Jurnal (2001010193)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

(Studi Analisis Kebijakan Pengembangan Kurikulum)


Natalia Angelika Simaremare (2001010193)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas HKBP Nommensen Pematang Siantar
[email protected]

ABSTRAK

Artikel ini bertujuan untuk mendiskripsikan sejarah perkembangan kurikulum pendidikan


Indonsia sejak tahun 1945 sampai saat ini. Perbaikan kurikulum sekurang-kurangnya
dilaksanakan sekitar sepuluh tahun sekali. Karena dalam kurun waktu sepuluh tahun ini,
sangat mungkin terjadi perubahan dalam berbagai bidang seperti teknologi informasi
komunikasi dan ilmu pengetahuan. Meskipun demkian, perubahan dan pengembangannya
harus dilakukan secara sistematis, terarah, tidak asal berubah. Metode yang digunakna dalam
penelitian ini adalah metode dokumentasi sebagaimana yang digunakan dalam teknik
pengumpulan data pada penelitian kepustakaan (library research). Objek kajian pada artikel
ini terfokuskan pada penelusuran sejarah perkembangan kurikulum di donesia dari awal
kemerdekaan hingga saat ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurikulum di
Indonesia telah dikebangkan sebanyak tiga belas kali, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,
1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013 dan Kurikulum Merdeka. Agar tidak memiliki nasib
yang sama, untuk itu pemerintah harus mengusahakan secara optimal agar para pelaksanaan
kurikulum di lapangan terutama para guru bisa memahami ide-ide yang terkandung dalam
kurikulum dengan baik dan benar.. Pemerintah harus melibatkan guru secara aktif dalam
kajian, uji coba, dan penilaian berbagai aspek kurikuler. Di sisi lain, perlu perubahan pada
tingkat perumus kurikulum, kurikulum harus sepenuhnya dirumuskan dengan
memperhitungkan landasan filosofis, pedagogis, sosiologis, sosial, budaya, teknis dan politis
sebagai basis kurikulum, serta memperhitungkan kondisi yang nyata dalam masyarakat dan
dunia pendidikan.

Kata kunci : Sejarah, Kurikulum, Pendidikan, Guru, Pembelajaran


A. PENDAHULUAN

Kurikulum menjadi bagian terpenting pendidikan. Ada ungkapan yang sering kali
muncul seiring dengan perubahan kurikulum yakni “ganti menteri ganti kurikulum”. Perlu
kita ketahui, bahwa kurikulum sejak saat penjajahan Belanda. Kurikulum adalah pedoman
atau acuan yang digunakan tenaga pendidik selama proses pembelajaran untuk menggapai
tujuan pembelajaran (pendidikan).

Kurikulum selalu ada perubahan dan penyempurnaan karena banyak faktor yang
mempengaruhinya. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan IPTEK dalam masyarakat berbangsa
dan bernegara. Kurikulum menunjukkan dasar atau pandangan hidup suatu bangsa.

Seiring dengan perkembangan zaman, dengan berbagai alasan dan rasionalisasi


kurikulum Indonesia terus mengalami pergantian dari periode ke periode. Keberadaan
kurikulum memberi pengaruh bagi kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena
itu, melalui tulisan ini, penulis menganggap penting untuk mengurai lebih dalam dan cermat
akan kurikulum pendidikan Indonesia, sekaligus memperbandingkannya, sehingga
diharapkan dapat menjadi bahan diskusi solusi untuk memahami pokok permasalahan
pendidikan Indonesia dalam sudut pandang kurikulum.

B. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi


sebagaimana yang digunakan dalam teknik pengumpulan data pada penelitian kepustakaan
(library research). Metode dokumentasi adalah mencari data dan informasi dari benda-benda
atau dokumen-dokumen seperti majalah, buku-buku atau notulen ctatan harian dan
sebagainya.

C. PEMBAHASAN DAN HASIL

Sejarah Kurikulum di Indonesia

1. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947’


Kurikulum pertama yang lahir setelah merdeka. Kurikulum ii bersifat populis, yaitu
yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Rencana
pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat, dari pada pendidikan pikirn. Materi pembelajaran dihubungkan dengan
kejadian sehri-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2. Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”


Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama
“Rentjana Pelajaran Terurai 1952”. Dimana kurikulum ini leboh menekankan pada
pembelajaran aktif, kreatif dan produktif dimana untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
kurikulum ini juga menekankan kedisiplinan, kerajinan, sopan, santun san berjiwa
nasionalisme. Ilabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru
mengajar satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode 1991-1995)

3. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964”


Setelah tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah menyempurnakan kembali
sistem kurikulum di Indonesia yang di beri nama Rentjana Pendidikan 1964. Pada kurikulum
ini pemerintah menerapkan program sebagai pembekalan di SD yaitu pengembangan daya
cipta, rasa, karsa, karya dan moral. Kemudian, untuk mta pembelajaran atau pelajaran
diklarifikasikan menjadi lima kelompok bidang tadi, yaitu moral, kecerdasan, emosional,
keterampilan dan jasmani.

4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968
menekankan pendekata organisasi materi pembelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar dan kecakapa khusus. Djauzak menyebut kurikulum 1968 sebagai
kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok saja”. Muatan materi pelajaran
bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan, keterampilan, serta mengembangkan fisik
yang sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975
Lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep bidang manajemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat it, “Metode, materi dan tujuan pengajaran.
Kurikulum ini bersifat realistik yang artinya sekolah menjalanka bentuk kurikulum yang
disusun oleh pemeritah pusat. Kurikulum ini mengarah pada pendidikan yang efektif dan
efesien. Kurikulum ini juga bersiat otoriter sehingga menimbulkan kritik di dalamnya.

6. Kurikulum 1984, “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”


Kurikulum ini menggunakan pendekatan keterampilan proses. Dalam kali ini siswa
sebagai subjek belajar yang selalu aktif. Megamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskripsikan, hingga melaporkan menja di rutinitas yang dilakukan oleh siswa selama
kegiatan pembelajaran di sekolah. Model ini disebut “Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)”.
Konsep CBSA yang bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan. Sayangnya,
banyak sekolah juga kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh
di ruang kelas lantara siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, da lain-lain.
Akhiran penolakan CBSA bermunculan.

7. Kurikulum 1994 dan suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memaduka kurikulum-kurikulum
sebelumnya, terutama kurikulum 1975 da 1984. Sayagnya, perpaduan ini belum berhasil.
Kritik pun berdatangan karena beban belajar siswa yang terlalu berat, dari muatan nasional
hingga muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan derah masing-masing,
misalnya bahasa daerah keseian, keterampilan daerah, dan lain-lain.

8. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)


Program pedidikan berbasis kompetensi ini mengadung tiga unsur pokok, yaitu:
pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pembangunan pembelajaran. KBK memiliki ciri-
ciri sebagai berikut: menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar. Kegiatan pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Penilaian menekankan pada proses dan hasil
belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Hasil belajar
mencermikn keluasan, kedalaman dan kompleksitas kurikulum. Setiap hasil belajar memiliki
seperangkat indikator.
9. Kurikulum 2006, “KTS (Kurikulum Tngkat Satuan Pendidikan)”
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji terbatas
tersebut dihentikan. Lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama degan kurikulum
2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya yaitu
mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada kurikulum 2006, pemerintah
pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi iyhdasar, sedangkan sekolah dalam hal
ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya
sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.

10. Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-
kompetensi tertentu oleh peserta didik. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan
pengembangan bakat. Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.
Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yag produktif,
kreatif, inovatif, efektif, melalui pengamatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implemetasi kurikulum, guru dituntut
secara profesioonal merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir
pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur
pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria
keberhasilan.

11. Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi Indonesia dengan pionirnya Nadiem Anwar Makarim. Kurikulum ini
merupakan ide pasca kurikulum darurat ditetapkan sebagai solusi tentatif ketika menghadapi
pandemi Covid-19. Hal ini dilakukan gua meringankan beban permasalahan pendidikan
Indonesia yang ketertinggalan pembelajaran.
Kurikulum Merdeka memiliki konsep liberalissi pada jalannya kegiatan belajar
mengajar. Alasan munculnya kurikulum merdeka ini adalah untuk mengembangkan kualitas
pendidikan Indonesia menjadi lebih baik lagi dan linier dengan kemajuan zaman.
Merdeka belajar dengan baik, sekolah perlu melakukan beberapa hal berikut:
a) Membuat Rencana Pembelajaran
b) Menyediakan Fasilitas dan Sumber Belajar yang Cukup
c) Menerapkan Sistem Evaluasi yang tepat
d) Melibatkan orang tua dalam proses pembelajara
e) Membuat laporan kemajuan siswa
f) Memberikan bimbingan konseling
g) Meningkatkan kompetensi guru

Interprestasi

Tidak dapat dipugkiri bahwa dalam pengembangannya perguruan tinggi atau sekolah
akan menghadapi beberapa faktor peghambat. Faktor-faktor penghambat yang kemungkinan
muncul dalam pengembangan kurikulum , diantaranya:

1. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang terus-menerus menigkat, yang pada


gilirannya akan menimbulkan kelagkaan fasilitas belajar dan personel pembimbing.
Sehingga membutuhkan kurikulum yang lebih sesuai.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut penyesuaian kurikulum
agar masyarakat kita tidak ketinggalan dengan bangsa lain terutama dalam hubugan
pergaulan dengan bagsa-bangsa lain di dunia.
3. Aspirasi manusia semakin berkembang luas, berkat kebebasan berfikir dan
mengeluarkan gagasan dan konsep perlu mendapat penyaluran yang wajar, agar
sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai agama dan kebangsaan. Hal ini
mendorong perbaikan dan pengembaga kurikulum
4. Dinamika masyarakat yang disebabkan oleh berbagai faktor, menyebabkan geraka
masyarakat, baik vertikal maupun horizontal membawa pengaruh besar artinya bagi
pengembangan kurikulum.

Maka, utuk mengurangi masalah-masalah yang sering munculdalam pengembangan


kurikulum, Othanel Smith dalam Hamalik,mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, beliau menitikberatkan pada, (1) pemilihan titik tolak pengembangan, (2)
analisis kekuatan-kekuatan yag ada secara selektif, (3) teknik pelaksanaannya, (4) cara yang
konvensional dalam mengusahakan perubahan dan (5) kontrol atau pengawasan kurikulum.

Nurgiantoro, dalam pegembangan kurikulum terdapat sejumlah prinsip dasar yang


dipakai sebagai landasan agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan keinginan yang
diharapkan, baik oleh pihak lembaga, siswa, orang tua dan masyarakat pengguna lulusan.
Untuk itu, perlu menentukan prinsip-prinsip yang menunjang dan menjadi landasan dalam
pengembangan kurikulum yang dilakukan. Prinsip-prinsip tersebut diantarnya: relevasi,
efektivitas, efisiensi, kesinambugan, fleksibilitas, berorietasi pada tujuan, prinsip sinkronisasi.
Guru harus mengetahui prinsip-prinsip tersebut sebagai pelaksana di lapangan dan dapat
menerapkannya dalam proses pembelajaran dengan baik.

Secara konseptual bahwa kurikulum yang kita miliki sudah sangat baik. Namun,
kelemahan dari kurikulum saat ini adalah pada aspek implementasi dan mengenyampingkan
peran guru dalam perubaha kurikulum, kita lebih konsen pada aspek isi kurikulum itu sendiri.
Untuk itu dalam pelaksanaan kurikulum dibutuhkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, faktor-
faktor tertentu, misalnya kesiapan sumber daya, sarana prasarana, strategi belajar mengajar,
dan sebagainya. Dalam hal ini, satuan pendidikan harus mampu dan berusaha mencermati
berbagai dimensi tersebut.

Implementasi kurikulum di Indonesia, berdasarkan hasil pengamatan sejak zaman


kemerdekaan sampai sekarang, memberi kesan implementasi kurikulum di lapangan gagal.
Sedikitnya ada empat faktor penyebab, yaitu : (1) Faktor yang bersumber dari birokrasi,
terutama ada harapan dan perlakuan yang berlebihan di kalangan birokrat mengenai peran
kurikulum dan unsur guru dinomor duakan, (2) Faktor yang bersumber fari penyusunan
kurikulum, terutama karena lemahnya dasar-dasar filosofis dan psikologis dalam penjabaran
kurikulum, sehingga tidak sesuai dengan realita sosial dan tuntutan perubahan yang ada di
masyarakat, (3) Faktor yang bersumber dari pelaksana kurikulum, terutama karena tingkat
kompetensi dan profesionalisme yang kurang mendukung di kalangan guru, (4) Faktor yang
bersumber dari ekosistem pendidikan, terutama karena tidak kuatnya dukungan sosial dan
ketersedihan intrastruktur pendidikan pada satuan pendidikan, terutama sekolah-sekolah yang
ada di daerah.

Keempat faktor penyebab di atas, merupakn suatu kesatuan yang bersinergi sebagai
gabungan yang memastikan terjadinya kegagalan dalam perubahan dan implementasi
kurikulum di lapangan. Ditangan guru kegagalan tersebut menjadi nyata. Posisi dan peran
yang terbatas sebagai pelaksana serta pemahaman konseptual mereka yang sederhana.
Walaupun demikian, belum boleh disimpulkan bahwa guru adalah penyebab utama
kegagalan kurikulum, khususnya rendahnya kualitas pendidikan pada umumnya. Guru hanya
satu unsur terkait dari mata rantai kegagalan.
Dengan demikia, pemerintah harus memfasilitasi guru untuk lebih memahami dasar-
dasar pertimbangan penyusunn kurikulum baru, melibatkan guru secara aktif dalam kajian,
uji coba, dan penilaian berbgi aspek kurikuler. Lalu, memberdayakan guru secara
berkelanjutan dalam peningkatan kemampuan profesional mereka sebagai nara sumber
kurikulum.

D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam


Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujun, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencap

ai tujuan pendidikan tertentu”. Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu: tujuan,
isi/materi, metode atau strategi pencapaian tujua pembelajaran, organisasi kurikulum dan
evaluasi.

Seperti halnya dalam masalah sistem pendidikan secara makro, politik, ekonomi,
sosial dan budya, serta globalisasi turut mempengaruhi corak kurikulum pendidikan di
Indonesia dari mulai periode awal, yakni masa kemerdekaan dan pemerintahan orde lama,
orde baru, reformasi, kurikulum K13 hingga Kurikulum Merdeka yang baru saja
diimplementasikan. Tidak ada yang salah jika terjadi perubahan kurikulum, Jangankan setiap
sepuluh tahun sekali, setiap setahun sepuluh kali pun tidak masalah, kalau memag
dikehendaki demikian. Yang menjadi soal adalah dengan tujuan dan alasan apakah perubaha
itu terjadi, dan apakah tujuan serta alasan itu memag dibenarkan dan dibutuhkan sekarang,
sebagai antisipasi masa depan.

Harapan kita semua bahwa kurikulum yag baru tidak akan mengalami nasib yang
sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Akan tetapi mampu memberikan pencerahan
terhadap perubahan paradigma berpikir para pelaksna di lapangan, serta mampu
memfasilitasi dan mebantu memfasilitasi dan membantu meingkatkan kompetensi peerta
didik sehingga mampu bersaing baik di kancah nasional maupun internasional dengan
bangsa-bangsa yang lain.
Daftara Pustaka

Nurgiyantoro, Burhn. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Sebuah Pegantar Teoritis


dan pelaksanaannya). (Yogyakarta: BPFE, 1988).

Surakhmad, Winarno. Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi. (Jakarta: PT. Kompas
Media usantara, 2009).

Ornstein, Allan. C & Hunkins, Francis. P. Curriculum Foundations, Principles and Issues.
(New York: Pearson, 2009).

Sukmadinata, Nana Sy. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek. (Bandung: P.T.
Remaja Rosdakarya, 1997).

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Draft Kurikulum 2013. (Jakarta: Kemedikbud,


2013).

Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung PT. Remaja


Rosdakarya, 2006)

Hamalik, Oemar. Model-Model Pengembangan Kurikulum. (Bandug: Dipostig dari Web


Master Gamaliel School, 1999)

Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2013)

Schubert. Curriculum Prespective, Paradigm and Posibility. (New York: Mc. Millan
Publishing, 1986

Anda mungkin juga menyukai