumi dengan batuan di sekitarnya.

Manifestasi permukaan yang ada di komplek Malabar berupa fumarol yaitu


manifestasi yang berupa keluaran uap air, sumber air panas, emisi gas, dan alterasi
hidrotermal.
Zona alterasi hidrotermal di komplek Malabar dibagi kedalam dua tipe :
1. Tipe Epidot – Klorit
Direpresentasikan dengan kehadiran mineral epidot dan klorit. Memiliki
temperatur antara 2400C sampai dengan 3200C. Keberadaan alterasi ini
mengindikasikan adanya fluida alterasi dengan pH netral.
2. Tipe Alunit – Kristobalit – Halloysit
Direpresentasikan dengan kelimpahan mineral alunit, kristobalit, dan
halloysit. Memiliki temperatur antara 200C sampai dengan 800C. Keberadaan
alterasi ini mengindikasikan adanya fluida alterasi dengan pH asam.

12
2.5 Sistem Panas Bumi

Sistem panas bumi merupakan sebuah istilah umum yang menggambarkan


perpindahan panas alamiah dalam suatu volume terbatas pada kerak bumi, di mana
panas diangkut dari sumber panas ke permukaan bebas (Hochstein dan Browne,
2000). Sistem panas bumi yang berkembang di Indonesia pada umumnya berasosiasi
dengan keberadaan daerah vulkanik, sehingga biasa disebut sistem vulkanik –
hidrotermal.
Sistem vulkanik – hidrotermal merupakan salah satu jenis sistem panas bumi,
suatu panas dan massa dipindahkan dari sebuah tubuh batuan beku (biasanya berupa
kantung magma) ke permukaan dengan melibatkan aliran konveksi dari fluida
magmatik serta pergerakan magma secara sporadis (peleburan yang terjadi di bawah
permukaan). Fluida meteorit (air hujan) tidak terlibat dalam proses perpindahan panas
tersebut (Hochstein dan Browne, 2000).

Gambar 2.4 Ilustrasi sistem panas bumi vulkanik – hidrotermal. Terjadi suatu perpindahan panas dari
tubuh batuan beku ke permukaan (Lawless, 2008).

13
Sistem panas bumi yang berada di lapangan panas bumi Wayang Windu
berasosiasi dengan gunung stratovolcano, yaitu gunung Malabar. Fluida panas bumi
pada sistem ini akan menerima panas tertinggi dari intrusi magma (< 3700C) dan
kedalaman reservoir umumnya berada pada kedalaman < 1,5 km.

Gambar 2.5 Ilustrasi model konseptual panas bumi yang terdapat di stratovolcano andesit, reservoar
panas bumi memiliki temperatur < 3700C pada kedalaman < 1.5 km, sedangkan kedalaman batuan
intrusi berkisar antara 2 – 10 km (Hochstein dan Browne, 1992).

Sistem panas bumi memiliki beberapa elemen yang saling berkaitan satu sama
lainnya, elemen-elemen tersebut adalah:
1. Sumber panas (heat source), sumber panas lapangan panas bumi
umumnya berasal dari aktivitas magma.
2. Batuan panas (heat rock), batuan basement yang bersentuhan langsung
dengan sumber panas, sehingga energi panas dapat berpindah secara
konveksi maupun sporadis.
3. Batuan reservoir, batuan yang memiliki permeabilitas dan porositas yang
baik, sehingga air dapat mengalir melaluinya.

14
4. Fluida, fluida air menjadi elemen terpenting dari suatu sistem panas bumi,
fluida air umumnya berasal dari daerah resapan air yang berada di sekitar
lapangan panas bumi maupun berasal dari air meteorit.
5. Batuan penutup (cap rock), batuan ini memiliki porositas dan
permeabilitas yang buruk, sehingga tidak dapat dilewati oleh fluida.
Batuan ini diperlukan untuk menjaga agar uap tidak lepas ke udara bebas.

2.6 Pengembangan Lapangan Panas Bumi Wayang Windu

Pengembangan lapangan panas bumi Wayang Windu dimulai pada tahun


1996. Sebagai sebuah langkah cepat, pengembangan dimulai dari daerah yang secara
logistik mudah dijangkau yaitu bagian selatan dan timur. Kombinasi lubang bor tipis
dengan kedalaman 1.500 m (WWC – SH, WWJ – SH, WWL – SH, dan WWR – SH)
dan sumur produksi yang lebih dalam. Keberadaan anomali thermal ditemukan,
namun sumur produksi tidak diperbolehkan untuk dibor pada bagian bawah dan
baratdaya dari pusat vulkanik muda (Bogie et. al., 2008).
Sumur yang dibor pada bagian utara Gunung Bedil menemukan sebuah
reservoir dua fasa dominasi uap, yang lebih dangkal dibandingkan dengan yang
ditemukan pada sumur pertama (WWA – 1). Sumur ini mengkonfirmasi hasil dari
lubang bor tipis MSH – 1 pada bagian utara yang mengindikasikan sebuah luasan
dominasi uap melingkupi sebuah reservoir dalam dominasi air. Kemudian, sebuah
kombinasi sumur pemboran dangkal dan dalam dibangun; kesuksesan diperoleh dari
sumur pemboran dangkal. Tiga buah sumur dengan kedalaman mencapai 1700 m
menghasilkan uap kering yang ekivalen dengan 20 MWe tiap sumur. Sumur ini dibor
pada bagian paling utara (saat itu) pada jalur MBD. Sebagai sumber potensial, target
pengembangan awal 220 MWe direncanakan dengan kemungkinan penambahan
sampai 440 Mwe, sampai krisis keuangan melanda Asia pada tahun 1997 memaksa
proyek ini untuk direvisi ulang kembali ke 110 MWe (Ibid).

15
Sebuah turbin yang dipasang pada tahun 1999 berkapasitas 110 MWe,
merupakan salah satu turbin terbesar di dunia yang beroperasi pada lapangan panas
bumi (Murakami et al., 2000). Sebagai hasil dari pemasangan turbin ini, lapangan
Wayang Windu menjadi lapangan panas bumi dengan pengembangan tercepat pada
saat itu.
Pada tahun 2001 sebuah perusahaan swasta asing membeli 50 % saham
kepemilikan proyek Wayang Windu. Sumur vertikal MBD – 1 yang kurang produktif
dipindahkan dan menjadi sumur produksi terbesar pada saat itu. WWQ – 3, sebuah
sumur dalam lainnya juga dipindahkan, namun tidak sesukses MBD – 1. Penurunan
tekanan reservoir membuat terjadinya penurunan produksi fluida pada saat itu, namun
sekarang telah distabilkan kembali pada daerah dominasi uap (Bogie et. al., 2008).
Star Energy mengambil alih lapangan ini pada tahun 2004. Sebuah program
pemboran baru dimulai pada Agustus 2006 untuk menyuplai turbin kedua yang juga
berkapasitas 110 MWe. Sumur pertama dalam program ini selesai dibor (MBD – 5)
menghasilkan uap yang ekivalen dengan 40 MWe, membuat sumur uap tersebut
menjadi yang terbesar di dunia pada saat itu. Keseluruhan delapan sumur pemboran
mencapai total produksi 180 Mwe (Ibid).

2.7 Perluasan Lapangan Panas Bumi Wayang Windu

Hanya bagian selatan dari batas barat lapangan panas bumi Wayang Windu
yang telah dilakukan pemboran secara intensif (gambar 2.6). Hasil survei MT yang
dilaksanakan oleh Anderson et al., (1999,2000) menemukan hubungan elevasi kontur
dari dasar lapisan konduktif yang dihasilkan oleh hidrotermal smectite, selanjutnya
lapisan konduktif ini disebut sebagai konduktor. Kemenerusan konduktor di luar
daerah pemboran dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perluasan ke daerah
utara (gambar 2.6).

16
Kombinasi data sumur dan survei MT tebaru, menginterpretasikan andesit
stratovolcano berpusat pada G. Puncak Besar (gambar 2.6). Potensi sumber pada
bagian utara diperkirakan sekitar 4 km pada arah timur – barat. Total potensial daerah
ini mencapai 40 km2.

Gambar 2.6 Lokasi sumur panas bumi, manifestasi termal, dan puncak gunung pada lapangan panas
bumi Wayang Windu dan hubungannya dengan lapisan konduktif.
Sumber : modifikasi dari (Bogie et al., 2008).

Objek penelitian berdimensi 8 x 8 x 9 km3 yang terletak dalam cakupan


gambar 2.6. Lokasi tersebut harus disamarkan karena alasan kerahasiaan data.

17

Anda mungkin juga menyukai