Jay - Quran Karangan Manusia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 121

QURAN BUKAN WAHYU AWLOH

HANYALAH KARANGAN MANUSIA


By : DR. JAY SMITH

Prakata
Siapakah Jay Smith ?

✓ Setiap orang yang sering menonton debat Islam - Kristen di Youtube &
channel lain, akan segera mengenal nama & wajah Jay Smith. Ia adalah
orang Amerika dari keluarga penginjil, seorang ilmuwan, teologian,
sejarawan, peneliti, penginjil Kristen dan tinggal di London, Inggris.
✓ Ia juga seorang apologetis, yakni pakar dalam menerangkan dan
mempertahankan keimanan agamanya dalam debat agama, khususnya
dengan dunia Muslim.
✓ Mempunyai 2 gelar Master & PhD dalam bidang ilmu tentang Islam,
khususnya bidang Apologetics & Polemics.
✓ Jay adalah pendiri Pfander Centre for Apologetics, organisasi yang
melakukan penelitian, penulisan, debat formal tentang Islam, punya acara
penginjilan mingguan di taman terbuka untuk menjangkau Muslim radikal di
taman Hyde Park, London.
✓ Sejak 35 tahun yl, Jay banyak melakukan perjalanan ke belahan dunia,
dalam rangka mengajar tentang Apologetics dan penginjilan kepada
Muslim radikal di Inggris, Perancis, Senegal – Afrika dll.
✓ Pada tahun 2001, karena serangan teroris Islam ke Twin Tower Amerika
pada 11 September 2001, Jay terpaksa menunda penelitiannya, untuk
fokus pada Apologetika & penginjilan guna menjangkau Muslim radikal.
Untuk mengetahui pengajaran & debat Jay Smith, dapat diakses di :

1) https://www.youtube.com/watch?v=mMsrSSerGrw
PfanderFilms

2) https://www.youtube.com/watch?v=cQ611NSxfCk
KT Online Learning

3) https://foclonline.org/user/217/answers-to-questions
4) https://onlinelearning.ibiol.org/
5) Youtube : ketik/cari “Jay Smith substitle Indonesia” sudah banyak
video yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
6) dll

o Islam sengaja memenjarakan Muslim sejak lahir sampai mati, dalam


ideologi kecurigaan dan kebencian pada warga Barat, Kristen dan
Yahudi, sehingga selama hidupnya Muslim bagaikan katak dalam
tempurung, yang hanya mau mendengar kisah tentang Islam dari pihaknya
saja, tanpa mau mendengarkan kisah orang lain.
o Muslim sudah didoktrin sejak orok sampai hari kematiannya, agar melihat
dunia dalam kacamatanya sendiri, tanpa mau menyadari bahwa
kacamatanya sudah membentuknya dalam perspektif yang dogmatis &
fanatisme buta.
o Golden Rule / Aturan Emas (perlakukan orang lain, seperti apa yang
kamu ingin mereka perlakukan dirimu / kalau tidak mau dicubit, jangan
mencubit), TIDAK berlaku dalam dunia Islam.

Aturan Emas tertulis dalam Alkitab – Matius 7:12


“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang
berbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.
Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”

Kebenaran harus jadi kebenaran manakala ia dicecar dengan kritik dan


pertanyaan. Jika ia TIDAK KUAT diterpa pertanyaan dan kritikan, serta
TIDAK ditopang oleh bukti-bukti valid sejarah, maka ia bukanlah kebenaran,
ia hanyalah pembenaran.

Manusia dewasa hidup atas dasar nilai-nilai kebenaran, bukan emosionalitas /


fanatisme agama. Sejauh apa kita bisa berpikir dengan tenang dan
mempertimbangkan apa yang layak dipercaya karena bukti-bukti valid
yang menyokongnya, sejauh itu pula kedewasaan kita berkembang.
Kita hidup di abad 21 dimana kita belajar dengan menggunakan otak, bukan
perasaan. Dan tidak patut buat diri kita, kalau demi membuat tameng bagi
kelemahan dogma yang kita imani sejak lahir & turun temurun dari beberapa
generasi, dengan entengnya kita berkata, “saya tetap beriman, walau
TANPA bukti yang menopang kebenaran dogmatik itu.”

Untuk itu para pembaca diharapkan terbuka dalam setiap kritik. Karya Jay
Smith ini merangkum banyak poin penting dari berbagai buku yang terbaik
mengenai kritik terhadap Islam, buku2 hasil penelitian selama beberapa puluh
tahun yang dilakukan oleh para pakar sejarawan, arkeologi, theologian,
ilmuwan dengan didukung teknologi modern untuk membuktikannya.

Tidak ada caci-maki atau pelecehan di sini. Sehinggga anda tidak perlu
membuangnya seketika anda membaca judulnya saja, kecuali memang
anda sudah punya prasangka buruk, hal mana sangat disesalkan.

Artikel ini menggunakan kata-kata awam yang umum, sehingga baik


pembaca muslim dan non-muslim bisa memahaminya dengan mudah.
Selamat membaca dan menimba ilmu darinya.

DAFTAR ISI
A. Pengantar
B. Masalah-masalah Dalam Tradisi Islam
B.1. Sumber-sumber
B.2. Kemunculan Yang Begitu Terlambat
B.2.a. Belum Berkembangnya Tradisi Tulis Menulis
B.2.b. Usia Ketahanan Kertas
B.2.c. Dokumen-dokumen Yang Ada Sampai Saat Ini
B.3. Kredibilitas
B.4. Kontradiksi
B.5. Kemiripan-kemiripan
B.6. Pengembang-biakan Kisah-kisah Yang Mendadak
B.7. Isnad – Alur Transmisi Lisan
B.8. Kussa – Para Pendongeng Kisah

C. Kritik Internal dalam Tubuh Quran Sendiri


C.1. Pujian Atas Quran Yang Dikarang-karang
C.1.a. Keunikan Quran
C.1.b. Kelemahan-kelemahan Struktural
C.1.c. Cacat-cacat Sastra
C.1.d. Klaim Keuniversalan Quran
C.1.e. Interpolasi (Penyisipan)
C.2. Kisah-kisah Dalam Quran Yang Bersumber dari Talmud
C.2.a. Kisah Qabil & Habil / Kain & Habel
C.2.b. Kisah Ibrahim / Abraham
C.2.c. Kisah Raja Sulaeman dan Ratu Sheba
C.3. Keganjilan-keganjilan Sains Dalam Quran
C.4. Solusi Yang Mungkin ( usaha “penyelamatan" )

D. Kritik Eksternal Terhadap Quran


D.1. Hijrah
D.2. Kiblat
D.3. Kaum Yahudi
D.4. Mekah
D.5. Kubah Emas / Dome of The Rock (Qubbat al Sakhra)
D.6. Muhammad
D.7. Istilah 'Muslim' and 'Islam'
D.8. Quran

E. Dapatkah Kita Menggunakan Sumber-sumber Non-Muslim ?


F. Kesimpulan
G. Daftar Sumber Rujukan

A. PENGANTAR

Pada bulan Agustus tahun 1995 saya diundang untuk ikut dalam acara debat
dengan tema usulan, "Apakah Quran Pewahyuan Ilahi ?" dengan Dr.Jamal
Badawi. Perdebatan tersebut berlangsung di Trinity College, Cambridge, dan
setelah paparan kami selesai disajikan, perdebatan dibuka untuk audiens
selama satu jam pertanyaan, baik dari Muslim dan Kristen yang hadir.

Berikut adalah isi dari makalah, yang saya berikan dalam debat, serta materi
lebih lanjut, yang saya gunakan dalam sesi tanya jawab, dan data lebih lanjut,
yang telah saya keluarkan pada saat sesi debat. Karena ketertarikan yang
ditunjukkan pada topik itu, kami telah menempatkan makalah ini bersama
dengan sepuluh masalah apologetik lainnya, dan beberapa sanggahan
muslim terhadap materi itu, serta sejumlah 99 Traktat Kebenaran populer di
situs-web, silakan browsing di internet.
Semoga materi debat di situs web ini dapat menyebar ke seluruh dunia, dan
membantu untuk menghidupkan dialog yang telah dimulai dalam Debat
Cambridge.

Saya telah mencoba untuk memberi catatan kaki pernyataan-pernyataan yang


terbukti menjadi sumber perdebatan, atau yang dapat membantu pembaca
untuk mencari data lebih lanjut. Saya telah menggunakan model Harvard,
yang dimulai dengan nama penulis, diikuti dengan tanggal publikasi, dan
nomor halaman.

Mari kita mulai pelajaran hari ini :

Islam mengklaim bahwa Quran bukan hanya Wahyu Awloh, tetapi ia adalah
wahyu terakhir diberikan kepada manusia.

1. Quran diklaim datang dari "ibu dari segala kitab" menurut Surah 43:2-4.
2. Muslim mempertahankan keyakinan bahwa Quran adalah salinan asli yang
tepat, kata per kata sampai titik koma, dari pewahyuan terakhir dari Awloh,
yang ditemukan di naskah asli yang selalu tersimpan di surga. Mereka
merujuk pada Surah 85:21-22, yang berbunyi :
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Quranul Majid yang tersimpan
dalam Lauh Mahfuz. (QS 85:21-22)

3. Ulama Islam berpendapat bahwa bagian ini mengacu pada kitab yang
tidak pernah dibuat manusia. Mereka percaya bahwa Quran adalah
salinan identik dari buku surgawi yang kekal, bahkan sampai tanda baca,
titik koma, tiap huruf, judul dan divisi dari bab yang bersangkutan,
persis seperti pertama kali diturunkan GEDEBUK dari langit oleh Awloh.

Menurut klaim Muslim, "wahyu-wahyu ini mulai diturunkan (Tanzil atau


Nazil) (Surah 17:85), dari level terendah dari surga 7 lapis di bulan
Ramadhan, pada malam Lailatul Qadar.

4. Dari sana wahyu-wahyu ini diturunkan kepada Muhammad secara


berangsur, seiring dengan munculnya kebutuhan akan suatu hal, melalui
Jibril (Surah 25:32).

Akibatnya, setiap huruf dan setiap kata, pasti bebas dari pengaruh manusia,
yang memberikan Quran kewenangan penuh, bahkan kesucian, dan dengan
demikian, harus dipercaya.

Kebanyakan orang / peneliti dari negara2 Barat, selama ini menerima klaim
dari umat Islam ini sebagai “penakdiran.”
Negara2 Barat tidak memiliki kemampuan untuk berdebat lewat kejujuran
Muslim, karena klaim-klaim tersebut tidak bisa dibuktikan atau dibantah sebab
kewenangannya berasal HANYA dari Quran itu sendiri.

Hal ini termasuk meruntuhkan klaim Muslim, tentang klaim terpenuhinya


nubuatan-nubuatan Alkitab dalam Ulangan 18 dan Yohanes 14:16 yang
diklaim Muslim berisi nubuatan tentang Muhammad, dan klaim2 lainnya.
Anehnya, Muslim menuduh Alkitab palsu / telah dipalsukan / diubah, tetapi
sejak Quran mulai dikarang-karang pada abad ke-9/10M sampai dengan abad
21 ini, Muslim masih sibuk mencari-cari nubuatan tentang Muhammad
dalam Alkitab, ini adalah sikap yang memalukan & munafik, karena
sampai kiamatpun tidak akan menemukannya.

Awalnya ilmuwan / sejarawan negara Barat enggan untuk mempertanyakan


fakta Quran dan Muhammad karena respon buruk / kekerasan -
pembunuhan dari umat Islam yang diarahkan kepada mereka / siapapun
yang berani untuk menanyakannya, di masa lalu sampai hari ini.

Faktanya adalah bahwa, peneliti / sejarawan / arkeolog Barat telah terlalu


lama mendiamkan dirinya, dengan mengira bahwa umat Islam memiliki
bukti dan data valid untuk mendukung klaim mereka. Selain itu juga ada
pembatasan dari pihak Islam dengan TIDAK memberi akses penelitian pada
naskah2 yang dijadikan sumber oleh Islam.

Baru pada abad2 terakhir ini, ketika para cendekiawan sekuler dari negara2
Barat yang menyelidiki tentang Islam, yang dikenal sebagai "Para Orientalis"
menguji kembali sumber-sumber Islam, dan bukti sudah ditemukan, yang
mengarah pada pertanyaan2 yang lebih lanjut harus ditanyakan pada Muslim,
tentang hal2 yang selama ini, orang2 disuruh untuk percaya saja & dilarang
bertanya-tanya, yaitu tentang : Muhammad dan Quran sebagai wahyu
Awloh.

Temuan para peneliti ini menunjukkan bahwa Quran BUKAN diturunkan pada
1 orang saja (yaitu Muhammad), tetapi merupakan hasil tulisan sekelompok
orang, yang kemudian disusun ulang, selama lebih dari beberapa
ratus tahun
(Rippin 1985:155 dan 1990:3,25, 60)

Dengan kata lain, Quran yang kita baca sekarang TIDAK SAMA dengan
Quran yang ada di pertengahan abad ke-7M , tapi mungkin lebih dari sebuah
produk yang mulai dibuat antara abad ke-9 dan ke-10M.
(Wansbrough 1977:160-163)
Pada jaman itu, para Orientalis mengatakan, khususnya pada abad ke-9M,
bahwa Islam hanya MENJIPLAK suatu identitas yang sudah ada
sebelumnya, kemudian diubah sehingga menjadi apa yang dikenal sebagai
Islam saat ini.

Akibatnya mereka berpendapat bahwa tahap pembentukan Islam terjadi


TIDAK pada jaman ketika Muhammad hidup, tapi berkembang selama
200-300 tahun
(Humphreys 1991:71, 83-89).

Sumber2 tentang Islam yang merujuk pada periode abad ke-7M, ternyata
tidak ada, kosong, nihil. Satu-satunya sumber yang tersedia bagi para
sejarawan adalah sumber-sumber dari Muslim. Terlebih lagi di luar Quran,
semua sumber Islam, merupakan produk yang dibuat belakangan.

Sebelum 750 M kita TIDAK memiliki dokumen Muslim yang bisa


diverifikasi, yang dapat memberi kita petunjuk ke masa pembentukan
Islam.
(Wansbrough 1978:58-59)

TIDAK ADA yang dapat digunakan untuk membuktikan materi sejarah Muslim
yaitu, sejarah Islam berdasarkan tradisi yang diceritakan turun temurun, dari
abad ke abad. Dokumen yang muncul belakangan, hanya memanfaatkan
dokumen-dokumen sebelumnya, yang juga sudah TIDAK ADA lagi, itupun
masih menjadi pertanyaan, apakah dokumen awal tsb BENAR2 ADA ?
(Crone 1987:225-226; Humphreys 1991:73).

Periode Klasik ini (sekitar 800 M) menggambarkan periode sebelumnya, tetapi


dari sudut pandangnya sendiri, sama seperti orang dewasa yang menulis
tentang masa kecil mereka, mereka akan cenderung mengingat momen-
momen yang menyenangkan saja.

Dengan demikian catatan sejarah Islam sudah diubah-ubah dan


banyak kesalahan yang ber-ulang2, sehingga TIDAK DAPAT
DITERIMA sebagai otentik oleh para ahli sejarah. (Crone dalam bukunya
Meccan Trade : tentang sejarah Islam, terutama dongeng/kisah yang hanya
tergantung pada pendongeng local.)
(Meccan Trade ....1987, pp.203-230 dan Slaves on Horses, 1980, pp.3-17).
Akibatnya, perbedaan antara apa yang sejarawan Barat telah temukan dan
klaim yang Muslim pertahankan, makin melebar lebih lanjut karena hal2
berikut :

• Islam, menurut ulama Muslim, memberikan kewenangan penuh campur


tangan Awloh bagi wahyunya. Muslim menegaskan bahwa Awloh
menurunkan wahyu kepada Muhammad, melalui Jibril selama 22 tahun
(610-632 M), dimana dipercaya bahwa pada masa itu banyak hukum dan
tradisi, yang akhirnya membentuk Islam.

• Namun klaim ini ditolak keras oleh sejarawan Barat, karena se-
akan2 pada awal abad ke-7M, hanya dalam 22 tahun kehidupan
Muhammad, Islam dibentuk dengan kecanggihan luar biasa hebat, dalam
menyusun hukum & tradisinya, padahal budaya gurun yang tandus di Arab
abad ke-7M adalah nomaden / ber-pindah2, kaum yang amat sangat
miskin, barbar, budaya peradaban yang amat sangat terbelakang, primitive
dan animisme padang pasir. Klaim Muslim ini runtuh sangat mudah.

Sebelum jaman itu, daerah Hijaz, yaitu daerah semenanjung Arab, sekarang
daerah yang ada Mekah + Medinah, hampir TIDAK pernah dikenal di dunia
beradab. Bahkan sejarah yang merujuk pada periode ini sebagai Jahiliyyah
atau periode kebodohan - menyiratkan keterbelakangannya dengan
animisme.

Arabia sebelum Muhammad, TIDAK memiliki budaya sebuah kota, juga


TIDAK mungkin membanggakan infrastruktur canggih yang dibutuhkan untuk
menciptakan, apalagi mempertahankan klaim2 sejarah oleh Muslim dalam
menjelaskan periode awal Islam.
(Rippin 1990:3-4).

Jadi, bagaimana mungkin Quran muncul secara cepat & rapi, hanya dalam
waktu 22 tahun ? TIDAK ADA sejarah yang mendahuluinya, untuk
mendukung klaim konyol semacam ini. Level kecanggihan mungkin bisa
tercipta selama 100-200 tahun, dengan catatan harus ada sumber2 lain
yang mendukung, seperti budaya dll di mana hukum & aturan tsb
diambil.
Tapi sangat mustahil, lingkungan Arabia yang padang pasir tandus,
sangat miskin, terbelakang & primitive dengan animisme gurun yang
percaya pada jin2 yang mendiami batu dll, mampu untuk menyusun
Quran hanya dalam periode 22 tahun saja. Logika akal sehat pasti
akan menolak klaim ini.
Sejarawan sekuler/modern Barat, tidak bisa begitu saja menerima klaim
Muslim bahwa Quran itu muncul melalui wahyu Awloh, GEDEBUK dijatuhkan
dari langit pada abad ke-7M.
Sejarawan sekuler Barat selalu berpegang bahwa seluruh sejarah harus
disertai dengan bukti2 pendukung sejarah, dari mana informasi
tersebut berasal, dan apakah informasi tsb benar2 suatu fakta sejarah atau
adanya kesalahan2 & rekayasa yang dipenuhi berbagai keraguan/keganjilan.

Oleh karena itu, para sejarawan Barat menghadapi dilema. Sebab lewat
pengetahuan modern, mereka tidak bisa mendasarkan penelitiannya atas
dasar keberadaan Tuhan, namun mereka tidak bisa membuang klaim Muslim
yang mengandalkan keberadaan Awloh nya, karena sumber klaim Muslim ini
adalah adalah satu2nya sumber bagi sejarawan,untuk penyelidikan lebih
lanjut. Itulah yang terjadi sampai saat ini.

Sederet ahli sejarah & peneliti tentang Islam adalah :


1. Dr John Wansbrough dan Michael Cook [keduanya dari SOAS],
2. Patricia Crone, yang sebelumnya dari Oxford Univ, sekarang mengajar
di Cambridge & Yehuda Nevo dari University of Jerusalem,
3. Andrew Rippin dari Kanada,
4. dan lain-lain

Mereka mengakui bahwa ada banyak misteri berkenaan dengan pertanyaan


mengenai campur tangan ilahi, sekarang kita akan melihat lebih dekat pada
sumber-sumber lain tentang Quran untuk memastikan petunjuk asal-usulnya.
Adalah sumber-sumber ini yang kini mulai mengungkapkan bukti awal dari
Islam.

Dengan demikian, materi ini adalah hasil karya penelitian mereka & tim
profesional lainnya, yang akan saya gunakan untuk memahami lebih baik
tentang asal-usul Quran.
Para sarjana Muslim harus menghadapi temuan ini secara serius dalam
tahun-tahun mendatang, untuk menjawab keraguan klaim Muslim, tentang
kitab mereka, Quran, dan Muhammad.
Untuk itu mari kita mulai analisis kita dengan melihat pada sumber-sumber
yang kita ketahui yang menulis tentang Islam, yaitu : Quran & Muhammad.

B. Masalah-masalah dalam Sejarah Islam


Dalam penelitian tentang Quran, sejarawan tidak berpegang pada tulisan2
dari ahli-tafsir Islam, tapi langsung ke sumber2 sejarah paling awal dari Quran,
untuk membuktikan keasliannya.
Seharusnya cukup mudah dilakukan karena merupakan suatu kitab yang
relatif muda, dan muncul belakangan, yang menurut Muslim “hanya 1.400
tahun yang lalu."

B.1. Sumber-sumber
Pertanyaan mengenai sumber-sumber selalu menjadi area perdebatan bagi
sejarawan modern, seperti halnya studi Quran harus dimulai dengan masalah
sumber-sumber primer atau sekunder.
• Sumber primer adalah bahan-bahan yang terdekat, atau memiliki akses
langsung ke kejadian tersebut.
• Sumber sekunder berkenaan dengan material yang cenderung lebih baru
dan, akibatnya, tergantung pada sumber-sumber primer.

Dalam sejarah Islam, sumber-sumber primer yang kita miliki adalah 150-300
TAHUN setelah peristiwa yang mereka gambarkan terjadi, dimana ada
rentang waktu cukup jauh dari peristiwa tersebut.
(Nevo 1994:108; Wansbrough 1978:119; Crone 1987:204).

Karena kondisi tersebut, maka sumber primer di atas dianggap sebagai


sumber sekunder, karena sumber primer tsb mendasarkan diri pada materi
yang sudah tidak ada lagi.

Yang pertama dan terbesar dari sumber-sumber tersebut adalah "Tradisi


Islam atau Tradisi Muslim" Karena pentingnya Tradisi Muslim ini, maka sangat
penting bagi kita untuk mengupas mereka terlebih dahulu.

Tradisi Muslim terdiri dari tulisan-tulisan yang disusun oleh Muslim di awal
abad ke-9 sampai awal abad ke-10 M, awal tentang apa yang
Muhammad katakan dan lakukan di masa hidupnya di abad ke-7M, dan
tentang komentar / penafsiran terhadap Quran :

• Sejauh ini catatan-catatan seperti itulah yang menjadi bahan yang paling
luas yang kita miliki saat ini tentang periode awal Islam. Mereka juga ditulis
secara lebih detil dari apapun yang kita miliki saat ini, dalam catatan
tersebut memasukkan pula tanggal dan penjelasan atas apa yang terjadi.
Catatan-catatan tersebut menjadi pelengkap Quran.
• Sejumlah varian dapat kita temukan dalam tradisi-tradisi. Para penulis
Tradisi ini bukanlah penulis professional, melainkan pengumpul kisah dan
peng-edit yang mengumpulkan informasi yang “diturunkan kepada
mereka," dan terciptalah Tradisi itu.
• Ada banyak pengumpul kisah, tapi 4 yang dianggap oleh banyak umat
Islam yang paling dihargai dalam kategori masing-masing. Para pengumpul
kisah ini hidup dan mengumpulkan cerita mereka antara 750-923 M atau
120-290 tahun setelah kematian Muhammad.

Membaca Quran akan sulit untuk dimengerti, karena :


• membuat pembaca bingung karena tema-nya melompat-lompat dari cerita
satu ke cerita lainnya yang tidak saling berhubungan / tidak
nyambung.
• Hanya sedikit sekali latar belakang narasi atau penjelasannya amat sangat
pendek.

Tradisi menjadi penting, karena akan mengisi rincian yang dinyatakan hilang.
Dalam beberapa kasus, Tradisi lebih kuat / menang atas Quran.

Sebagai contoh :
• ketika Quran mengacu pada shalat 3 kali sehari (Surah 11:114,
17:78-79, 30:17-18 dan juga 24:58),
• sedangkan dalam Tradisi Muslim, shalat 5 waktu (5x sehari)
ditetapkan oleh tradisi yang datang belakangan & telah diadopsi oleh
Muslim sampai hari ini
(Glasse 1991:381).

Mungkin akan lebih jelas dengan membuat daftar karya mereka, bersama
dengan tanggal/tahun :

• SURA adalah catatan tentang kehidupan tradisional Muhammad (termasuk


penyerangan2 nya). Sura yang paling lengkap ditulis oleh Ibn Ishaq (mati
765 M), meski TIDAK SATUPUN dari manuskrip yang ia miliki ada pada
kita saat ini.

Akibatnya, kita tergantung pada Sura Ibn Hisham (mati 833 M), yang
konon katanya, ia ambil dari Ibn Ishaq, meskipun menurut pengakuannya
sendiri : Ibnu Ishaq menghilangkan bagian-bagian yang yang mungkin
menyebabkan kontroversi, yakni kisah manapun yang ia rasakan
menjijikkan, memalukan Islam, puisi yang tidak bisa dibuktikan di bagian-
bagian lain, serta hal-hal yang dia tidak bisa terima & tidak dapat
dipercaya. (berdasar penelitian Patricia Crone 1980:6).

• HADIS adalah ribuan laporan pendek atau narasi (akhbar) tentang


perkataan dan perbuatan Muhammad yang dikumpulkan oleh Muslim di
abad ke-9 dan ke-10M. Dari enam koleksi Hadis yang paling terkenal,
hadis-hadis al-Bukhari- lah (mati 870 M) yang dianggap oleh banyak
Muslim sebagai yang paling diakui kebenarannya / shahih .

• TARIKH adalah sejarah atau kronologi kehidupan Muhammad, yang paling


terkenal ditulis oleh al-Tabari (mati 923 M) pada awal abad ke-10.

• TAFSIR adalah komentar dan penafsiran atas teks-teks Quran, tata


bahasa dan konteks/topik nya, yang paling dikenal juga ditulis oleh al-
Tabari (mati 923 M).

B.2. Kemunculan Yang Sangat Terlambat


Jelas, pertanyaan pertama yang harus kita tanyakan adalah : mengapa
tradisi ini ditulis SANGAT TERLAMBAT , yakni 150-300 tahun setelah
klaim kejadiannya ? Kita sama sekali TIDAK memiliki “catatan dari
komunitas Islam selama 150 tahun pertama , antara penaklukan Arab
pertama, yakni dari awal abad ke-7M, hingga kemunculan komunitas Islam,
dengan narasi sira-maghazi, sebagai awal literatur Islam, yakni di akhir abad
ke-8M.
(Wansbrough 1978:119).

Kita berharap untuk menemukan dalam masa 150 tahun itu, setidaknya sisa-
sisa bukti pengembangan agama Arab kuno menuju Islam, namun kita
TIDAK menemukan apa-apa.
(Nevo 1994:108; Crone 1980:5-8) .

Ada sarjana Muslim yang tidak setuju dengan fakta di atas, dengan tetap
mempertahankan klaim bahwa ada bukti tradisi sebelumnya,
utamanya Muwatta oleh Malik ibn Anas (712 M-795 M).

Norman Calder dalam bukunya “Study in Early Muslim Jurisprudence”


TIDAK setuju dengan penanggalan awal seperti itu dan banyak pertanyaan
menyangkut karya tersebut dapat dikaitkan dengan penulis-penulis yang
disebutkan di situ. Dia berpendapat bahwa sebagian besar teks yang kita
miliki dari para penulis ini ,yang dianggap sebagai penulis Islam awal, adalah
"kumpulan teks" yang diteruskan dan dikembangkan selama beberapa abad &
generasi, dan mencapai bentuk yang kita ketahui sebagai karya dari "penulis"
yang disebutkan, yaitu mereka yang dianggap menulis kisah-kisah itu.
Dengan mengikuti anggapan bahwa saat itu "aliran Syafi'i" (yang menuntut
bahwa semua hadis harus ditelusuri kepada Muhammad) belum berlaku
sampai setelah 820 M, maka ia menyimpulkan bahwa karena Mudawwana
tidak berbicara tentang pengakuan kenabian Muhammad, sedangkan Muwatta
membicarakannya. Muwatta selayaknya jadi dokumen yang muncul
belakangan.

Akibatnya, menurut Calder, Muwatta harusnya hadir sebelum tahun 795 M,


tapi kadang ditempatkan setelah Mudawwana, yang baru ditulis pada tahun
854 M.
Kenyataannya Calder menemukan,bahwa Muwatta bahkan TIDAK ditemukan
di Arab pada abad ke-8M namun di Cordoba, Spanyol abad ke-11 M.
(Calder 1993).

Ini adalah salah satu bukti, bahwa terlalu amat sedikit bukti awal sejarah
Islam.

Humphreys menyimpulkan bahwa, "Kita menganggap Muslim pastilah dipacu


sedemikian rupa untuk mencatat prestasinya, sementara kaum terpelajar dan
masyarakat perkotaan dari negara yang akan diserang oleh Islam, hampir
tidak mengetahui nasib yang akan menimpanya "
(Humphreys 1991:69).

Menurut Humphreys semua yang kita temukan dari periode awal ini
merupakan sumber yang, "sangat aneh & ganjil" benar-benar membuyarkan
setiap kemungkinan untuk merekonstruksi sejarah Islam pada abad pertama
secara memadai.
(Humphreys 1991: 69).

Untuk itu pertanyaan yang harus ditanyakan adalah :


dari mana para pengumpul kisah Muhammad di abad 8 & 9M
mendapatkan bahan cerita mereka ?

"Bukti yang kita miliki sebelum 750 M, hampir seluruhnya terdiri dari kutipan
yang agak meragukan dari kumpulan yang dilakukan di abad2 setelahnya
/ belakangan / terkemudian."
(Humphreys 1991:80)

Akibatnya, kita TIDAK memiliki bukti yang dapat dipercaya, jika klaim sejarah
tsb benar-benar berbicara tentang kehidupan Muhammad & Quran.
(Schacht 1949:143-154).
• Kita diminta untuk percaya saja bahwa dokumen-dokumen ini, yang
ditulis ratusan tahun kemudian, sebagai dokumen yang akurat. Sayangnya
kita TIDAK disajikan dengan bukti & saksi kejujuran Muslim.
• Isnad, yang tidak lebih dari daftar yang berisi nama-nama mereka yang
menerima pesan berantai turun-temurun secara lisan.
• Bahkan isnad kurang dokumentasi pendukung yang dapat digunakan untuk
menguatkan otentisitas mereka, namun ditambah-tambakan dalam
tulisan2 di kemudian hari
(Humphreys 1991:81-83),

B.2.a. Belum Berkembangnya Tradisi Tulis Menulis ???


Muslim mempertahankan pandangan bahwa begitu terlambatnya sumber
primer muncul, dikarenakan budaya tulis menulis belum berkembang luas di
daerah terisolasi seperti Arab pada saat itu. Asumsi ini sama sekali TIDAK
berdasar, sebab budaya menulis di atas kertas sudah dimulai
jauh sebelum abad ke-7M.

Menulis di atas kertas ditemukan pada abad ke-4M, dan digunakan secara
luas di dunia beradab sejak saat itu. Dinasti Umayyah bermarkas di daerah
Syria, bekas provinsi Bizantium, dan bukan di Arab. Syria saat itu adalah
pusat masyarakat yang terpelajar, dimana para sekretaris dipekerjakan untuk
tulis menulis di pengadilan Khalifah. Ini membuktikan bahwa budaya
menulis naskah sudah dengan baik dikembangkan di sana.

Lebih jauh lagi kita tahu bahwa Arab (yang lebih dikenal sebagai Hijaz ) di
abad ke-7M dan sebelumnya, adalah daerah dimana rombongan karavan
pedagang bolak-balik rute utara-selatan, dan mungkin timur-dan barat.
Sementara bukti-bukti menunjukkan bahwa perdagangan bersifat lokal
(seperti yang akan kita bahas di bab lebih lanjut). Bagaimana para pedagang
menyimpan catatan mereka, jika alat tulis menulis tidak tersedia saat itu?
Mereka tentu tidak akan menghafal angka-angka di luar kepala sebagai
catatan jual beli mereka, bukan ?

Dan akhirnya kita harus bertanya :


bagaimana Quran ada dalam bentuk sekarang ini, jika tidak ada seorangpun
yang mampu menggunakan pena dan kertas untuk menulis pada waktu itu ?

Muslim mengklaim adanya sejumlah mushaf / naskah Quran yang tidak lama
ditulis setelah kematian Muhammad, seperti mushaf Abdullah ibn Mas'ud, Abu
Musa, dan Ubayy b. Ka'b (Pearson 1986:406).
Dalam bentuk apakah mushaf ini jika mereka bukan dokumen tertulis ? Teks
Usman sendiri harus sudah ditulis, jika tidak, maka tidak akan disebut teks !
Budaya tulis menulis sudah ada, tapi untuk suatu alasan tertentu, mengapa
TIDAK ADA catatan sebelum tahun 750 M yang tersimpan ?

B.2.b. Usia Ketahanan Kertas


Muslim yang lain beralasan, bahwa tidak adanya dokumentasi awal, karena
usia ketahanan kertas. Mereka percaya bahwa material di mana sumber-
sumber utama ini ditulis, telah hancur karena usia / waktu, sehingga yang
tersedia pada kita hanya sedikit saja, atau rusak karena perlakuan yang kasar
oleh penggunanya sehingga hancur.

Argumen ini meragukan, sebab di British Library kita memiliki cukup


banyak contoh dokumen yang ditulis oleh individu dalam masyarakat yang
hidup tidak terlalu jauh dari jazirah Arab, yang hidup ratusan tahun
SEBELUM Muhammad hidup.

Terpampang di museum Inggris, manuskrip Alkitab - Perjanjian


Baru seperti Codex Syniaticus dan Codex Alexandrinus, yang
ditulis pada awal abad ke-4M, yaitu 300- 400 tahun sebelum
jaman Muhammad hidup !
Mengapa mereka tidak hancur karena usia ? Manuskrip tsb
masih bisa dilihat sampai sekarang ini.

Ketika kita menerapkannya pada Quran, argumen ini sangatlah lemah.


Mushaf Usman, yakni Quran terakhir yang disusun oleh Zaid ibn Thabit, di
bawah arahan khalifah ke-3 yaitu Usman, dianggap oleh semua umat Islam
sebagai bagian paling penting dari literatur yang pernah ditulis.

Seperti yang kita catat sebelumnya, menurut Surah 43:2-4, Quran adalah "ibu
dari semua kitab". Pentingnya Quran terletak pada keyakinan bahwa ia
dianggap sebagai replika yang tepat dari "kitab abadi" yang ada di
surga (Surah 85:22).

Tradisi Muslim memberitahu kita bahwa semua mushaf dan dokumen yang
saling berkontradiksi, telah dimusnahkan setelah 646-650 M.
Bahkan mushaf Hafsah (salah 1 istri Muhammad), dimana tulisan akhir dari
Quran berasal, akhirnya dibakar juga.
Jika Mushaf Usmani ini begitu penting, mengapa saat itu tidak ditulis di atas
kertas, atau bahan lain yang akan tahan rusak sampai hari ini?
Dan jika naskah pertama robek atau rusak karena penggunaannya, mengapa
tidak diganti dengan mushaf yang ditulis pada kulit, seperti pd banyak
dokumen lama lainnya yang masih ada sampai saat ini ?

• Kita sama sekali TIDAK memiliki bukti untuk teks asli Quran asli
(Schimmel 1984:4)
• Kita juga TIDAK memiliki salah satu dari 4 salinan Quran Usman yang
konon dibuat sebagai Quran standard dan dikirim ke Mekah, Madinah,
Basrah dan Damaskus
(argumen Gilchrist dalam bukunya Jam’ Al Quran, 1989, hal 140-154,
serta Ling & Safadi The Qur'an 1976, hlm 11-17).

Bahkan jika salinan tersebut hancur karena usia, pasti akan ada beberapa
sisa fragmen dokumen yang masih kita bisa lihat.

Pada akhir abad ke-7M, Islam telah meluas di seluruh Afrika Utara, sampai ke
Spanyol di barat, sampai ke India di timur. Quran (menurut tradisi) adalah inti
dari iman mereka. Tentu saja dalam bahwa lingkup pengaruh sebesar itu,
harusnya ada dokumen / manuskrip Quran yang masih ada sampai hari ini.
Namun, sama sekali TIDAK ada bukti Quran dari abad tsb.

Sedangkan ke-Kristen-an dapat menunjukkan bukti :


➢ lebih dari 5.300 manuskrip berbahasa Yunani yang dikenal dari Perjanjian
Baru,
➢ 10.000 dokumen berbahasa Latin Vulgata dan
➢ setidaknya 9.300 versi awal lainnya,
➢ ditambah lebih dari 24.000 manuskrip Alkitab Perjanjian Baru yang masih
ada (McDowell 1990:43-55),
➢ sebagian besar yang ditulis antara 25 sampai 400 tahun setelah Yesus
Kristus, antara abad ke-1 sd 5 M. (McDowell 1972:39-49).

Ironisnya - Islam TIDAK dapat menunjukkan 1 pun naskah


tunggal hingga memasuki abad ke-8M
(Lings & Safadi 1976:17; Schimmel 1984:4-6).

Jika Kristen bisa mempertahankan begitu banyak ribuan naskah kuno, yang
semuanya ditulis jauh sebelum abad ke-7M, pada saat kertas
belum diperkenalkan, dan hanya bergantung pada papirus yang
mudah rusak.
Kemudian orang bertanya-tanya :
• mengapa Muslim TIDAK mampu menunjukkan 1 pun naskah
tunggal dari abad yang datang belakangan ?
• Kapan sebenarnya wahyu Quran ditulis ?
• Berdasar fakta di atas, runtuhlah argumen Muslim bahwa semua
mushaf Quran awal, sudah hancur karena usia & usang karena pemakaian.

B.2.c. Dokumen Yang Ada Sampai Saat Ini


Sebagai tanggapan, Muslim meng-klaim bahwa mereka memiliki sejumlah
“turunan mushaf Usman,". Salinan asli dari abad ke-7M masih ada.
Saya mendengar Muslim mengklaim bahwa ada salinan aslinya di Mekah, di
Kairo dan di hampir setiap komunitas Islam kuno.
Saya sering meminta Muslim untuk melengkapi dengan data, yang akan
membuktikan keberadaan naskah kuno mereka, sebuah tugas yang
sampai saat ini, TIDAK seorang pun mampu melakukannya.

Bagaimanapun ada 2 dokumen yang memiliki kredibilitas, dan banyak dirujuk


oleh umat Islam. Ini adalah :
1. Naskah Samarkand, yang terletak di Perpustakaan Negara di Tashkent,
Uzbekistan (di bagian selatan dari bekas Uni Soviet), dan
2. Naskah Topkapi, yang dapat ditemukan di Museum Topkapi Istanbul, Turki

Kedua dokumen tersebut memang tua, dan telah dilakukan analisis


etimologis dan paleografis yang cukup lengkap pada dokumen tersebut oleh
para scriptologists, serta ahli dalam kaligrafi Arab untuk menjamin diskusi
mereka di sini.
Etimologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul & sejarah
suatu kata. Etimologi berasal dari bahasa Yunani : etumologia yang berakar
dari kata etumon (kebenaran/fakta) & logia (penelitian).
Paleografi adalah ilmu yag meneliti sejarah tulisan kuno untuk mengetahui
perubahannya dari masa ke masa, berasal dari kata Yunani : palaios (kuno) &
graphein (untuk ditulis).

Hasilnya adalah sbb :

1. Naskah Samarkand ( Jam'Quran by Gilchrist 1989, pp 148-150) :

• Naskah Samarkand ini sama sekali TIDAK lengkap. Bahkan, dari 114
Surah yang ada dalam Quran saat ini, hanya bagian dari Surah 2 sd 43
yang ada dalam naskah Samarkand ini.
• Dari sekian Surah yang ada pun, banyak teks yang hilang.
• Kata2 yang sebenarnya dari teks dalam naskah Samarkand ini
menghadirkan masalah nyata, karena sangatlah tidak teratur / berantakan.
• Beberapa halaman disalin rapi dan seragam, sementara yang lain tidak
rapi dan berantakan. (Gilchrist 1989:139 dan 154).
• Pada beberapa halaman teks berspasi jauh / lapang, sedangkan di
halaman lain teksnya ditulis padat berjejalan.
• Pada jaman itu aksara Arab KAF telah dikeluarkan dari teks, sementara
pada bagian lain, aksara ini tidak hanya diperluas tetapi menjadi dominan
dalam teks.
• Karena begitu banyak halaman dengan naskah berbeda satu sama lain,
maka kesimpulannya adalah bahwa naskah tersebut adalah produk hasil
pengumpulan, disusun dari beberapa bagian-bagian naskah yang berbeda
(Gilchrist 1989:150).

• Juga dalam teks kita dapat menemukan iluminasi artistik antara Surah,
biasanya terdiri dari beberapa baris kotak medali sebanyak 151 dengan
warna merah, hijau, biru dan oranye. Iluminasi ini membimbing skriptologis
untuk memberikan penanggalan akurat asal dokumen tersebut sebagai
produk dari abad ke-9M, karena sangat TIDAK mungkin bahwa
hiasan seperti itu muncul di abad ke-7M ketika konon naskah Usman
dikirim ke berbagai propinsi.
(Lings & Safadi 1976:17-20; Gilchrist 1989: 151).

2. Naskah Topkapi :
• Naskah Topkapi di Istanbul, Turki juga ditulis di perkamen, dan tidak
memiliki vokalisasi (lihat Gilchrist, 1989, hal.151-153).

• Seperti naskah Samarkand, naskah inipun dilengkapi dengan medali


hias yang menunjukkan usianya adalah produk dari abad ke-9M .
(Lings & Safadi 1976:17-20).

• Muslim menyatakan bahwa ini juga salah satu salinan asli, tapi bukan yang
disusun oleh Zaid ibn Thabit atas perintah Usman.

• Namun kita hanya perlu membandingkannya dengan Naskah Samarkand


untuk menyimpulkan bahwa kedua naskah ini bukanlah naskah
Usman asli.
- Misalnya, Naskah Topkapi memiliki 18 baris per halaman, sementara
naskah Samarkand hanya memiliki antara 8 dan 12 baris per halaman.
- Naskah Topkapi ditulis seluruhnya dengan cara yang sangat formal,
kata-kata dan baris ditulis seragam, sementara naskah Samarkand
ditulis berantakan dan banyak penyimpangan.

Kesimpulannya :
kedua naskah TIDAK disalin oleh para penulis kitab yang sama.

Analisa Naskah :
Para ahli dalam analisa naskah, menggunakan 3 tes untuk memastikan umur
naskah :

Awalnya, mereka menguji usia kertas dimana naskah itu ditulis, dengan
menggunakan proses kimia seperti penanggalan Carbon-14.

Metoda ini cukup memadai untuk mengukur usia naskah seperti Quran.
Ketepatan penanggalan biasanya berkisar dalam toleransi +/- 20 tahun.
Namun selalu ada keengganan untuk menggunakannya karena jumlah bahan
yang harus dihancurkan dalam proses tersebut (1 sampai 3 gram) akan
menyebabkan hilangnya terlalu banyak naskah.

Bentuk yang lebih halus dari Carbon-14, yang dikenal sebagai AMS
(Accelerator Mass Spectometry) yang sekarang digunakan, hanya
membutuhkan 0,5-1,0 mg dari bahan uji (Vanderkam 1994: 17). Namun,
sampai saat ini tidak satu pun dari naskah tsb telah diuji dengan metode
canggih ini.

Para ahli juga mempelajari tinta naskah dan menganalisis materi non
kertasnya. Kemudian menemukan dimana bahan tinta ini berasal, atau
apakah ia telah dihapus dan ditimpa. Namun usia untuk dokumen-dokumen ini
akan sulit untuk ditentukan.

Masalah-masalah ini diperparah oleh TIDAK diberinya ijin untuk


mempelajari naskah ini secara rinci, karena rasa ketakutan dari orang-
orang yang menjaga naskah tersebut, jika klaim mereka terbukti salah.

Jadi para peneliti / spesialis harus mencari cara lain untuk menganalisa
naskah itu, menganalisa apakah naskah itu baru atau lama. Penelitian ini lebih
dikenal sebagai Paleografi.
Gaya penulisan naskah terus berubah dari waktu ke waktu. Perubahan ini
cenderung seragam untuk naskah,dan biasanya ditulis oleh ahli tulis kitab
profesional. Jadi tulisan tangan cenderung mengikuti aturan/gaya yang
berlaku saat itu, dengan hanya modifikasi secara bertahap
(Vanderkam 1994:16).

Dengan memeriksa tulisan tangan pada naskah tersebut, tanggal


penulisaannya sudah bisa diketahui. Paleograper bisa membandingkannya
dengan teks dengan tanggal penulisan lainnya dan dengan demikian dapat
memastikan dari mana & jangka waktu penulisan mereka
berasal.
Aksara Kufik :
Muslim tidak menyadari bahwa kedua naskah tsb ditulis dalam aksara Kufik,
aksara yang menurut para ahli Quran modern, seperti Martin Lings dan Yasin
Hamid Safadi, tidak pernah muncul sampai akhir abad ke-8M (tahun
790 M-an dan sesudahnya), dan sama sekali tidak digunakan di Mekah dan
Madinah pada abad ke-7M.
(Lings & Safadi 1976:12-13,17; Gilchrist 1989:145-146, 152-153).

Analisanya cukup mudah :

• Pertimbangkan: aksara Kufik, biasanya dikenal sebagai al-Khatt al-Kufi,


namanya berasal dari kota Kufah di Irak (Lings & Safadi 1976:17).
• Akan tampak aneh jika aksara ini dijadikan naskah resmi dari Quran
bahasa Arab, sebab Kufah , dimana nama kota ini diambil sbg nama
aksara nya, baru ditaklukkan 10-14 tahun kemudian.
• Penting untuk dicatat bahwa kota Kufah, berlokasi di Irak saat ini, adalah
sebuah kota yang bercorak Sassanid atau Persia sebelum periode thn 637-
8M.

Jadi, jika aksara Arab telah dikenal di Arab pada periode tahun tsb 637-
8M, maka aksara Kufik tidak akan menjadi bahasa dominan,
apalagi menjadi aksara dominan, sampai beberapa abad kemudian.
Pada kenyataannya kita ketahui bahwa aksara Kufik mencapai
kesempurnaannya selama abad ke-8M akhir atau sampai sekitar 150 tahun
setelah kematian Muhammad dan setelah itu banyak digunakan di seluruh
dunia Muslim
(Lings & Safadi 1976:12,17; Gilchrist 1989:145-146).
Ini masuk akal, karena setelah tahun 750 M Dinasti Abbasiyah
mengendalikan Islam, dan karena mereka berlatar belakang Persia, maka
mereka bermarkas di daerah Kufah dan Baghdad.

Mereka dengan demikian ingin aksara Kufik mendominasi.


Setelah akhirnya mereka sendiri didominasi oleh Bani Umayyah (yang
berbasis di Damaskus) selama sekitar 100 tahun sebelumnya.

Sekarang akan cukup dimengerti apabila tulisan bercorak Arab yang berasal
di wilayah pengaruh mereka, seperti aksara Kufik, akan berevolusi menjadi
apa yang kita temukan dalam dua naskah Topkapi & Samarkand.

Format Lanskap Tulisannya :


Faktor lain yang menunjuk pada periode yang datang belakangan dari dua
naskah tersebut adalah format di mana mereka ditulis. Kita akan mengamati
bahwa karena gaya memanjang dari aksara Kufik ini, kedua naskah
menggunakan lembaran yang lebih lebar, bukannya lebih tinggi. Hal ini
dikenal sebagai 'format landskap' / mendatar.

Format tsb DIJIPLAK dari Syria & dokumen Kristen Irak


dari abad ke-8M dan ke-9M.
Semua naskah berbahasa Arab sebelumnya selalu ditulis dalam 'format
portrait ‘ / tegak .

Terima kasih kepada Dr.Hugh Goodacre dari Kantor Koleksi Oriental dan
India, yang menunjukkan fakta ini kepada saya untuk debat di South Bank.

Oleh karena itu, karena kedua naskah ini ditulis dalam aksara Kufik, dan
karena mereka menggunakan format lanskap, adalah masuk akal jika baik
Manuskrip Topkapi dan Samarkand tidak mungkin ditulis lebih awal
dari 150 tahun, setelah jaman naskah Usman, atau seperti perkiraan awal
yaitu Quran mulai ditulis diantara akhir thn 700 M atau 800-an awal
(Gilchrist 1989:144-147)

Naskah Ma'il dan Mashq :


Jadi naskah Quran macam apa yang digunakan di Hijaz (Arab) pada saat itu ?
Kita tahu bahwa ada dua naskah Arab awal yang Muslim sekuler tidak tahu.
Kedua naskah itu adalah :
1. Naskah al-Ma'il, yang dikembangkan di Hijaz, khususnya di Mekah dan
Madinah, dan
2. Naskah Mashq, yang juga dikembangkan di Medinah (Lings & Safadi
1976:11; Gilchrist 1989:144-145).

1. Aksara al-Ma'il mulai dipakai pada abad ke-7M dan mudah diidentifikasi,
seperti yang ditulis sedikit miring
(lihat contoh pada halaman 16 Jam’ Quran, Gilchrist -1989).
Sebenarnya kata al-Ma'il itu sendiri berarti "miring." Aksara ini bertahan
selama sekitar dua abad sebelum akhirnya tidak digunakan sama sekali.

2. Naskah Mashq juga ditulis pada abad ke-7M, tetapi terus digunakan
selama berabad-abad. Naskah ini bercirikan huruf yang lebih horizontal dan
dapat dibedakan dengan gaya agak kursif / melengkung
(Gilchrist 1989:144).

Jika Quran telah disusun saat itu pada abad ke-7M, maka kita
beranggapan Quran pasti ditulis baik dalam aksara Ma'il atau Mashq.

Menariknya, kita memiliki Quran yang ditulis dalam aksara Ma'il, dan dianggap
Quran yang paling awal di tangan kita hari ini. Namun naskah ini TIDAK
ditemukan baik di Istanbul ataupun di Tashkent, tapi, ironisnya berada di
British Library di London
(Lings & Safadi 1976:17,20; Gilchrist 1989:16,144).

Naskah al Ma’il ini telah dianalisa penanggalannya dan diketahui ditulis di


akhir abad ke-8M, oleh Martin Lings, mantan kurator naskah di Perpustakaan
Inggris. Oleh karena itu, dengan bantuan analisis naskah, kami yakin bahwa
tidak ada sumber asli manuskrip dari Quran, dan ternyata
bahwa Quran baru mulai ditulis pada abad ke-10M.
(Gilchrist 1989:147-148,153).

Selain itu, hampir semua fragmen manuskrip awal Quran yang kita miliki dan
telah diperiksa tanggal kemunculannya, tidak ada dari naskah tersebut
yang ditulis dalam jangka waktu 100 tahun setelah kematian Muhammad .
Semuanya ditulis lebih dari 100 tahun setelah kematian Muhammad.

Dalam bukunya Kaligrafi dan Kebudayaan Islam, Schimmel menggarisbawahi


poin ini ketika ia menyatakan : “kecuali naskah Quran yang baru muncul
belakangan, semua fragmen dapat ditelusuri kemunculannya sampai sekitar
tahun 725 M. (Schimmels 1984:4)
Tentang temuan Quran dari Sanaa – Yaman :

• Pemerintah Yaman belum mengijinkan para peneliti Jerman yang


ditunjuknya untuk menganalisa naskah tsb, untuk menerbitkan temuan
mereka kepada masyarakat umum.
• Sepertinya ini sebuah usaha untuk menutup-nutupi fakta yang bisa
diungkapkan oleh naskah ini.
• Karena naskah dalam Quran dari Sanaa yang ditulis awal abad ke-8M ini
tidak sama isinya dengan Quran yang beredar & dipakai di seluruh
dunia sampai saat ini.

Namun dari bukti-bukti yang ada, tampaknya TIDAK mungkin bahwa


bagian-bagian dari Quran yang disalin pada jaman Usman, ada
yang masih bisa diselamatkan !
Apa yang tersisa pada kita adalah usaha campur tangan manusia,
150 tahun kemudian yang tidak dapat jelaskan, mengapa dilakukan ???.

Sebelum melanjutkan topik tentang Quran, mari kita kembali ke tradisi Muslim
dan melanjutkan diskusi kita pada poin terpenting, yaitu apakah sumber-
sumber awal Quran ini, dapat memberikan penilaian yang akurat akan Quran.
Kumpulan tradisi yang paling banyak digunakan adalah Hadis.

B.3. Kredibilitas
Ada banyak diskusi mengenai kredibilitas pengumpulan hadis, tidak hanya
di kalangan sejarawan sekuler, tetapi dalam Islam juga, bahkan sampai saat
ini. Seperti kita catat sebelumnya, sebagian besar teks sejarah tentang Islam,
baru mulai disusun antara tahun 850-950 M
(Humphreys 1991:71).
Semua kumpulan naskah yag baru muncul belakangan, digunakan sebagai
standar mereka, sedangkan materi sebelum tahun-tahun itu, TIDAK bisa
menjadi bukti kuat untuk mendukung akurasinya (Humphreys 1991:71-72).

Sepertinya, karena tradisi sebelumnya tidak cocok lagi, sehingga dibiarkan


hilang, atau sengaja dihilangkan. Kita sudah selidiki lebih lanjut.
Apa yang kita tahu, adalah bahwa para pengumpul hadis itu kemungkinan
besar mengambil materi mereka dari koleksi yang dikumpulkan dalam dekade
sekitar tahun 800 M, dan bukan dari dokumen yang ditulis pada abad ke-
7M, dan tentu bukan dari pribadi Muhammad atau pengikutnya.
(Humphreys 1991 : 73, 83; Schacht 1949:143-145; Goldziher 1889-90:72).
Kita juga tahu bahwa banyak dari hadis tsb adalah kumpulan cerita singkat
dan kalimat pendek, yang mereka anggap dapat diterima, meskipun kriteria
apa yang mereka pakai untuk membedakan antara hadis yang bisa atau tidak
bisa diterima, juga tidak jelas
(Humphreys 1991:83).

Sekarang tampak jelas bahwa awal abad ke-9M “aliran fiqih" menyimpulkan
agenda mereka sendiri dengan menegaskan bahwa dalil2 mereka, datang dari
orang2 dekat Muhammad dan kemudian dari Muhammad sendiri
(Schacht 1949:153-154).

Schacht berpendapat bahwa asal muasal pengambil-alihan ini berasal dari al-
Syafi'i (mati 820 M). Dialah yang menetapkan bahwa semua tradisi fiqh harus
dilacak kembali ke Muhammad untuk alasan kredibilitas.

Akibatnya, sejumlah besar tradisi hukum oleh aliran Fiqih klasik pada masa itu
direkayasa seakan-akan bersumber dari jaman Muhammad, yang
akibatnya memunculkan dalil2 lain seperti halnya dari aliran Irak, dan bukan
dari Arab awal (Schacht 1949: 145).

Inilah agenda yang ditekankan oleh masing-masing aliran hukum tentang


pilihan tradisi dalam abad ke-9M dan ke-10M, yang banyak orang percaya
berasal dari hadis, padahal tidak.

Wansbrough setuju dengan Humphreys dan Schacht ketika ia


mengatakan bahwa hadis ini, walaupun menampilkan rentang waktu yang
dibuat sesuai dengan peristiwa yang mereka gambarkan, faktanya ternyata
dibuat beberapa ratus tahun sesudah kejadian tersebut, yang
menunjukkan bahwa hadis tsb direkayasa agar sesuai dengan hal2
yang muncul belakangan untuk memenuhi tujuan dan agenda di jaman
yad.
(Rippin 1985:155-156).

Dengan kata lain, hadis-hadis itu se-akan2 menggambarkan


Muhammad yang berbicara tentang hal ini dan itu, padahal itu
TIDAK pernah terjadi, semua itu dijadikan alat untuk melegitimasi
keyakinan dan produk hukum kaum fiqih pada tahun 800an Masehi.
Untuk memperkuat keyakinan mereka, maka figur Muhammad dipakai
sebagai figur komunikator.
Ambil contoh dari Syiah.
Agenda mereka memang cukup transparan, karena mereka mempertahankan
bahwa dari 2.000 hadis yang shahih/diakui, mayoritas (1.750) berasal dari Ali,
menantu Muhammad, yang menjadi inspirasi kaum Syiah.
Bagi seorang sejarawan, ini agak mencurigakan. Jika hadis2 Syiah itu murni
politik, lalu mengapa tidak kita simpulkan hadis2 yang sama, dari para
penyusun hadis yang lain ?

Pertanyaan yang harus kita ajukan disini adalah masih adakah "sisa
kebenaran sejarah" yang bisa kita gunakan ? Schacht dan
Wansbrough, keduanya pesimis mengenai hal ini.
(Schacht 1949:147-149; Wansbrough 1978:119).

Patricia Crone, seorang peneliti dari Denmark, mengambil argumen satu


langkah lebih jauh dengan berpendapat bahwa kredibilitas hadis
tersebut sudah hilang akibat kesalahan dari setiap individu pengumpul
kisah.

Crone menyatakan:
“Karya-karya para penyusun pertama seperti Abu Mikhnaf, Sayf bin ‘Umar’
Awana, Ibn Ishaq dan Ibn al-Kalbi adalah kumpulan hadis yang berbeda-beda
& membingungkan, tidak mencerminkan satu kepribadian, aliran, waktu atau
tempat: Sebagai penduduk Madinah, Ibnu Ishaq mengadopsi tradisi yang
mendukung Irak, sehingga tradisi Saif Irak menentangnya. Dan semuanya
dicirikan, dengan dimasukkannya materi dalam mendukung pendekatan
hukum dan dalil yang saling bertentangan / berkontradiksi.
(Crone 1980:10)

Dengan kata lain, pengajaran Fiqh sebenarnya membentuk dalil2 yang


berbeda, bergantung pada aturan / norma lokal dan pendapat ulama
setempat.
(Rippin 1990:76-77).

Nantinya para sarjana Muslim menyadari ketidak-cocokan yang beragam ini


dan melihat perlunya menyatukan hukum Islam.
Solusinya ditemukan dengan cara mengarang bebas kisah-kisah itu
se-akan2 terkait dengan kehidupan Muhammad, yang akan membuat
kisah itu memiliki sejarah , dan bukan hanya pendapat seorang ulama. Oleh
karena itu hadis2 yang dikaitkan dengan Muhammad, baru mulai muncul
sejak sekitar 820 M dst
(Schacht 1949:145; Rippin 1990:78).
Ambil contoh Sirah, yang memberi kita kisah tentang kehidupan Muhammad.
• Tampaknya Sirah mengambil beberapa informasi dari Quran.
• Meskipun Isnad digunakan untuk menentukan keaslian hadis (yang
ternyata Isnad juga tidak dapat dipercaya / tidak kredibel, akan dibahas
nanti.
• Sumbernya tergantung pada Quran, yang kredibilitasnya sekarang juga
diragukan (juga akan dibahas dalam bagian selanjutnya).

Menurut G. Levi Della Vida, dalam artikelnya tentang Sirah, pembentukan


Sirah sampai ke periode yang dibakukan, tampaknya telah terjadi hal2
sebagai berikut :

• Seiring pemujaan pada Muhammad, hal ini memunculkan suatu


hagiographical ( pem-berhala-an / peng-agung-an ) dari figur yang
jelas2 cacat secara historis, menjadi figur legenda dimana kisah-
kisahnya MENJIPLAK model dari tradisi Yahudi dan Kristen (juga
Persia / Iran, tetapi lebih sedikit)
(Levi Della Vida 1934:441).

• Materi2 ini terorganisir dan sistematis di sekolah-sekolah muhaddithun di


Madinah, melalui 'periwayatan sebagaimana midrash Yahudi,' secara
tersamar dan penuh kombinasi, terdiri dari bacaan-bacaan dari Quran
yang penafsirannya telah direkayasa dan dikait-kaitkan dengan
kejadian dalam kehidupan Muhammad. Ini adalah cara bagaimana
kisah-kisah tentang kehidupan Muhammad di Madinah dibuat.
(Levi Della Vida 1934:441).

Oleh karena itu kita hanya mempunyai dokumen-dokumen


Islam yang tingkat kredibilitasnya rendah.
(Crone 1987:213-215).

Bahkan materi sebelumnya hanya sedikit membantu kita.


Kisah-kisah Maghazi, yang bercerita tentang penyerangan2 Muhammad,
adalah dokumen muslim paling awal yang kita miliki. Mereka seharusnya
memberi kita gambaran terbaik tentang jaman itu, namun mereka
menceritakan begitu sedikit tentang kehidupan Muhammad atau ajarannya.
Bahkan, anehnya TIDAK ADA dalam dokumen ini bagian yang menunjukan
penghormatan terhadap Muhammad sebagai utusan Awloh.
B.4. Kontradiksi
Masalah lebih lanjut dengan Sirah ini adalah banyaknya kontradiksi,
pertentangan, TIDAK konsisten, membingungkan, serta keanehan yang
nyata diseluruh kisahnya.

Sebagai contoh, Crone bertanya-tanya,


"Apa kesimpulan yang bisa kita dapatkan dengan pernyataan Baladhuri
bahwa : kiblat (arah sholat) di masjid Kufah pertama adalah di sebelah barat
... atau… bahwa ada begitu banyak Fatimah, atau… bahwa Ali kadang-
kadang disebut sebagai saudara Muhammad ? Ini adalah kisah di mana
informasi nya tidak berkwalitas dan tidak dapat diperoleh kesimpulan akhir."
(Crone 1980:12)

Beberapa penulis hadis, menuliskan kisah2 yang bertentangan / kontradiksi


dengan kisah2 yang SEBELUMNYA pernah mereka tulis sendiri.
(Humphreys 1991:73; Crone 1987:217-218).

Al-Tabari, misalnya, sering memberikan kisah2 yang berbeda &


bertentangan, padahal menceritakan hal yang sama.
(Kennedy 1986:362)

Pertanyaan tentang seberapa jauh al-Tabari telah mengedit ?


Apakah dia memilih akhbar (cerita pendek) yang digunakan untuk
mengembangkan dan menggambarkan tema-tema utama tentang sejarah
negara Islam ? Perlu diselidiki lebih lanjut.

Ibnu Ishaq menulis bahwa Muhammad tidak terlibat dalam politik ketika
memasuki Yathrib (Medina), tetapi kemudian dia mengatakan bahwa
Muhammad merebut kekuasaan dari penguasa di sana.
(Ibn Hisham ed.1860: 285, 385, 411).

Ibnu Ishaq juga menceritakan bahwa orang-orang Yahudi di Madinah


mendukung orang2 Arab yang baru datang, namun kemudian dia mengatakan
bahwa orang2 Yahudi telah menghina Muhammad.
(Ibn Hisham ed.1860: 286, 372, 373, 378).

Manakah catatan-catatan tersebut yang jelas bertentangan, yang harus


kita percaya ?
Sebagaimana Crone tunjukkan, "cerita-cerita tersebut dikisahkan
asal2an, tanpa memandang FAKTA situasi Madinah, apakah
cocok atau tidak, dengan cerita2 yang dibuat tsb."
(Crone 1987:218)

Kesulitan lain adalah catatan-catatan yang saling ber-kontradiksi yang


diberikan oleh pengumpul hadis yang berbeda-beda
(Rippin 1990:10-11).

Banyak versi pada tema umum :


Ambil contoh adanya 15 versi yang berbeda dari pertemuan Muhammad
dengan perwakilan dari agama selain Islam, yang mengakui Muhammad
sebagai seorang “nabi” masa depan
(Crone 1987:219-220).

Berikut sebagian dari 15 versi2 tsb :


1. Beberapa cerita menyebutkan kejadian ini terjadi selama masa kanak-
kanak Muhammad (Ibn Hisham ed.1860: 107),
2. Yang lain, ketika Muhammad berusia 9 atau 12 tahun (Ibn Sa'd
1960:120),
3. Yang lain lagi, mengatakan saat Muhammad berusia 25 tahun (Ibnu
Hisyam ed.1860: 119).
4. Beberapa cerita menyatakan bahwa ia diramalkan oleh orang Kristen
Ethiopia (Ibn Hisham ed.1860: 107),
5. Atau oleh orang-orang Yahudi (Abd al-Razzaq 1972: 318),
6. Sementara yang lain lagi, oleh seorang dukun agama jin Arab atau Kahin,
entah di Mekah, atau Ukaz atau Dhu'l-Majaz (Ibn Sa'd 1960:166; Nu'aym
Abu 1950:95, 116f; Abd al-Razzaq 1972:317).
7. Dll dll sampai sekitar 15 cerita yang berbeda-beda.

Crone menyimpulkan bahwa apa yang kita miliki di sini tidak lebih dari
“15 versi fiktif tentang suatu peristiwa yang tidak
pernah terjadi."
(Crone 1987:220)

Akibatnya sulit untuk memastikan mana laporan yang otentik, dan mana yang
harus dibuang. Inilah masalah yang membingungkan Muslim dan para
sejarawan yang menyelidiki tentang sejarah Islam.
B.5. Kemiripan-kemiripan
Di sisi lain, banyak dari tradisi Islam, mencerminkan materi yang sama seperti
yang lain, menyiratkan daur ulang dari kisah yang sama selama berabad-abad
tanpa referensi apapun dari mana ia berasal.

Ambil contoh, kisah al-Tabari tentang kehidupan Muhammad, yang sama


seperti tulisan Sira Ibn Hisham, dan banyak yang sama dengan isi buku
berudul "Penjelasan tentang Quran," dari koleksi Hadis Bukhari.

Karena kesamaan kisah2 mereka dengan kisah2 di periode yang baru


muncul belakangan, menunjukkan adanya sumber tunggal pada awal abad
ke-9M, yaitu 1 sumber dimana semua kisah di dalamnya dikutip untuk
referensi.
(Crone 1980:11).

Apakah ini menunjukkan adanya "pen-standard-an" materi yang disahkan


oleh para ulama ? Mungkin, tapi perlu penyelidikan lebih lanjut.

Akibatnya, materi2 ini menciptakan masalah bagi sejarawan, yang hanya


dapat mempertimbangkan mereka otentik, jika ada data yang dapat diteliti,
yang dapat secara obyektif dinilai berasal dari sumber-sumber luar yang
sekunder, seperti sumber utama dari sumber-sumber utama, yang darinya
tradisi-tradisi ini didapatkan. Namun jika pun ada, kita hanya memiliki sedikit
data untuk rujukan.

Oleh karena itu, pertanyaannya yang harus diajukan adalah :


• apakah sumber-sumber utama pernah ada?
• dan jika demikian, akankah kita dapat mengenali mereka dengan
menggunakan bahan sekunder yang kita miliki ?

B.6. Pengembang-biakan Kisah-kisah Yang Mendadak Muncul

Masalah lebih lanjut dengan kisah2 ini adalah proliferasi atau pengembang-
biakan kisah
(Rippin 1990:34).

• Seperti yang telah disebutkan, karya-karya awal ini baru muncul mulai awal
abad ke-9M dan seterusnya ( hampir 300 - 400 tahun setelah kejadian
tsb terjadi ).
• Kemudian tiba-tiba mereka berkembang-biak hingga ratusan ribu
kisah.
• Mengapa ? Bagaimana kita bisa menjelaskan perkembang-biakan kisah-
kisah ini ?

Ambil contoh, kematian Abdullah, “ayah” dari Muhammad.


• Para penyusun abad ke-8M pertengahan hingga (Ibnu Ishaq dan Ma'mar)
menyepakati bahwa Abdullah SUDAH mati 4-7 tahun SEBELUM
Muhammad lahir, tetapi tidak merinci spesifik tentang kematiannya.
(Cook 1983:63 ).

Bukti bahwa Abdullah BUKAN ayah Muhammad.


Sepertinya ini adalah praktek sex yang diterima oleh masyarakat saat itu,
yang bernama Zawaj Al Rahe’t, yang mana perempuan boleh
berhubungan sex dengan beberapa laki2 dalam waktu bersamaan, bisa 7,
10 laki2, bahkan lebih, yang disebut Raht atau group. (Christian Prince
dalam bukunya The Deception of Allah, vol 1, page 17-18/327 )

Lihat video dalam bahasa Indonesia di link berikut, channel Verbum


Veritatis “siapa ayah Muhammad” :
https://youtu.be/znuDlU7H7tE
https://www.youtube.com/watch?v=znuDlU7H7tE

• Selanjutnya pada abad ke-9M, tampaknya info tentang kematian Abdullah


sudah diketahui lebih detail lagi :
Waqidi, yang menulis 50 tahun kemudian, secara aneh
/ ganjil, tiba2 bisa memberitahu kita secara detail, tidak hanya kapan
Abdullah mati, tetapi bagaimana dia mati, di mana ia mati, usia berapa, dan
tempat penguburannya secara rinci /detail.

Berikut buku2 tulisan Christian Prince (CP) yang telah diterjemahkan dalam
berbagai bahasa, juga bahasa Indonesia. Bisa didownload dari Google
atau Youtube Christian Prince substitle Indonesia :
1. The Deception of Allah (Khairul Makirin), volume 1.
2. Quran & Sains volume 1 & 2
3. Sex & Allah volume 1 & 2

Menurut Michael Cook, "evolusi / pengembang-biakan kisah ini dalam


perjalanan selama setengah abad, dan berubah banyak, dari kekosongan info
menjadi detail yang berlimpah & terperinci, membuktikan bahwa apa yang
Waqidi ketahui bukanlah suatu fakta."
(Cook 1983:63-65)

Ini agaknya tipe Waqidi.


Dalam kasus lain, Waqidi selalu bersedia memberikan tanggal yang rinci &
lokasi dll, meskipun Waqidi TIDAK pernah mengetahui detailnya. Bahkan
Ibn Ishaq, yang hidup ratusan tahun setelah kematian Muhammad dan
hidup jauh sebelum Waqidi, TIDAK mampu memberikan informasi
yang sedetail Waqidi.
(Crone 1987:224).

"Tidak mengherankan," komentar Crone,


bahwa ulama sangat menyukai Waqidi : dimana lagi kita bisa temukan
informasi “sangat detail” ,seperti tentang segala sesuatu yang ingin kita
ketahui ? Namun, mengingat bahwa semua informasi ini tidak diketahui
sebelumnya oleh Ibnu Ishaq, maka nilai kisahnya sangat diragukan
keasliannya.
Dan jika informasi palsu terkumpul pada periode ini, dalam dua generasi
antara Ibn Ishaq dan Waqidi, sulit untuk menghindari kesimpulan bawa
setidaknya ada 3 generasi terbentang antara Muhammad dan Ibnu Ishaq
"(Crone 1987:224).

Akibatnya, tanpa pengawasan yang nyata, atau keinginan untuk menyajikan


dokumentasi yang akurat, para pengumpul kisah hadis ini telah melampaui
batas kewenangan mereka. Para sarjana Muslim yang menyadari hal ini,
membiarkan pengembang-biakan kisah2 itu, dengan berpendapat bahwa
agama Islam mulai stabil saat itu. Jadi, wajar bahwa karya sastra juga tampil
lebih detail. Mereka katakan bahwa kisah-kisah versi awal TIDAK
cocok lagi bagi Islam yang baru, akibatnya kisah-kisah awal itu
sengaja dibuang atau dihilangkan.
(Humphreys 1991:72).

Walaupun ada kepercayaan pada teori ini, orang akan berasumsi bahwa
beberapa kitab awal ini akan tetap ada, apakah terselip di perpustakaan
tertentu, atau dalam koleksi seseorang. Namun asumsi ini tidak terbukti, dan
ini yang mencurigakan.

Namun, yang lebih penting lagi adalah apakah "naskah Quran


Usman" (yang konon dijadikan naskah final yang disusun oleh Zaid ibnu
Thabit pada 646-650 M, dan sumber bagi Quran yang sekarang
beredar/dipakai, bisa dimasukkan dalam skenario ini ? Tentu saja akan
dianggap relevan, sebab, seperti yang telah kita sebutkan sebelumnya,
menurut kisah, semua naskah Quran dan salinan lain dibakar oleh Khalifah
Usman, segera setelah 4 salinan itu dibuat.
Dimana 4 salinan itu sekarang ini?
Segmen naskah paling awal dari Quran yang sekarang dipakai,
semuanya berasal dari tahun 690-750 M ! Jauuhhh setelah
Muhammad mati pada 632M.
(Schimmel 1984:4)

Apakah sarjana Muslim yang mempunyai asumsi ini bersedia mengakui


bahwa ke 4 salinan tsb juga dibuang karena mereka tidak lagi relevan/cocok
bagi Islam yang baru pada jaman itu ?

Lebih jauh lagi, banyaknya jumlah hadis yang tiba-tiba muncul pada
abad ke-9M menciptakan banyak kecurigaan :
• Telah diklaim bahwa pada pertengahan abad ke-9M ada lebih dari 600.000
hadis, atau cerita-cerita awal tentang kehidupan Muhammad !
• Bahkan legenda mengatakan, bahwa begitu banyak hadis sehingga
Khalifah yang berkuasa minta Al Bukhari, penafsir, untuk mengumpulkan
perkataan yang shahih / benar / diakui dari 600.000 hadis tsb.
• Jelas, bahkan saat itu SUDAH ada kecurigaan mengenai kebenaran bagi
begitu banyaknya hadis.

Bukhari tidak pernah menyebutkan dengan jelas kriteria yang ia pakai,


kecuali pernyataan samar-samar "tidak dapat dipercaya" atau "tidak sesuai"
(Humphreys 1991:73).
• Pada akhirnya, ia menetapkan hanya 7.397 hadis, atau kira-kira hanya
1,23%, yang bisa dipercayai !

• Namun lewat seleksi berikutnya jumlahnya menjadi 2762 hadis sahih


dari 600.000 atau sekitar 0.46 % (AKC 1993:12).

• Apakah ini berarti bahwa dari 600.000 hadis itu, ada 597.238 yang palsu
dan harus dibuang ?

• Jadi hampir 99.54 % dari hadis tersebut dianggap PALSU.


• Benar-benar mengerikan !

Ironisnya, skenario macam inilah yang menciptakan keraguan tentang


keaslian dari setiap hadis :

• Dari mana 600.000 hadis awal ini berasal, jika akhirnya 99.54 %
dianggap palsu ?
• Apakah salah satu dari hadis yang palsu itu telah lolos diturunkan
kepada muslim sampai sekarang ini ?
• Apakah kita memiliki bukti keberadaan hadis2 sebelum abad ke-9M ?
Tidak ada sama sekali !

Fakta bahwa hadis2 tsb tiba-tiba muncul pada periode abad ke-9M, atau
300 tahun SETELAH peristiwa yang dirujuk terjadi dan tiba-tiba ditolak
/ dianggap palsu, tampaknya membuktikan bahwa hadis-hadis itu dibuat
atau direkayasa pada saat2 abad belakangan, dan TIDAK pada periode
yang lebih awal.

Hal ini makin menguatkan pernyataan yang dibuat sebelumnya oleh


sejarawan Schacht :

• mengenai tujuan dari pembuat hadis di abad ke-9M untuk meng-otentik-


kan kisah2 yang ternyata DIJIPLAK dari kitab agama lain, kemudian
direkayasa dengan cara dikait-kaitkan dengan kehidupan Muhammad.

• Dengan ceroboh, mereka MENJIPLAK kisah dari agama lain, tetapi


terlalu kebablasan dan akhirnya saling bertentangan / ber kontradiksi,
yang pada gilirannya memaksa ulama untuk men-standard-kan hadis-hadis
yang mereka anggap dapat mendukung agenda kisah rekayasa mereka.

Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana mereka memutuskan hadis


yang shahih / otentik / diakui dan yang daif / lemah dan yang palsu ???

B.7. Isnad ( Jalur Transmisi Lisan)


Untuk menjawab masalah ini, para sarjana Muslim mempertahankan asumsi
bahwa alat utama untuk memilih antara hadis sahih dari hadis palsu adalah
melalui proses transmisi lisan, yang dalam bahasa Arab disebut Isnad.

Muslim berpendapat bahwa isnad adalah ilmu yang digunakan oleh Bukhari,
Tabari dan pengumpul lain pada abad ke-9M dan ke-10M untuk menentukan
keaslian hadis.

Untuk mengetahui siapa penulis asli dari banyak hadis yang mereka miliki,
para penyusun memberikan sebuah daftar nama-nama yang seharusnya bisa
ditelusuri sampai ke penutur asli yang hidup sejaman dengan Muhammad.
Karena pentingnya bagi diskusi kita, maka ilmu Isnad ini perlu dijelaskan
secara lebih rinci :

Untuk memberikan kredibilitas sebuah hadis/narasi, dibuat daftar nama yang


disertakan pada setiap hadis, yang akan menunjuk melalui siapa hadis itu
telah diteruskan. Itu adalah nama rantai transmisi, yang ditulis sbb :
“saya menerima ini dari si anu… yang ia peroleh dari si oon… yang
mendengarnya dari si otong… menurut cerita si emeng….yang
menerimanya dari sahabat Muhammad… yang diceritakan kembali oleh
si badu…kemudian diteruskan pada si kabib….. dst dst …"

Makin panjang daftar nama, dianggap akan makin membuat terlihat makin
kredibel.
(Rippin 1990:37-39)

Bagi sejarawan/peneliti di Barat, transmisi lisan sebagai hal yang


mencurigakan, tidak kredibel sama sekali , tidak professional & tidak
ilmiah. .. sehingga tidak dapat diterima.

Namun hal ini dikembangkan di dunia Arab, dan alat untuk mewariskan
banyak sejarah mereka.

Masalah dengan transmisi lisan adalah bahwa sifatnya yang sangat terbuka
untuk suatu penyimpangan/kesalahan, karena tidak memiliki kode tertulis
atau dokumentasi untuk menguatkannya.

Dengan demikian, dapat dengan mudah dimanipulasi menurut agenda si


penutur, seperti permainan anak-anak dalam "KATA BERKAIT", silakan
Google sendiri, semakin banyak ditransfer lesan melalui banyak
mulut, semakin ngacau hasil akhirnya & TIDAK dapat dipercaya
sama sekali.

Untuk mendapatkan kredibilitas tulisannya, seorang pungumpul hadis akan


membuat daftar orang2 yang terkenal dengan Isnad-nya, mirip dengan
kebiasaan yang kita gunakan saat ini untuk meminta seseorang yang kita
anggap orang2 penting untuk menulis prakata / testimoni dalam buku-buku
karangan kita.
Semakin panjang daftarnya, akan semakin terlihat tinggi kredibilitasnya.

Namun, tidak seperti kita yang menampilkan orang-orang yang hidup di abad
yang sejaman, para penyusun hadis abad ke-9M TIDAK memiliki
dokumentasi untuk membuktikan bahwa sumber mereka cukup otentik.
Orang2 yang namanya mereka catut sudah lama mati, ratusan tahun
sebelumnya, jauh sebelum hadis tsb dibuat, sehingga TIDAK bisa
menjamin keaslian yang telah mereka katakan.

Anehnya : isnad cenderung berubah untuk terus “mundur".


• Dalam teks-teks awal tertentu, sebuah pernyataan akan ditemukan,
dikaitkan dengan khalifah dari dinasti Umayyah, atau bahkan TIDAK
akan menyebutkan sumbernya sama sekali, seperti dalam kasus
dalil tertentu;

• namun ditempat lain, laporan tentang dalil yang sama akan ditemukan
dalam bentuk laporan hadis dengan periode waktu yang “mundur”
dengan runutan isnad sampai ke masa Muhammad atau salah satu
sahabatnya. (Rippin 1990:38)

Karena itu, tampak jelas bahwa isnad digunakan untuk memberikan kuasa
kepada hadis tertentu yang jelas berkaitan erat dengan periode dalam
generasi-generasi ratusan tahun SETELAH Muhammad mati, tapi
direkayasa & dibingkai seakan-akan sebagai ucapan
Muhammad sendiri."
(Rippin 1990:38)

Seharusnya muslim mencari bukti otentik dari Isnad & hadis2


tsb, bukan malah memilih membabi-buta mempercayainya sebagai
suatu fakta sejarah, yang pada gilirannya malah akan meruntuhkan fakta /
keaslian hadis2 itu.
(Crone 1987:214 ).

Karena itu jelas bahwa Isnad, bukannya menguatkan dan mensubstansikan


materi yang harus kita temukan dalam sejarah Muslim, malahan membuat
masalah tentang otentisitas / keaslian yang lebih besar. Tanpa ada transmisi
berkelanjutan antara abad ke-7M dan ke-8M, kisah2 tsb tersebut hanya dapat
dianggap sebagai gambaran dari abad 9M dan 10M, tidak lebih
(Crone 1987:226).

Terlebih lagi, ilmu Isnad, yang dimaksudkan untuk meng-otentik-kan silsilah


transmisi/penerusan, baru mulai ada pada abad ke-10M, beberapa
ratus tahun setelah isnad tsb disusun sehingga memiliki relevansi
yang sedikit sekali untuk diskusi kita.
(Humphreys 1991:81),
Akibatnya, karena itu bukan sebuah ilmu pasti / eksakta , dalil paling
sederhana untuk sarjana Muslim saat itu adalah : hadis dengan daftar nama
yang lebih banyak, yang memuat nama orang terkenal, akan semakin
membuat suatu hadis terlihat se-akan2 asli.

Tapi kita tidak akan pernah tahu apakah nama yang tercantum dalam
isnad tsb, benar2 pernah hidup & pernah memberikan atau menerima
informasi seperti tertulis dalam hadis, ataukah hanya nama2 rekaan saja.

B.8. Para Pendongeng Kisah ( Kussa )


Argumen yang melemahkan penggunaan Tradisi Islam sebagai sumber
sejarah adalah masalah transmisi / penerusan kisah. Kita perlu menyelidiki
periode lebih dari 100 thn: sebelum jaman Ibnu Ishaq (765 M) & setelah
kematian Muhammad (632 M),karena para penulis Muslim,yang membuat
biografi Muhammad yang sekarang dipakai, bukan penulis asli dari kehidupan
Muhammad" (Crone 1980:5)

Menurut Patricia Crone, seorang peneliti Denmark di bidang


sejarah, kita hanya tahu sedikit tentang materi yang asli, sebab kisah2 yang
ada telah disusun kembali oleh para penulis kisah selama 150 tahun
(Crone 1980:3).

Para pendongeng ini disebut Kussa. Diyakini bahwa mereka mengumpulkan


cerita mereka dengan MENJIPLAK legenda Kristen yang sudah cukup
populer sejak abad 1M di sekitar dunia Bizantium pada waktu itu, serta
dongeng2 legenda asal Persia / Iran. Dari kisah-kisah tsb, maka dihasilkan
literatur mirip novel, dan bukan catatan fakta sejarah
(Levi Della Vida 1934:441).

Dalam kisah-kisah inilah ditulis contoh materi yang diteruskan secara lisan
selama berabad-abad.
Kisah ini ada dua jenis :
1. Mutawatir (cerita yang diteruskan berturut-turut) dan
2. Mashhur (cerita yang terkenal atau dikenal luas)
(Welch 1991:361).

Patricia Crone, dalam bukunya: “Meccan Trade and the Rise of


Islam”, menyimpulkan bahwa sebagian besar kisah2 yang dikumpulkan
oleh para pendongeng / Kussas, ternyata hanyalah pengulangan kembali
cerita2 sejarah yang SUDAH ADA ber-abad2 sebelumnya.

Adalah para pendongeng kisah yang menciptakan cerita2 tentang Muslim.


Cerita yang terdengar seperti sebuah sejarah – yang mana mereka
tambahkan rekayasa dongeng-dongeng yang faktanya TIDAK
pernah ada.

Hal ini terjadi karena para pendongeng memainkan peran penting dalam
pembentukan cerita yang ada, hingga begitu kecil nilai historis yang
terkandung pada kisah itu.

Seorang pendongeng, akan mengikuti pendongeng sebelumnya, dan


membuat sebuah cerita dengan tema / alur cerita yang dikombinasi, sehingga
se-akan2 seperti sebuah fakta sejarah.

Setiap kombinasi dan re-kombinasi akan menghasilkan rincian baru, dan


menghasilkan kumpulan informasi PALSU, sedangkan informasi
asli akan dihilangkan.

Dengan TIDAK adanya alternatif lain sebagaI sumber cerita, sarjana2 Muslim
dipaksa untuk mempercayai kisah pendongeng, seperti yang
dilakukan Ibn Ishaq, Waqidi, dan sejarawan lainnya. Mereka bergantung pada
pengulangan cerita yang sama, bahwa mereka semua berkata hal yang sama,
apalagi karena kisah kehidupan Muhammad TIDAK pernah ditulis
sampai periode akhir Ummayad, sekitar tahun 750 M.

Crone percaya bahwa : "Cerita tentang Islam yang demikian, sebenarnya


merupakan sebuah tonggak kehancuran, bukannya suatu pelestarian
sejarah masa lalu," (Crone 1980:7) dan " adalah cerita dimana
informasinya TIDAK punya bobot apapun & TIDAK menuntun
ke siapapun. (Crone 1980:12)

Oleh karena itu, logis bila sejarah Muslim sama sekali TIDAK dapat
dipercaya karena memiliki terlalu banyak perubahan selama masa
tranmisi / transfer pendongengan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Bahkan, kita juga bisa mengulangi apa yang telah kita nyatakan sebelumnya :
sejarah baru relevan, hanya ketika mereka berbicara pada periode di mana
cerita tsb ditulis, dan tidak lebih.
Ada begitu banyak masalah dalam cerita yang ditulis :
• Tanggal / periode penulisan yang muncul sangat terlambat / abad
belakangan, padahal sebagai naskah-naskah awal Islam,
• hilangnya kredibilitas karena agenda cerita yang datang belakangan.
• kontradiksi yang sangat jelas ketika orang membacanya,
• serta perubahan / pengembang-biakan cerita oleh pendongeng / kussas..
• ketidak-ilmiahan ilmu Isnad yang digunakan sebagai metoda pembuktian.

Tidak mengherankan jika akhirnya para sejarawan Barat, lebih memilih untuk
mencari sumber alternatif lain yang tidak ada keganjilan2 seperti yang
diberikan oleh sumber2 dari cerita Muslim yang penuh dengan keanehan &
kesalahan fakta sejarah.

Karena banyak muslim yang mengklaim bahwa hanya Quran saja yang bisa
memberikan kita sumber otentik, maka sejarawan memakai sumber cerita dari
Quran & bukan dari cerita dari tradisi Muslim.

C. Kritik Internal Dalam Tubuh Quran Sendiri


Sementara Muslim sengaja mengait-ngaitkan sejarahnya dengan sejarah
semua kitab yang telah ada 600-1000 tahun sebelumnya, termasuk
Alkitab dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Tetapi, ironisnya, Muslim menuntut posisi tertinggi untuk Quran, dengan


mengklaim kekuasaan tertinggi atas semua kitab lainnya, karena menurut
mereka, awalnya Quran tidak pernah ditulis oleh manusia dan tidak pula
tercemar oleh campur-tangan pikiran dan gaya menulis manusia . Alasan
seperti itu karena keyakinan Muslim bahwa Quran adalah "ibu segala
buku" (Surah 43:3-4).

C.1. Pujian Atas Quran Yang Dikarang-karang


Muslim mengklaim bahwa keunggulan Quran atas semua kitab lainnya adalah
karena struktur dan gaya sastranya yang canggih. Bahkan secara aneh bin
ganjil, Awloh menantang siapapun untuk membuat Quran tandingan. Kenapa
Awloh tidak percaya diri, sampai harus menantang manusia ciptaannya ?

Muslim mengutip dari Surah 10:37-38, 2:23 atau 17:88, yang mengatakan :

“Tidaklah mungkin Quran ini dibuat oleh selain Awloh; akan tetapi (Quran itu)
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum
yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari
Awloh semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan: “Muhammad
membuat-buatnya.” Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu),maka
cobalah datangkan sebuah Surah semisalnya dan panggillah siapa-siapa
yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Awloh, jika kamu orang-
orang yang benar.”(QS 10:37-38)

Gema membanggakan diri ini berasal dari Hadis (Mishkat III, pg.664), yang
mengatakan: “Quran adalah keajaiban terbesar di antara keajaiban dunia.
Buku ini tidak ada duanya di dunia menurut keputusan bulat dari orang-orang
terpelajar, dalam poin dari gaya penyajiannya, retorika, gaya bahasa,
pemikiran dan logika hukum dan peraturan untuk membentuk nasib umat
manusia. "

C.1.a. Keunikan Quran


Muslim menyimpulkan bahwa karena tidak ada karya sastra yang setara
dengan Quran, ini membuktikan bahwa Quran adalah mukjizat yang
diturunkan dari Awloh, dan bukan karya tulis 1 orang manusia pun.

Adalah sifatnya yang unik ini, yang dalam bahasa Arab disebut i'jaz , yang
muslim percayai - membuktikan penulisan oleh Awloh, dan dengan demikian
menegaskan statusnya sebagai sebuah mukjizat, dan menegaskan peran
Muhammad serta kebenaran Islam
(Rippin 1990:26).

Namun, Quran sendiri menyajikan keraguan sejak dari awal


pembuatannya, dan tentu saja menciptakan kecurigaan tentang klaim
keunikannya. Padahal kita tahu sejak akhir abad ke-10M, bahwa ternyata
keunikannya adalah : karena Quran menanggapi / menjawab
literatur2 tentang Kristen.
(Rippin 1990:26).

Kalangan muslim tertentu juga bertanya-tanya apakah nilai keunikan ini


benar2 milik Quran ?

Carl Gottlieb Pfander (1803-1865), cendekiawan & misionaris Kristen dari


Jerman, pada tahun 1835 menulis bahwa :

• Ini tidak berarti bahwa ulama Arab tidak curiga, mengapa gaya sastra
Quran lebih unggul dari semua buku lain dalam bahasa Arab.
• Beberapa kalangan juga ragu, mengapa Quran bisa mengungguli puisi
Mu'allaqat oleh penyair Kristen Imru’al Quais (Oman, 501-544M) yang
salah satu puisinya yang indah, telah DIJIPLAK total mentah2 persis kata
per kata, menjadi suatu ayat suci dalam Quran yang diklaim wahyu
surgawi, yaitu mukizat Bulan Terbelah yang diakui sebagai mukjizat
Muhammad. Juga pada puisi Maqamat oleh penyair Al Hariri dari Basra,
Irak (1030-1122M).

Padahal puisi Imru’al Quais berbicara se-akan2 dia membelah bulan, dia
berbicara tentang percintaannya dengan seorang wanita, antara suami
dengan istrinya, lalu kenapa menjadi ayat Quran yang benar2 “membelah
bulan” ? Imru adalah seperti Romeo / pujaan wanita di masanya. Silakan
ketik di Youtube : “Christian Prince / Rob Christian bulan terbelah”, untuk
mengetahui lebih detail.

• Di negara Muslim, hanya sedikit saja orang yang berani untuk menyatakan
pendapat tentang kecurigaan ini, bahkan kebanyakan tidak ada satu orang
pun, juga karena kebanyakan Muslim TIDAK begitu mengerti , bahkan
buta tentang fakta isi Quran. "
(Pfander 1835:264)

Pfander menguraikannya dengan membandingkan Quran dengan


Alkitab. Dia menyatakan,
• "Ketika kita membaca Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani, banyak
sarjana berpendapat bahwa keindahan bahasa dalam kitab Yesaya,
Ulangan, dan banyak Mazmur, misalnya, lebih agung daripada setiap
bagian dari Quran. Hampir tidak ada orang Muslim akan menyangkal
hal ini, dan tidak ada Muslim yang ahli bahasa Arab dan Ibrani, akan
mampu menyangkalnya. "
(Pfander 1835:266)

C.1.b. Kelemahan-kelemahan Struktural


Sebuah perbandingan dengan Alkitab membawa masalah lain yang nyata.
Ketika orang yang paham betul dengan Alkitab, lalu mulai membaca Quran
akan segera jelas bahwa Quran merupakan jenis sastra yang sama sekali
berbeda, apapun klaim Islam tentang keindahan puitisnya.

Inilah perbedaan / gap besar atara Alkitab vs Quran :

• Manakala Alkitab berisi banyak narasi fakta sejarah, Quran


mengandung sangat sedikit informasi sejarah.
• Manakala Alkitab menjelaskan sendiri istilah-istilah yang tidak akrab, atau
wilayah tertentu yang ia sebutkan, Quran tetap diam dalam ketidak-
jelasan.
• Bahkan, struktur dari Alkitab, bagaikan sebuah kepustakaan dengan 73
buku, ditulis selama periode 1.500 tahun mengungkapkan bahwa
memerintahkan menurut kronologi, subyek dan tema.
• Quran, di sisi lain, tampak lebih seperti koleksi campur aduk dengan
pernyataan dan idea-idea yang membingungkan & berkontradiksi,
banyak yang tidak jelas hubungannya dari bab ke bab dan ayat ke
ayat. Banyak sarjana mengakui bahwa Quran sangat serampangan dalam
pengarangannya, hingga memerlukan tenaga yang luar biasa bagi
siapapun untuk menjelaskan apa yang ayat-ayat itu maksudkan.

Seorang sarjana sekuler Jerman Salomon Reinach dalam pernyataannya


yang agak keras menyatakan :

"Dari sudut pandang sastra, Quran memiliki sedikit sekali kebaikan,


seperti deklamasi, penuh dengan pengulangan, bersifat
kekanak-kanakan, kurangnya nalar logika dan koherensi, nyata sekali
bagi para pembaca yang tidak siap pada setiap lompatan ideanya. Hal
ini memalukan / menghina bagi akal manusia untuk berpikir bahwa ini
sastra biasa-biasa saja seperti ini telah menjadi subyek komentar tak
terhitung, dan bahwa jutaan orang masih membuang-buang waktu
dalam menyerap isi Quran" (Reinach 1932:176).

Dalam nada yang sama, ensiklopedia McClintock dan Strong


menyatakan bahwa:

"Masalah dalam Quran adalah sangat kacau dan suka memakai kata-
kata yang tak jelas, buku yang jelas-jelas terlihat telanjang tanpa urutan
pemikiran logis, baik secara keseluruhan atau dalam bagian-bagiannya.
Ini sesuai dengan cara yang acak-acakan dan insidental di mana pesan
itu disampaikan. (McClintock dan Strong 1981:151).

C.1.c. Cacat-cacat Sastra


Bahkan mantan ulama Muslim Iran Ali Dashti (1897-1982) meratapi
keburukan dalam sastra Quran dengan menyimpulkan bahwa :

• "Quran sangat parah, diedit dan isinya diatur berantakan


secara bodoh".
• "Semua yang mempelajari Quran, akan mempertanyakan mengapa para
penyusun Quran TIDAK menggunakan metode yang masuk akal dan logis
dalam menyusunnya, berdasarkan tanggal pewahyuan, seperti misalnya
naskah Ali bin Abu Talib yang sengaja dihilangkan." (Dashti 1985:28)

Setelah membaca Surah-Surah dalam Quran, seseorang akan segera


menyadari bahwa semua itu tidak kronologis.
Menurut tradisi :
• Surah-Surah yang terpanjang di awal, adalah ayat-ayat yang disampaikan
belakangan,
• Surah-Surah terpendek yang diletakkan di akhir, dianggap diwahyukan
paling awal.
• Namun tradisi-tradisi yang sama juga memberitahu kita, bahwa ada Surah-
Surah tertentu yang mengandung ayat-ayat yang diwahyukan baik di awal
dan di akhir hidup Muhammad.
• Sehingga sulit untuk mengetahui apakah setiap ayat dalam Quran adalah
pewahyuan yang terawal atau yang terakhir.

Masalah lain adalah adanya pengulangan dalam Quran


• Quran, seperti yang telah diberitahukan kepada kita, dimaksudkan
untuk dihafalkan oleh mereka yang buta huruf dan
tidak berpendidikan. Oleh karena itu dalam Quran terdapat prinsip
pengulangan yang tak berujung, dari hal yang sama (Morey 1992:113).
• Ini semua menyebabkan kebingungan bagi pembacanya, dan tampaknya
mengarah pada cara mengingat dari pendongeng sebelumnya.

Quran juga memiliki masalah dalam tata bahasa sastra :


• Isi topik dalam masing-masing bab, melompat dari satu topik ke yang
lainnya yang tidak ada hubungannya, dengan pengulangan yang berkali-
kali dan jelas terlihat banyak ketidak-konsistenan dari segi tata bahasa,
hukum dan teologi" (Rippin 1990:23).
• Bahasa Quran semi-puitis, sementara tata bahasanya, karena
ketidaktahuan, akhirnya menjadi tidak jelas, tidak tegas isinya tentang apa
& mempunyai makna ganda, malahan multi makna / lebih dari 2.
• Ada kekacauan gramatikal (seperti penggunaan kata untuk majemuk,
padahal subyeknya adalah tunggal), dan ketidak-konsistenan dalam
perlakuan jenis kelamin kata benda (untuk contoh, lihat Surah 2:177; 3:59;
4:162, 5:69, 7: 160, dan 63:10) (Rippin 1990:28).

Dalam banyak bahasa seperti Arab, Inggris, Perancis dsb. Kata benda dibagi
kedalam dua kategori : maskulin dan feminin, dengan perlakuan kata benda,
kata ganti dan kata kerja yang berbeda pula. Hal yang tidak kita miliki dalam
bahasa Indonesia.

Banyak sekali kalimat dalam Surah yang tanpa kata kerja, dan
mengasumsikan bahwa pembacanya akan mampu memahami informasinya
dengan baik. Quran hanya memiliki sedikit penjelasan dan
akibatnya sulit untuk dimengerti, hanya Awloh yang tahu
(wallahualam), jadi untuk apa diturunkan pada umat, kalau tidak
seorang umat pun mengerti ?

Ini bukan hanya masalah struktural. Patricia Crone menemukan bahwa :

Di dalam kumpulan ayat saja, hal-hal sepele ditempatkan secara keliru.


sering kali secara mengejutkan ditemukan, bahwa Awloh bisa muncul
bersamaan sebagai orang pertama dan ketiga, dalam satu kalimat
yang sama. Mungkin ada kecerobohan, yang jika tidak dibetulkan dalam
terjemahannya, akan memperlihatkan kebodohan yang memalukan."
(Cook 1983:68)

Menanggapi tuduhan ini, teolog tata-bahasa al-Rummani (mati 996 M)


berpendapat bahwa ketidak-jelasan dan penyimpangan gramatikal adalah
perangkat retoris yang benar-benar positif dan bukan bukti karena menulis
terburu-buru atau ceroboh (Rippin 1990:27).

Namun argumen semacam ini sangat mustahil untuk dapat dipahami, karena
kurangnya literatur sekuler yang sejaman untuk pembanding. Hal ini
meninggalkan "satu-satunya kartu argumen dogmatis” ... tapi kartu yang satu
ini yang sering dipakai (seperti banyak argumen keagamaan lainnya) dalam
praduga Islam sendiri."
(Rippin 1990:27).

Sudah banyak cara dilakukan oleh orang diluar Islam, untuk menyanggah
anggapan di atas dengan mengekspos alasan yang benar untuk
penyimpangan ini.

Al-Kindi, seorang cendekia Kristen yang dipekerjakan di


istana khalifah, melakukan diskusi dengan para Muslim pada 830 M,
beberapa saat setelah standarisasi Quran. Al-Kindi waktu itu dapat
membaca agenda tersembunyi Muslim.
Mengantisipasi klaim oleh Muslim bahwa Quran itu sendiri adalah bukti
wahyu dari Awloh, maka Al-Kindi menanggapi dengan mengatakan :

“Hasil akhir dari proses panjang selama beberapa abad, sampai Quran
akhirnya selesai dibuat, bisa diketahui setelah anda membacanya, anda akan
mengetahui bahwa isi Quran adalah campur aduk antara dongeng,
legenda, cerita kuno takhayul, sedikit sejarah, yang semuanya
saling berbelit-belit, sebagai bukti bahwa banyak tangan yang
berbeda yang membuat banyak perbedaan di dalamnya,
sehingga menyebabkan kontradiksi, ketidak-cocokan, tidak
sinkron, penambahan, pemotongan, apapun yang mereka suka
atau tidak suka.
Apakah seperti ini, kitab yang dikatakan sebuah wahyu dari
surga ? “ (Muir 1882:18-19,28)

Menariknya, pernyataan Al-Kindi pada awal abad 9 M ternyata sama dengan


kesimpulan Wansbrough lebih dari 1100 tahun kemudian ( sekitar
tahun 2000M), keduanya menyimpulkan bahwa Quran adalah hasil dari
pengumpulan serampangan oleh beberapa orang sebagai
“redaktur”, yang dibuat lebih dari 300 tahun setelah fakta
kejadian sesungguhnya terjadi.
(Wansbrough 1977:51).

C.1.d. Klaim Keuniversalan Quran


Masalah lain dalam Quran adalah lingkup per-untuk-annya :
• Dalam Quran di beberapa Negara, ada ayat2 mengatakan bahwa Quran
adalah buku yang hanya untuk orang Arab saja.
(Surah 14:04; 42:7; 43:3 dan 46:12),

• Sementara ayat2 lain sengaja diubah & menyatakan bahwa Quran


adalah wahyu bagi semua orang dan di segala jaman (Surah 34:28 ;
33:40).

Klaim ke-universal-an ini datang & ditambahkan belakangan,


setelah Islam menyerang & menjarah negeri-negeri
asing, dan Islam disyiarkan diantara orang-orang asing yang negaranya
dijarah. Hal ini makin menambah keraguan atas klaim Islam, bahwa
Quran adalah wahyu ilahi.
C.1.e. Interpolasi ( Penyisipan )
Dalam Quran, banyak fakta adanya penyisipan :

Michael Cook menunjukkan sebuah contoh, dapat dibaca dalam Surah 53,
di mana "teks dasar, terdiri dari ayat pendek agar memberikan inspirasi bagi
pembacanya, namun kemudian ada penyisipan kalimat panjang dengan
gaya bahasa yang bertele-tele dan membosankan, serta tidak nyambung
dan keluar dari topik awal dari teks dasar.
(Cook 1983:69)

• Apakah ini datang dari sumber yang sama ?


• Bahkan apakah mereka sebenarnya termasuk dalam Surah ini ?

Masalah lain yang ditemukan dalam Quran adalah :

• Banyak ditemukan cerita yang sama tapi diulang-ulang dalam Surah yang
ber-beda2.
• Tetapi cerita dalam Surah yang ber-beda2 tsb, ditemukan adanya
perubahan / variasi cerita yang ditambah-tambahkan.
• Setelah beberapa versi tersebut dicocokkan satu sama lain, ditemukan
bahwa dasar dari cerita2 tsb ternyata mengacu pada versi cerita
pendongeng lisan.
(Cook 1983:69).

Sekali lagi kita dapat menyimpulkan bahwa, ini adalah bukti lain bahwa
Quran tidak ditulis oleh seorang penulis tunggal, tetapi sebuah
buku yang ditulis di abad2 belakangan oleh sejumlah penulis.

Masalah ini menjadi lebih jelas ketika kita membaca banyak JIPLAKAN
dari kitab-kitab lain di luar Islam, yang kita temukan dalam Quran,
semua yang tertulis dalam Quran berasal dari suatu sumber.

C. Masalah Internal Dalam Tubuh Quran Sendiri


C.2. Kisah-kisah Quran yang DIJIPLAK dari Talmud
• Kebingungan terbesar bagi orang Kristen yang membaca Quran adalah
banyaknya cerita dalam Quran yang agak mirip dalam Alkitab.
• Kisah-kisah Quran yang DIJIPLAK dari Alkitab tsb mengandung
banyak penyimpangan karena adanya banyak perubahan, ditambah-
tambahkan dengan cerita-cerita tahayul / aneh, yang tidak
tercantum dalam cerita asli dalam Alkitab.
Jadi, dari mana cerita-cerita ini ada dalam Quran, jika bukan dari kitab-kitab
sebelumnya yang sudah ada lebih dari 1.000 tahun sebelumnya ?

Untungnya, kita memiliki banyak literatur Apokrifa Yahudi, kebanyakan dari


kitab Talmud, yang berasal dari abad ke-2 Masehi, yang dapat kita
bandingkan dengan kisah-kisah dalam Quran.
Apokrifa adalah kitab2 yang belum dikanonisasi & hanya diketahui /
dipahami oleh beberapa orang2 tertentu saja.

Setelah dibandingkan, kita tercengang-cengang karena


menemukan begitu banyak , persamaan yang luar biasa
diantara dongeng atau legenda / cerita rakyat dalam kitab
Talmud, dengan kisah-kisah yang diceritakan dalam Quran,
yang diklaim Islam sebagai wahyu Awloh swt !!!

TENTANG TALMUD :
Materi Talmud diambil dari Feinburg 1993:1162-1163

• Kisah-kisah dalam Talmud dikumpulkan pada abad ke-2 Masehi dari


hukum lisan (Mishnah) dan tradisi hukum-hukum (Gemara).
• Hukum-hukum dan tradisi ini diciptakan sebagai upaya adaptasi hukum
Musa (Taurat) dengan zaman yang senantiasa berubah.
• Talmud juga memasukkan interpretasi dan diskusi tentang hukum-hukum
(misalnya Halakhah dan Haggadah dll).
Banyak orang Yahudi menganggap tulisan-tulisan dalam Talmud adalah tidak
otoritatif / tidak harus diikuti, namun mereka tetap membacanya sebagai
alat bantu pengetahuan pada jaman kisah-kisah itu ditulis.

Jadi bagaimana tulisan-tulisan Talmud Yahudi NON-OTORITATIF ini bisa


DIJIPLAK kemudian dimasukkan dalam Quran ?

• Antara abad ke-7 dan ke-9M, komunitas Yahudi banyak ditemukan di


Semenanjung Arab yang waktu itu dikenal sbg wilayah bernama Hijaz,
yang sekarang ada kota Mekah & Madinah (2 kota ini, saat itu BELUM
ADA).

• Mereka adalah bagian dari diaspora Palestina yang melarikan diri setelah
penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M. Palestina di sini BUKAN
orang muslim Palestina seperti yang kita ketahui sekarang ini, akan
dijelaskan pada topik diskusi yang lain.

• Sejumlah besar orang Yahudi ini, akan dituntun oleh tulisan-tulisan Talmud
yang telah diturunkan secara lisan dari ayah ke anak dst selama beberapa
generasi.

• Setiap generasi menghiasi kisah-kisah tersebut, atau pada jaman tertentu


mereka memasukkan legenda / cerita rakyat setempat ke dalam kisah-
kisah itu, sehingga sulit untuk mengetahui cerita asli yang pertama kali
muncul.

• Bahkan ada orang diantara orang2 Yahudi yang percaya bahwa tulisan-
tulisan Talmud telah ditambahkan ke "dua prasasti batu “ yaitu 2 loh batu
yang berisi Sepuluh Perintah Yahweh / Allah dan Taurat yang disimpan
dalam Tabut Perjanjian, dan diyakini replika dari buku surgawi.
(Feinburg 1993:1163).

• Beberapa sejarawan percaya bahwa ketika para pengumpul teks Quran


muncul di abad ke-9 dan ke-10M, mereka menjiplak tulisan2
Talmud kemudian dimasukkan ke dalam Quran yang baru mulai dibuat.
• Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa karena penjiplakan tsb,
maka sejumlah tradisi-tradisi dari ajaran Yahudi secara tidak langsung
diterima oleh penyusun Quran, dan dimasukkan ke dalam Quran sebagai
tulisan-tulisan Islamik yang dianggap ‘suci' & diklaim wahyu dari
Awloh swt.

Ada beberapa cerita yang memiliki akar dalam literatur Apokrifa Yahudi
abad ke-2M.

Berikut adalah 3 contoh kisah dalam Quran, yang


DIJIPLAK dari Alkitab :
C.2.a. Kisah Qabil (Kain) & Habil VS Kain & Habel

Kisah Kain dan Habel (Alkitab) atau Qabil dan Habil (Quran) ditemukan
dalam Surah 5:30-32, yang awalnya sama seperti kisah dalam Alkitab dimana
Kain membunuh Habel, sekalipun tidak disebutkan secara gamblang di dalam
Quran.

Namun dalam Surah 5 : ayat 31, setelah Kain (Qabil) membunuh Habel
(Habil), ceritanya sengaja diubah, dan dan tidak lagi mengikuti
alur kisah dalam Alkitab.

Dari mana datangnya kisah Quran ini berasal ?


Apakah ini sebuah catatan sejarah yang tidak diketahui oleh penulis Alkitab ?

Memang ada sumbernya, sebab kisah tsb dapat dilacak sampai masa
setelah Perjanjian Lama yang telah dikanonisasi, dan setelah Perjanjian
Baru ditulis.

Bahkan ada 3 sumber dari mana kisah di atas bisa diambil :


1. Targum Jonathan ben-Uzia-,
2. The Targum Yerusalem, dan
3. Buku berjudul The Pirke-Rabi Eleazar (Shorrosh 1988:144).

Ketiga dokumen tulisan-tulisan Yahudi di atas, berasal dari Talmud, yang


berasal dari tradisi lisan antara tahun 150-200 Masehi. Kisah-kisah ini ditulis
sebagai penjelasan lebih detail terhadap kitab-kitab Torah, namun
mengandung mitos dan dongeng / legenda Ibrani.

Ketika kita membaca kisah ini dalam Quran , kita menemukan kemiripan
yang mencolok dengan tiga sumber Talmud di atas :

Quran - Surah 5:31


Kemudian Awloh menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk
memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan
mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak
mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat
saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang
menyesal.

Targum Jonathan-ben-Uzziah :
"Adam dan Hawa, duduk disamping mayat, menangis tidak tahu apa yang
harus dilakukan, karena mereka belum memiliki pengetahuan tentang
penguburan. Lalu seekor gagak muncul, mengambil mayat temannya, dan
setelah menggaruk tanah, kemudian menguburkannya di depan mata mereka.
Adam berkata, 'Mari kita ikuti contoh burung gagak,' sehingga ia mengambil
tubuh Habel, dan dikuburkanlah segera. "

Terlepas dari kisah “siapa yang menguburkan siapa”, dua cerita di atas adalah
bukti adanya penjiplakan oleh Islam kemudian diubah.
Kita hanya bisa menyimpulkan bahwa di sinilah Muhammad atau siapapun
penulis2 Quran di abad ke 9-10M, memperoleh sumber ceritanya.

Jadi kita menemukan bahwa fabel (dongeng khayalan / fiksi tentang


hewan yang berperilaku seperti manusia ) dan dongeng mitos / legenda
Yahudi, oleh penulis2 Quran abad ke 9-10 M, telah dijiplak &
dimasukkan ke dalam Quran & diklaim sebagai FAKTA SEJARAH.
Quran - Surah 5:32 ,
adalah bukti lain bahwa Quran telah menjiplak dari literatur Apokrifa Yahudi,
yaitu Mishnah Sanhedrin Yahudi 4:05

"Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka
bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan menusia semuanya." (QS 5:32)

Mishnah Sanhedrin 4:05 kitab Apokrifa Yahudi :


"Kami menemukan hal ini dalam kisah Kain yang membunuh saudaranya,
suara tangis darah adikmu itu terdengar" yang terakhir ini adalah kutipan dari
Alkitab, Kejadian 4:10,

Namun sebenarnya yang tertulis bukanlah darah (kata benda tunggal),


melainkan darah-darah (kata benda jamak).
"Engkau diciptakan tunggal untuk menunjukkan bahwa dia yang membunuh
seorang manusia, harus diperhitungkan bahwa dia telah dibunuh di seluruh
umat manusia. Tetapi ia yang telah memelihara kehidupan seorang manusia,
akan diperhitungkan telah memelihara seluruh umat manusia."
( Mishnah Sanhedrin Yahudi 4:05 )

Kita membuktikan, di mana penulis Quran abad ke-9 M, mendapatkan


materi Mishnah Sanhedrin Yahudi 4:05 untuk DIJIPLAK dan kemudian
memasukannya ke dalam Quran sebagai wahyu Awloh swt.
Bisa kita lihat bahwa :
• Tidak ada hubungan jelas antara Surah 5 ayat 31 dengan ayat 32
• Apakah hubungan antara pembunuhan Habel oleh Kain dengan
pembunuhan seluruh umat manusia?
Dalam kisah ini, kita membaca komentar seorang Rabbi Yahudi, di mana ia
menafsirkan kata 'darah' berarti, "darahnya sendiri dan darah
keturunannya." Ingat, ini hanyalah komentar seorang Rabbi Yahudi. Ini
adalah interpretasinya sendiri, dan yang sangat spekulatif. Oleh karena
itu, agak menarik bahwa ia kemudian melanjutkan dengan mengomentari kata
jamak untuk darah. "

• Namun komentar Rabbi Yahudi ini DIJIPLAK mentah2 hampir kata demi
kata dalam Quran, QS 5: 32 !!!
• Bagaimana mungkin komentar seorang Rabbi pada teks Alkitab, hasil
perenungan manusia biasa, menjadi ayat Quran dan dikait-kaitkan
sebagai kata-kata Awloh swt ?
• Satu-satunya kesimpulan adalah bahwa para penyusun Quran kemudian
mengetahui, kalimat2 ini dari tulisan Rabbi tsb, karena tidak ada
hubungan antara cerita tentang pembunuhan Habil oleh Kain dalam
Quran (QS 31), dan ayat berikutnya tentang seluruh ras (QS 32 ).

Hanya ketika kita membaca Mishnah Sanhedrin 4:05 kita dapat menemukan
hubungan antara dua cerita itu :
• Penjelasan / interpretasi dari seorang Rabbi pada sebuah ayat Alkitab &
penjelasan kata intinya.
• Mudah dimengerti sekarang, kenapa tidak ada hubungan dalam Quran
ayat 31 & 32. Penulis Quran dalam Surah 5 tidak mengerti, konteks di
mana Rabbi berbicara, dan karenanya tidak paham, bahwa ini hanyalah
penjelasan / interpretasi / komentar pada teks Alkitab dan BUKAN dari
Alkitab itu sendiri.
• Penulis Quran lalu memasukkannya ke Quran, mengulangi apa yang dia
baca, tanpa mengerti / memahami implikasi dari konteks kata2 Rabbi
Yahudi tsb.

C.2.b. Kisah Ibrahim VS Abraham dalam ALKITAB


Quran Surah 21:51-71, kita menemukan kisah Ibrahim
Dalam penjelasan Quran, Ibrahim menantang kaumnya dan ayahnya karena
berhala-berhala yang mereka sembah. Setelah Ibrahim dan kaumnya ini
berdebat, mereka berangkat dan Ibrahim menghancurkan patung-patung kecil
tapi menyisakan patung yang paling besar yang masih utuh.
Ketika orang-orang melihat ini, mereka memanggil Ibrahim dan menanyakan
apakah ia bertanggung jawab akan hal itu. Ibrahim menjawab pastilah, itu
patung-patung yang lebih besar akan menghancurkan patung-patung yang
lebih kecil.

Ibrahim menantang mereka untuk bertanya sendiri kepada patung-patung


yang besar itu untuk mencari jawabnya. Mereka menjawab, "Engkau tahu
benar bahwa ini patung-patung tidak berbicara !" (QS 65). Ibrahim
memberikan jawaban mengejek, dan mereka kemudian melemparkan dia ke
dalam api. Tapi dalam QS 21:69 atas perintah Awloh, api menjadi dingin,
sehingga Ibrahim aman, dan dia secara ajaib berjalan keluar tanpa terbakar.

Pembuktian bahwa Quran yang ditulis pd abad ke-9M, telah menjiplak :

• Tidak ada paralel kisah ini dalam Alkitab.


• Namun ada kisah serupa dalam sebuah buku abad ke-2 M, yakni
dongeng/legenda rakyat Yahudi yang disebut Midrash Rabbah.

1. Dalam kitab itu dikisahkan tentang Abraham yang menghancurkan


semua patung, kecuali patung yang terbesar.
2. Ayahnya dan yang lain menantangnya, dan dengan jenaka Abraham
menjawab bahwa ia telah memberikan sebuah lembu besar untuk
dimakan bersama-sama oleh semua patung berhala.
3. Namun patung berhala yang kecil, tanpa rasa hormat pada patung
berhala yang besar, langsung memakan habis lembu itu.
4. Hal ini membuat patung berhala yang lebih besar marah dan
menghancurkan patung berhala yang kecil.
5. Bagian jenaka ini lalu dihapus oleh pengarang Quran,
waktu menjiplaknya & memasukkannya ke dalam Quran.
6. Ayahnya yang sedang marah itu, tidak mempercayai kisah Abraham,
kemudian ia membawa seorang pria yang bernama Nimrod, dan
kemudian ia melemparkan Abraham ke dalam api. Namun YAHWEH
membuat api itu dingin dan selamatlah Abraham.

Bisa kita buktikan sekarang :


• Kesamaan antara kedua cerita ini, terlihat sangat jelas.
• Sebuah dongeng Yahudi abad ke-2 M, dongeng legenda rakyat, dan mitos
yang fiksi, tapi pada abad ke-9/10 M, oleh penulis Quran dijiplak &
dimasukkan ke dalam Quran sebagai fakta sejarah yang suci dari Awloh.
• Pengumpul dongeng2 dalam Quran, sepertinya pernah mendengar
potongan-potongan kisah2 Alkitab dari komunitas Yahudi yang hidup di
Semenanjung Arab dan menganggap kisah suci tsb datang dari Awloh,
tapi tidak mengerti bahwa mereka telah menulis dongeng
legenda fiksi dari rakyat Yahudi, DIJIPLAK & dimasukkan ke
dalam Quran & dianggap sebagai sejarah suci dari Awloh
swt.

Karena malu, beberapa Muslim masih mengklaim bahwa kisah / dongeng


dalam Quran lah yang merupakan kisah suci yang benar2 wahyu dari
Awloh. Klaim ini sangat mudah dipatahkan, karena kitab2 Yahudi
yang DIJIPLAK tsb sudah ada sejak abad ke-2 M, sedangkan
Quran baru mulai dikarang-karang pada abad ke 9 / 10 M.

• Muslim mencoba menutupi kesalahannya dengan menuduh bahwa orang


Yahudi telah menghapuskan / memalsukan kisah-kisah tersebut sehingga
tidak sesuai dengan kisah dalam Quran, tapi tidak menjelaskan bagaimana
orang-orang Yahudi pada tahun 2M (800 tahun sebelum Quran mulai
dikarang-karang) bisa mengubah kisah-kisah rakyatnya sendiri, apalagi
Quran baru muncul & ditulis di abad ke-9/10 M.

• Dengan cara yang sama, Muslim telah menuduh bahwa


Alkitab telah dipalsukan, karena banyaknya kisah / cerita dalam
Quran yang TIDAK sama / bertentangan dengan Alkitab yang
telah ada lebih dari 1.000 tahun sebelumnya, sedangkan
penyusunan Quran baru dilakukan di abad ke-9/10 M.

• Quran yang sekarang beredar & dipakai di seluruh dunia, adalah hasil
penyusunan/penulisan ulang pada tahun 1924 (baru 97 tahun yl, belum
genap 1 abad ! ) oleh Universitas Al Azhar di Mesir, yang didanai oleh Arab
Saudi. Sedangkan Quran2 yang bermacam-macam versi ,
ditenggelamkan di sungai Nil. Sampai saat ini ada 37 macam versi
Quran dalam bahasa Arab yag berbeda=beda isi / maknanya, belum yang
beredar di Afika berbeda lagi. Silakan browsing di Youtube.

ALKITAB telah memberikan jawabannya :


• Dalam Kejadian 15:07, TUHAN memberitahu Abraham bahwa DIA yang
membawa Abraham keluar dari Ur-Kasdim.

• Ur adalah suatu daerah, juga disebutkan dalam Kejadian 11:31.


• Kami memiliki bukti bahwa seorang penulis Yahudi bernama Jonathan
Ben Uziel mengatakan bahwa kata Ibrani "Ur" untuk bahasa Ibrani
yang berarti "api." Jadi dalam penjelasannya tentang ayat ini,
Jonathan menulis, "AKUlah TUHAN yang membawa engkau keluar
dari api Kasdim."

• Akibatnya, karena keTIDAKmengertian dalam membaca ayat Alkitab,


maka sebuah cerita / legenda rakyat Yahudi, menjadi populer di jaman
itu pada abad 2 M, yang menyatakan bahwa : “TUHAN telah membawa
Abraham keluar dari api.” Kemudian DIJIPLAK oleh pengarang2
Quran.

Kesimpulan :
• Dengan semua informasi tentang fakta sejarah yang benar, kita bisa
membuktikan, dari mana dongeng legenda rakyat Yahudi berasal.

• Juga kesalahan tentang pemahaman dalam membaca ayat Alkitab, oleh


pendongeng Muslim yang tidak mengerti, sehingga salah-salah semua.

• Bagaimana pemahaman yang salah & sesat ini, bisa dijadikan & diklaim
ayat2 dalam Quran sebagai wahyu suci dari Awloh swt.

• Kisah2 dalam Quran di atas, hanyalah beberapa contoh kesalahan


dalam Quran, karena ada banyak sekali kesalahan2 tentang fakta sejarah
dalam Quran yang telah diungkap oleh para teolog, peneliti, arkeolog &
sejarawan dll.

• Penyusun Quran hanya menjiplak & menulis ulang, apa yang mereka
dengar, tapi TIDAK mampu membedakan antara “gossip / dengar2-an”
yang mereka peroleh, dengan kisah FAKTA sebenarnya dalam ALKITAB.
Penyusun Quran di abad ke-9/10M lalu memasukkan kisah2 tsb dalam
Quran.

C.2.c. Kisah Sulaeman dan Sheba


Dalam Surah 27:17-44 kita membaca kisah tentang Sulaeman atau Salomo,
burung hud-hud dan Ratu Sheba. Setelah membaca kisah Quran tentang
Salomo dalam Surat 27, akan membantu untuk membandingkannya dengan
cerita yang DIJIPLAK dari cerita rakyat Yahudi, Targum II Ester,
yang ditulis pada abad ke-2 M, hampir 800 tahun (delapan ratus tahun)
SEBELUM Quran mulai dikarang-karang.
(Tisdall 1904:80-88; Shorrosh 1988:146-150) :
Quran- Surah 27:17-44
(ayat 17) Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan
burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).
(ayat 20) Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak
melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir.
(ayat 21) Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang
keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang
kepadaku dengan alasan yang terang".
(ayat 22) Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata:
"Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan
kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
(ayat 23) Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah
mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana
yang besar.
(ayat 27) Berkata Sulaiman: "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu
termasuk yang berdusta.
(ayat 28) Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada
mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang
mereka bicarakan".
(ayat 29) Berkata ia (Balqis): "Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah
dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.
(ayat 30) Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya :
"Dengan menyebut nama Awloh Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
(ayat 31) Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan
datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".
(ayat 32) Berkata dia (Balqis) : "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan
dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan
sebelum kamu berada dalam majelis(ku)".
(ayat 33) Mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan
dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan
keputusan berada di tanganmu: maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu
perintahkan".
(ayat 35) Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka
dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa
kembali oleh utusan-utusan itu".
(ayat 42) Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: "Serupa inikah
singgasanamu?" Dia menjawab: "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku,
kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang
yang berserah diri".
Targum II Esther
Salomo memberikan perintah ........................Aku akan mengirim raja dan bala
tentara melawan engkau .......................yang terdiri dari jenis binatang-
binatang darat dan burung-burung di udara. Kemudian sesudah itu, seekor
ayam jantan merah (seekor burung) pergi dengan sesuka hatinya dan entah
kemana. Raja Salomo memberi perintah untuk menangkapnya, membawanya
dengan paksa dan dia memang bermaksud membunuhnya.
Tetapi kemudian ayam jantan itu muncul di hadapan raja dan berkata : "Aku
telah melihat-lihat seluruh bumi dan menyaksikan sebuah kota dan kerajaan
(Sheba) yang belum tunduk kepadamu, tuanku raja. Mereka diperintah oleh
seorang ratu bernama Sheba. Kemudian aku menemukan kota yang
dibentengi di Tanah Timur dan sekelilingnya dihiasi batu-batu emas dan
perak, yang mengalasi jalan-jalan."
Secara kebetulan, ratu Sheba keluar pagi-pagi untuk menyembah laut. Juru
tulis Salomo mempersiapkan sepucuk surat, dimasukkannya di bawah sayap
seekor burung yang membawanya terbang dan tiba di benteng Sheba. Melihat
surat di bawah sayapnya, Sheba membuka dan membacanya: "Raja Salomo
mengirim salam. Bila berkenan, datanglah engkau untuk menanyakan
kesehatanku, dan aku akan menempatkan engkau tinggi di atas segala-
galanya. Jika tidak berkenan, aku akan mengirim raja-raja dan bala tentara
melawan engkau".
Membaca demikian, ratu Sheba merobek pakaiannya serta memanggil kaum
bangsawan untuk meminta nasehat. Mereka belum pernah mengenal Salomo,
tetapi menasehatkan dia untuk mengirim kapal-kapal melalui laut, penuh
dengan perhiasan-perhiasan dan batu-batu yang indah............dan juga
sepucuk surat kepadanya.
Sheba akhirnya datang. Salomo mengirim utusan untuk menjemput dia, dan
ketika ia tiba, Salomo bangkit dan duduk di dalam istana gelas. Ketika ratu
Sheba melihat itu, dia berfikir lantai gelas itu ialah air, dan ketika
menyebranginya, dia mengangkat pakaiannya. Salomo melihat bulu kakinya
dan (dia) berseru kepadanya.....

Sekali anda telah membaca dua kisah di atas, maka jelas dari mana
pengumpul kisah Sulaeman dan Ratu Sheba dalam Quran memperoleh
datanya :
• Dalam isi dan gaya kisah Quran sangat identik dengan kisah yang
DIJIPLAK dari Targum YahudI yang ditulis di abad 2 Masehi, hampir
800 tahun (delapan ratus tahun) SEBELUM Quran dikarang-karang.
• Kedua cerita luar biasa mirip, jin, burung, dan khususnya burung pembawa
pesan, yang awalnya Sulaeman tidak bisa temukan, tetapi kemudian
digunakan sebagai penghubung antara dirinya dan Ratu Sheba, bersama
dengan surat dan lantai kaca, itulah BUKTI PENJIPLAKAN dalam dua
kisah di atas.
• Kita sama sekali TIDAK akan temukan paralelisme kisah ini dalam Alkitab.
Sekali lagi kita harus bertanya bagaimana sebuah cerita rakyat Yahudi
dari abad ke-2 Masehi dimasukkan untuk menjadi bagian dari Quran
yang diklaim sebagai kitab suci yang diturunkan GEDEBUK dari surga
?

Selain itu, ada contoh-contoh lain di mana kita bisa temukan baik
literatur Yahudi maupun literatur apokrif Kristen, yang DIJIPLAK
untuk dimasukkan ke dalam teks-teks Quran :

1) Kisah Gunung Sinai yang diangkat sampai ke atas kepala orang Yahudi
sebagai ancaman untuk menolak hukum (Surah 7:171) berasal dari Sarah
Abodah, kitab apokrif Yahudi abad ke-2 M.

2) Kisah-kisah aneh & ganjil mengenai masa kanak-kanak Yesus dalam


Quran dapat ditelusuri dari sejumlah tulisan apokrif Kristen : pohon kurma
yang menyediakan untuk penderitaan Maria setelah kelahiran Yesus
(Surah 19:22-26) berasal dari Kitab-Kitab Terhilang,
3) Sedangkan kisah Yesus yang menciptakan seekor burung dari tanah
liat (Surah 03:49) berasal dari Injil Thomas Tentang Masa Kanak-kanak
Yesus.

4) Kisah tentang bayi Yesus berbicara (Surah 19:29-33) dapat ditelusuri ke


fabel aprokif Arab dari Mesir bernama Injil pertama Tentang Bayi Yesus
Kristus.

5) Dalam Quran Surat 17:01 kita memiliki kisah DONGENG MIRAJ perjalanan
Muhammad pada malam hari dari masjidil haram (Mekkah) ke mesjidil
aqsha (Yerusalem). Dari tradisi terkemudian, kita tahu bahwa ayat ini
merujuk kepada Muhammad naik ke langit ketujuh, setelah perjalanan
dalam satu malam yang ajaib (Mi'raj) dari Mekah ke Yerusalem, dengan
menunggang "kuda" bersayap yang disebut Buraq. Detil kisah ini lebih jauh
ditulis dalam kitab Mishkat Al Masabih. Kita bisa melacak kisah ini yang
DIJIPLAK dari buku FIKSI yang disebut Perjanjian
Abraham, ditulis sekitar 200 SM di Mesir (1.200 tahun
SEBELUM Quran mulai dikarang-karang), dan kemudian
diterjemahkan ke dalam Bahasa Yunani dan Arab.

6) Kemudian kita juga bisa melacak DONGENG MIRAJ itu dari kitab Rahasia
Henokh (pasal 1:4-10 dan 2:1), yang ditulis 700 tahun SEBELUM
Quran dikarang-karang. Namun kisah serupa sebagian besar
mengambil model dari kisah yang terkandung dalam kitab sekte kuno
Zoroaster pada jaman Persia kuno berjudul Arta-i Viraf Namak, yang
menceritakan bagaimana Zoroaster Muda yang saleh naik ke langit, dan
kembali, kemudian menuliskan apa yang ia lihat selama perjalanannya itu
(Pfander 1835:295-296).
7) Uraian Quran tentang surga neraka MENJIPLAK deskripsi neraka dalam
Homilies Efraim, seorang pendeta sekte Nestorian abad ke-enam
Masehi (Glubb 1971:36). Waraqah bin Naufal, sepupu Khadijah (istri
pertama Muhammad yang seumuran ibunya) adalah penganut Nestorian.
Beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa Waraqah lah ayah
Muhammad yang sebenarnya. Muhammad lahir 4 tahun SETELAH “ayah
tradisinya” mati.

8) Pengarang Quran dalam Surah 42:17 dan 101: 6-9 MENJIPLAK dari
Kitab Perjanjian Abraham untuk mengajarkan bahwa ada timbangan
yang akan digunakan pada hari penghakiman untuk menimbang
perbuatan baik dan buruk dalam rangka menentukan apakah seseorang
masuk ke syurga atau ke neraka.

9) Gambaran syurga di Quran Surat 55:56-58 dan 56:22-24,35-37, yang


berbicara tentang orang yang shaleh akan diberi upah bidadari bermata
bulat seperti mutiara, memiliki kesamaan yang menarik dalam agama
Zoroaster Persia, di mana nama untuk gadis tidak ‘houris atau
bidadari’, tapi Paaris.

10) Banyak sekali hasil JIPLAKAN yang masih dapat dibongkar dari Quran,
yang pasti adalah bahwa hampir SEMUA yang tertulis dalam Quran, PASTI
berasal / JIPLAKAN DARI SUATU SUMBER.
➢ Penting untuk diingat bahwa kisah-kisah dalam Talmud, TIDAK dianggap
oleh orang Yahudi Ortodoks jaman itu, sebagai kitab yang otentik untuk
satu alasan yang sangat baik : kitab-kitab belum ada pada Konsili Jamnia
pada tahun 80 SM ketika Perjanjian Lama dikanonisasi.

➢ Begitu pula isi kitab apokrif Kristen, TIDAK dimasukkan kedalam kanon
karena mereka tidak terbukti otoritatif, baik sebelum dan sesudah Konsili
Nicea tahun 325 M.

Jadi kitab-kitab itu selalu dipahami sebagai SESAT / BIDAH oleh orang-
orang Yahudi dan Kristen Ortodoks, serta orang-orang
terpelajar.
Dengan uraian di atas, SUDAH sangat cukup bukti bagi Kristen,
untuk MENOLAK klaim Islam bahwa Quran sebagai wahyu terakhir
Awloh swt, karena kisah-kisah apokrif itu DIJIPLAK TOTAL
MENTAH-MENTAH kemudian dimasukkan menjadi sebuah kitab
Quran yang diaku-aku / diklaim oleh Islam sebagai wahyu
terakhir dari Awloh swt yang disembah Abraham, Ishak dan
Yakub. Ini penyesatan & penipuan !!!

C.3. Kesalahan Sains Dalam Quran


Sekarang kita beralih ke bahasan terakhir dari kesalahan yang kita temukan
ketika membaca Quran, yaitu kesalahan sains. Dari sudut pandang ilmu
pengetahuan modern, kita sekarang dapat mengamati apa yang terlihat
seperti kesalahan ilmiah & fakta sejarah - dalam teks2 Quran.

Beberapa kesalahan FAKTA SEJARAH dalam Quran ini, dapat ditemukan


jawabannya yang BENAR pada kisah2 dalam Alkitab, seperti :

1) Kisah Musa diadopsi 'oleh ISTRI Firaun dalam Quran (Surah 28:9), ……
sedangkan Alkitab menyatakan itu adalah PUTRI Firaun (Keluaran 2 :
10);
2) Klaim Quran bahwa nama Yahya (Yohanes Pembaptis) adalah unik/aneh
untuk abad ke-1 M di Surah 19:07, ….. sedangkan nama ini SUDAH
disebutkan lebih awal dari abad ke-1 M dalam Alkitab 2 Raja-raja
25:23;

3) Dimasukannya Maria ke dalam Trinitas Kristen dalam Surah 5:116, yang


bertentangan bukan hanya dengan penjelasan Alkitab, tetapi juga
kepercayaan yang dipegang oleh hampir seluruh umat Kristen selama
lebih dari 2.000 tahun sampai hari ini.

Menariknya, sebuah sekte yang secara signifikan dianggap sesat oleh


kaum Kristen ortodoks dan disebut Kaum Cholloridian memegang
pandangan demikian. Mereka tinggal di Timur Tengah pada saat Quran
sedang dikarang-karang. Inilah yang menjadi sumber untuk kesalahan
Quran tentang Maria !

3) Ada kesalahan fatal yang sangat memalukan, sepertinya karena


pengarang Quran kebingungan tentang sosok Maria ibu Yesus yang
tertulis dalam Quran sebagai “saudara perempuan Harun dan putri Imran
(Amran,dalam Alkitab) serta ibu Yesus” (Surah 18:28, 66:12, 20:25-30).
Pengarang Quran TIDAK mengerti sejarah, sehingga menyangka
bahwa Maryam saudara Harun & Musa, adalah sosok wanita yang sama
dengan “Maryam” (Maria ibu Yesus), padahal : “Maryam” (Maria ibu
Yesus) hidup 1.570 tahun SETELAH Maryam saudara Harun & Musa.

4) Kesalahan sejarah yang lebih parah dalam Quran, yaitu menyangkut nama
Haman. Dalam Quran, Haman disebut sebagai seorang hamba Firaun,
yang membangun sebuah menara tinggi untuk mendaki kepada Awloh nya
Musa. (Surah 28:38; 29:38; 40:25,38).

Namun FAKTA SEJARAH dalam Alkitab mencatat bahwa menara Babel


SUDAH dibangun 750 tahun SEBELUMNYA (Alkitab : Kejadian 11), dan
nama Haman benar ditemukan dalam kisah kitab Ester di Babel, 1.100
tahun SESUDAH Firaun.

Penafsir Quran, Yusuf Ali masih mencoba menutupi malu karena


kesalahan yang bertubi-tubi dalam Quran ini, dengan
mengatakan bahwa nama Haman di sini adalah untuk Haman yang lain,
namun… nama ‘Haman’ bukanlah nama spesifik di Mesir, melainkan
nama bagi orang Babilonia (Irak sekarang) (Pfander 1835:283-284).

Contoh-contoh ini sebenarnya tidak membawa ke pertanyaan tentang temuan


kesalahan2 ilmiah, namun mereka menunjukkan banyak kesalahan2. Ini
mengisyaratkan suatu keterpencilan, di mana cerita ini ditransmisikan secara
lisan kepada lingkungan yang jauh dari tradisi itu berasal, sehingga
kesalahan-kesalahan detil tampak karena tiadanya kisah pembanding lain
yang lebih otoritatif.

Kesalahan lebih parah & memalukan, juga diperlihatkan oleh ayat-ayat


yang bertentangan dengan data-data historis yang sudah terobservasi
oleh metoda keilmiahan modern & canggih.
Ada sekitar 43 kesalahan sains / ilmiah yang ditemukan dalam Quran,
tetapi untuk singkatnya hanya akan merujuk pada beberapa contoh saja.
1) Menurut Quran (Surah 20:85-87, 95-97) adalah seorang Samaria yang
membentuk patung Anak Lembu di gunung Horeb, padahal istilah
Samaria TIDAK diciptakan sampai beberapa ratus tahun kemudian,
pada tahun 722 SM (Pfander 1835:284). (di Quran tertulis Samiri –
sebenarnya ini adalah pelafalan Arab dari kata Samaria).

Kata Samari menunjuk pada kebencian kaum Yahudi kepada Kaum


Samaria yang mencampurkan ritual Yudaisme dengan ritual pemujaan
berhala. Dan kebencian itu disamarkan dalam kisah Musa. Seakan-akan
dari dahulu ritual orang Samaria itu memang sudah jadi bibit kekufuran
dalam agama Yahudi. Namun tentu saja itu hanya suatu kekeliruan.

Sebab TIDAK pernah ada catatan tentang Samari atau Samaria dalam
kisah Alkitab Perjanjian Lama. Jadi sekali lagi ini membuktikan
bagaimana Quran mengambil sumber-sumbernya dari kisah-kisah
fable / DONGENG FIKSI Yahudi dan Kristen yang sama sekali TIDAK
masuk hitungan dalam kanonisasi kitab karena otentisitasnya yang tidak
bisa dipertanggung-jawabkan.

2) ISA adalah nama yang SALAH yang diterapkan kepada Yesus.

Nama Arab yang benar untuk Yesus harusnya ‘Yesuwa’.

3) Hal menarik lain adalah pernyataan yang aneh & lucu menggelikan,
dalam Surat 16:15; 21:31 31:10, 78:6-7, 88:19 yang mengklaim bahwa
gunung-gunung digunakan sebagai pasak tenda untuk menjaga bumi dari
guncangan.
Kita sekarang tahu dari studi geologi bahwa gunung adalah hasil dari
aktivitas gunung berapi atau aktivitas tektonik – atau tabrakan dua lempeng
bumi (Campbell 1989:170-173). Ironisnya, kedua penyebab di atas,
membuktikan bahwa keberadaan gunung adalah bukti ketidakstabilan
dalam kerak bumi dan bukan sebaliknya.

4) Dalam Surah 7:124, Firaun menegur para ahli-ahli sihirnya dengan


mengancam akan menyalibkan mereka di kayu salib. Dalam Surah 12:41,
tukang roti dalam kisah Yusuf diberitahu bahwa dia akan disalibkan.
Namun sejarah membuktikan bahwa hukuman penyaliban TIDAK
muncul pada jaman itu (jangan dibingungkan dengan palang Ankh Mesir
yang merupakan objek untuk ritual kesuburan dan kehidupan, dan bukan
instrumen kematian).

Penyaliban pertama kali dipraktekkan oleh Fenisia dan penduduk


Carthaginians dan kemudian dipinjam secara luas oleh Roma sekitar
jaman Yesus, 1700 tahun SETELAH jaman Firaun !

5) Masih ada kesalahan ilmiah lain dalam Quran yang bisa diamati, seperti
anggapan di Surat 41:9-11 bahwa langit diciptakan dari asap (kata Arab
yang digunakan adalah Dukhan).
Bandingankan dengan penggambaran Alkitab tentang penciptaan
langit dari air (Kitab Kejadian 1:1 - 2). Neuman dan Eckelmann, dua
fisikawan terkemuka mempertahankan bahwa asap, yang terdiri dari
partikel-partikel organik TIDAK bisa eksis dalam keadaan primordial,
sementara air (kata Ibrani yang digunakan adalah mayim)
kemungkinan besar hadir sebagaimana penelitian baru tentang evolusi
nebula, menunjukkan kepada kita kebutuhan akan hadirnya hidrogen
dan oksigen (atau H2O) dalam keadaan primordial (Neuman /
Eckelmann 1977:71-72 dan Campbell 1989:22-25).

Terbukti bahwa ALKITAB, dan BUKAN Quran, yang lebih


benar karena sesuai dengan temuan ilmiah modern.
6) Meteor, dan bahkan bintang-bintang, menurut Quran dikatakan sebagai
rudal yang ditembakkan pada syetan dan jin yang berusaha untuk
mendengarkan pembacaan Quran di syurga dan kemudian mereka
sampaikan pada manusia (Surah 15:16-18; 37:6-10; 55:33-35; 67:5; 72:6-
9 & 86:2-3).

Bagaimana kita memahami Surat ini ?


• Apakah kita percaya bahwa Awloh swt melemparkan meteor, materi
yang terdiri dari karbon dioksida atau besi-nikel, pada syetan / jin yang
non material, yang curi-curi dengar di dewan syurgawi ? Terdengar
seperti dongeng untuk anak2 sebelum tidur.

• Dan bagaimana kita menjelaskan fakta bahwa banyak meteor dalam


badai meteor dengan jalur yang paralel ? Apakah kita berasumsi bahwa
si syetan-jin ini diberdirikan berbaris di tengah-tengah jalur paralel itu
agar tertabrak sebagai hukuman dari Awloh swt ? (Campbell 1989:175-
177)?
7) Yang menjadi tema favorit lainnya bagi Muslim modern untuk dipikirkan
kebenarannya adalah tahapan dalam pembentukan janin (Surat
2:259; 22:5, 23:12-14, 40:67, 75:37-39, 96:1-2). Menurut Surat ini, janin
melewati empat tahap, dimulai dengan sperma yang menjadi Alaqa.

Penjabaran Quran inipun adalah lagi2 hasil JIPLAKAN dari ilmuwan


Yunani kuno pada sekitar 460 SM yaitu Hippocrates, Aristoteles, Galen dll
yang ternyata masih SALAH secara ilmiah. Ingat, Quran baru mulai
dikarang-karang pada abad ke- 9/10 M.

Meskipun tidak ada yang tahu apa arti kata ini sebenarnya, banyak orang
menduga bahwa itu adalah sesuatu yang menempel pada sesuatu, atau
menggumpal, atau suatu gumpalan darah, sebuah benjolan embrio, dan
bahkan segumpal daging dll ‘Alaqa’ kemudian menjadi tulang yang
akhirnya ditutupi oleh daging (Rahman 1979:13).
➢ Ada sejumlah kesalahan dengan isi Surat ini. Namun yang paling
penting, sains modern sampai saat ini membuktikan bahwa TIDAK
ada tahap pembekuan/penggumpalan selama
pembentukan janin (Campbell 1989:185).
➢ Selanjutnya, sperma tidak akan menjadi "segumpal darah" atau sel telur
yang dibuahi tanpa sel telur, tidak akan dibuahi. Keduanya saling
membutuhkan. Kedua, "hal yang melekat" tidak berhenti berpegangan
untuk menjadi "segumpal daging“ tetapi tetap menempel selama
8,5 bulan !
➢ Dan akhirnya tulang/kerangka TIDAK dibentuk sebelum
daging (atau otot), sebab otot dan calon tulang rawan dari tulang mulai
membentuk secara simultan (Campbell 1989:188).

➢ Bahkan, menurut Dr T.W.Sadler PhD, penulis Embriologi Kedokteran


Langman, lewat sebuah surat pribadi kepada Dr Campbell pada tahun
1987, telah membuktikan bahwa otot-otot terbentuk beberapa
minggu SEBELUM ada pembentukan tulang, BUKAN setelah
terbentuknya tulang seperti yang yang tertulis dalam Quran. (Campbell
1989:188).

Sungguh sangat ironis, tragis & memalukan, karena sampai saat


ini, kita masih sering mendengar ayat-ayat diatas dikutip sebagai bukti oleh
para apologet muslim yang membanggakan keilmiahan Quran, padahal
sebenarnya, sekali kebenaran diketahui, maka barulah Muslim sadar
bahwa “SAINS-lah yang SUDAH membuktikan SEMUA
kesalahan ilmiah dalam Quran.”

C.4.a. Solusi Yang Memungkinkan (usaha “penyelamatan")


Islam mengatakan bahwa wahyu Quran diterima oleh Muhammad dan
dikompilasi ke dalam bentuk tertulis terakhir oleh Zaid ibn Thabit antara tahun
646-650 M, di bawah naungan khalifah ketiga, Usman (Glasse 1991:230).

Sejarawan mengambil dua posisi dalam menanggapi pernyataan Tradisi


Muslim ini :
1. Posisi pertama, yang didukung oleh John Burton, agak2 setuju dengan
Tradisi Islam yang menyatakan bahwa Quran disusun selama Muhammad
hidup atau segera setelah Muhammad mati. Burton dalam pembelaannya
menggunakan teks-teks Quran ke zaman sekitar kehidupan Muhammad. Di
kalangan sejarawan Barat, TIDAK ada yang setuju dengan pendapat
Burton. Banyak cendekiawan Barat menemukan teori Burton tidak
logis karena hanya ada amat sangat sedikit teks tertulis yang
menjadi dasar kesimpulan setiap kesimpulannya (Rippin 1985:154).
2. Posisi kedua langsung berhadapan dengan Tradisi Muslim, seperti yang
didukung oleh John Wansbrough, dari SOAS (University of London).
Dia menggunakan analisa historis, mirip yang telah diaplikasikan pada
Alkitab untuk sampai pada kesimpulan (Wansbrough 1977:9).

Wansbrough berpendapat bahwa Quran, seperti yang kita kenal dengan


segala permasalahannya literal dan struktural, BELUM hadir sampai
tahun 900-an Masehi (Wansbrough 1977:160-163). Quran bukan teks
yang diserahkan kepada dunia melalui satu orang yaitu Muhammad,
melainkan melibatkan karya berbagai penulis yang baru dimulai
dari sekitar abad ke-9 M (Wansbrough 1977:51).
Wansbrough memperluas klaim ini dengan mempertahankan bahwa
seluruh jenis bentuk dokumentasi Islam awal harus dipandang sebagai
"dongeng fiksi", yakni dongeng yang BUKAN catatan fakta sejarah,
yang terbuka untuk dipelajari para sejarawan, sebab kejadian “dongeng
fiksi” itu TIDAK pernah terjadi, namun sejarah “dongeng fiksi” yang memiliki
bentuk sastra dan konteks historisnya sendiri" (Thompson 1974:328).

Dengan kata lain, kisah-kisah ini ditulis sebagai hasil angan-angan (


halusinasi ) dalam pikiran beberapa pengarang Quran, bukan
penuturan fakta sejarah.
Dengan demikian, catatan sastra “dongeng fiksi” menunjukkan bahwa kisah-
kisah ini ditulis menurut interpretasi generasi terkemudian dan dikarang-
karang agar sesuai dengan etos yang berlaku pada jaman itu, MESKIPUN
mereka telah mencoba menampilkan diri sebagai kontemporer dengan
peristiwa yang mereka gambarkan dengan tambal sulam di sana sini, tetapi
tetap saja salah / tidak cocok / tidak klop / bolong2, karena sebenarnya
semuanya itu adalah milik periode SESUDAH peristiwa tersebut,

Hal ini membuktikan bahwa kisah-kisah dalam Quran itu ditulis


berdasarkan interpretasi / angan-angan / halusinasi dari generasi
terkemudian untuk memenuhi permasalahan waktu itu. “Sejarah” sebenarnya,
dalam kerangka “apa yang telah benar-benar terjadi saat itu”, telah secara
sadar dibenamkan dalam interpretasi terkemudian dan hampir, kalau tidak
sepenuh-penuhnya, tak terpisahkan dari interpretasi itu (Crone 1987:213-215;
Rippin 1985:156).
Pertanyaan tentang apakah masih ada "butiran tersisa kebenaran
sejarah" yang mendasari kisah-kisah Quran, adalah fokus perhatian kita
di sini. Bahkan jika kita mengakui bahwa masih ada "sisa-sisa"
kebenaran sejarah, menjadi hampir mustahil untuk mengidentifikasi
nya.

Wansbrough berpendapat bahwa Quran, Tafsir, dan Sirah, semuanya


adalah komponen “dongeng fiksi” versi Islam, yang ditulis untuk
merujuk pada peranan Awloh swt dalam mengarahkan urusan duniawi umat
manusia, khususnya selama masa hidup Muhammad (Rippin 1985: 154).

Pengarang2 Quran di abad ke-9/10 M mengira bahwa kita TIDAK akan


tahu, dan mungkin tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi,
mereka TIDAK menyangka bahwa : teknologi ilmiah, sejarawan,
theologian, arkeologi, ilmuwan dan internet, akan mampu
meneliti untuk membongkar “dongeng fiksi” tsb.

Yang bisa kita ketahui dari hasil penelitian tsb adalah, apa yang generasi-
generasi terkemudian percayai sebagai, benar2 “pernah terjadi”, seperti yang
telah tercatat dalam Quran “dongeng fiksi” tsb.

Wansbrough menyimpulkan bahwa tujuan “dongeng fiksi” versi Islam


adalah untuk menciptakan identitas keagamaan khusus untuk kaum
Arab saja, suatu kecenderungan yang bermula di abad ke-7M di Arabia.
Hal ini dilakukan dengan MENJIPLAK dan mengadaptasi ide & kisah
keagamaan Yahudi-Kristen yang telah mapan dengan tema-tema keagamaan
sejak abad ke-1M. Jadi, Islam dibuat karena ke“iri-hati”an
pada Yahudi-Kristen yang sudah mapan sejak abad ke-
1M.

Dan “kebencian” tsb dipelihara sampai hari ini, bahkan Awloh menyuruh
dalam Quran, untuk “memusuhi/membantai Yahudi & Kristen” sampai
kiamat. Sesuatu yang ganjil diluar nalar sehat, kalau Awloh menyuruh
umatnya yang satu untuk membantai yang lainnya, yang adalah sama2
ciptaanNya !

Quran berisi lusinan ayat yang mempromosikan kekejaman, sekurangnya ada


109 ayat yang memerintahkan Muslim untuk melancarkan perang terhadap
orang kafir atas nama Islam, dari lebih 200 ayat yang memerintahkan
kekerasan / kekejian. Orang Yahudi & Kristen MENOLAK
Muhammad sebagai “nabi” sehingga Muhammad mengobarkan
kebencian sampai kiamat pada Yahudi & Kristen.

▪ Dalam doa 5x sehari, Muslim mengutuki “Para Ahli Kitab” (yaitu orang
Yahudi dan orang Kristen). Surah Al Fatihah ayat 7 dikatakan dengan
jelas bahwa Awloh mengatakan pada mereka : “Jangan menjadikan kami
seperti orang yag sesat (Kristen) & orang yang terkutuk (Yahudi).”

Sura 9 adalah bab yang paling keji dalam Quran. Bab ini juga
merupakan salah satu dari bab-bab terakhir yang “diwahyukan”. Signifikansi
hal ini akan dijelaskan berikut. Pernyataan yang paling keji dalam bab ini
berbunyi sebagai berikut :

▪ “Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang


musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka.
Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka
bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah
kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Awloh Maha
Pengampun lagi maha Penyayang” (Quran 9:5).

Bahkan perangilah “Para Ahli Kitab”. Namun jelas berdasarkan Quran, orang
Muslim harus selalu menduduki tempat tertinggi dan orang Kristen serta orang
Yahudi harus diperangi jika mereka tidak mau mengakui kekuasaan Muslim
atas mereka.

Demikianlah Quran mengekspresikan ide ini :

▪ “Perangilah (dengan senjata) orang-orang yang tidak beriman kepada


Awloh dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak
mengharamkan apa yang diharamkan oleh Awloh dan Rasul-Nya dan tidak
beragama dengan agama yang benar (agama Awloh), (yaitu orang-orang
Kristen & Yahudi) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka
membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan
tunduk”. Sura 9:29
Ayat ini memerintahkan serangan keji terhadap orang Yahudi dan orang
Kristen hingga mereka menjadi Muslim atau ditundukkan dan merasa
tertunduk, setelah membayar pajak Jizyah (uang pemerasan agar tidak
dibunuh).

▪ “Perangilah mereka, niscaya Awloh akan menyiksa mereka dengan


(perantaraan) tangan-tanganmu dan Awloh akan menghinakan mereka dan
menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang
beriman” (Sura 9:14)

Omar Ibn al-Khatab mengatakan: “Muhammad berkata:


▪ “Aku akan mengusir orang Yahudi dan orang Kristen keluar dari jazirah ini
dan aku tidak akan meninggalkan seorangpun dari mereka disini kecuali
orang-orang beriman.’” (Sunan Abu Dawud, vol. 2, No. 28, dari Muhaddith)

▪ Sekali ia memanggil non-muslim (Yahudi & Kristen) itu Ahl Al-Dhimma,


tetapi diwaktu yang lain Muslim memanggil mereka “Ahli Kitab,” dan pada
kesempatan yang lainnya lagi Muslim menyebut mereka sebagai
monyet dan babi, bahkan, seburuk-buruknya binatang
(makhluk) yang paling buruk, (Surah 8:55).
▪ Orang-orang yang punya “penyakit dalam hati mereka” – termasuk orang
Yahudi dan Kristen (Qs Al Maidah 5:51-51 ; Qs 33 Al Ahzab 33:61-62

▪ “...tawan dan bunuhlah mereka dimana saja kamu menemuinya dan


janganlah kamu ambil seorangpun diantara mereka pelindung, dan jangan
(pula) menjadi penolong.” (Sura 4:89)

Ibn Ishaq dan al-Waqidi melaporkan bahwa pada pagi itu, Muhammad
berkata, setelah pembunuhan atas Kab Ibn al’Ashraf :
▪ “Bunuhlah orang Yahudi siapa saja yang dapat kau pegang dengan
tanganmu.” (El beddayah wa alnihaya – Ibn Katheer – vol. 4 – dalam bab
mengenai pembunuhan terhadap Ka’ab bin al’Ashraf)

Sekali lagi harus diingat bahwa ayat-ayat ini hanya segelintir dari jumlah
total perkataan Quran mengenai topik kekerasan & kekejaman dalam nama
Awloh.

Wansbrough mengacu pada bukti-bukti dalam Quran yang menunjuk pada


PENJIPLAKAN dari konteks Yahudi-Kristen : misalnya, garis kenabian
berakhir pada Nabi Terakhir dari Para Nabi, urutan kitab suci, gagasan
masyarakat yang hancur, dan narasi motif yang umum. (Rippin 1985:157).

semakin sulit &


Dengan hasil penelitian Wansbrough ini, akan menjadi
hampir mustahil untuk mempertahankan Quran sebagai
sumber sejarah yang akurat bagi Islam, atau sebagai sumber untuk Tradisi
Islam, terutama mengingat kenyataan bahwa Quran ditulis jauh SESUDAH
tanggal perkiraan awal ditulisnya berdasarkan Tradisi Muslim itu sendiri.
Sementara penanggalan Quran adalah batu sandungan besar bagi klaim
keasliannya, pada kenyataannya malahan itu bukan satu-satunya masalah.

Sebagai tanggapan, ada banyak ulama yang berpendapat bahwa kehadiran


sejumlah pria yang telah hafal Quran secara keseluruhan akan menjaga
kredibilitas Quran. Orang-orang ini dipanggil Hafiz. Mereka adalah para
penghafal Quran, yang darinya, para pengumpul naskah Quran terkemudian
bisa merujuk jika ada pertanyaan muncul (Glasse 1991:143,230).

Saat ini ada cukup banyak hafiz yang masih hidup di Timur Tengah dan Asia,
bahkan ada 1 yang kuliah di SOAS. Kita tahu apakah mereka telah hafal
Quran dengan benar, sebagaimana kita bisa merujuk pada teks yang ditulis
dan memastikan apakah mereka benar-benar mengikuti secara tepat atau
tidak.

Pertanyaannya adalah : kepada apa ? para pengumpul naskah Quran itu


merujuk dan memastikan kebenaran dari Hafiz pada jaman itu, jika
terdapat perbedaan pelafalan, kata dll, jika tidak ada standard teks yang
sudah tersusun ?

Kalaupun ada, seperti klaim Muslim, mana bukti dokumen-dokumennya ?


Pada dasarnya kita kembali ke masalah yang sama yang kita bahas di bagian
sebelumnya. Para penghafal Quran awal, konon katanya, memiliki catatan
yang mereka hafalkan, sebab kredibilitas Hafiz didapat dari derajat kemiripan
pengucapannya dengan catatan yang ia klaim miliki, bukan sebaliknya.
Nah sekarang, apakah catatan2 itu pernah ada ?

Jika mereka hanya menghafal apa yang mereka dengar dari semacam
tradisi lisan, maka pendarasan mereka menjadi lebih mencurigakan
karena tradisi lisan tsb, tradisi lisan terutama tentang agama, secara
alami rentan terhadap pelebih-lebihan (dilebih-lebihkan), pengarang-
ngarangan (dikarang-karang), pembubuhan, dan akibatnya informasinya
menyimpang jauh.

Lalu apa yang harus dilakukan dengan masalah2 internal yang


ditemukan di dalam Quran ?

• Bagaimana Muslim harus menjelaskan masalah struktural dan sastra, serta


kisah-kisah JIPLAKAN dan kesalahan / kejanggalan ilmiahnya yang
dimasukan ke dalam halaman-halaman Quran ?

• Kesulitan-kesulitan ini menjauhkan kita dari klaim penulisan Quran yang


dianggap ilahi, dan mengarahkan kita pada skenario yang paling
memungkinkan, bahwa Quran tidak lebih dari kumpulan sumber2
berbeda yang DIJIPLAK dari : potongan-potongan sastra
kuno, dongeng, cerita legenda rakyat, atau tradisi lisan yang
beredar pada jaman itu, dari Kitab2 agama Yahudi, Kristen
(Alkitab : Perjanjian Lama & Perjanjian Baru yang SUDAH
dibakukan / dikanonisasi lebih 1000 tahun sebelumnya) dan
agar terbaca seperti sebuah fakta sejarah, maka sengaja
dicangkokkan oleh para pengarang Quran yang TIDAK
pernah menyangka bahwa suatu saat di abad2 yad, modus
kelicikan & kebohongan mereka akan tercium dan diketahui
& dapat dibuktikan dengan telak, karena teknologi modern,
keahlian ilmuwan, theologian, sejarawan, sains & arkeologi.

Karena penanggalan Quran yang meragukan, fakta bahwa TIDAK ada


dokumentasi substansial yang hadir sebelum 750 M, dan sumber-sumber
berbeda yang darinya kisah-kisah Quran berasal, serta aplikasi tertentu bagi
kaum Arab, penting bagi kita untuk TIDAK menggunakan Quran,
sebagai sumber dalam memastikan keaslian Quran itu sendiri.
Pada dasarnya kita disuguhi dengan amat sangat sedikit materi tentang
informasi Islam awal, yang darinya kita dapat menggambarkan otoritas
apapun untuk Quran, atau asal-usul Islam.

Di mana kemudian kita bisa menemukan sendiri bukti yang BENAR tentang
asal-usul Islam, karena baik Tradisi Muslim dan Quran sangat
mencurigakan.

D. Kritik Eksternal Terhadap Quran


Untungnya kita TIDAK sepenuhnya bergantung pada sumber-sumber Muslim
yang muncul sangat terlambat atau pada Quran itu sendiri, untuk mengetahui
asal-usul Quran dan Islam.

Ada orang lain diluar Islam yang hidup pada jaman itu, yang tinggal dekat
dengan kejadian dan telah meninggalkan bahan-bahan yang dapat kita
gunakan. Bukti-bukti dari non-Muslim ditemukan dalam serangkaian naskah
literatur dalam bahasa Yunani, Syria, Armenia, Ibrani, Aram, dan Koptik dari
masa penaklukan abad ke-7M dan seterusnya (Crone 1980:15).
Kita juga memiliki sejumlah besar tulisan Arab SEBELUM tanggal tradisi
Muslim (Nevo 1994:109). Namun, semua naskah ini ternyata banyak yang
bertentangan / kontradiksi dengan apa yang tradisi islam dan Quran katakan.
Dan inilah bahan yang telah terbukti PALING membantu dalam menilai
apakah Quran adalah Firman yang benar dan yang terakhir dari Awloh swt ?
Adalah naskah-naskah ini yang umat Islam perlu perhatikan di masa depan,
dan harus mereka jawab.

Mari kita melihat apa yang dikatakan oleh dokumen-dokumen ini :

D.1. Hijrah
Sebuah papirus tertanggal 643 Masehi telah ditemukan yang berbicara
mengenai tahun ”dua puluh dua” yang menyatakan bahwa sesuatu terjadi
pada tahun 622 M diantara orang Arab, yang bertepatan dengan tahun dari
hijrah. (Cook 1983:74).
Apa yang sebenarnya terjadi, kita TIDAK yakin benar, sebab papirus ini
TIDAK memberitahu kita. Mungkinkah ini tanggal Muhammad pindah dari
Mekah ke Madinah, dan tidak lebih dari itu, atau apakah tahun pada saat
penaklukan Arab dimulai ?

Sementara tradisi Islam menyebutkan Hijrah dari Mekah ke Madinah, tapi


mereka TIDAK dapat memberikan sumber awal, yaitu sumber pada abad ke-
7M yang akan menguatkan historisitas hijrah ini (Crone-Cook 1977:160).

Naskah awal yang kita miliki adalah sebuah biografi Arab dari “seseorang”
yang dibuktikan dalam papirus periode akhir Umayyah, yang berkisar tahun
750 M, 100 tahun lebih kemudian (Grohmann 1963:71).

Benda2 Arab yang kami miliki (koin, papirus, tulisan) semua menghilangkan
nama periode (batu nisan yang bertanggal tahun 29 H tersebut, yang banyak
dikutip oleh Muslim, dikenal hanya dari sumber sastra yang datang
belakangan.

Naskah-naskah Yunani dan Syria menyebut era tersebut tentang orang Arab,
tetapi dua dokumen gerejawi Kristen Nestorian (salah satu aliran bidah Kristen
di Arab) dari 676 M dan 680 M yang memberi kita titik awal sebagai emigrasi
orang2 Ismail, BUKAN dari satu tempat ke tempat lain di Arab
(yaitu emigrasi / hijrah dari Mekkah ke Medinah), tapi dari Arab
ke Tanah Perjanjian. (Crone-Cook 1977:9, 160-161).
Dan apakah tanah yang dijanjikan ini ? Sebuah tradisi Islam yang disusun
oleh Abu Dawud memberi kita petunjuk. Ia mengatakan, "akan ada hijrah
setelah hijrah, 'tapi sebaik-baiknya manusia adalah yang mengikuti hijrah
Ibraham" (Abu Dawud 1348:388).

Sementara beberapa Muslim mempertahankan bahwa ini harus dipahami


secara teologis yaitu menyiratkan gerakan Ibrahim dari penyembahan berhala
ke tauhid.

Tetapi jauh lebih tepat mempertahankan pemahaman Alkitab


Yahudi yaitu Eksodus (emigrasi / hijrah) Abraham dari Ur-
Kasdim ke tanah Kanaan, melalui Haran. (Kejadian 11:31).
Jadi tampaknya lebih mungkin bahwa tanah yang dijanjikan untuk kaum Arab
beremigrasi, tidak lain dari garis pantai Syro-Palestina : dari Sidon ke Gaza
dan pedalaman, ke kota-kota Laut Mati Sodom dan Gomora. (Kitchen
1993:164).
Ilmuwan Patricia Crone, dalam artikel terbarunya berjudul 'Satu Abad
Pertama Setelah Hijrah', menemukan dukungan yang menarik untuk Hijrah
keluar Arab. Dalam artikel dia mendaftarkan 57 bukti penguat yang berasal
dari dalam dan luar tradisi Muslim, yang menunjuk pada Hijrah, atau eksodus,
BUKAN dari Mekah ke Madinah, tetapi dari Arab ke utara, atau kota-
kota sekitar garnisun (Crone 1994:355-363). Ini memang menarik, karena
banyak dari apa yang akan kita pelajari di sini akan paralel dan menguatkan
temuan-temuan ini juga.

Informasi mengenai Hijrah ini memberi kita bukti potensial pertama yang
menunjukkan bahwa banyak data yang ditemukan dalam Quran dan
tradisi Islam ternyata TIDAK sesuai dengan apa yang sumber-sumber
EKSTERNAL katakan, dan bahwa mungkin ada agenda lain yang bekerja
di sini. Karena itu marilah kita lanjutkan untuk menemukan apa agenda itu.

D.2. Kiblat
Menurut Quran, segera setelah Hijrah, arah doa atau kiblat ditetapkan
menghadap Mekkah. Penanggalannya kira-kira tahun 624 M (lihat Surah
2:144, 149-150). Namun, bukti paling awal dari luar tradisi Muslim yang
berkaitan dengan arah kiblat, yang berimplikasi dengan lokasi tempat suci
mereka, mengacu pada tempat yang jauh lebih ke utara dari Mekkah,
bahkan di suatu tempat di barat-laut Arabia (Crone-Cook 1977: 23).
Berikut beberapa link fakta tentang Kiblat :

➢ Dan Gibson : Qibla Story

https://www.youtube.com/watch?v=shlQIAnMEdA

➢ Q&A 3 11 Is the Ka'ba a Shiva Temple?

https://www.youtube.com/watch?v=e0-0Vdnxlqo
➢ Navigation and the Qibla Discussion (Complete Video)
https://www.youtube.com/watch?v=j-S1Yqkvmfo

➢ Q&A Abraha
https://www.youtube.com/watch?v=QAElTI09eZU

➢ Kota Suci - YouTube


https://www.youtube.com/watch?v=fYo_M1jU50U&list=PLCy1hElG
B7JEXIHTB_sb69WPqAUXuRBgF&index=7
Pertimbangkan bukti arkeologi yang telah dan masih terus terungkap
dari masjid-masjid pertama yang dibangun pada abad ke-7M :

• Menurut penelitian arkeologi yang dilakukan oleh Creswell dan Fehervari


pada masjid-masjid kuno di Timur Tengah, rencana mesjid dua lantai dari
masjid Umayyah di Irak, yang dibangun oleh gubernur Hajjaj di Wasit
(dicatat oleh Creswell sebagai, "masjid tertua Islam yang diwariskan"
(Creswell 1989:41),

• Dan yang lainnya yang sejaman dengannya dekat Baghdad, memiliki kiblat
yang TIDAK menghadap Mekah, tetapi berorientasi terlalu jauh di utara
(Creswell 1969:137 ff & 1989:40; Fehervari 1961:89; Crone-Cook
1977:23,173).

• Masjid Wasit melenceng sekitar 33 derajat dan Mesjid Baghdad melenceng


sekitar 30 derajat (Creswell 1969:137 ff; Fehervari 1961:89).

• Temuan ini selaras dengan dengan kesaksian Baladhuri's (yang disebut


Futuh) bahwa Kiblat masjid pertama di Kufa, Irak, yang seyogyanya
dibangun pada 670 M (Creswell 1989:41), juga terletak di sebelah barat,
yang seharusnya langsung menunjuk ke selatan (ke Mekkah)

(al -Baladhuri 's Futuh, ed oleh de Goeje 1866:276;. Crone 1980:12;


Cook Crone-1977:23,173).
• Proyek rencana-asli dari masjid Amr bin al As, yang terletak di Fustat, kota
garnisun di luar Kairo, Mesir menunjukkan bahwa lagi2 kiblat menunjuk
terlalu jauh ke utara dan harus diperbaiki kemudian di bawah gubernur
Qurra bin Sharik (Creswell 1969:37, 150).

Menariknya ini selaras dengan tradisi Islam pada periode sesudahnya, yang
disusun oleh Ahmad bin al-Maqrizi yang berdoa sedikit menghadap ke
tenggara, dan BUKAN ke arah selatan. (1326:6 al-Maqrizi; Crone-Cook
1977:24,173).
Jika anda mengambil peta, anda akan menemukan kemana titik yang masjid-
masjid ini tunjuk asalnya. Keempat contoh yang ditunjukan di atas
mengarahkan posisi kiblatnya TIDAK menuju Mekkah, tapi lebih jauh ke
utara, sebenarnya lebih dekat ke sekitar Yerusalem.

Jika, sebagian umat Islam sekarang mengatakan, seseorang tidak harus


mengambil temuan ini terlalu serius, sebab banyak masjid bahkan sampai
saat ini arah kiblat yang masih salah arah, maka kita harus bertanya-tanya,
mengapa, jika kaum muslim saat itu begitu mampu memastikan arah,
mengapa mereka semua menunjuk ke sebuah lokasi tunggal, untuk suatu
tempat di Arabia utara, atau mungkin Yerusalem ?
Kami menemukan bukti yg menguatkan lebih lanjut untuk arah kiblat ini dari
seorang penulis Kristen dan pelancong Yakub dari Edessa, yang menulis
hingga akhir 705 M. Dialah saksi mata kontemporer di Mesir. Dia mengatakan
bahwa kaum Mahgraye'i Mesir berdoa menghadap ke timur ke arah Kabah
(Crone-Cook 1977:24).
Surat asli Yakub dari Edessa dapat ditemukan di British Museum memang
mengungkapkan sesuatu. Ketika menulis di Syria, ia mengacu pada
Mahgraye, dan berkata, "Jadi dari semua ini adalah jelas bahwa arah kiblat
TIDAK ke selatan, bahwa orang Yahudi dan Mahgraye di daerah Suriah sini
berdoa, tetapi ke arah Yerusalem & Mahgraye ke arah Kabah, tempat patron
ras mereka" (Wright 1870:604).

Penyebutan dari Kabah TIDAK selalu merujuk ke Mekah (sebagaimana kaum


Muslim langsung mengacu ke kabaah di Mekkah), karena ada banyak
Kabah-kabah lain yang ada pada jaman itu, biasanya di pasar-
kota (Crone-Cook 1977 : 25.175).

Creswell, dalam catatan buku tentang 'Arsitektur Muslim awal' (halaman 17)
merujuk pada artikel Finster's, 'Kunst des Orients', yang menyatakan bahwa
Finster menuliskan:
"... Menarik perhatian adanya bangunan berbentuk kubus lainnya di Arab yang
disebutkan dalam sastra Arab awal, dan menyarankan bahwa Kabah bisa
menjadi bagian dari tradisi bangunan Arab" (Creswell 1969:17; Finster
1973:88-98).

Adalah menguntungkan untuk membangun Kabah di pasar kota ini sehingga


orang yang datang ke pasar juga bisa melakukan ziarah atau penyesalan
kepada dewa yang ada di dalamnya.

Kabah yang dirujuk oleh Yakub dari Edessa terletak di "tempat bapak bangsa-
bangsa", yang dia juga mempertahankan TIDAK di selatan. Baik Yahudi dan
Arab (Mahgraye) mempertahankan sebagai keturunan bersama dari
Abraham.

Oleh karena itu, menurut Yakub dari Edessa, hingga akhir 705 M, arah doa
menuju Mekah BELUM ditentukan.

Pada tahun 1994 Dr.Crone dalam artikelnya "Seabad Tentang Konsep Hijrah',
menambah satu lagi temuan yang bisa menyiratkan Yerusalem sebagai kiblat
awal. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Patricia Carlier, di istana musim
panas Khalifah Umayyah mencatat bahwa masjid di istana ini menunjuk
Yerusalem sebagai arah kiblat juga. (Carlier 1989:118 f, 134)

Menurut Dr. Hawting, yang mengajar Sumber-sumber Islam di SOAS,


London, TIDAK ADA masjid yang telah ditemukan dari periode ini (abad
ke-7M ) yang menghadap ke arah Mekkah (mencatat dari kelas kuliahnya
pada tahun 1995). Namun Hawting memperingatkan bahwa tidak
mengarahkan kiblat ke Mekkah, melainkan ke Yerusalem.

Beberapa masjid Yordania menghadap ke utara, sementara ada masjid Afrika


Utara mengarahkan kiblatnya ke Selatan, yang menyiratkan bahwa ada
beberapa KEBINGUNGAN ke mana tempat itu berada.

Namun, dalam Quran ditulis bahwa arah kiblat itu telah ditetapkan ke
Mekah pada tahun 624 M, dan tetap arahnya sampai sekarang ! Berarti
ada ketidak-jujuran sejarah dari pencatatan Quran ini, sebab sampai
hampir 100 tahun, arah kiblat kebanyakan mesjid mengarah ke
Yerusalem.

Jadi, menurut Crone, Cook, Carlier dan Hawting, kombinasi bukti arkeologi
dari Irak bersama dengan bukti sastra dari Suriah dan Mesir secara bulat
mengacu kepada tempat suci yang bukan di Selatan, melainkan di Barat Laut
Arabia (bahkan jauh ke utara) setidaknya sampai akhir abad ke-7M. (Crone-
Cook 1977:24).

Apa yang terjadi di sini ?


• Mengapa Kiblat dari masjid-masjid awal TIDAK menghadap ke Mekah ?

• Mengapa ada perbedaan antara Quran dan temuan arkeologi serta


dokumen-dokumen yang terungkap hingga akhir tahun 705 M ?

• Beberapa Muslim masih berkilah, bahwa mungkin kaum Muslim awal tidak
mengetahui arah Mekah. Namun ingatlah bahwa mereka adalah
pengembara / nomaden padang gurun yang alamnya ganas !
Penghidupan mereka tergantung pada perjalanan padang pasir, yang
hanya memiliki sedikit tonggak petunjuk, dan, karena badai pasir, tidak ada
jalan. Di atas segalanya mereka tahu bagaimana mengikuti bintang-
bintang. Kehidupan mereka tergantung pada hal itu. Tentu saja mereka
tahu perbedaan antara utara dan selatan !!!.

• Selain itu, masjid di Irak dan Mesir dibangun di daerah perkotaan yang
beradab, antara orang-orang modern saat itu yang juga mahir dalam
menemukan arah. Sangat tidak mungkin jika mereka salah
menghitung kiblat dengan selisih derajat begitu amat sangat melenceng..

• Bagaimana pula mereka melakukan sholat yang konon katanya


diwajibkan pada saat Muhammad masih hidup juga ?

• Mengapa arah kiblat ritual Haji, juga mengacu ke tempat yang begitu jauh
dari Mekah ?

• Dan mengapa begitu banyak masjid menghadap ke arah utara Arabia,


yang mungkin adalah Yerusalem ?

Jawabannya mungkin ada di tempat lain & ada kemungkinan DUA alasan
untuk perbedaan ini :
1. Bahwa masih ada hubungan baik antara kaum Arab (yang disebut
Hagarin, Saracen atau Mahgraye) dengan kaum Yahudi, dan untuk itu
TIDAK diperlukan mengganti kiblat (yang bahkan Quran sendiri akui
tadinya menghadap Yerusalem ( Surah 2); dan
2. bahwa Mekah TIDAK dikenal / BELUM ADA !!!
D.3. Kaum Yahudi
Quran menulis bahwa Muhammad memutuskan hubungannya dengan orang
Yahudi pada tahun 624 M (atau segera setelah Hijrah pada tahun 622 M), dan
kemudian memindahkan kiblat pada waktu itu (QS 2:144, 149-150).

Namun sumber-sumber non-Muslim awal menggambarkan hubungan


yang baik antara Muslim dan Yahudi pada saat penaklukan pertama (akhir
tahun 620an M ) dan bahkan di tahun2 kemudian.

Doktrina Iacobi
Kita ambil contoh kesaksian awal Muhammad dan gerakannya yang tersedia
bagi kita di luar tradisi Islam, yakni sebuah traktat anti-Yahudi berbahasa
Yunani disebut Iacobi Doctrina yang ditulis di Palestina antara 634 M dan
640 M (Brock 1982:9; Crone-Cook 1977:3).

Traktat itu memperingatkan tentang orang Yahudi yang bercampur dengan


Saracen, dan betapa bahayanya jatuh ke tangan orang-orang Yahudi dan
Saracen (Bonwetsch 1910:88; Cook 1983:75).

Pada kenyataannya, hubungan ini tampaknya menafaskan hak penundukan


Yerusalem oleh kaum Yahudi dan Arab, karena sumber Armenia awal
menyebutkan bahwa gubernur Yerusalem pasca penaklukan adalah seorang
Yahudi (Patkanean 1879:111; Sebeos 1904:103).

Yang penting di sini adalah kemungkinan bahwa orang-orang Yahudi dan


Arab (Saracen) tampaknya bersekutu selama masa penaklukan Palestina
dan bahkan untuk waktu yang singkat setelahnya. (Crone-Cook 1977:6).

Dalam Doctrina Iacobi, keintiman aliansi Yahudi - Arab ini kembali dibuktikan
dengan indikasi adanya permusuhan terhadap kekristenan di
beberapa bagian wilayah penaklukan.

Menurut Bonwetsch, naskah ini menyebutkan seorang Yahudi Kristen


yang protes bahwa ia TIDAK akan menyangkal Kristus sebagai anak
Allah, bahkan jika orang-orang Yahudi dan Saracen menangkapnya dan
memotong dia untuk dipotong. (Bonwetsch 1910:88).

Hal ini jelas bahwa orang-orang Arab dan Yahudi berada di aliansi secara
rukun dalam penaklukannya.
Hal ini ditegaskan oleh kompilator besar Sirah Muhammad, yaitu Muhammad
ibn Ishaq, dalam dokumen yang dikenal sebagai Konstitusi Madinah. Dalam
dokumen ini orang-orang Yahudi ditampilkan sebagai satu elemen
pembentuk masyarakat (ummah) bersama dengan kaum beriman (islam),
meskipun mereka memeluk agama mereka sendiri2 dan tersebar di antara
sejumlah suku Arab (Gottingen 1859:342; Guillaume 1955:233; Crone-
Cook 1977:7 ).

Karena, menurut baik Crone dan Cook, dokumen ini salah satu unsur yang
paling kuno dari tradisi Islam, kesesuaian dengan catatan eksternal awal
asal-usul Islam ini sangat signifikan (Crone-Cook 1977:7).

Jika saksi-saksi dokumen ini benar, maka kita harus bertanya bagaimana bisa
kaum Yahudi dan Saracen (Arab) bersekutu sampai setidaknya 640 M,
tetapi menurut Quran, Muhammad memutuskan hubungan dengan orang-
orang Yahudi sejak 624 M, lebih awal 15 tahun dari fakta sejarah ?

Kitab Sejarah Armenia tahun 660 M


Untuk menjawab pertanyaan di atas kita perlu merujuk kepada catatan yang
berkaitan dengan karir awal Muhammad, yang tertulis dalam Dokumen
Sejarah Armenia yang ditulis oleh Uskup Sebeos sekitar tahun 660 M,
(Sebeos 1904:94-96; Crone-Cook 1977 : 6).

Penulis sejarah ini menjelaskan bagaimana Muhammad mendirikan sebuah


komunitas yang terdiri dari kaum Arab dan Yahudi, bahwa platform bersama
mereka adalah mengklaim sebagai sesama keturunan Abraham, Arab
mengklaim diri sebagai keturunan Ismail (meski sesuai bukti dari fakta
sejarah, hal ini TIDAK mungkin / janggal, aka dibahas pada topik yang
terpisah) dan Yahudi sebagai keturunan Abraham melalui Ishak (Sebeos
1904:94-96; Crone - Cook 1977:8; Cook 1983:75).

Ini bukan tanpa preseden sebab ide tentang hak kesulungan Ismail ke Tanah
Suci itu sebelumnya dibahas dan DITOLAK di kitab Genesis Rabbah (61:7),
di Talmud Babilonia dan dalam Kitab Yobel (Crone-Cook 1977:159).

Dengan demikian target Muhammad bukan hanya Arab, tetapi berorientasi


pada Palestina, dan secara istimewa, bersama dengan kaum Yahudi (Crone-
Cook 1977:8), menurut karya yang dilakukan oleh JB Chabot secara
independen dan dikuatkan dalam tradisi Sejarah Yakobit (Chabot 1910:405).
Yang menarik, menurut penelitian yang dilakukan oleh Crone dan Cook,
orientasi Palestina bertahan bahkan dalam tradisi Islam yang kemudian,
dimana Palestina disamarkan sebagai Suriah
(Crone-Cook 1977:158).

Kita hanya perlu mengacu pada tulisan Abu Dawud Sulayman bin al-Ash'ath
al-Sijistani, dan Ahmad bin Muhammad bin Hanbal untuk menemukan bahwa
Muhammad merekomendasikan Suriah sebagai lahan yang dipilih oleh Awloh
swt untuk memilih hamba-hamba-Nya (Abu Dawud ... 1348:388; Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal 1313:33 f; Munajid 1951:47-74).

Kesimpulan ini juga cocok dengan pernyataan yang disebutkan sebelumnya


oleh Crone tentang Hijrah Arab, atau eksodus, dari Arab ke utara,
BUKAN hanya antar kota di Arabia yaitu dari Mekah ke
Madinah.

Perpecahan antara Yahudi dan Arab, menurut penulis sejarah Armenia dari
660 M, datang segera setelah penaklukan Yerusalem dari 640 M (Sebeos
1904:98).

Sekali lagi kita menemukan sejumlah sumber dari non-muslim yang


bertentangan / berkontradiksi dengan isi Quran, yang
mempertahankan bahwa ada hubungan yang baik antara Arab dan Yahudi
untuk setidaknya lebih dari 15 tahun, melampaui apa yang Quran tuliskan.

Jika Palestina adalah fokus bagi kaum Arab, maka


keberadaan kota Mekah patut dipertanyakan !!!

D.4. Mekah
Muslim mempertahankan bahwa "Mekah adalah pusat Islam, dan pusat
sejarah." Menurut Quran, "Tempat suci pertama yang ditunjuk untuk umat
manusia adalah Bakkah (atau Mekah), tempat yang diberkati, menjadi
petunjuk bagi bangsa-bangsa" (QS 3:96). Dalam Surah 6:92 dan 42:5 kita
menemukan bahwa Mekah adalah "ibu dari semua permukiman".

• Menurut tradisi Muslim : Adam menempatkan batu hitam di Kabah asli


sana.
• Sedangkan menurut Qur'an (QS 2:125-127) : itu adalah Abraham dan
Ismail yang membangun kembali Kabah beberapa tahun sesudahnya. Hal
ini berimplikasi bahwa Mekah dianggap oleh umat Islam sebagai kota
pertama dan paling penting di dunia !

Tetapi bukti dokumenter fakta sejarah dan arkeologi : TIDAK


SATU PUN pernah mencatat bahwa Adam, Abraham & Ismail pernah
pergi ke atau tinggal di Mekah, masalah utama terletak dalam menemukan
setiap rujukan untuk kota bernama Mekkah sebelum kemunculan Islam.

Dari riset yang dilakukan baik oleh Crone maupun Cook, rujukan awal dan
satu-satunya kepada Mekkah adalah adanya sebuah kesimpulan kepada
sebuah kota yang bernama "Makoraba" oleh Ptolemeus seorang ahli bumi
Yunani-Mesir di pertengahan abad ke-2. Meskipun kita bahkan tidak yakin
apakah penyebutan tempat ini oleh Ptolemy mengacu pada Mekah atau
bukan, karena ia hanya menyebutkan namanya secara sepintas.

Kita menemukan jawabannya dari hasil penelitian Dr Crone berikut :

• Menurut Dr.Crone, tiga huruf akar bahasa Arab untuk Mekkah (MKK)
sama sekali TIDAK SESUAI dengan tiga akar huruf Arab untuk Makoraba
(KRB) (karena huruf 'ma-' yang mendahului 'koraba' menandakan 'tempat').

• Dengan demikian, sama sekali TIDAK ADA laporan tentang


Mekkah atau Kabbah di dokumen kuno otentik ! Itu berlaku
sampai akhir abad ke-7M (Cook-74; Crone-Cook 1977:22).

• Bahkan, mereka mempertahankan, "referensi paling awal ditemukan di


satu versi kitab Apokalips Psude-Metodius versi bahasa Suriah (Crone-
Cook 1977:22,171).

• Namun, walaupun kitab apokalips itu sendiri berasal dari akhir abad ke-7M,
tetapi referensi tentang Mekah hanya ditemukan di salinan abad
terkemudian, dan TIDAK TERCATAT dalam tradisi Eropa atau
tradisi Suriah belakangan, dan TIDAK pernah ada dalam
Codex Vatican, 'yang oleh etymologis dianggap sebagai teks paling
awal (rujukan diskusi pada pembahasan lihat catatan antara Nau dan
Kmosko pada catatan "7", hal. 171, dalam Crone & Cook, Hagarism:
1977.

Referensi selanjutnya tentang Mekah, menurut Crone dan Cook, muncul di


Continuatio Byzantia Arabika, yang merupakan sumber yang berasal dari
awal masa pemerintahan khalifah Hisyam,yang memerintah pada 724-743 M
(Crone-Cook 1977:22,171).
Oleh karena itu, bukti awal yang paling menguatkan yang kita miliki
tentang keberadaan kota Mekah benar-benar BARU ADA pada 100
tahun setelah tanggal yang dirujuk oleh Tradisi Islam dan
Quran :

• Mengapa ? Jika Tradisi Islam menyebut bahwa Mekah adalah kota yang
begitu penting, tentu saja seseorang, di suatu tempat, akan pernah merujuk
atau menyebut-nyebutkannya. Namun kita TIDAK menemukan apa-apa di
luar kesimpulan kecil oleh Ptolemy 500 tahun sebelumnya, dan laporan
awal pada abad ke-7M akhir dan ke-8M awal.

• Dan itu belum semua, sebab Muslim mengklaim bahwa Mekah itu bukan
saja kota kuno dan besar, tetapi juga pusat rute perdagangan untuk Saudi
pada abad ke-7M dan sebelumnya (Cook 1983:74; Crone 1987:3-6)
namun, menurut penelitian yang luas oleh sejarawan Bulliet tentang
sejarah perdagangan di Timur-Tengah kuno, klaim-klaim oleh umat Islam
ini jelas SALAH, karena Mekah sama sekali TIDAK terletak pada rute
perdagangan utama. Alasan untuk ini, ia berpendapat, bahwa, "Mekah ini
terletak di tepi semenanjung. Hanya kesimpulan oleh pembaca peta yang
sangat dipaksakan & TIDAK cocok dengan fakta geografis, jika Mekah
digambarkan sebagai persimpangan alami antara rute utara-selatan dan
barat-timur salah satu" (Bulliet 1975:105).

• Hal ini dikuatkan oleh penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh Groom
dan Muller, yang berpendapat bahwa Mekah benar-benar TIDAK mungkin
berada di jalur perdagangan, karena akan mengharuskan jalan memutar &
keluar dari rute yang seharusnya. Bahkan mereka akan MENJAUHI rute
perdagangan yang harus dilewati beberapa seratus mil jika bersikeras
melewati Mekah (Groom 1981:193; Muller 1978:723).

Patricia Crone, dalam buku karyanya berudul “Meccan Trade and the
Rise of Islam” menambahkan alasan praktis yang terlalu sering diabaikan
oleh para sejarawan sebelumnya. Dia menunjukkan bahwa, Mekah adalah
tempat gurun yang tandus, dan tempat-tempat tandus TIDAK AKAN
menyediakan penghentian alami, maksudnya seperti tempat-tempat teduh
bagi para pemilk karavan untuk beristirahat, dan paling tidak ketika bagi
mereka untuk menemukan lingkungan hijau pada jarak yang cukup dekat.
Mengapa para kafilah harus memutar mengarungi perjalanan curam lembah
tandus Mekah ketika mereka bisa berhenti di Thaif ? Mekah tentu saja
memiliki baik tempat maupun sumur, namun begitu pula Thaif, yang memiliki
persediaan makanan, juga "(Crone 1987:6-7; Crone-. Cook 1977:22).
Selanjutnya, Patricia Crone bertanya, "Komoditas apa yang tersedia di
Arabia yang dapat diangkut dengan jarak seperti itu, melalui lingkungan yang
tidak ramah, tandus, gurun dengan cuaca ektra panas dan masih bisa laku
dijual dengan keuntungan yang cukup besar, untuk mendukung pertumbuhan
sebuah kota di sebuah daerah yang dikelilingi keterbatasan sumber alam yang
begitu menyolok?" (Crone 1987:7).

Bukanlah dupa, rempah-rempah atau barang eksotis lainnya, yang sungguh


tak dapat diandalkan keakuratannya tulisannya, telah isyaratkan (lihat diskusi
Crone tentang masalah akurasi sejarah, terutama antara Lammens, Watts dan
Kister, dalam buku “Meccan Trade and the Rise of Islam” (Crone 1987:3).

Dalam studi nya di Meccan Trade, Dr Crone menunjukkan bahwa dari


limabelas (15) jenis rempah-rempah yang dikaitkan dengan Mekah :

• 6 jenis TIDAK ditemukan SEBELUM abad ke-6M,

• dua diimpor lewat laut ;

• dua secara eksklusif dari Afrika Timur, dua lagi kurang bisa dipercaya dan
TIDAK pernah diperdagangkan, satu bermasalah dalam identitas, dan dua
lagi TIDAK dapat diidentifikasi sama sekali (Crone 1987:51-83).

• Akibatnya, TIDAK SATU pun dari 15 macam rempah-rempah yang


dapat dikaitkan dengan Mekah. Jadi perdagangan apa yang terkenal yang
bisa dikaitkan dengan kota Mekah ? Beberapa Muslim masih mencoba
berkelit untuk mempertahankan klaim tsb dengan mengklaim mungkin itu
perbankan atau mungkin penggembalaan unta, namun bagaimana
mungkin dalam lingkungan gurun setandus itu dengan suku2 yang masih
sangat primitif, bodoh & barbar ? Quran saja mengklaim sebagai
masa jahiliyah !

• Menurut penelitian terbaru dan jauh lebih dapat diandalkan yang dilakukan
oleh Kister dan Sprenger, orang Arab terlibat dalam perdagangan dari
jenis yang sangat mendasar, yakni kulit dan pakaian; yang hampir TIDAK
mungkin mampu menjadi konglomerasi dalam dimensi internasional (Kister
1965:116; Sprenger 1869:94). Maksudnya, perdagangan dengan bahan
dasar seperti itu, TIDAK memungkinkan untuk memunculkan pergerakan
dengan tentara yang besar dan profesional seperti dalam kisah-kisah
penyerangan2 Muhammad.

• Ini berimplikasi bahwa pergerakan awal islam BUKANLAH


di Mekah.
Kesimpulannya, masalah nyata dengan Mekah adalah bahwa :

TIDAK ADA perdagangan internasional yang terjadi di Arabia,


apalagi di Mekah, dalam satu abad (100an tahun) SEBELUM
kelahiran Muhammad.
Tampaknya banyak data yang kita miliki tentang daerah ini, telah diambil dari
luar kawasan sebenarnya, karena penelitian yang kurang akurat dari sumber
asli yang dilakukan oleh Lammens yang adalah, "seorang ilmuwan yang tidak
bisa diandalkan," dan diulangi oleh orientalis besar seperti Watts, Shaban,
Rodinson, Hitti, Lewis dan Shahid (Crone 1987:3,6).

Lammens menggunakan sumber-sumber dari tahun2 pada abad ke-1M


seperti Periplus (tahun 50 M) dan Pliny (tahun 79 M) , yang seharusnya
menggunakan data dari abad ke-6M karangan sejarawan Yunani, Bizantium
dan Mesir yang lebih dekat dengan kejadian munculnya Islam (seperti
Cosmas, Procopius dan Theodoretus. Karena mereka tidak hanya
pedagang, wisatawan dan ahli geografi, tetapi juga ilmuwan & sejarawan,
mereka tahu area dan periode dan karena itu akan memberikan gambaran
yang lebih akurat. ( Crone 1987 :3,19-22, 44).
Seandainya Lammens merujuk pada sejarawan-sejarawan tersebut, maka ia
akan menemukan bahwa perdagangan Yunani antara India dan Mediterania
sepenuhnya lewat jalur maritim setelah abad ke-1 Masehi (Crone
1987:29).

Orang hanya perlu melihat peta untuk mengerti alasannya. Adalah TIDAK
MASUK AKAL untuk mengirimkan barang-barang melintasi jarak tersebut
lewat darat yang berupa gurun pasir tandus, padahal jalur air tersedia. Patricia
Crone menunjukkan bahwa di masa kaisar Diocletian (berkuasa di Roma pada
tahun 284M – 305 M), lebih murah untuk kapal gandum melewati laut
(maritim) sejauh 1.250 mil (=2012km) daripada mengangkutnya dengan jalan
darat di gurun tandus/ganas Arab sejauh 50 mil (=81km) (Crone 1987:7).

Jarak dari Najran, Yaman di selatan, ke Gaza di sebelah utara adalah sekitar
1.250 mil. Untuk apa kapal-kapal pedagang dari India melaut sampai ke Aden,
Yaman, lalu membongkarnya untuk diletakkan pada punggung unta yang
jalannya jauh lebih lambat dan lebih mahal demi melintasi padang gurun
pasir Arab yang tidak ramah/buas sampai ke Gaza…, padahal mereka bisa
membawanya terus di kapal dan mengikuti rute Laut Merah sampai pantai
barat Arabia ? TIDAK MASUK AKAL jika hal itu terjadi untuk sebuah
perdagangan yang mengutamakan efisiensi & keuntungan.
Seandainya Lammens lebih cermat dalam meneliti sumber-sumbernya
dengan benar, ia juga akan menemukan bahwa perdagangan Yunani-
Romawi SUDAH RUNTUH menjelang abad ke-3 Masehi, sehingga pada
saat Muhammad hidup, hanya ada rute darat, dan ada pasar Romawi dimana
barang-barang akan diangkut ke tempat tujuan (Crone 1987 : 29).

Kita akan juga membuktikan bahwa bentuk perdagangan yang tersisa ternyata
dikendalikan oleh orang Etiopia (Afrika) ( BUKAN Arab ), dan bahwa kota
ADULIS di pantai Ethiopia di Laut Merah (dan BUKAN Mekah)
adalah pusat perdagangan di daerah itu (Crone 1987:11, 41-42 ).

Bahkan yang lebih penting lagi, seandainya Lammens meluangkan waktu


lebih lama untuk mempelajari sumber-sumber Yunani awal, ia akan
menemukan bahwa orang-orang Yunani, kepada siapapun perdagangan itu
ditujukan, bahkan TIDAK PERNAH mendengar apapun tentang suatu tempat
bernama Mekah (Crone 1987:11,41-42).

Jika Mekah benar-benar begitu penting seperti yang diklaim Muslim dalam
Quran, tentu si penerima barang itu akan mencatat keberadaannya. Namun,
kita TIDAK menemukan catatan apapun. Crone dalam risetnya
menunjukkan bahwa dokumen-dokumen perdagangan Yunani merujuk pada
kota Thaif (yang dekat dengan Mekah sekarang), dan ke Yathrib (yang
kemudian disebut Madinah), serta Kaybar di utara, namun TIDAK
disebutkan apa-apa tentang Mekah (Crone 1987:11).

Bahkan dinasti Sassanid Persia (Iran), yang pernah menyerang Arab antara
tahun 309 M-570 Masehi, menyebutkan menara kota Yathrib (Madinah) dan
Tihama, tapi TIDAK meyebut apapun tentang Mekah (Crone 1987:46-
50).

Para ilmuwan orientalis yang telah memeriksa sumber-sumber yang Lammens


gunakan, mereka juga akan menyadari bahwa, sejak jalur darat itu TIDAK
digunakan lagi setelah abad ke-1 Masehi, tentu saja jalur itu juga
TIDAK digunakan setelahnya pada abad ke-5M atau ke-6M (Crone 1987:42).

Sangat banyak dari apa yang telah diklaim & ditulis oleh Muslim
mengenai Mekah dalam Tradisi Islam, harus DIREVISI total.
Akhirnya, masalah lokasi Mekah dalam sumber-sumber sekuler awal adalah
SALAH, bahkan ada beberapa kebingungan dalam tradisi Islam tentang di
mana tepatnya lokasi Mekah pada awalnya. (Crone & Cook Hagarism 1977 :
23.173).
Menurut riset yang dilakukan oleh J.van Ess, baik dalam perang sipil pertama
dan kedua, ada catatan tentang orang-orang yang bepergian dari Madinah ke
Irak melalui Mekah (van Ess 1971:16, lihat juga pada buku Muhammad bin
Ahmad al-Dhahabi 1369: 343). Namun Mekah terletak di sebelah tenggara
Madinah, dan Irak adalah utara-timur. Jadi Mekah tempat yang dianggap suci
bagi Islam, menurut tradisi-tradisi itu berada di sebelah utara Madinah,
yang merupakan arah yang berlawanan dari mana Mekah saat
ini !
Kita dibiarkan dalam kebingungan :

• Jika Mekah ternyata bukan pusat dagang besar, seperti klaim dalam tradisi-
tradisi Muslim yang ingin kita percayai,
• Jika Mekah TIDAK diketahui dan TIDAK ditulis oleh orang-orang yang
hidup pada jaman itu, dan
• Jika Mekah TIDAK bisa memenuhi syarat sebagai sebuah kota pada jaman
Muhammad, maka tentu Mekah TIDAK bisa menjadi pusat
dunia Islam pada waktu itu.

Kalau begitu kota mana yang jadi pusat dunia Islam ? Jawabannya adalah
tidak begitu sulit ditebak, seperti yang telah diisyaratkan sebelumnya.

Tampaknya Yerusalem lah … dan BUKAN Mekah, adalah


pusat dan tempat suci kaum Haggarin atau Maghrabi (nama awal
diberikan kepada orang-orang Arab) sampai sekitar 700 M.

Diskusi-diskusi di awal mengenai Hijrah, kiblat, dan Yahudi menunjukkan


bahwa itu adalah ke arah utara, mungkin Palestina, yang mana Hijrah
diarahkan, bahwa tempat di daerah barat-laut Arab ketika kaum Hagarin
berpaling untuk berdoa, dan bahwa itu adalah tujuan dimana mereka bersama
orang-orang Yahudi melakukan penaklukan (Crone-Cook 1977:9,160-161,23-
24,6-9).

Belum lagi kita tambahkan fakta lain yang dapat membantu kita pada
keyakinan ini :

D.5. Kubah Emas / Dome of The Rock (Qubbat al Sakhra)


Di tengah-tengah Yerusalem berdirilah bangunan yang dikenal sebagai
Kubah Emas (bahasa Inggris : Dome of The Rock) yang dibangun oleh Abd
al-Malik pada tahun 691 Masehi.
Bagaimanapun kita akan mengetahui bahwa : Kubah Emas ini
BUKAN-LAH sebuah mesjid, karena ia TIDAK memiliki
kiblat. Bangunan ini berbentuk octagonal atau bersegi delapan dengan
delapan pilar (Nevo 1994:113), dimaksudkan sebagai tempat untuk
melakukan waqaf / pradaksina (berjalan mengitari). Dengan demikian,
tampaknya bangunan ini dimaksudkan sebagai tempat perlindungan (Glasse
1991:102).

Saat ini dianggap sebagai situs suci ketiga dalam agama Islam setelah Mekah
dan Madinah. Muslim berpendapat bahwa itu dibangun untuk memperingati
malam ketika Muhammad pergi ke surga untuk berbicara dengan Musa dan
Awloh swt untuk tawar menawar jumlah shalat yang harus dilakukan oleh
Muslim dari 50x sehari menjadi 5x sehari, yang dikenal sebagai Miraj dalam
bahasa Arab (Glasse 1991:102). Pembuktian bahwa Miraj ternyata
hanyalah sebuah DONGENG JIPLAKAN akan dibahas di bawah ini.

Namun, menurut riset yang dilakukan pada inskripsi yang terpahat di sana
oleh Van Berchem dan Nevo, tanggal penulisan paling awal dari inskiripsi itu
TIDAK mengatakan apa-apa tentang Miraj, tetapi hanya berisi kutipan
yang menyoal polemik yang bernada pesan “quranik”, meskipun inskripsi itu
hanya ditujukan terutama pada orang Kristen.

Umat Islam akan segera menunjukkan Surah 17:01 dan 2:143-145, yang
berbicara tentang 'tempat yang tak dapat diganggu gugat' dan 'perubahan
kiblat', dapat ditemukan pada inskripsi drum kubah dan ambang pintu yang
menghadap ke selatan. Mereka akan melakukannya dengan baik untuk
membaca sejarah inskripsi tersebut. Namun apa yang sebenarnya terjadi
adalah bahwa baik inskripsi ini TIDAK asli, juga TIDAK berusia tua sesuai
abad yang diklaim terjadinya Miraj itu.

Keseluruhan kubah dibangun kembali oleh al Zaher Li-L'zaz pada tahun


1022 M akibat gempa bumi yang terjadi pada tahun 1016 Masehi (Duncan
1972:46).

Drum kubah itu dibangun kembali pada 1318 M (Creswell 1969:30), tetapi
inskrisinya (baik Surah 36 bagian bawah dan Surah 17 bagian atas) tidak
ditambahkan sampai 1876 Masehi oleh Abdul Hamid II (Duncan 1972:66).
Berikut hasil penelitian para sejarawan, arkeolog, theologian, ilmuwan dll
:
• Pintu-pintu kubah yang ada pada saat ini (dimana Surah 2:144 ditulis)
TIDAK didirikan sampai 1545 M (Creswell 1969:26).

• Di bagian selatan kubah dimana ditulis Surah 2:143-145, TIDAK


dibangun sampai 1817 M oleh Sultan Mahmud (Duncan
1972:64).

• Jadi, sekali kita membaca sejarah kubah, kita membuktikan bahwa


TIDAK satupun dari dua Surah ini ini ditulis ketika
kubah itu dibangun oleh Abdul Malik pada tahun 691
M.

• Inskripsi kubah paling awal, sejauh yang kita bisa buktikan, hanya
berbicara tentang status mesianik (ke-mesias-an) YESUS,
penerimaan para nabi, penerimaan wahyu, dan PERTAMA KALINYA
penggunaan istilah "islam" dan "muslim" dimunculkan. (Van
Berchem 1927: nos.215, 217; Nevo 1994:113).

• Harus dicatat, bagaimanapun, bahwa bahkan tanggal paling awal inipun


sangat meragukan dikarenakan adanya perbedaan desain pada pilar-
pilar penyangga yang TIDAK SINKRON/COCOK untuk periode abad
tsb, berdasarkan catatan seorang Persia bernama Nasir i Khusran
pada tahun 1047 M. (lihat Duncan 1972: 44-46).

• Jika tempat suci ini dibangun & ditujukan untuk mengenang peristiwa
sejarah penting dalam kehidupan Muhammad, yaitu Mi'raj, mengapa
TIDAK tertulis apapun pada inskripsi awal itu ? Tidak ditemukan apapun
dalam inskripsi itu, yang menyebutkan perjalanan malam ke surga, menaiki
kuda bersayap bernama Buraq.

• Juga TIDAK menyebutkan apapun tentang dialog Muhammad,


pertama-tama dengan Musa dan kemudian dengan Awloh swt, yaitu
tentang tawar menawar shalat dari 50x sehari menjadi 5x sehari, yang
konon ini adalah tujuan utama dari pendirian tempat suci itu !

• Dalam Quran versi manapun di dunia, hanya tertulis perintah shalat 3x


sehari, BUKAN 5x sehari, silakan cek di Youtube tentang ditemukannya
37 versi Quran berbahasa Arab yang berbeda-beda makna nya.
Bagaimana hal ini bisa dijelaskan ?

• Penjelasan yang mungkin adalah bahwa DONGENG tentang Mi'raj


SAMA SEKALI TIDAK PERNAH TERJADI saat itu, tetapi
dikarang-karang di kemudian hari selama periode Abbasiyah (setelah
750 AD).

• Hal ini, tidak sulit untuk memahami ketika seseorang menyadari


bahwa gagasan dari shalat 5 waktu perlu dirangkai saat itu juga.
Rujukan untuk shalat di Quran hanya ada di Surah 11:114, 17:78-79,
20:130, dan 30:17-18 (meskipun ada keraguan apakah mereka semua
berbicara tentang shalat doa, atau apakah mereka berbicara tentang pujian
[sabaha]).

• Apa yang kita temukan dalam rujukan ini adalah shalat wajib 3 kali. Ayat-
ayat ini tidak berbicara tentang 5 kali sehari, meskipun banyak komentator
muslim berusaha keras untuk menambahkan 2x shalat yang lain yang tidak
tertulis itu, entah shalat subuh atau isha, melalui pembelaan yang sangat
dipaksakan & tidak masuk nalar logika normal.

• Kisah DONGENG Isra Mir'aj menurut narasi Tradisi Muslim, konon terjadi
ketika Muhammad tinggal di Madinah (paling mungkin sekitar 624M).
Namun ketika kita merujuk pada Hadis yang dikumpulkan 250 – 300 tahun
kemudian pada tahun 900-1000M yang mana Quran mulai dikarang-
karang, kita mendapati bahwa tidak hanya JUMLAH shalat 5 waktu saja
yang diperdebatkan, tapi juga tentang bagaimana CARA shalat dilakukan.

• Jika Quran adalah benar2 firman Awloh swt, mengapa TIDAK


DIKETAHUI berapa kali muslim harus shalat dalam sehari ? Dan lebih
jauh lagi, jika Kubah Emas dibangun untuk memperingati kejadian yang
momentum tentang tawar-menawar jumlah shalat, mengapa Quran TIDAK
dibicarakan apa-apa sampai 250-300 tahun kemudian, yang mana
tahun 900-100M barulah Quran mulai dikarang-karang !

• Jelas terbukti bahwa bangunan itu awalnya didirikan BUKAN UNTUK


MEMPERINGATI Isra Mi'raj. Fakta bahwa bangunan itu berdiri lebih
awal, memberi petunjuk bahwa tempat ini adalah sanctuary dan pusat
Islam sampai setidaknya abad 7 M dan BUKAN MEKAH yang memang
belum ada / belum terbentuk sebuah kota bernama Mekah, sesuai hasil
penelitian sejarawan/ilmuwan Patricia Crone dkk.
• Jadi Mekah BELUM ADA selama kehidupan Muhammad,
seperti DONGENG yang diklaim Islam dalam narasi tradisi
Islam. (Van Bercham 1927:217)

• Dari apa yang kita baca sebelumnya tentang tujuan Muhammad untuk
memenuhi hak waris yang ia dan kaumnya, Hagarin, miliki untuk kembali
ke tanah Perjanjian, atau Palestina, adalah masuk akal jika Abdul Malik
mendirikan bangunan ini sebagai titik pusat dari tujuan itu. Dan tidak aneh
apabila Abdul Malik membangun kubah dimana ia
memproklamasikan misi untuk melawan keKristenan, lalu ia
menaruhnya di atas bangunan itu sendiri (Van Berchem 1927:217).

Menurut tradisi Islam, kalifah Sulaeman, yang berkuasa pada 715-717 M,


pergi ke Mekah untuk bertanya tentang ibadah haji. Ia tidak puas dengan
jawaban yang ia terima disana, dan memilih untuk mengikuti Abdul Malik,
yakni mengitari Kubah Emas (catatan: jangan tertukar dengan imam Malik bin
Anas yang baru berumur 3 tahun pada saat itu, sebab terlahir tahun 712 M).

Dari fakta ini saja, menurut Dr. Hawting dari SOAS, menunjukkan bahwa
masih terdapat kebingungan sampai awal abad ke-8 M tentang bangunan
kubah, yang mana yang harusnya jadi acuan ? Terbukti bahwa baru baru saat
ini saja, Mekah menjadi tempat sebagai pusat keagamaan Islam.

Untuk itu kita mulai mengerti mengapa, berdasarkan tradisi, Walid I, yang
berkuasa sebagai kalifah antara tahun 705 – 715 M, menulis kepada semua
wilayah yang memerintahkan perombakan kiblat mesjid, yang mengacu pada
'Kitab al-'uyun wa'l-hada'iq', yang ditulis oleh M. de Goeje dan P. de Jong
1869:4). Bukti bahwa pada tahun itu, barulah kiblat diubah &
diarahkan ke Mekah !

Jika demikian, ini menunjukkan suatu KONTRADIKSI lagi terhadap


Quran yang mensyahkan Mekah sebagai tempat suci, dan kemudian arah
kiblat, 80 - 90 tahun setelah Muhammad mati (lihat Surah 2:144-150).
Dan itu bukanlah satu-satunya masalah. Sebab kita masih memilki bukti
arkeologis dan manuskrip yang menunjukkan perbedaan dengan apa yang
kita baca di dalam Quran.

Kutipan dari buku tentang Kubah Batu :


1. Christoph Luxenberg : The Syro-Aramaic Reading of the Koran A
Contribution to the Decoding of the Language of the Koran ( Pembacaan
Quran dengan Bahasa Syria-Aramaik Membongkar Rahasia Bahasa
Quran)

2. Karl Heinz Ohlig + Gerd Rudiger Puin : The Hidden Origins of Islam :
New Research into Its Early History ( Asal usul Islam yang terselubung -
Penyelidikan terbaru pada sejarah awal munculnya Islam )

Kubah Batu di Yerusalem umumnya diyakini sebagai bangunan


monumental Islam tertua :
a. Selesai dibangun pada tahun 694 M, sejak itu telah direnovasi &
diperbaharui berkali-kali.
b. Dinding luar telah ditambahkan di masa pemerintahan kalifah Al Makmun di
abad ke-9 M.
c. Sedangkan oramen biru yag ikonik ditambahkan pada abad ke-16 M di
bawah kekuasaan Ottoman dari Turki.
d. Namun, ketika kita masuk ke dalamnya, kita temukan inskripsi / teks di
sepanjang cincin luar kubah yang dibangun oleh Abdul Malik pada abad
ke-7M.
e. Sebagian besar inskripsi itu masih asli. Itu adalah inskripsi / teks paling
awal / pertama kalinya, yang diketahui mengandung kata “muhammad”.
f. Saat ini, sudah umum diketahui bahwa Muhammad adalah nama orang
sebagai “nabi” Islam. Bagian dari inskripsi yag mengandung kata
“muhammad” itu biasaya diterjemahkan : “Muhammad adalah hamba
Tuhan & utusan-Nya”.
g. Namun kata “muhammad” bisa juga diartikan “terpujilah”. Karena itu,
kalimatnya juga bisa diterjemahkan sebagai : “Terpujilah hamba Tuhan &
utusanNya”.
h. Bahkan, tepat sebelum kata “muhammad”, inskripsi tsb menyebutkan
bahwa Tuhan menyatakan : “Bagi-Nya lah kedaulatan & bagi-Nya lah
pujian”. Kata “pujian” dalam konteks ini memiliki AKAR KATA YANG
SAMA dengan kata “muhammad”.
Oleh karea itu ilmuwan Jerman bernama Christoph Luxenberg
berpendapat bahwa ketika membaca kata “muhammad” DALAM
KONTEKSNYA, harusnya diartikan sebagai “terpujilah”, sebuah GELAR,
bukan NAMA orang.

Tetapi jika “muhammad” BUKAN nama, tapi sebuah GELAR, lalu siapakah
“terpuji” dalam hal ini ? Untungnya, inskripsi tsb memberitahu kita secara
langsung di ayat berikutnya yang berbunyi : “Sesungguhnya Yesus Sang
Mesias, putra Maria adalah utusan Tuhan”. Bahkan, selain dari ayat pembuka
dimana Tuhan yang dipuji, tulisan inskripsi yang tersisa SEMUA BICARA
TENTANG YESUS, tentang Kristologi yang anti-Trinitas, dan mendesak umat
Kristen untuk menyangkal Trinitas, dan mengklaim bahwa Yesus hanya
manusia biasa, bukan anak Tuhan, dan hanya interpretasi anti-Trinitas lah
yang tepat tentang Yesus.

Kembali ke bagian yang mengandung kata “muhammad”. Orang Yahudi &


Kristen mungkin mengenali sesuatu yang TIDAK ASING di sini, yang mana
ayat “Terpujilah hamba Tuhan & utusan-Nya” tampaknya merupakan
permainan kata dari sebuah kutipan terkenal dari Alkitab : Mazmur 118:26,
tetapi juga muncul di Matius 21:9 ketika Yesus disambut saat memasuki
Yerusalem dengan kutipan dari Mazmur : “Diberkatilah DIA yang datang
dalam nama Tuhan”.

Kesimpulan yang bisa diambil sangat mengejutkan : Sebelum “muhammad”


diklaim muslim menjadi nama “nabi”, itu adalah GELAR UNTUK YESUS.

INSKRIPSI paling awal yang bertuliskan kata “muhammad” mengandung


pengertian yang tidak jelas / tidak pasti. Hanya dengan MEMAKSAKAN
sejarah yang dibuat belakangan, lalu disisipkan ke dalamnya, barulah ayat itu
bisa ditafsirkan sedang berbicara sosok lain selain YESUS.

Konteksnya sudah jelas bahwa inskripsi kubah itu SEMUANYA


TENTANG YESUS & HAKEKAT-NYA. Namun ada beberapa kejadian
sebelumnya terkait kata “muhammad” yang memiliki konteks yang sama
sekali berbeda, yaitu pada mata uang KOIN kuno. Silakan baca kedua buku di
atas.

D.6. Muhammad
Tulisan-tulisan para penulis sejarah Armenia dari sekitar 660 M (disebut
sebelumnya) memberi kita narasi paling awal dari karir Muhammad, tulisan
yang masih ada sampai saat ini dibanding dalam bahasa apa pun, yang
menyatakan bahwa Muhammad adalah seorang pedagang yang berbicara
banyak tentang Abraham, sehingga hal ini memberikan kita bukti sejarah awal
keberadaan Muhammad (Cook 1983:73). Namun penulis sejarah ini TIDAK
mengatakan apa-apa tentang kenabian universal dari Muhammad, hanya
mengisyaratkan bahwa ia seorang ”penguasa” lokal.
Bahkan dokumen Islam awal, menurut Dr John Wansbrough, TIDAK
mengatakan apapun tentang kenabian yang diklaim bersifat universal.
Catatan Maghazi, yang Wansbrough rujuk yang memuat cerita tentang
pertempuran Muhammad dan kampanye, adalah dokumen-dokumen Islam
yang paling awal yang kita miliki (Wansbrough 1978:119).

• Mereka seharusnya memberi kita gambaran terbaik waktu itu, namun


mereka hanya menceritakan sangat sedikit tentang kehidupan Muhammad
atau ajarannya. Bahkan, TIDAK satu bagianpun dalam dokumen ini
terdapat penghormatan terhadap Muhammad sebagai “nabi” !
• Jika, menurut Quran, Muhammad dikenal terutama sebagai penutup
dari semua “nabi" (QS 33:40), maka mengapa dokumen-dokumen ini
TIDAK mencatat sama sekali tentang hal yang sangat penting
ini ?

Analisa Nevo Pada Tulisan Prasasti


Untuk mengenal siapa Muhammad dan apa yang dia lakukan, kita harus
kembali ke waktu ketika ia hidup dan melihat bukti yang ada pada saat itu dan
mungkin masih ada sampai sekarang, untuk melihat informasi apa yang bisa
memberitahu kita tentang sosok yang oleh Islam dianggap sangat penting ini.

Dr.Wansbrough, yang telah melakukan penelitian yang begitu banyak pada


tradisi awal dan Quran berpendapat bahwa, karena sumber-sumber Islam
semuanya muncul sangat terlambat dari sejak kematian Muhammad, yaitu
baru muncul 150 tahun untuk dokumen Sira-Maghazi, serta mushaf Quran
yang paling awal, mengharuskan kita untuk TIDAK menganggapnya
otoritatif / diakui.
(Wansbrough 1977:160-163; Rippin 1985:154-155).

Adalah ketika kita melihat dari sumber-sumber non-muslim maka kita


menemukan beberapa peringatan yang agak menarik siapa manusia
Muhammad ini.

Sumber non-muslim terbaik berasal dari Saudi abad ke-7M yang kita miliki
adalah yang ditunjukan oleh batu prasasti Arab yang tersebar di seluruh gurun
Siro-Yordania dan Semenanjung Arab, dan terutama padang pasir Negev.
(Nevo 1994:109).

Adalah Yehuda Nevo dari Universitas Ibrani di Yerusalem yang telah


melakukan penelitian terbesar pada batu prasasti tersebut.
Dan sumber yang akan saya rujuk ini berasal dari penelitian Yehuda Nevo
yang ia tulis dalam bukunya berjudul Towards a Pre-history of Islam, yang
diterbitkan pada tahun 1994 :

• Nevo menemukan dalam teks-teks relijius Arab, berasal dari 150 tahun
pertama berkuasanya bangsa Arab, sebuah keyakinan monoteis. Namun,
ia berpendapat bahwa kredo ini menunjukkan BUKAN kredo
Islamik, tetapi [sebuah kredo], yang dari kredo inilah, Islam itu berasal,
dengan kata lain Islam muncul dari pengembangan kredo tsb. “(Nevo
1994:109).

• Nevo juga menemukan bahwa "di semua lembaga keagamaan Arab


selama periode Sufyani [661-684 M] benar-benar TIDAK pernah
ada rujukan kepada nama Muhammad." (Nevo 1994:109).
✓ Faktanya, memang : TIDAK ada nama Muhammad, TIDAK pula
suatu petunjuk yang merujuk pada Muhammad bahwa ia
adalah “nabi” Awloh, yang tertulis pada setiap prasasti tertanggal
SEBELUM tahun 691 Masehi. Hal ini terbukti, entah tujuan utama dari
prasasti bersifat agamawi, seperti misalnya doa, atau apakah itu
digunakan sebagai prasasti peringatan, yang mana seharusnya ada
kandungan penekanan keagamaan, seperti prasasti di bendungan dekat
kota Thaif yang dibangun oleh khalifah Muawiyah dalam tahun 660M.
(Nevo 1994:109).

✓ Fakta bahwa nama Muhammad TIDAK pernah hadir pada


semua prasasti awal, terutama yang bersifat relijius, adalah bukti
signifikan. Padahal banyak catatan dari tradisi yang ditulis abad2
belakangan setelah abad ke-10 M, yaitu Sirah dan Hadits, yang
merupakan literatur Muslim awal yang kita miliki, yang dikarang hampir
seluruhnya berdasarkan kisah kehidupan Muhammad. Muhammad
adalah contoh yang harus diikuti segala tindak-tanduknya oleh
semua Muslim, yang disebut Sunnah. Lalu mengapa TIDAK
ditemukan penekanan yang sama seperti dalam tulisan-tulisan
Arab yang jauh lebih awal periodenya, yang sebenarnya lebih mendekati
jaman dimana ia hidup ?

✓ Bahkan yang lebih ganjil / aneh lagi, mengapa namanya TIDAK


disebut-sebut sama sekali ? (Nevo 1994:109-110).
• Anehnya lagi, tanggal kemunculan pertama istilah ‘Muhammad rasul
Awloh’ baru ditemukan pada koin Arab-Sassanian dari Kalid bin Abdallah
dari tahun 690 Masehi, yang ditemukan di Damaskus (Nevo 1994:110).

• Yang lebih mencolok lagi, penampilan pertama dari apa yang Nevo sebut
sebagai “Syahadat Berlapis tiga” (triple confession of faith), yang meliputi :
(1) Tauhid (bahwa Awloh adalah “suatu penyatuan”), (2) kalimat
Muhammad Rasul Awloh (bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, dan (3)
sifat kemanusiaan Yesus (rasul Awloh wa-abduhu), ditemukan dalam
prasasti Abd al-Malik di Kubah Batu di Yerusalem, tahun 691 M (Nevo
1994:110) !

Sebelum tulisan Syahadat ini ditemukan pada 691 M, TIDAK ada fakta
yang dapat membuktikan adanya Syahadat / pengakuan iman
ini.
Harus dicatat, bahwa tahun 691 M ini pun, hanya perkiraan awal, karena
setelah penelitian lebih mendalam, ternyata tulisan “syahadat” ini
baru dibuat jauh beberapa abad kemudian, sekitar 1022 M, yang
sepertinya tulisan syahadat ini ditambahkan oleh al Zaher Li-
L'zaz ketika ia membangun kembali tembok melingkar
(ambulatories) dalam dan luar di mana di sebelah atasnya
prasasti itu terletak (Duncan 1972 : 46).
Sebagai aturan, setelah 691 M sampai 750 M dan periode itu dalam
kekuasaan dibawah dinasti Marwanid, nama Muhammad seharusnya muncul
manakala hal2 keagamaan digunakan, seperti pada koin, tonggak, dan
protokol papyrus dll, tapi TIDAK satu pun mencatat nama Muhammad.
(Nevo 1994:110).

Mungkin kita bisa berargumen bahwa bisa saja tahun2 kemunculan nama
Muhammad ini terlambat, dikarenakan fakta bahwa gagasan-gagasan agama
memang memerlukan waktu untuk bisa dijadikan prasasti Arab. Namun,
menurut Nevo, papirus bahasa Arab pertama, sebuah entaqion Mesir, yang
merupakan tanda terima pajak yang dibayar, tertulis tahun 642 M dan ditulis
dalam huruf Yunani dan Arab yang dimulai dengan kata "Basmala," namun
tidak bercorak Kristen tidak pula bercorak Islam (Nevo 1994:110).
Konten religius dalam prasasti-prasasti batu itu tidak menonjol sampai setelah
661 M. Namun, meskipun mereka membawa-bawa teks-teks relijius, mereka
TIDAK pernah menyebutkan seseorang sebagai nabi atau formula muslim
apapun (Nevo 1994:110).
"Ini berarti," menurut Nevo, "bahwa pengakuan agama resmi Arab TIDAK
pernah menyertakan nama Muhammad atau formula muslim lainnya dalam
frasa repertoar mereka saat itu, selama 60 tahun penuh dan bahkan lebih
lama dari itu, setelah kematian Muhammad.” (Nevo 1994:110 ).

Apa yang prasasti-prasasti itu indikasikan adalah bahwa ia adalah suatu


bentuk kepercayaan “monoteis”, yang dimiliki oleh suatu sekte dengan
konsep dasar dari ajaran Yahudi-Kristen, yang kemudian dikembangkan
dalam dalam gaya sastra tertentu, tapi TIDAK berisi fitur spesifik dari setiap
agama monoteisme yang telah dikenal (Nevo 1994:110,112).

Signifikansi yang lebih besar lagi, prasasti ini menunjukkan bahwa draft /
rancangan rumus “syahadat” muslim diperkenalkan, selama periode
Marwanid (setelah 684 M), itu dilakukan "hanya dalam 1 malam"
(Nevo 1994:110).

Tiba-tiba dalam 1 malam, syahadat menjadi satu-satunya bentuk


deklarasi keagamaan resmi negara, dan digunakan secara eksklusif dalam
dokumen formal dan prasasti, seperti "protokol" papirus (Nevo 1994:110).
Namun, bahkan setelah teks-teks muslim menjadi resmi, ini TIDAK serta
merta segera diterima oleh masyarakat. Selama bertahun-tahun setelah
penampilan mereka dalam deklarasi negara, orang-orang terus menyertakan
legenda non-muslim di prasasti pribadi, serta tulisan-tulisan arsip umum rutin
(Nevo 1994:114).

Nevo telah menemukan juru tulis tertentu yang TIDAK menggunakan rumus
muslim dalam korespondensi Bahasa Arab dan Yunani, meskipun ia
melakukannya di papirus "protokol" dengan membawa nama dan gelarnya
(Nevo 1994:114).

Kenyataannya, menurut Nevo, formula muslim, baru mulai digunakan dalam


inskripsi di batu tulis di Negev Tengah sekitar 30 tahun (atau satu generasi)
SESUDAH diperkenalkan oleh Abd al-Malik, di suatu masa pada masa
pemerintahan Khalifah Hisyam (antara 724 -743 M).

Bahkan, menurut Nevo, meskipun mereka bercorak muhammadan, namun


BUKAN Muslim. Nevo percaya bahwa teks Islam baru mulai
muncul pada abad ke-9/10M (sekitar 922 M), bertepatan dengan
Quran & Tradisi Islam baru mulai ditulis pertama kalinya.
Akibatnya, tampak dari inskripsi-inskripsi ini bahwa HANYA selama
dinasti Marwanid (setelah 684 M), dan TIDAK PERNAH sepanjang
hidup Muhammad, bahwa ia diangkat ke posisi seorang “nabi”, dan
bahkan kemudian, rumusan muslim yang diperkenalkan masih TIDAK SAMA
dengan apa yang ada saat ini.
Untuk diskusi lebih lanjut pada enam klasifikasi atau periode dari inskripsi batu
tulis ini, serta isinya, bisa dibaca pada artikel Nevo's (halaman 111-112).

Ringkasan buku hasil penelitian ilmuwan Jerman :


Karl Heinz Ohlig + Gerd Rudiger Puin

The Hidden Origins of Islam : New Research into Its Early


History (ASAL-USUL ISLAM YANG TERSELUBUNG -
Penyelidikan terbaru pada sejarah awal munculnya Islam )

Akhirnya ... setelah menunggu hasil penelitian ilmiah yang berlangsung lebih
dari 40 tahun , Karl Heinz Ohlig + Gerd Rudiger Puin selesai menulis buku
hasil penyelidikannya tentang asal usul Islam :

Lihat juga laporan singkat tentang penemuan manuskrip kuno di Sanaa


Yemen pada tahun 1972 dan wawancara dengan Prof. Gerd Rudiger Puin
selaku ketua restorasi manuskrip tsb :

https://www.youtube.com/watch?v=n-UISwwCgeQ

Karl Heinz Ohlig adalah professor Studi Agama & Sejarah Kristen di
Universitas Saarland, Saarbrücken - Jerman.
Gerd Rudiger Puin adalah professor Studi Interpretasi Manuskrip Kuno
(orthography) di Universitas Saarland, Saarbrücken - Jerman, yang juga ahli
dalam paleography Arab.
Paleografi adalah ilmu tentang tulisan kuno.

Alfred Hackensberger mewawancarai sang penulis, Professor Karl Heinz


Ohlig :

Menurut Karl Heinz Ohlig, istilah “muhammad” aslinya adalah sebuah


GELAR kehormatan dalam ke-KRISTEN-an, bukan sebuah nama !!!
Karl Heinz Ohlig mengambil kesimpulan bahwa : Islam pada awal sejarahnya
bukanlah suatu aliran agama yang dari awal sudah bernama Islam.
1.Tanya:
Bukumu berjudul "The Hidden Origins of Islam" Apakah yang
terselubung tentang asal-usul Islam ?

Karl-Heinz Ohlig:
Semua info yang kita ketahui tentang asal-usul Islam diambil dari literatur
biografi seorang “nabi” yang baru ditulis di abad 9 M dan 10 M. Salah satu
tulisan yakni Annals dari at-Tabari yang ditulis pada abad 10 M, yang
merupakan lanjutan sumber sejarah. Dengan begitu, Islam tidak punya data
tulisan apapun tentang sejarahnya selama lebih dari 300 tahun yaitu di awal
abad ke 6 M sd 9 M setelah “nabi” tsb mati pada 632 M.

Satu2nya sumber sejarah yg berasal dari abad tsb adalah beberapa inskripsi
/ tulisan di bangunan2 bersejarah dan uang logam. Sejarah hanya
didasarkan pada sumber2 yang ada di abad tsb, dan oleh karena itulah para
penulis buku ini melakukan penelitian ilmiah & profesional yang sangat
mendalam selama lebih dari 40 tahun, akhirnya analisa sejarah ini
mengungkapkan perjalanan sejarah Islam yang amat sangat berbeda total
dari apa yang sudah tertulis & diketahui selama ini.

2.Tanya:
Dapatkah literatur² yang baru dibuat pada abad ke 9 M & 10 M ini
dianggap akurat ? Dari sudut pandang pengamatan ilmiah, bukankah
literatur tsb dapat dipalsukan ?

Karl-Heinz Ohlig:
Tulisan literatur sejarah seperti buku² Musa, tentunya berbeda dengan
misalnya, kisah dongeng legenda Romulus & Remus, karena suatu
pemalsuan tidak dapat diakui sebagai sebuah literatur sejarah.
Dongeng² legenda yang sengaja dikaitkan dengan aliran agama atau
politik, bukanlah merupakan sebuah literatur sejarah dan memang tidak
ditujukan untuk sebuah literatur sejarah.

3.Tanya:
Kau menyatakan dalam buku hasil penelitianmu bahwa munculnya Islam
ternyata tidak serta-merta/otomatis bernama Islam sejak awal
kemunculannya. Apakah bukti yang kau miliki ?

Karl-Heinz Ohlig:
Menurut bukti literatur Kristen di bawah kekuasaan Arab di abad ke 7 sd 8
Masehi, juga keping uang logam dan tulisan Arab di waktu itu, seperti yang
terdapat di bangunan The Dome of the Rock (kubah batu) di Yerusalem yang
dibangun oleh Abdul Malik, terbukti bahwa penguasa² jazirah Arab
terdahulu ternyata adalah pengikut sebuah sekte/aliran Kristen Syria-
Persia (Kristen Arab Sassanian) yang menolak keputusan Konsili Nicaea
yang diadakan oleh Kristen Byzantium, Koptik & Orthodox yang
memosisikan Yesus sebagai Theou Uios Soter / Iesous Christos - Yesus
Kristus - Putra Tuhan - Sang Juru Selamat.

Nicaea adalah kota di mana diadakan konsili agama Kristen Byzantium – yaitu
Kristen yg kita kenal sampai sekarang ini, yaitu misalnya Katolik yang
berpusat di Vatikan & aliran2 Kristen lainnya yang mengakui Yesus sebagai
TUHAN Sang Juru Selamat.

Aliran Kristen Syria-Persia ( Kristen Arab Sassanian ) ini menganggap


Yesus hanya sebagai Putra Maryam - nabi - hamba Tuhan, tapi bukan
sebagai : Putra Tuhan secara fisik, karena Tuhan merupakan sosok tunggal
yang tidak tersambung dengan siapapun.

Aliran Kristen Syria-Persia (Kristen Arab Sassanian) ini menganggap seorang


teolog Kristen yang adalah seorang Uskup bernama John of Damascus -
Yohanes dari Damaskus (catatan: tapi bukan rasul Yohanes, hanya
persamaan nama saja) sebagai bidah/sesat, karena pemahamannya tentang
Kristianitas dalam pengajaran Yunani tidak sesuai dengan pandangan
mereka.
Saat itu tidak ada catatan literatur apapun tentang adanya sebuah agama
baru yang ada di Arab sebelum abad ke 9 M.

4.Tanya:
Apakah ini berarti bahwa Islam, baru dibuat sebagai sebuah agama yang
baru, pada abad ke 9-10 M ?

Karl-Heinz Ohlig:
Benar sekali. Pembentukan Islam sebagai sebuah agama terlihat kacau,
berubah-ubah dan seperti sebuah keputusan mendadak, setelah seseorang
tiba2 tersadar.
Ini adalah kasus di mana agama² baru seringkali muncul setelah dibuat
pengamatan terhadap konsep² tradisi agama yang sudah ada jauh di abad
sebelumnya. Konsep² tradisi agama terdahulu tersebut lalu ditafsirkan
dengan arti yang berbeda, diubah bentuknya, dan disusun ulang secara
sistimatik dengan cara yang khusus, kemudian dibuatlah sebuah agama baru.
5.Tanya:
Kau juga terlibat dalam penelitian sejarah tentang seseorang bernama
Muhammad. Apa yang bisa kau katakan tentang orang ini?

Karl-Heinz Ohlig:
Sudah dibuktikan bahwa uang logam pertama yang muncul dengan inisial
muhammad MHMT ada di Mesopotamia timur pada sekitar tahun 660 M, lalu
menyebar ke barat pada masa pemerintahan Abdul Malik yang saat itu tinggal
di Damaskus, dan uang² logam menyebar sampai Yerusalem dsk, dengan dua
bahasa dicap dengan huruf latin MHMT di tengah2nya dan kata muhammad
dalam huruf Arab melingkar di bagian pinggir.

Uang² logam ini memakai simbol² ikonik KRISTEN, misalnya selalu ada
lambang SALIB dan gambar seorang laki2 membawa SALIB di sisi lain,
sehingga kata/istilah muhammad dengan inisial MHMT atau M , sudah
jelas & sangat mudah dimengerti sebagai predikat dari YESUS karena
saat itu agama Kristen adalah agama DOMINAN di jazirah Arab tersebut.
Sama seperti pada Sanctus of the mass ( Dimuliakanlah Dia yang
Datang ).

Di sini, istilah muhammad berarti "Yang Terpuji" dan "Yang dimuliakan"


atau "Dia yang Terpuji" dan "Dia yang dimuliakan." Tulisan ini juga sama
dengan tulisan yang terdapat di bangunan The Dome of the Rock (kubah
batu) di Yerusalem, di mana GELAR (bukan nama) muhammad
ditujukan kepada Mesias, Yesus, Putra Maryam, dan Hamba Tuhan ,
sebagai tandingan dari Abdul Malik yang adalah pengikut aliran Kristen
Syria-Persia (Kristen Arab Sassanian) kepada Kristen Byzantium, Koptik,
Orthodox yang memosisikan Yesus sebagai Theou Uios Soter / Iesous
Christos - Yesus Kristus - Putra Tuhan - Sang Juru Selamat.

Hal ini sangat cocok dengan polemik dari teolog Kristen John of Damascus -
Yohanes dari Damaskus ( catatan : bukan rasul Yohanes, hanya persamaan
nama saja) yang menentang pernyataan² Kristen Syria-Persia seperti
tersebut di atas yang dianggapnya sebagai bidah/sesat.

Sumber terawal tentang sejarah ini ditemukan tahun 730 M dalam tulisan
literatur-literatur karya Uskup John of Damascus - Yohanes dari
Damaskus, berjudul “On the Heresies / Dalam kesesatan“ yang
menyebut tentang adanya “nabi” palsu bernama MAMED dengan
agama barunya yang aneh, yang menggabungkan ajaran dari kitab2 Yahudi &
Kristen yaitu Perjanjian Lama & Perjanjian Baru, sepertinya setelah bercakap-
cakap dengan seorang pengikut sekte Arian, kemudian mengubahnya dengan
doktrin2 yang konyol & sesat seperti kemauannya sendiri, lalu mengabarkan
pada pengikutnya bahwa ayat2 itu datang dari surga, kemudian
menjadikannya sebuah buku penyembahan.

Setelah itu, tampaknya referensi tentang predikat/gelar keKristenan


“muhammad” ini hilang selama beberapa abad, sedemikian rupa sehingga
pada abad ke 9-10 M dalam Quran tiba2 muncul “nabi” tanpa
nama yang kemudian dikenal sebagai “nabi” Arab.

Hanya setelah 300 tahun kemudian, sekitar abad 9-10 M, untuk


pertama kalinya, baru mulai ada catatan sejarah, tentang nabi
Arab bernama Muhammad & sebuah agama baru bernama Islam.

6.Tanya:
Jadi apakah kau mengatakan bahwa ISTILAH muhammad itu
kemungkinan berkenaan dengan GELAR untuk Yesus Kristus ?

Karl-Heinz Ohlig:
Benar sekali, bahkan jika sejarah terawal tersebut sudah diubah-ubah oleh
seorang pengkotbah. Berdasarkan bukti uang² logam Arab dan inskripsi/
tulisan di bangunan The Dome of the Rock (kubah batu) yang didirikan Abdul
Malik pada tahun 685-691 M, sudah jelas bahwa, istilah muhammad berarti
"Yang Terpuji" dan "Yang dimuliakan" atau "Dia yang Terpuji" dan "Dia
yang Dimuliakan." di mana GELAR (bukan nama) muhammad HANYA
BISA MENGACU KEPADA YESUS KRISTUS yang dianggap oleh Kristen
Arab Sassanian sebagai Sang Mesias, Putra Maryam, dan Hamba Tuhan -
karena saat itu agama Kristen adalah agama DOMINAN di jazirah Arab
tersebut.

Jadi kata/istilah “muhammad” BUKAN untuk nama orang !

7.Tanya:
Mengapa keterkaitan seperti ini tidak pernah diungkapkan sebelumnya?

Karl-Heinz Ohlig:
Penyelidikan seperti ini sangat terlarang dalam ajaran Islam, yang memang
belum melewati Abad Pencerahan. Peneliti dari negara2 barat TIDAK diberi
akses masuk untuk memperoleh sumber2 literatur Islam & situs
arkeologi di negara2 yang berkaitan dengan munculnya Islam.
Penyelidikan tentang Islam di negara barat hanya ditekankan pada philology
(ilmu tentang bahasa) tanpa menerapkan metoda professional untuk
mengetahui suatu sejarah secara ilmiah. Hanya ada sedikit sekali penelitian
tentang sejarah agama atau investigasi dari teolog Kristen pada tradisi budaya
yang sangat bermacam-macam di Timur Tengah. Karena itulah akar² dan
motif dari tradisi2 tsb tidak dikenal secara detail.

8.Tanya:
Dalam buku lanjutan dari The Hiddens Origins of Islam, yaitu "Early
Islam : A Critical Reconstruction Based on Contemporary Sources"
(Islam mula2 : Rekonstruksi penelitian berdasar sumber2 di abad itu),
kau menulis bahwa kau tidak bertujuan untuk melukai Islam. Selama ini
Muslim mengetahui hal2 tentang Islam yang benar2 berbeda
total/berlawanan dengan isi bukumu.

Karl-Heinz Ohlig:
Sejak abad ke 18 M, bahkan sampai hari ini, banyak orang Kristen
menganggap bahwa Abad Pencerahan merupakan serangan atau usaha
untuk menghancurkan Kristen. Tapi kenyataannya, Abad Pencerahan justru
memberi kesempatan pada agama Kristen untuk tetap bertahan di jaman
modern ini dan malah sangat sesuai diterapkan dalam kehidupan
masyarakat modern, karena sejarah Kristen mampu membuktikan diri
dengan fakta sejarah yang benar & akurat, serta dapat diakses/dibuktikan oleh
siapapun berdasarkan sumber2 literatur sejarah & manuskrip asli yang masih
ada & tersimpan rapi sampai di abad modern ini.
Tahap Abad Pencerahan inilah yang masih harus dijalani oleh Islam, hal ini
memang tidak dapat dihindari, jika Islam tidak mau runtuh & hilang, kecuali di
masa depan, Islam hanya akan tersisa di masyarakat yang hidup menutup
diri, yang tinggal seperti di dalam gua batu.

Review :
Buku "Early Islam : A Critical Reconstruction Based on Contemporary
Sources" (Islam mula2 : Rekonstruksi penelitian berdasar sumber2 di
abad itu) :

Buku lanjutan dari “The Hidden Origins of Islam” melanjutkan penelitian


tentang sejarah Islam. Menggunakan uang logam, inskripsi/tulisan di
bangunan2 bersejarah, analisa mendalam pada bahasa yang dipakai dalam
Quran, juga literatur Persia & Kristen dari abad 7-8 M sewaktu Islam dalam
tahap pembentukannya - 5 ahli sejarah membuat rekonstruksi pada periode
kritis ini.
Implikasi dari penemuan 5 ahli sejarah tersebut amat sangat
mencengangkan :

• Islam pada awalnya muncul sebagai sebuah sekte Kristen yang


bidah/sesat.
• Acuan prinsip teologinya adalah Kristen Syria sebelum Konsili Nicaea.
• Bahasa Aram/Aramaik, (bahasa yang digunakan oleh TuhanYesus) &
biasa dipakai di seluruh daerah di Timur-Dekat dalam beberapa abad &
merupakan bahasa yang dipakai oleh Kristen Syria, yang mana bahasa ini
memengaruhi tulisan2 Arab & kosakata yang digunakan dalam Quran.
• Akhirnya, baru pada sekitar abad 9-10 M, sekte Kristen Syria bidah ini
membentuk diri sebagai sebuah agama baru, bernama Islam.
• Quran dikembangkan & dibuat dalam jangka waktu selama lebih dari
200-300 tahun yaitu pada abad 9 M -10 M, setelah “nabi” “muhammad”
mati pada 632 M.
• Analisa penelitian sejarah yang sangat mendalam selama lebih dari 40
tahun ini, mengungkapkan perjalanan sejarah Islam yang amat sangat
berbeda total dari yang sudah tertulis & diketahui selama ini.

D.7. 'Muslim' & 'Islam'


Sekarang kita sampai pada kata "Muslim" dan "Islam."

Pengakuan Muhammad terhadap Ibrahim, bisa menjelaskan mengapa TIDAK


ada penyebutan nama Muslim dibuat sampai tahun-tahun terakhir abad ke-
7M (Cook 1983:74; Crone-Cook 1977:8).

Bahkan pemunculan istilah muslim pertama kali, yang bisa dilacak


penanggalannya, baru ditemukan pada waktu ditemukan tulisan di dinding
Kubah Batu yang kita kenal dibangun pada 691 M, 60 tahun setelah
kematian Muhammad (Van Berchem 1927:217; Crone-Cook 1977:8).

Sebelum waktu itu kaum Arab disebut sebagai Magaritai, istilah kita temukan
di papirus Yunani 642 M (papyrus ini disebut PERF 564 dan PERF 558 :
Grohmann 1957:28 f, 157). Dalam Surat Uskup Syria Isho'yahb III, paling dini
tahun 640M mereka disebut Mahgre atau Mahgraye (Duval 1904:97).

Munculnya istilah ini tidaklah unik, melainkan ditemukan sejauh Mesir dan
Irak, yang sangat mencolok (Crone-Cook 1977:159). Kata Arab yang paralel
dengan Magaritai adalah Muhajirun, yang berarti secara silsilah karena
mereka mengklaim sebagai keturunan Abraham dan Hagar, dan secara
sejarah, karena mereka adalah kaum yang mengambil bagian dalam hijrah,
atau eksodus. Pembahasan awal tentang hijrah (menurut sumber-sumber
eksternal) menunjukkan bahwa hijrah ini dilakukan kaum Arab ke wilayah
Palestina, BUKAN ke Medinah.
• Athanasius pada tahun 684 M menulis dalam bahasa Syria menggunakan
istilah Maghrayes untuk merujuk pada kaum Arab.
• Yakub dari Edessa pada tahun 705 M menyebutkan mereka sebagai
Hagarin.
• Doctrina Iacobi merujuk mereka sebagai kaum Saracen (Bonwetsch
1910:88; Cook 1983:75).

Dengan demikian, bertentangan / kontradiksi dengan apa yang Quran katakan


dalam Surah 33:35. Tampaknya bahwa istilah ‘Islam‘ TIDAK
DIKENAL sampai akhir abad ke-7M (Crone-Cook 1977:8).
Jadi dari mana nama ini berasal ?

Menurut Crone dan Cook istilah ‘Islam’ dan istilah lain yang berkaitan
dengannya dalam dunia islam dalam artian "penyerahan diri kepada
Awloh" DIJIPLAK dari kaum Samaria (Crone-Cook 1977:19-20).

Crone dan Cook memaparkan bahwa kata kerja "aslama” memiliki akar
bahasa Ibrani, Aram dan Syria, sedangkan literatur Yahudi ataupun Kristen
tak satupun memberikan preseden yang memuaskan untuk penggunaan
Islam. Kita menemukan paralel yang tepat untuk istilah Islam di Memar
Marqah, teks yang paling penting dari kaum Samaria pada periode
pra-Islam (Crone-Cook 1977:19,169; Macdonald 1963:85).
Mereka secara konsisten melihat bahwa : reinterpretasi konsep “penyerahan
diri” dapat dilihat sebagai usaha yang disengaja untuk membedakan
pengakuan kaum Hagarin dari penganut Yudaisme.
(Crone-Cook 1977:20).

Meskipun Quran menggunakan istilah “Islam” ini (Surah 33:35), jika


dibandingkan dengan dokumen-dokumen abad ke-7M yang kita miliki,
tampaknya istilah “Islam” ini TIDAK DIKETAHUI selama
kehidupan Muhammad, yang akibatnya menambah keyakinan bahwa
ada lebih banyak kemungkinan evolusi / perubahan dalam teks-teks Quran,
dari abad ke abad.
D.8. Quran
Jika inskripsi itu berasal dari Quran, dengan varian yang mereka kandung,
lalu bagaimana bisa Quran telah dikanonisasi / dibakukan pada akhir abad
ke-7M ? Kita hanya bisa menyimpulkan bahwa pasti ada suatu evolusi /
perubahan dari abad ke abad, dalam transmisi Quran jika memang inskripsi
itu awalnya diambil dari Quran.

Sumber-sumber juga tampaknya membuktikan bahwa Quran dikumpulkan


secara tergesa-gesa (seperti yang telah dipaparkan dalam bagian
sebelumnya, di bagian Kritik Internal Quran).

Hal ini digarisbawahi oleh Dr.John Wansbrough yang menyatakan bahwa,


"kitab ini benar-benar mencolok dalam hal kekurangan struktur bahasanya
secara keseluruhan, sering tidak jelas dan ngawur, baik dari segi
kebahasaan maupun isi, asal-asalan dalam menghubungkan ide-ide materi
yang berbeda, misalnya pengulangan keseluruhan bacaan dalam versi-
versi yang berbeda. Atas dasar ini masuk akal bila dikatakan bahwa Quran
adalah produk dari editing yang terkemudian dan tidak
sempurna, DIJIPLAK dari tradisi kisah yang beragam"
(Crone-Cook 1977:18,167).

Crone dan Cook percaya bahwa karena ketidaksempurnaan peng-editan dan


kemunculan Quran, pasti dikarenakan kejadian yang mendadak (Crone-
Cook 1977:18,167). Referensi paling awal dari luar tradisi Islam untuk kitab
yang disebut "Quran" terjadi pada pertengahan abad ke-8M antara seorang
Arab dan seorang pendeta dari Bet Hale (Nau 1915:6 f), tetapi hasil penelitian
ilmiah modern dari ilmuwan, teologian, sejarawan, arkeologi dll, isi dari
“Quran” tsb sangat jauh berbeda dari Quran yang beredar saat ini, yang
baru dibuat pada tahun 1924 (belum berumur 1 abad) oleh Universitas Al
Azhar di Cairo Mesir, dengan pendanaan oleh Arab Saudi. Sedangkan
Quran2 diluar itu ditenggelamkan di sungai Nil.

Baik Crone dan Cook menyimpulkan bahwa selain referensi kecil ini, TIDAK
ADA indikasi adanya Quran sebelum akhir abad ke-7M (Crone-Cook
1977:18).

Crone dan Cook dalam penelitian mereka tetap mempertahankan bahwa


hanya pada saat di bawah gubernur Hajjaj dari Irak pada 705 M, ada
konteks historis logis di mana "Quran" (atau badan literature / nacsent literatur
yang nantinya akan menjadi “Quran”) pertama kali dikompilasi sebagai
kitabnya Muhammad (Crone-Cook 1977:18).
Dalam sebuah catatan yang ditujukan pada Leo oleh Levond, gubernur Hajjaj
dilaporkan telah mengumpulkan semua tulisan lama kaum Hagarin dan
menggantikan mereka dengan tulisan lain "sesuai selera
sendiri, dan disebarluaskan di mana saja di antara kaumnya"
(Jeffrey 1944:298).

Kesimpulannya, adalah bahwa selama periode inilah Quran memulai evolusi /


perubahan / pengembangannya, mungkin mulai ditulis, sampai akhirnya
dikanonisasi pada 1924 yang sekarang dipakai, meskipun telah ditemukan 37
varian Quran yang berbeda-beda.

Silakan menonton video Youtube - Jay Smith subtitle bahasa Indonesia


& English :

Historical Critique Exposes The Lies About Muhammad And Islam | Jay Smith (part 3 of 5)
https://youtu.be/UvcPe6DzH2Y

Historical Critique Exposes The Lies About Quran | Jay Smith (part 4 of 5)
https://youtu.be/2gLljFkI9Xo

Jay Smith Historical Critique Quran Origins 1


https://youtu.be/6nBO6ja0_RU

Jay Smith : Muhammad – A Historical Critique


https://youtu.be/UUsk39rrONE

Semua temuan ini memberi kita alasan tepat untuk mempertanyakan


otentisitas sebenarnya dari Quran yang diklaim Muslim sebagai firman
Awloh. Bukti arkeologis, serta dokumen dan naskah membuktikan bahwa,
banyak dari apa yang Quran pertahankan, TIDAK sesuai dengan data
fakta sejarah yang kita miliki.

Dari material yang dikumpulkan dari sumber diluar Islam pada abad ke-
7M dan ke-8M, kita dapat menyimpulkan :

1)Hijrah yang paling memungkinkan : BUKAN perjalanan ke


Medinah, melainkan ke Palestina.
2) Bahwa arah kiblat belum ditetapkan menghadap ke Mekah sampai abad
ke-8M, tetapi ke arah jauh ke utara, dan kemungkinan
Yerusalem.

3) Bahwa Kaum Yahudi masih berhubungan baik dengan Kaum Arab


paling tidak sampai tahun 640 M.

4) Bahwa Yerusalem-lah,… BUKAN Mekah, yang paling memungkinkan


menjadi tempat suci kaum Islam, sebab Mekah belum dikenal
sebagai kota yang hidup, sampai akhir abad ke-7M. Bahkan Mekah
TIDAK termasuk dalam jalur perdagangan.
5) Bahwa Kubah Batu adalah tempat suci pertama.

6) Bahwa Muhammad TIDAK dianggap sebagai “nabi”


Awloh secara universal sampai akhir abad ke-7M.

7) Bahwa istilah
“Muslim / Islam” TIDAK digunakan
sampai akhir abad ke-7M;

8) Bahwa sholat
5 waktu / hari, serta ibadah haji TIDAK
distandarkan sampai tahun 717 M.

“Quran” yang
9) Bahwa kabar pertama tentang adanya istilah
paling awal kita dengar, baru didengar pada
pertengahan abad ke-8M ;

10) Dan bahwa inskripsi Quran paling awal, TIDAK SAMA dengan
teks Quran saat ini.

Semua data ini bertentangan dengan Quran yang beredar sekarang ini, dan
menambah kecurigaan bahwa Quran yang kita baca sekarang TIDAK sama
dengan yang seharusnya dikumpulkan dan dikanonisasi pada
tahun 650 M di bawah Khalifah Usman, sebagaimana klaim para
muslim , jika memang pada waktu itu Quran telah ada dalam bentuk sama
dengan yang ada sekarang ini.
Kita hanya bisa berasumsi bahwa pasti ada suatu evolusi / pengembang-
biakan dalam teks-teks Quran. Akibatnya, satu-satunya hal yang dapat kita
katakan dengan pasti adalah bahwa dokumen-dokumen yang kita miliki
sekarang, dari 790M dan periode selanjutnya, adalah mirip dengan
Quran yang beredar hari ini.

Jadi, TIDAK ditulis 16 tahun setelah kematian Muhammad, tetapi 160


tahun kemudian, dan dengan demikian bukan 1400 tahun yang lalu,
melainkan 1200 tahun lalu. Konsekuensi dari pernyataan ini memang luar
biasa.

E. Bisakah Kita Gunakan Sumber-sumber Non-Muslim?


Sementara ini para sarjana Islam modern telah berjuang dengan tradisi
Muslim yang ada, mereka harus memiliki catatan-catatan berbahasa Yunani
Armenia, Ibrani, Aram, Syria dan literatur Koptik dari tetangga non-Muslim,
beberapa di antaranya di bawah para penakluk Arab (Crone 1980:15).

Sebagian besar sumber-sumber ini diedit dan diterjemahkan pada tahun


1800M dan awal abad ini. Namun, mereka dibiarkan berdebu di
perpustakaan sejak saat itu. Pertanyaan yang harus kita tanyakan adalah,
Mengapa ?

Jawaban yang diberikan umat Islam adalah bahwa sumber-sumber ini


bertentangan / berkontradiksi, dan ini mungkin benar. Namun,
mengingat distribusi geografis dan sosial yang luas dari mana mereka berasal,
mereka hampir tidak menafaskan sentiment anti-Muslim dengan hasil yang
seragam seperti itu (Crone 1980:16).

Hal ini terjadi karena ada kesepakatan antara saksi independen dan
kontemporer dunia non-muslim yang mana kesaksian mereka harus
dipertimbangkan.

Dengan cara apapun kita menafsirkan catatan-catatan itu, tidak


diragukan lagi bahwa Quran adalah produk yang berevolusi /
dikembang-biakkan, hasil karangan manusia, selama periode
Abbasiyah awal hingga akhir abad ke-8M, di sekitar wilayah Irak
dan Iran saat ini. ( Crone 1980:3-17 ).
F. Kesimpulan
Jadi, apa yang dapat kita katakan tentang Quran ? Apakah Quran ini wahyu
illahi ? Muslim berpendapat bahwa kita hanya bisa memahami asal-usul
Quran melalui teropong Tradisi Islam, yang mengatakan bahwa Awloh
mengungkapkan kebenaran-Nya melalui Quran yang diturunkan kepada
Muhammad.

Kita menyangka otentisitas klaim ini sebagai sumber-sumber primer hasil


tradisi yang terkemudian, tetapi ternyata sama sekali TIDAK ADA
sebelum abad ke-8M.

Bahkan sumber-sumber muslim yang kita miliki berasal dari tahun yang
sesudah abad ke-8M, relatif terkemudian, disusun antara 200-300 tahun
setelah kejadiannya, dan tergantung pada tradisi lisan yang
diwariskan oleh pendongeng yang tidak hanya narasinya TIDAK dapat
dibenarkan, namun juga tiba-tiba muncul dan berkembang biak
menjelang akhir abad ke-8M.

Wansbrough berpendapat bahwa Quran disusun, bahkan lebih terkemudian


dari cerita-cerita tradisi, dan digunakan sebagai stempel otoritatif untuk
mengotentikasi keyakinan dan hukum yang dibuat dikemudian tahun oleh
mereka yang bertanggung jawab dalam standarisasi tradisi Islam. Jika ini
benar, maka orang akan bertanya-tanya apakah Muhammad
bahkan akan mengakui Quran yang ada saat ini ?

Meskipun demikian, Quran sendiri telah ditetapkan sebagai sumber bagi


Islam, dan memiliki kewenangan. Namun terlalu lemah fondasinya, karena
didera banyak masalah seperti yang dituliskan di atas.

• Ketika membuka Quran dan membacanya kita dihadapkan langsung


dengan banyak kesulitan sastra dan tata bahasa yang menunjukkan
kelemahan tersendiri bagi sebuah dokumen yang diklaim sebagai
firman yang terakhir dan sempurna dari Awloh.

• Kita disajikan dengan kisah-kisah biblikal PALSU yang


sengaja diubah-ubah, yang paralel dikenal di abad ke-2M sebagai
dokumen bidah Talmud dan Kristen.
• Sementara kita bertanya-tanya, bagaimana dokumen karangan manusia
ini, penuh dengan kesalahan sejarah dan keganjilan fakta / logika, tetapi
dijadikan sebagai kitab suci yang diklaim bukan bikinan manusia, tapi
diturunkan gedebuk dari langit, yang diakui sempurna.

• Kita diperkenalkan kepada kesalahan ilmiah / sains, yang juga ditemukan


dalam halaman-halamannya. Bukti2 ini memang memperlihatkan, Quran
bukan buku illahi dan yang lebih tepat bahwa :

• Quran hanyalah kumpulan sumber-sumber berbeda yang


DIJIPLAK dari potongan-potongan sastra, dongeng legenda,
cerita rakyat, dan tradisi lisan yang hadir selama abad ke-7M dan
ke-8M, dan sengaja dicangkokkan oleh para pengumpul kisah yang
berasal dari periode Abbasiyah.

• Sumber-sumber non-muslim yang kita miliki dari berbagai komunitas


yang mengitari dunia Islam juga menguatkan bukti diatas. Banyak dari
apa yang kita temukan dalam sumber-sumber eksternal (diluar Islam) abad
ke-7M dan ke-8M, bertentangan dengan apa yang
dikatakan dalam tradisi muslim dan Quran. Dan hal ini
menyebabkan kita mencurigai otentisitasnya, yang dianggap dikarang-
karang di abad-abad kemudian.

• Pada akhirnya apa yang tersisa dan disodorkan pada kita semakin sedikit.
Sumber-sumber muslim patut dipertanyakan. Sedangkan sumber-
sumber non-muslim meneguhkan fakta betapa kurangnya bukti nyata
keakuratan Quran. Memang ada banyak hal2 yang melemahkan
klaim muslim selama ini, yang para apologis muslim harus pikirkan.

Diwaktu ketika melihat seorang Muslim memegang Quran tinggi-tinggi dan


mengklaimnya sebagai cetak biru Awloh swt bagi umat manusia, kita ingin
bertanya padanya, 1 saja pertanyaan sederhana, seperti yang para sejarawan
tanyakan selama ini :

"Apa BUKTI2 yang bisa menguatkan klaim kalian Muslim ?"


ISRA MIRAJ - MENJIPLAK DONGENG ZOROASTER – PERSIA

Dari buku Dr.Rafat Amari : “Islam - In light of history” ( Islam ditinjau dari
pengamatan sejarah ) – sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Keganjilan mengenai kenaikan Muhammad ke surga :


-Apakah Muhammad naik ke surga seperti dinyatakan Quran ?
-Apakah dia melakukannya dibawah sadar ?
-Seberapa dalam ia dipengaruhi oleh okultisme / dunia perdukunan ?

Inilah pertanyaan-pertanyaan penting untuk membuktikan kredibilitas Islam.

Naik ke surga adalah cara umum sekte2 di Timur Tengah untuk menjelaskan
bagaimana pemimpin2 mereka memperoleh ilham pengajaran hukum agama.

Sekte2 di Timur Tengah sebelum Muhammad, menempatkan banyak


penekanan pada kenaikan ke surga. Mereka yang mengaku sebagai nabi
dalam sekte mereka, semua memiliki cerita kenaikan ke surga.

YIMA, tokoh mitos Persia yang mewakili matahari, dikunjungi oleh malaikat
SRAOSHA yang mendampingi Yima ke surga. Yima kemudian ditugaskan
untuk menyebarkan agama di bumi.

ZOROASTER mengklaim telah naik ke surga untuk mendapatkan hukum


agama dari Ahura Mazda bagi bangsa Iran. Dengan cara yang sama,
Muhammad juga mengklaim telah mengunjungi surga dimana ia diberi
wejangan hukum agama untuk sebuah negara Islam.

VOHUMAN adalah malaikat yang mendampingi tokoh Zoroaster dalam


kenaikan mereka berdua ke surga, dapat dibandingkan dengan Jibril, malaikat
kenaikan dalam Quran.
Malaikat Vohuman diduga telah mendampingi Zoroaster ke surga. Vohuman
memiliki banyak kesamaan dengan Jibril dalam Quran. Pertama-tama, ia
adalah malaikat yang mendampingi mereka naik ke surga. Kami menemukan
Vohuman turun dari tahta emasnya untuk mendampingi Viraz ke surga dalam
hadirat Ahuramazda.

Hal yang sama dikatakan juga mengenai Jibril dalam Quran. Dalam Surah
81:20 (at takwir), Jibril digambarkan sebagai "pribadi yang mempunyai
kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Awloh." Dialah yang
diklaim Islam mendampingi Muhammad saat kenaikannya.
Kesamaan lain antara Vohuman dan Jibril adalah mereka berdua sangat
besar dalam perawakan. Vohuman digambarkan dalam kitab-kitab suci
Zoroaster sebagai hakim yang mengutuk orang-orang berdosa. Dalam Quran,
Jibril adalah hakim yang mengutuk bangsa-bangsa dan kota-kota.

Kata "roh" digunakan dari kedua kepribadian. Vohuman disebut "roh," dan
Dinkard, buku sembilan, menekankan pentingnya mengasihi Vohuman.

Demikian juga, dalam Quran, kita menemukan Jibril disebut sebagai "ruh" dan
kadang-kadang sebagai “ruh kudus” Banyak Hadis Muhammad berfokus pada
kasih Jibril bagi umat manusia dan juga bagi mereka di surga.

Para malaikat dalam Alkitab adalah agen yang menyatakan pesan ke


beberapa individu, kemudian mereka kembali ke surga. Mereka tidak pernah
menarik perhatian kepada diri mereka sendiri atau menyatakan hubungan
dengan manusia. Para malaikat menyembunyikan diri, menunjuk hanya
kepada Tuhan.

Namun dalam kasus Vohuman dan roh yang mengaku Jibril dalam Quran,
mereka berdua meninggikan diri mereka sendiri dan mengarahkan manusia
kepada diri mereka sendiri. Ini menunjukkan mereka roh negatif bersaing
dengan Tuhan, daripada meneguhkan-Nya. Pada kenyataannya, mereka
berperilaku seperti roh jahat yang merasuki sebuah wadah/medium.

Karakteristik Okultisme dari Vohuman dalam Zoroastrianisme dan Jibril dalam


Quran, menjelaskan identitas sesungguhnya dari kedua roh.

Kami menemukan Vohuman memasuki pikiran Zoroaster dan bercampur


dengan pikirannya. Demikian juga Jibril digambarkan oleh penulis biografi
Muhammad merasuki tubuh manusia.

Di sisi lain, malaikat tidak pernah memasuki tubuh manusia. Hanya SETAN
yang memasuki tubuh orang yang mengundang mereka atau oleh orang-
orang yang terlibat dengan sihir dan okultisme. Orang yang kerasukan setan
memiliki tanda seperti kejang-kejang, paranoid, berkeringat, dan fatalnya
mungkin koma, yang merupakan malapetaka bagi orang yang jadi medium.

Muhammad berkata bahwa Jibril mengilhaminya untuk menulis Quran. Tetapi


jika Jibril adalah malaikat sejati, mengapa Muhammad menderita gejala
yang sama seperti orang-orang yang kerasukan setan ketika ia
menerima Quran? Muhammad mengalami kejang-kejang,
paranoid, berkeringat berat dan malah koma.

Gejala ini tidak pernah ditemui oleh satupun nabi dalam Alkitab.

Kami juga menemukan Vohuman mengubah bentuk dan mengadopsi


kepribadian orang lain. Dan Jibril merubah dirinya menjadi orang yang
Muhammad kenal secara pribadi, seorang pria bernama Dahieh.

Padahal malaikat sejati tidak menjiplak kepribadian orang lain. Fenomena


ini hanya terjadi dalam aliran Satanisme, atau demonologi, dimana roh-roh
jahat mengubah bentuk mereka dan mengambil kedok manusia lain yang
dikenal sebagai penyihir atau masuk kedalam sang medium wadah dimana
roh jahat memberikan pesan untuk menipu banyak orang. Jin/setan dari Arab
dikenal mengubah bentuk mereka dan muncul dengan penyamaran sebagai
seorang manusia yang dikenal oleh Kuhhan/Kahin atau imam/setan Jin.

Ketidaksadaran pada medium menyebabkannya berhalusinasi, tapi mereka


menyebutnya "perjalanan jiwa."

Kita melihat bahwa Vohuman menyebabkan Zoroaster tidak sadar sebelum ia


bisa pergi ke surga. Kita tahu bahwa ketidaksadaran adalah kondisi di mana
medium dari roh jahat berjalan melalui apa yang mereka sebut "perjalanan
roh," meninggalkan tubuh mereka. Jiwa mereka dicuri untuk berkomunikasi
dengan roh. Ini adalah perjalanan halusinasi dibawah kuasa Iblis, dimana
korban melihat hal-hal yang tidak nyata.

Literatur okultisme penuh dengan orang yang dalam bawah sadar mengklaim
melakukan perjalanan ke surga atau tempat yang jauh lainnya.

Muhammad menyatakan bahwa ia memperoleh ayat-ayat Quran dengan cara


mengalami gejala negatif lain seperti kejang-kejang, berkeringat dan
paranoia.

Banyak pendiri "Spiritisme," yang merupakan salah satu gerakan setan,


menyatakan bahwa mereka berpergian, sementara jiwa mereka dipisahkan
dari tubuh mereka. Mereka terbang didampingi roh jahat ke tempat yang jauh,
mengalami "perjalanan roh."

Zoroaster adalah medium untuk roh bernama Vohman. Zoroaster


memang dukun atau cenayang / shaman untuk sukunya.
Zoroaster mengaku saat dibawah sadar bahwa ia dibawa ke surga. Gejala
yang dialaminya bisa kita klasifikasikan sebagai medium yang dikuasai setan.
Dia menyatakan bahwa ketika ia dimasukkan ke dalam penjara oleh Vistaspa,
raja dari sebuah suku Iran, Zoroaster mengikat kaki kuda Vistaspa,
sehingga kuda tsb tidak bisa bergerak, lalu ia melepaskan kuda itu. Apa yang
dikatakan Zoroaster adalah hal yang dilakukan seorang penyihir iblis.
Melalui sihir ini, Vistaspa terkesan pada Zoroaster, sehingga ia menjadi
pengikut Zoroaster.

Dengan menganalisa literatur Zoroastrian tertua, seorang sarjana


bernama Nyberg mencapai kesimpulan bahwa Zoroaster adalah seorang
dukun / paranormal untuk sukunya sendiri, dimana paham agamanya
adalah Shamanisme.

Shaman adalah penyihir yang mengaku berkemampuan menyembuhkan


dengan bantuan roh-roh. Ciri utama dari shamanisme adalah trance ecstatic,
dimana ia berkomunikasi dengan roh dan yang pasti adalah setan. Dalam
keadaan ini, mereka mengklaim jiwa mereka meninggalkan tubuh mereka dan
pergi ke tempat yang jauh di semesta. Shamanisme berkembang terutama di
Asia Selatan dan Timur, beberapa bagian Afrika, dan suku Indian di Amerika
Utara dan Selatan.

Zoroaster, menurut sudut pandang Nyberg, memimpin sukunya sebagai


kepala shaman, untuk mencapai keadaan sukacita/ekstasi. Saat dalam
keadaan tsb, mereka kontak dengan dewa Vohu Manah, sebelumnya
diidentifikasi sebagai Vohuman, yang mendampingi Zoroaster ke surga untuk
bertemu dengan Ahura Mazda. Vohuman akhirnya menjadi seorang malaikat
utama dalam Zoroastrianisme. Kami juga melihat bahwa Vohuman memiliki
kesamaan dengan roh jahat. Perilakunya tidak berbeda dengan roh jahat
kejam yang masuk lewat medium modern.

Hal ini membawa kita untuk menyimpulkan bahwa :


• Vohuman adalah SETAN yang disembah Zoroaster dan bahwa
Zoroaster merupakan medium bagi roh jahat ini.
• Kita sudah melihat persamaan antara Vohuman dalam
Zoroastrianisme dan JIBRIL dalam Quran.

Zoroaster ber-emigrasi ke suku yang dipimpin oleh Vistaspa yang terkesan


dengan sihirnya, seperti mengikat kaki kuda Vistaspa. Vistaspa ditunjukkan
kepada ritual trance ecstatic shaman dengan roh Vohman. Melalui ritual ini,
Vistaspa mampu melihat hal-hal yang tidak biasa. Tentu saja ini semacam
halusinasi di bawah pengaruh roh-roh setan.

Setelah ini, Zoroaster mengklaim bahwa Ahura Mazda memerintahkan


Vistaspa untuk berperang menaklukkan bangsa Iran ke agamanya. Untuk
melakukan ini, Zoroaster, harus menggabungkan beberapa
kredo/syahadat dari suku Vistaspa, yang berlatar-belakang Iran Ayro, ke
dalam sistem keyakinannya. Zoroaster juga menjiplak banyak ide dari
Israel yang dibuang oleh Sargon II ke Madi, tanah air dari Zoroaster
sebelum ia pindah ke suku Vistaspa. Raja Asyur, Sargon II, menduduki
Samaria sekitar 722M, setidaknya setengah abad sebelum Zoroaster lahir.

Ada banyak kesamaan antara :


• Cara Muhammad menyebarkan agama dan cara penyebaran
Zoroastrianisme.
• Peran Muhammad sebagai penyihir di Mekah dan kehidupan Zoroaster.

Pertama-tama, dukun atau "shaman", di Arab adalah setara dengan satu


"Rakhi," ‫ الراقي‬entity yang membawa kekuatan roh yang terhubung ke
tubuh orang lain, mengaku untuk menyembuhkan mereka.

Ibnu Hisyam, penulis biografi ttg Muhammad yang paling tua & otoritatif,
juga menulis puisi yang sangat terkenal, "Abu Taleb," yang
disenandungkan paman Muhammad. Para pemimpin Mekah datang ke
Abu Taleb meminta dia untuk menyerahkan Muhammad, yang akan
diadili oleh mereka. Abu Taleb menolak, dan membacakan puisi memuji
Muhammad.

Ada sebuah bait dalam puisi di mana ia menggambarkan Muhammad


sebagai Rachi atau Penyihir/Sorcerer, yang mengucap mantra di
kediamannya, Hirra. Hirra 'adalah gua dekat Mekah di mana Muhammad
menghabiskan waktu sebelum ia mengklaim ditemui Jibril untuk menjadi
“nabi”.

Untuk Abu Taleb dan di mata banyak Arab, penyihir atau Rakhi, adalah
pekerjaan mulia, karena pengaruh agama jin dan reputasi yang dimiliki
pada rachi untuk mengusir roh-roh yang menyebabkan penyakit melalui
Jin mereka sendiri. Hal ini masih berlangsung sampai hari ini, yang
mana kaum muslim memakai Jin dalam pengobatan dll. Muhammad
menegaskan bahwa pamannya membacakan puisi tentang dirinya dan
melebih2kan tentang isinya.
Kesamaan lain antara Zoroaster dan Muhammad adalah bahwa
Muhamad juga didongengkan beremigrasi dari “Mekah” ke Madinah,
dimana ia berhasil membujuk dua suku buas, Oas dan Khazraj, berperang
melawan suku-suku Arab, untuk meng-islamkan mereka. Meskipun Mekah
TIDAK ditemukan dalam peta, pada jaman Muhammad dikisahkan hidup di
situ.

Rukhah, jamak dari Rakhi, dikenal sebagai salah satu Kuhhan atau imam
dari agama Jin Arab.

Dibawah sadar/trance dan koma yang dialami Muhammad menghasilkan


gejala yang sama yang mempengaruhi para imam jin Arab.

Muhammad seringkali megalami koma sebelum ia menerima ayat, yang


mengungkapkan keterlibatannya dengan para Kahin/Kahaneh. Ketika ia mulai
menerima Qur'an, ia jatuh ke dalam koma, setelah kejang2.

Sahih Al Bukhari, menulis keadaan dimana Muhammad mengalami bawah


sadar/trance saat remaja sebelum ia mengaku menerima Quran.
Muhammad diketahui telah mengalami bawah sadar/trance sejak masa
kecilnya karena Aminah, ibunya, memberinya sebuah RUKIYAH. Dalam
rukiyah itu seorang imam Jin Kahen membawa roh Jin kepada seseorang
(Muhammad) dimana Kahen dihubungkan sebagai medium. Aminah adalah
keponakan dari Soda Bent Zahreh, imam Jin di Mekah. Hal ini mungkin
menjelaskan mengapa ia mampu mempraktekkan ilmu gaib atas anaknya,
Muhammad.

Seseorang mungkin bertanya mengapa Aminah memantrai / mengikat


Muhammad kepada jin ketika ia masih balita. Walker dalam
bukunya, Unclean Spirits, mengatakan bahwa banyak penyihir wahid dan
medium setan terikat sihir / roh jahat sejak masa balita mereka. Kebanyakan
dari mereka terpapar oleh orang tua mereka yang hamba setan.

Diantara alasan mengapa orang tua memantrai / mengikat bayinya, adalah


bahwa sang ibu ingin berkomunikasi dengan setan ketika ia memasuki tubuh
bayi. Dengan kata lain, ia melakukan hal itu untuk mendapatkan info langsung
dari setan melalui lidah anaknya. Fenomena ini dilaporkan dalam ibadah
spiritisme di China dan India.

Alasan lain memantrai/mengikat bayi adalah untuk menjamin kelangsungan


imamat bagi iblis dalam keluarga. Kadang-kadang, di bawah perintah iblis,
anak tsb disiapkan menjadi medium spiritual/cenayang masa depan. Dalam
ibadah setan di Jepang, para pendiri ibadah disebut sebagai anak-anak dan
disiapkan oleh setan untuk peran mereka masing2.

Antropolog Inggris, Carmen Blacker, yang melakukan penelitian penting


tentang kehidupan para pendiri agama yang menghormati roh-roh jahat di
Jepang, mengungkapkan bagaimana setan memegang anak-anak melalui
mimpi atau melalui pemantraan/pengikatan oleh orangtua mereka.
Kemudian, setan mengumumkan bahwa anak-anak yang dipersembahkankan
kepada mereka untuk tujuan di masa depan. Kemudian, kekuatan khusus
diberikan kepada orang-orang yang termantrai/terikat sejak kecil. Mereka
diberi kekuatan magis. Banyak yang percaya pada mereka, mengikuti
mereka dan membantu mereka mendirikan sebuah agama.

Ahli antropologi percaya bahwa, seperti penyakit keturunan, imamat yang


melayani Iblis diturunkan dari individu ke individu dalam keluarga yang
sama. Mungkinkah imamat Jin itu diturunkan dari Aminah kepada
Muhammad, anaknya ? Sebuah studi tentang sumber-sumber Islam
mendukung ide ini.

Saat Muhammad menerima Quran, ia menderita gejala yang sama


dengan Kuhhan ketika mereka menerima pesan dari setan. Baik
Muhammad dan Kuhhan koma, kejang dan berkeringat. Gejala ini juga
dialami oleh Muhammad saat kanak2, setelah ibunya memantrainya.

Agama Jin di Arab adalah yang terkuat dan penyebarannya paling luas. Ia
memiliki sejumlah besar Kuhhan yang mewakili agama tsb di setiap kota.
Banyak Arab juga mengalami gejala seperti yang Muhammad alami. Hal ini
disebabkan oleh Kuhhan yang melemparkan mantra pada anak-anak dan
orang sakit.

Para Kuhhan menyatakan bahwa penyakit disebabkan oleh jin/setan dibawa


oleh Kuhhan lainnya. Oleh karena itu, orang Arab pergi ke Kuhhan yang
berbeda untuk mengobati penyakit melalui setan mereka. Para Kuhhan
membanggakan bahwa setan mereka lebih kuat daripada setan yang
menyebabkan sakit. Penyakit yang diyakini disebabkan oleh "penampakkan
dari jin atau mediumnya atau Kuhhan." Jadi pasien pergi ke Kuhhan yang
akan me rukyah dengan sulap mantra pada tubuh pasien mereka. Hasilnya
adalah setan dari Kuhhan melalui rukiyah menguasai tubuh orang sakit, dan
orang sakit malang itu kejang-kejang dan bergejala lain seperti Muhammad
ketika ibunya memantrainya. RUKYAH ini masih dilakukan oleh kaum
Muslim sampai saat ini.

Orang Arab pada saat Muhammad hidup, mengenali gejala yang disebabkan
Kahen, ketika ia memantrai seseorang. Sebagai contoh, Arab mengakui
bawah sadar / trance sebagai penderitaan dari setan. Mereka menyebutnya
"kasih sayang melalui Ain," atau mata. Mata Jin melihat seseorang dan
menyebabkan bawahsadar/trance terjadi. Bawahsadar/trance ini dikenalkan
kepada anak-anak yang lahir dalam keluarga Kuhhan, dibawah kendali jin.

Bawahsadar / trance dan koma adalah kejadian biasa bagi Kuhhan dan untuk
para pendiri agama-agama gaib di mana mereka menerima pesan mereka.
Sebagai contoh, Kuhhan Arab akan masuk ke koma saat menerima pesan
dari setan mereka. Khater, Kahen dari jin, koma selama tiga hari sementara ia
mengumandangkan prosa berirama mengagungkan Muhammad.

Ada fenomena umum di kalangan para pendiri agama yang menghormati


roh-roh jahat. Mereka menerima pesan melalui bawahsadar/trance atau
koma. Kami juga melihat ini dalam pendiri agama-agama gaib di Jepang.
Sebagai contoh Deguchi Nao, pendiri agama yang bernama Omoto,
menerima pesan selama bawahsadar/trance. Okada Yoshikazu, pendiri
Sukyo Mahikari, menulis buku suci dalam bawahsadar/trance.

Trance adalah bagian penting dari ibadah gaib. Muhammad jatuh


kedalam trance, sebelum mengklaim peran nabi sebagai manifestasi praktek
okultismenya. Hal ini terjadi lagi ketika ia menerima ayat-ayat Quran. Aishah,
istri cilik tersayangnya, menyebutkan bagaimana Muhammad menderita
koma berat dan berkeringat, sering jatuh pingsan berguling-guling di
tanah dengan gejala parah, saat ia menerima ayat Quran.

Sahih Al Buchari, menyebutkan bahwa Asmaa, adik Aishah, istri cilik


Muhammad, mengalami bawahsadar/trance setidaknya dalam satu
kesempatan. Hal ini mungkin menjelaskan pengalaman gaib dari orang-orang
yang dekat dengan Muhammad.

Saat trance, Muhammad sering mengalami "perjalanan gaib" sebelum


MENGAKU mengalami "perjalanan malam dengan kuda bersayap" yang
terkenal untuk mengunjungi Yerusalem.

Muhammad, seperti Zoroaster dan medium lain yang melalui trance dan
ekstasi, memiliki pengalaman jenis shamite yang mengarah ke okultisme
perjalanan dengan roh. Buku yang menceritakan kehidupan Muhammad
menegaskan bahwa memiliki pengalaman seperti itu, sebelum ia mengaku
menjadi seorang nabi.

Kitab Halabieh/Halabiyah menggambarkan perjalanannya dalam roh,


dimana Muhammad seringkali "tidur dalam roh."

Gambaran "tidur dalam roh" adalah upaya untuk menggambarkan keadaan


koma mendalam yang parah dan trance di mana Muhamad mengalami hal
tsb, ketika ia mengalami halusinasi. Semua orang yang mengklaim memiliki
perjalanan gaib pasti mengalami trance dan koma.

Dalam kehidupan Muhammad kita melihat beberapa pengalaman seperti


ini. Kitab Halabieh menyatakan bahwa Al Isra' terjadi pada Muhamad 30
kali. Al Isra adalah sebuah perjalanan jiwa ke tempat yang jauh. Ini
sebenarnya adalah perjalanan okultisme/sihir, dikenal oleh semua
medium bahwa saat melalui trance, berada di bawah kekuatan halusinasi
dari roh. Sheik Abdel Wahab Al Sharani mengatakan bahwa jumlahnya
34.

Jadi klaim Quran, tentang apa yang terjadi pada Muhamad saat ia
menaiki Bouraq atau kuda bersayap, untuk pergi ke Yerusalem :

- Fakta sebenarnya, dia berhalusinasi bahwa itu adalah pengalaman nyata,


tapi itu hanya bagian dari kehidupan okultisme Muhammad, sebelum ia
mengaku memiliki peran sebagai nabi.

- Meskipun Muslim ingin kita menerima bahwa Muhammad benar-benar


secara fisik naik kuda bersayap, didampingi Jibril, ke Yerusalem, Aisha, istri
tercilik Muhamad dan periwayat paling dapat diandalkan dalam hidupnya dan
Hadis mengatakan, "Tubuh “nabi” Awloh tidak pernah diangkat,
tetapi “nabi” Awloh berangkat dengan jiwanya.

Jadi kita melihat bahwa laporan itu adalah pengalaman sejati Muhammad,
hanya memastikan sifat perjalanannya yang merupakan bagian dari rutinitas
okultisme masa lalunya, sesuatu yang terjadi bagi banyak orang yang
terhubung sebagai medium untuk roh jahat. Pada saat yang sama, mereka
mengaku menerima pesan atau kebijaksanaan penting melalui perjalanan
halusinasi.

- Kami memiliki lebih banyak kesaksian tentang klaim Muhammad dari


sepupunya, : Fatikheh, yang menegaskan bahwa sebenarnya
Muhammad tertidur di rumahnya malam itu.

- Fatikheh disebut juga Um Hani, (ibu dari Hani) dan seorang janda, tetapi
pernah terlibat cinta semasa muda dengan Muhammad. Dia adalah putri
pamannya, Abu Taleb. Dia berkata, "nabi Awloh diangkat ketika ia sedang di
rumah saya. Dia tidur di rumah saya malam itu dan berdoa di malam hari,
kemudian tidur dan kami juga tidur. Ketika fajar, dia membangunkan kami.
Kemudian, setelah kami berdoa bersama, katanya, "Oh, Um Hani aku berdoa
denganmu saat doa malam seperti yang engkau lihat di lembah ini, lalu saya
pergi ke Bait Awloh di Yerusalem dan berdoa di dalamnya. Pagi ini saya
berdoa dengan kamu ".

Muhammad mengaku telah sholat di malam hari, tidur dibawah mata


pengawasan Fatikheh (Um Hani, sepupunya), bangun pagi-pagi sekali dan
berdoa lagi. Setelah ini ia mengaku telah mengunjungi Bait Allah di Yerusalem
pada malam hari.

Apa yang tidak ia beritahu pada kita adalah bahwa Bait Allah
telah dihancurkan oleh tentara Romawi ENAM ABAD
SEBELUMNYA (600 tahun). Jadi, mustahil kunjungan
Muhammad ke Yerusalem tsb.

Kesimpulan :
Muslim perlu mengkaji kembali agama mereka.
Mereka perlu membandingkan apa yang telah diajarkan pada mereka, dengan
apa yang ditemukan antropologis saat ini. Ini akan membantu mereka
menghindari iman buta seolah-olah semuanya adalah inspirasi otentik
atau bagian dari kebenaran Tuhan.

G. Rujukan
- Abd al-Razzaq b. Hammam al-San'ani, al-Musannaf, (ed. H.R.al-A'zami), II vols., Beirut,
1970-1972
- Abu Dawud Sulayman b. al-Ash'ath al-Sijistani, Sahih sunan al-mustafa, Cairo, 1348
- Abu Nu'aym Ahmad b. Abdallah al-Isbahani, Dala'il al-nubuwwa, Hyderabad, 1950
- Ahmad b. Muhammad ibn Hanbal, al-Musnad, vol. v, Cairo, 1313
- A.K.C. (ed.), The New Encyclopaedia Britannica, 15th ed., Vol.22, Chicago, 1993
- al-Baladhuri, Ahmad b. Yahua, Kitab futuh al-buldan, ed. M.J.de Goeje, Leyden, 1866
- Bonwetsch, N. (ed.), "Doctrina Iacobi nuper baptizati," in Abhandlungen der Koniglichen
Gesellschaft der - Wissenschaften zu Gottingen, Philologisch-historische Klasse, N.s., vol.
xii, Berlin, 1910
- Brock, S.P., "Syriac Views of Emergent Islam," Studies on the First Century of Islamic
Society, edited by - G.H.A. Juynboll, Carbondale, So.Ill.Univ.Press, 1982
- Bulliet, R.W., The Camel and the Wheel, Cambridge, Mass., 1975
- Calder, Norman, Studies in Early Muslim Jurisprudence, 1993
- Campbell, W.F., The Quran and the Bible in the light of History and Science, Middle East
Resources, (French edition: France, Farel Editions), 1989 (ISBN:1-881085- 00-7 & 2-
86314-077-9)
- Carlier, P., 'Qastal al-Balqa: An Umayyad Site in Jordan' in M. A. Bahit and R. Schick
(eds.), The Fourth International Conference on the History of Bilad al-Sam during the
Umayyad Period, volume ii, Amman, 1989
- Chabot, J.B. (ed. & tr.), Chronique de Michel le Syrien, Paris 1899-1910, vol.iv, p.405 &
vol.ii, pp.403ff
- Cook, Michael, Muhammad, Oxford, Oxford University Press, 1983
- Creswell, K.A.C., Early Muslim Architecture, vol.i, part one, Oxford, 1969
- id. A Short Account of Early Muslim Architecture, (Revised by James W. Allan), Aldershot,
Scolar Press, 1989
- Crone, Patricia & Cook, Michael, Hagarism, Cambridge, Cambridge University Press,
1977
- Crone, Patricia, Slaves on Horses, Cambridge, Cambridge University Press, 1980
- id, "The First Century Concept of Higra", Arabica, tome XLI, E. J. Brill, Leiden, 1994.
- id, Meccan Trade and the Rise of Islam, Princeton University Press, 1987
- Dashti, Ali, 23 Years, A Study of the Prophetic Career of Mohammad, London, George
Allen & Unwin, 1985
- De Goeje, M. & P.de Jong (eds.), Fragmenta Historicorum Arabicorum, vol.i, Leyden,
1869
- Duncan, Alistair, Noble Sanctuary, London, Longman Group, 1972
- Duval R. (tr.), Iso'yahb III,' Liber Epistularum, CSCO, Scriptores Syri, second series,
vol.lxiv, Paris, 1904
- Fehervari, G., Development of the Mihrab down to the XIVth Century, London Ph.D. 1961
- Feinburg, C.L., The New Bible Dictionary (2nd ed.), Leicester, Inter-Varsity Press, 1993
- Finster, B., 'Zu der Neuauflage von K. A. C. Creswell's Early Muslim Architecture', Kunst
des Orients, IX, 1973-4.
- Gilchrist, John, Jam' Al Quran, Jesus to the Muslims, 1989
- Glasse, Cyril, The Concise Encyclopaedia of Islam, London, Stacey International, 1991
- Glubb, John, The Life and Times of Muhammad, New York, Stein and Day, 1971
- Gottingen, F. Wustenfeld (ed.), Muhammad Ishaq,' Sirah sayyidina Muhammad rasuli
'llah, 1859
- Grohmann, A., Greek Papyri of the Early Islamic Period in the collection of Archduke
Rainer,' Etudes de papyrologie, 1957
- id, The Problem of dating early Qur'ans,' Der Islam, 1958
- id, Arabic Papyri from Hirbet el-Mird, Louvain, 1963
- Groom, N., Frankincense and Myrrh, a Study of the Arabian Incense Trade, London, 1981
- Guidi, I. et al. (ed. & tr.), Chronica Minora, CSCO, Scriptores Syri, third series, vol.iv,
Louvain, 1803-1907
- Guillaume, A. (tr.), The Life of Muhammad, London, 1955
- Humphreys, R.S., Islamic History, a framework for Enquiry, Princeton, 1991
- Ibn Hisham, Abd al-Malik, Das Leben Muhammed's nach Muhammed Ibn Ishak, (ed. By
F.Wustenfeld),2 vols., Gottingen, 1858-1860
- Ibn Sa'd, Muhammad, Al-Tabaqat al-kubra, 8vols., Beirut, 1957-1960
- Jeffrey, A. (tr.), 'Ghevond's (Levond's) text of the Correspondence between 'Umar II and
Leo III', The Harvard Theological Review, 1944
- Kennedy, Hugh, The Prophet and the Age of the Caliphates, 6th-11th centuries, London,
Longman, 1986
- Kister, M.J., Mecca and Tamim, Journal of theEconomic and Social History of the Orient,
8 (1965), 117-163
- Kitchen, K.A., "Canaan," The New Bible Dictionary (2nd Ed.), Leicester, Inter-Varsity
Press, 1993
- Levi Della Vida, G., "Sira," Encyclopedia of Islam, 1st ed., Vol.4, Leyden, E.J. Brill, 1934
- Lings, M., & Safadi, Y.H., The Qur'an, (A catalogue of an exhibition of Qur'an manuscripts
at theBritish Library, 3 April-15 August 1976), British Library, World of Islam Publ. Co., 1976
- Macdonald, J. (ed. & tr.), Memar Marqah, Berlin, 1963
- al-Maqrizi, Ahmad b. 'Ali, Kitab al-mawa'iz wa'l-i'tibar, Cairo, 1326
- McClintock, John, & Strong, James, Cyclopedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical
Literature, Grand Rapids, Baker, 1981
- McDowell, Josh, Evidence That Demands a Verditct, Vols.I & II, Amersham-on-the-Hill,
Scripture Press, 1990
- id, Christianity, A Ready Defense, Amersham-on-the-Hill, Scripture Press, 1991
- Mommsen, T. (ed.), Chronica Minora, vol.ii, Berlin, 1894
- Morey, Robert, Islamic Invasion, Eugene, Oregon, Harvest House Publishers, 1992
- Muhammad b. Ahmad al-Dhahabi, Tarikh al-islam, vol.ii, Cairo, 1367-9
- Muir, William, The Apology of al-Kindi, written at the Court of al-Mamun (830 A.D.) in
Defence of Christianity against Islam, London, Smith, elder & Co., 1882
- Muller,W.W., "Weibrauch...," off-print: Pauly-Wissowa, Realencyclopadie, Supplement and
15, Munich, 1978
- Munajjid, S. (ed.), 'Ali b. Hasan ibn 'Asakir, Ta'rikh madinat Dimashq, vol. i, Damascus,
1951
- Nau, F., 'Un colloque du Patriarche Jean avec l'emir des Agareens,' Journal asiatique,
1915
- Neuman and Eckelmann, Genesis One and the Origin of the Earth, Downers Grove, Ill.,
Intervarsity Press, 1977
- Nevo, Yehuda D., "Towards a Prehistory of Islam," Jerusalem Studies in Arabic and Islam,
vol.17, Hebrew University of Jerusalem, 1994
- Noldeke, T., 'Die von Guidi herausgegebene syrische Chronik,' Sitzungsberichte der
philologisch-historischen Classe der Kaiserlichen Akademie der Wissenschaften, vol.
cxxviii,Vienna, 1893
- Patkanean K.R. (ed.), Patmout'iun Sebeosi Episkoposi i Herakln, St. Petersburg, 1879
- Pearson, J.D., "Al-Kur'an," Encyclopedia of Islam, Vol.V, Leiden, E.J.Brill, 1986
- Pfander, C.G., The Mizanu'l Haqq ( Balance of Truth'), London, The Religious Tract
Society, 1835
- Rahman, Fazlur, Islam (2nd ed.), Chicago, Univ. of Chicago, 1979
- Reinach, Salomon, Orpheus: A History of Religion, New York, Liveright, Inc. 1932
- Rippin, Andrew, "Literary Analysis of Qur'an, Tafsir, and Sira, the Methodologies of John
Wansbrough", - - Approaches to Islam in Religious Studies, Richard C. Martin (ed.),
Tucson, University of Arizona Press, 1985
- id, Muslims, Their Religious Beliefs and Practices, vol. 1, London, Routledge, 1990
- Schacht, Joseph, "A Revaluation of Islamic Traditions," Journal of the Royal Asiatic
Society of Great Britain, Hertford, Stephen Austin, 1949
Scher, A. (ed. & tr.), Histoire Nestorienne, part two, in Patrologia Orientalis, vol.xiii, 1906
- Schimmel, Annemarie, Calligraphy and Islamic Culture, New York, New York University
Press, 1984
- Sebeos, Bishop, Histoire d'Heraclius, tr. F. Macler, Paris, 1904
- Shorrosh, Anis A., Islam Revealed, A Christian Arab's View of Islam, Nashville, Thomas
Nelson Publishers, 1988
- Sprenger, A., Das Leben und die Lehre des Mohammad, 2nd ed., Vol. 3, Berlin, 1869
- Thompson, Thomas L., The Historicity of the Patriarchal Narratives: the Quest for the
Historical
Abraham, Berlin, Walter de Gruyter, 1974
- Tisdall, St. Clair, The Sources of Islam, New Delhi, Amarko Book Agency, 1904
- Van Berchem, M., Materiaux pour un Corpus Inscriptionum Arabicarum, part two, vol.ii,
Cairo, 1927
- Vanderkam, James C., The Dead Sea Scroll Today, Grand Rapids, Michigan, William B.
Eerdmans Publishing Company, 1994.
- Van Ess, J., Fruhe Mu'tazilitische Haresiographie, Beirut, 1971
- Vilmar, E. (ed.), Abulfathi Annales Samaritani, Gotha, 1865
- Wansbrough, J., Quranic Studies: Sources and Methods of Scriptural Interpretation,
Oxford, Oxford University Press, 1977
- id, The Sectarian Milieu: Content and Composition of Islamic Salvation History, Oxford,
Oxford University Press, 1978
- Welch, Alford T., "Muhammad," The Encyclopedia of Islam, vol.VI, E.J.Brill, pp. 360-387,
1991
- Wright, W., Catalogue of Syriac Manuscripts in the British Museum, London, 1870

Para Kalifah Sampai Marwanid :


632-661 .......... Abu Bakr, Umar 1, Uthman, Ali
(Periode Sufyanid)

661-680 .......... Mu'awiyah I


680-683 .......... Yazid I
683-684 .......... Mu'awiyah II
(Periode Marwanid)

684-685 .......... Marwan I


685-705 .......... 'Abd al-Malik
705-715 .......... al-Walid
715-717 .......... Suleyman
717-720 .......... Umar II
720-743 .......... Hisham
744-750 .......... Marwan II
(Periode Abbasid)

DV/8Dec2021

Anda mungkin juga menyukai