Kelompok 2 - Kode Etik Psikologi Profesi Singapura
Kelompok 2 - Kode Etik Psikologi Profesi Singapura
Kelompok 2 - Kode Etik Psikologi Profesi Singapura
Psikologi Singapura
Ndot Damarbahni H (11170700000125)
Qory Mutia Nursaid (11180700000015)
Azkia Dhea Kamila (11180700000025
Khaerunnisa (11180700000150)
Shabrina Zatil Hanan (11180700000171)
Irfan Fadhiil Erizon (11190700000117)
Kelebihan dari Kode Etik Psikologi
Singapura dan Indonesia
Kode Etik Psikologi Singapura yang
dinaungi oleh Singapore Psychological
Society (SPS) telah diperbarui pada tahun
2019
Kerahasiaan data klien harus dapat dijaga dari Harus menjaga data klien, pasien/partisipan
pihak yang tidak bertanggung jawab. Dalam yang menerima pelayanan psikologi
pasal 24 mengenai mempertahankan Pengungkapan data diperbolehkan hanya
kerahasiaan data dijelaskan bahwa memberikan untuk bidang ilmiah, investigasi,
HPP diperbolehkan hanya kepada pihak pemrosesan dan praktek klinis.
berwenang dan hanya sebatas tujuan awal untuk Penyingkapan data kepada teman seprofesi
apa, tentu dalam penyampaian hal tersebut harus tetap menjaga identitas klien
identitas klien harus bisa dijaga. Kemudian dalam Pengungkapan data hanya sebatas tujuan
pasal 25-27 dijelaskan mengenai bagaimana awal untuk apa
pendiskusian data, penulisan dan tujuan
pengungkapan data.
HUBUNGAN MANUSIA
Kode Etik Psikologi Indonesia
Bab 4 “Hubungan antar manusia”
Dijelaskan mengenai: Kode Etik Psikologi Singapura
Pasal 43, sikap professional: tidak membeda-bedakan Pedoman 2 “Hubungan manusia”
dalam memberi layanan psikologi
Pasal 44, pelecehan: terdapat dua konsep pelecehan yang
Dalam pedoman ini dijelaskan mengenai pelarangan
harus dihindari baik yang sifatnya seksual ataupun lainnya.
diskriminasi dalam memberi layanan, menghindari bahaya
Pasal 45, penghindaran dampak buruk: psikolog/ ilmuwan
dan ketidaknyamanan yang akan dirasakan oleh klien. Selain
psikologi harus menghindarkan dari hal-hal buruk yang
itu di dalam pedoman 2 juga dijelaskan mengenai hubungan
akan menimpa klien
Pasal 46, hubungan majemuk: boleh melakukan hubungan
majemuk yang dilakukan oleh psikolog sesuai dengan syarat,
majemuk (peran ganda dengan klien sama) hubungan dengan profesi lain, pelarangan hubungan yang
Pasal 48, eksploitasi: psikolog/ ilmuwan psikologi harus eksploitatif dan keintiman hubungan “seksual” serta adanya
bisa menghindari tindakan eksploitasi jasa layanan yang diberikan kepada organisasi.
Pasal 49, hubungan professional: psikolog/ ilmuwan
psikologi menjalin hubungan, baik sesama profesi maupun
profesi lain
Pasal 21, layanan psikologi pada organisasi
ASESMEN PEMBERIAN TERAPI
Kode Etik Psikologi Indonesia - Singapura Kode Etik Psikologi Indonesia (Bab 14 pasal 71, 78,
Baik di dalam kode etik psikologi indonesia maupun 79) - Singapura (Pedoman 5)
singapura sama-sama membahas tentang asesmen
yang dilakukan oleh psikolog. Dimana hal tersebut
Pada kode etik psikologi indonesia dan singapura
memiliki beberapa hal yang harus dipenuhi dan
sama-sama membahas tentang terapi seperti
diperhatikan, dibahas pula di antara kode etik
pemberian informed consent untuk terapi (prosedur
keduanya tentang teknik memperoleh data,
terapi, tujuan, biaya, batasan kerahasiaan,
pemberian informed consent, interpretasi dari hasil
keterlibatan pihak ketiga dan pemberitahuan
asesmen dan penjagaan hasil asesmen itu sendiri.
lainnya. Persamaan kedua adalah mengenai terapi
yang melibatkan pasangan/keluarga, terapi
KOMPETENSI
kelompok (menjelaskan tanggung jawab, peran dan
Kode Etik Psikologi Indonesia (Bab 3) - Singapura
batas kerahasiaan), adanya terapi yang diberikan
(Pedoman 5)
kepada klien yang pernah mendapat terapi pada
Di dalam kedua kode etik tersebut mengenai
kompetensi sama-sama membahas tentang apa saja psikolog lain (memperhatikan kesejahteraan dan
ruang lingkup/ batasan dari kompetensi, berdiskusi/ berkomunikasi dengan pemberi layanan
memberikan pelayanan dalam keadaan darurat, dan sebelumnya tentang kondisi klien) dan masalah
melakukan pendelegasian kepada teman seprofesi. tentang pemberhentian terapi.
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PSIKOLOGI
Kode Etik Psikologi Indonesia (Bab 8) - Singapura (Pedoman 6)
Dalam kode etik psikologi Indonesia Di dalam kode etik psikologi Indonesia
(Bab 9, pasal 50) dan Singapura penggunaan hewan dalam penelitian
(Pedoman 8) dijelaskan mengenai tercantum pada Bab 9 pasal 52, dan di
adanya pelarangan penipuan atau dalam kode etik psikologi Singapura
manipulasi dalam sebuah penelitian. tercantum pada pedoman 9 dengan
PENELITIAN
catatan tidak terlalu menyakiti dan
“diperlakukan seperti manusia”
2. Pembagian Pasal
Pada kode etik Indonesia, semua 80 pasal tersebut dibagi-bagi menjadi 15 Bab.
Sedangkan pada kode etik Singapura berasal dari 19 prinsip terbagi menjadi 10
bab saja.
3. Pasal Pertama
Dalam kode etik Indonesia, HIMPSI menyatakan
dalam pasal pertama berisi pengertian kode etik
psikologi, psikologi, psikolog, ilmuan psikologi, dan
layanan psikologi. Sedangkan dalam kode etik
Singapura SPS menjelaskan tentang privasi pelanggan
dan kenyamanan dalam pelayanan.
4. Psikologi Forensik
Pada kode etik psikologi Indonesia, terdapat pasal
yang mengatur tentang psikologi forensik. Terdapat
pada bab V dalam buku kode etik. Sedangkan dalam
kode etik Singapura, tidak ada pembahasan spesifik
tentang pasal yang mengatur psikologi forensik
didalamnya.
5. Pendidikan dan Pelatihan