AFAI - Tugas1 - 4eb12 - Dyah Vatriana

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Nama Kelompok : Dyah Vatriana

Kelas : 4EB12
NPM : 21217841

TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Forensik dan Perkembangannya


Akuntansi Forensik merupakan penerapan disiplin akuntansi dalam arti
luas, termasuk auditing, pada masalah hukum untuk menyelesaikan hukum
didalam mapupun diluar Pengadilan, disektor publik aupun sektor privat
(Tuanokota,2010:4).
Investigasi memiliki kemampuan untuk melihat adanya indikasi suatu
tindak pidana, perdata atau ganti rugi, sebagai konsekuensi tidakan fraud. Menurut
Prasetyo et al (Peak Indonesia,2003) Tujuan utama investigasi bukan untuk
mencari siapa pelakunya, namun menekankan pada bagaimana kejadian
sebenarnya (search for the truth), setelah kejadian sebenarnya terungkap, secara
otomatis pelaku fraud akan didapat.
Istilah akuntansi forensik tersebut bermula dari penerapan akuntansi untuk
menyelesaikan atau memecahkan persoalan hukum. Di Amerika profesi yang
bergerak di bidang akuntansi forensik disebut auditor forensic atau pemeriksa
fraud bersertifikasi (Certified Fraud Examiners/CFE) yang bergabung dalam
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE).
Berikut ini diagram akuntansi forensik yang menunjukkan perpaduan
antara akuntansi, hukum, dan auditing.
Tabel 2.1 Pemetaan Akuntansi Forensik
Akuntansi Forensik

Jenis Penugasan Fraud Audit A


K H
Proaktif Investigatif
U U
Sumber Informasi Risk Assessment Temuan Audit, Tuduhan, Temuan Audit N
K
Keluhan, Tips
Bukti ada /
Idientifikasi
Output Indikasi Adanya Fraud Tidaknya T U
Potensi Fraud
Pelanggaran A M

Sumber : Tuanokota (2010:20) N

Berdasarkan tabel tersebut, auditor akan melakukan tindakan proaktif


untuk melihat kelemahan- kelemahan sistem pengendalian intern, terutama
berkenaan dengan perlindungan aset pada saat melakukan audit untuk mendeteksi
kecurangan. Apabila auditor menemukantemuan audit, menerima keluhan dan
tuduhan dari pihak lain yang mengarah pada kecurangan, maka auditor akan
melakukan audit investigatif. Audit investigatif merupakan titik awal dari
akuntansi forensik.

Tabel 2.1 Perbedaan Dimensi Akuntansi Forensik


Dimensi Sektor Publik Sektor Privat

Landasan Penugasan Amanat UU Penugasan Tertulis dan


spesifik
Imbalan Lzimnya tanpa Imbalan Fee dan baiaya
(contingency fee and
expenses)
Hukum Pidana umum dan khusus, hukum Perdata, arbitrase,
administrasi Negara administratif/ aturan
intern perusahaan
Ukuran Keberhasilan Memenangkan perkara pidana dan Memulihkan kerugian
memulihkan kerugian
Pembuktian Dapat melibatkan instansi lain di luar Bukti intern, dengan
lembaga yang bersangkutan bukti ekstern yang
lebih terbatas
Teknik AuditSangat bervariasi karena kewenangan Relatif lebih sedikit
Investigatif yang relatif besar dibandingkan di sektor
publik. Kreativitas
dalam pendekatan,
sangat menentukan
Akuntansi Tekanan pada kerugian negara dan Penilaian Bisnis
kerugian keuangan Negara
Sumber : Jumansyah dkk (2011)

Profesi Akuntan Forensik


Akuntan forensik digunakan di sektor publik maupun privat, akan tetapi
penggunaan akuntan forensik di sektor publik lebih menonjol dibandingkan di
sektor privat. Hal tersebut disebabkan karena penyelesaian sengketa di sektor
privat cenderung diselesaikan di luar pengadilan. Akuntan forensik memiliki ciri-
ciri yang sama dengan akuntan dan auditor, yaitu harus tunduk pada kode etik
profesinya. Sikap independen, objektif dan skeptis juga harus dimiliki oleh
akuntan forensik (Howard, 2007).
Tuanokota (2005) kualitas yang harus dimiliki oleh akuntan forensik
adalah:
Kreatif: kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain menganggap situasi
bisnis normal dan mempertimbangkan interpretasi lain, yakni bahwa itu tidak
perlu merupakan situasi bisnis yang normal.
1. Rasa ingin tahu: keinginan untuk menemukan apa yang sesungguhnya
terjadi dalam rangkaian peristiwa dan situasi.
2. Tidak menyerah: kemampuan untuk maju terus pantang mundur walaupun
fakta (seolah-olah) tidak mendukung, dan ketika dokumen ayau informasi
sulit diperoleh.
3. Akal sehat: kemampuan untuk mempertahankan perspektif dunia nyata.
Ada yang menyebutnya perspektif anak jalanan yng mengerti betul
kerasnya kehidupan.
4. Business sense: kemampuan untuk memahami bagaimana bisnis
sesungguhnya berjalan, dan bukan sekedar memahami bagaimaa transaksi
dicatat
5. Percaya diri: kemampuan untuk mempercayai diri dan temuan kita
sehingga kita dapat bertahan di bawah cross examination (pertanyaan
silang dari jaksa penuntut umum dan pembela). Akuntan forensik sering
disebut juga sebagai auditor forensik atau auditor investigasi. Di Indonesia
terlihat peran-peran akuntan forensik, seperti BPKP, BPK, dan aparat
pengawasan internal pemerintah menghitung kerugian keuangan negara
dalam tindak pidana korupsi.

Salah satu teknik investigasi adalah melakukan wawancara, karena


didalamnya bisa mendalami jawaban, bahasa tubuh, dan kejujuran seseorang.
Berikut disajikan karakteristik wawancara investigasi yang baik, yakni:
1. Wawancara investigasi harus cukup dari segi waktu dan kedalaman untuk
mengungkap fakta-fakta yang relevan.
2. Wawancara investigasi yang baik bisa mencakup semua informasi yang
penting dan mengeliminir informasi yang tidak relevan. Data yang tidak
relevan seringkali mempersulit analisis.
3. Wawancara investigasi sedapat mungkin dilaksanakan dekat dengan
4. kejadian untuk mengurangi potensi rusaknya memori para saksi.
5. Investigasi harus objektif untuk memperoleh informasi dan dengan cara
yang tidak sepotong-sepotong (impartial).

Sedangkan karakteristik investigator yang baik adalah:


1. Mereka orang yang mudah bergaul, berbakat dalam berinteraksi, bisa
mengajak orang lain berbagi informasi. Ia tidak menginterupsi lawan
bicara dengan pertanyaan yang tidak penting. Sepanjang wawancara,
seringkali informasi vital diperoleh dengan cara sukarela sebagai respon
dari pertanyaan yang spesifik.
2. Pewawancara semata-mata sedang mencari fakta yang relevan, bukan
sekedar bertemu dengan seseorang. Dapat dilakukan dengan gaya yang
informal dan rendah hati. Jika yang diwawancarai dalam benaknya
terpikirkan saya akan divonis, maka ia sulit diajak bekerja sama, malah
sebaliknya investigator sulit memperoleh informasi yang dibutuhkan.
3. Pewawancara harus bersikap wajar, fair, rapi, tepat waktu, berinteraksi,
hangat, dan lain-lain.

Forensic Accounting
Akuntansi forensik, menyediakan suatu analisis akuntansi yang dapat
digunakan dalam perdebatan di pengadilan yang merupakan basis untuk diskusi
serta resolusi di pengadilan.
Penerapan pendekatan- pendekatan dan analisis-analisis akuntansi dalam
akuntansi forensik dirancang untuk menyediakan analisis dan bukti memeadai atas
suatu asersi yang nantinya dapat dijadikan bahan untuk pengambilan berbagai
keputusan di pengadilan.
Suatu penyelidikan forensik mungkin didasarkan pada akuntansi, obat
kedokteran, rancang-bangun atau beberapadisiplin lain. Prinsipnya forensik
investigasi merupakan penerapan tekink- teknik auditing yang ditujukan dan
dirancang khusus untuk mencari atau menemukan bukti dan pembuktian atas
suatu perngungkapan keuangan yang nantinya dapat digunakan dalam proses
persidangan di pengadilan.

Forensic Audit
Audit forensik lebih menekankan proses pencarian buki serta penilaian
keseuaian bukti atau temuan audit tersebut dengan ukuran pembuktian yang
dibutuhkan untuk proses persidangan. Audit forensik merupakan perluasan dari
penerapan prosedur audit standar ke arah pengumpulan bukti untuk kebutuhan
persidangan di pengadilan.
Litigation Support
Litigation support menyediakan bantuan dari pengetahuan akuntansi
dalam hal menyatakan ada atau menunda proses pengadilan terutama mengenai
isu yang berhubungan dengan kuantifikasi dari kerusakan ekonomi. Jenis
dukungan pengadilan menyediakan dukungan menganai perhitungan kerugian
ekonomi dari dilanggarnya suatu kontrak atau tugas public yang dibebankan
kepada seseorang karena jabatannya.

2.3 Korupsi (Corruption)


Karyono (2013:22) Korupsi merupakan perbuatan yang dapat merugikan
kepentingan umum / publik tau masyarakat luas untuk kepentingan pribadi atau
kelompok tertentu.
Korupsi berdasarkan pemahaman UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun
2001 pasal 2 mengatakan korupsi adalah tindakan orang yang melawan hukum
dengan melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang
dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan
dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.
Istilah korupsi pada UU No. 31 tahun 1999 meliputi 30 tindak pidana
korupsi bukan empat seperti gambar di fraud tree, yaitu conflict of interest,
bribery, illegal gratuities, dan economic extortion. Conflict of interest atau
benturan kepentingan sering ditemui dalam bentuk bisnis pejabat/penguasa dan
keluarga serta kroni - kroninya. Bribery atau penyuapan merupakan hal yang
sering dijumpai dalam kehidupan bisnis dan politik di Indonesia. Iillegal gratuities
Pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan, hal
itu juga sering dijumpai dalam kehidupan bisnis dan politik di Indonesia.
Economic extortion merupakan ancaman terhadap rekanan, ancaman ini bisa
secara terselubung atau terbuka.
Tuanokota (2010:224) pengertian korupsi berdasarkan pendekatan
psikologis adalah penyalahgunaan wewenang jabatan Untuk keuntungan pribadi.
Korupsi bukan masalah budaya, akan tetapi korupsi berkenaan dengan masalah
sistem perekonomian dan kelembagaan. Lingkungan perekonomian dan
kelembagaan menentukan lingkup korupsi dan insentif untuk melakukan korupsi.
Korupsi adalah penyalahgunaan jabatan di sektor pemerintahan untuk keuntungan
pribadi, meliputi penjualan kekayaan negara secara tidak sah oleh pejabat,
kickbacks dalam pengadaan di sektor pemerintahan, penyuapan, dan pencucian
dana-dana pemerintah.
Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu
yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi,
merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah
pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap
sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan -
kekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk
memperkaya diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai