Ruangan Anak Gangguan Kebutuhan Cairan
Ruangan Anak Gangguan Kebutuhan Cairan
Ruangan Anak Gangguan Kebutuhan Cairan
OLEH:
NI KADEK SRI WAHYUNI ANTARI
NIM. 223213467
2. KLASIFIKASI.
Menurut Rahayu dan Harnanto(2017),terdapat beberapa
klasifikasi cairan dan elektrolit yaitu sebagai berikut:
1.Klasifikasi cairan.
A. Klasifikasi menurut distribusi cairan tubuh yaitu sebagai
berikut:
a) Cairan Ekstrasel(CES) terdiri dari:
Cairan intersitial (CI) yaitu cairan yang berada
diantara sel yang menyusun sekitar 15% berat
tubuh
Cairan intravaskular (CIV) terdiri dari plasma
(cairan limfe) dan darah yang menyusun sekitar
5%berat tubuh.
Cairan transeluler yang terdiri dari cairan
serebrospinalis,synovia,cairanan
peritoneum,cairan dalam rongga mata,dll yang
menyusun 1-3% berat tubuh
b) Cairan Instrasel (CIS) yaitu cairan dalam membrane sel
yang membentuk 40% berat tubuh.
B. Klasifikasi berdasarkan komposisi cairan tubuh terdiri
dari:
1 Elektrolit : senyawa yang jika larutan dalam air
akan pecah menjadi ion dan mampu membawa
muatan listsrik ,yang terdiri daeri:
o Kation :elektrolit yang mempunyai muatan
positif
o Anion : elektrolit yang mampunyai muatan
negatif
Elektrolit berfungsi untuk neuromuscular dan
kesimbangan
Asam basa.Elektrolit diukur dalam mEq/L.
2 Mineral merupakan senyawa jaringan dan cairan
tubuh,yang berfungsi dalam:
o Mempertahankan proses fisiologis
o Katalis dalam respons saraf, kontraksi
otot,dan metabolisme zat gizi
o Mengantur keseimbangan elektrolit dan
produksi hormon ,menguatkan struktur
tulang.
3 Sel meruapakan unit fungional dasar dari jaringan
tubuh ,contohnya eritrosit dan leukosit.
C. Klasifikasi berdasarkan pergerakan tubuh.
a) Ketidakseimbangan natrium
Hiponatremia adalah konsentrasi natrium dalam
darah lebih rendah,terjadi saat kehilangan natrium
atau kelebihan air.Hiponatremiamenyebabkan
kolaps pembuluh darah dan syok. Hipernatremia
adalahkonsentrasi natrium dalam darah lebih
tinggi, dapat disebabkan olehkehilangan air yang
ekstrim atau kelebihan natrium. Ekskresi
darinatrium dapat dilakukan melalui ginjal atau
sebagian kecil melaluitinja, keringat, dan air
mata.Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt
b) Ketidakseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat
dalam cairan intraselyang berfungsi sebagai
exitability neuromukuler dan
kontraksiotot.Keseimbangan kalium diatur oleh
ginjal dengan mekanisme perubahan ion
natrium dalam tubulus ginjal dan sekresialdosteron
.Hipokalemia adalah kalium yang bersikulasi tidak
adekuat,dapat disebabkan oleh penggunaan
diuretik.Hipokalemia dapatmenyebabkan aritmia
jantung.Hiperkalemia adalah jumlah kaliumdalam
darah lebih besar, disebabkan oleh gagal
ginjal.Nilai normalnyasekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c) Ketidakseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk
pembentukan tulang dan gigi, penghantar impuls
kontraksi otot, koagulasi
darah (pembekuan darah)dan membantu beberapa
enzim pankreas.Kalsium diekresi melaluiurine,
keringat.Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur
langsung olehhormon paratiroid pada reabsorbsi
tulang.Hipokalsemiamencerminkan penurunan
kadar kalsium serum. Hiperkalsemia
adalah peningkatan konsentrasi kalsium serum.
d) Ketidakseimbangan magnesium
Keseimbangan magnesium diatur oleh
kelenjar parathyroid, danmagnesium diabsorbsi
dari saluran pencernaan.Magnesium dalamtubuh
dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Jika
magnesium dalam plasma darah
kadarnya menurun, maka ginjal akan mengeluarka
nkalium lebih banyak, dapat terjadi pada pasien
alkoholisme kronis,muntah-muntah, diare,
gangguan ginjal.
Hipomagnesemia terjadiketika kadar konsentrasi
serum turun sampai di bawah 1,5
mEq/L,menyebabkan peningkatan iritabilitas
neuromuskular.Hipermagnesemia terjadi ketika
konsentrasi magnesium serummeningkat sampai di
atas 2,5 mEq/L, menyebabkan
penurunaneksitabilitas sel-sel otot
3. Etiologi
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keseimbangan
cairan dan elektrolittubuh antara lain:
1.Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia,
karena usia akan berpengruh pada luas permukaan tubuh,
metabolisme, dan berat badan.Kebutuhan cairan pada bayi
dan anak perharinya yaitu:
a.Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan
perhari100ml/kgBB.
b.Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml +
50ml/kgBB
c.Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml +
20ml/kgBBKebutuhan cairan pada orang dewasa
menggunakan rumus 30-50ml/kgBB/hari
2.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi)
dan kelembabanudara rendah memiliki peningkatan
kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.
3.Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan
elektrolit. Ketikaintake nutrisi tidak adekuat maka tubuh
akan membakar protein dan lemaksehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan
menurun padahalkeduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehinggahal ini akan menyebabkan
edema.
4.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa
darah,
dan pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningk
atkan natriumdan rentensi air sehingga bila berkepanjangan
dapat meningkatkan volumedarah.
5.Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
a.Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan
air melaluiIWL.
b.Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi
prosesPasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
c.Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan
mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kema
mpuan untukmemenuhinya secara mandiri.
a. Hipotermi.
b. Kelembaban lingkungan yang sangat tinggi.
c. Oliguria atau anuria.
d. Hampir tidak ada aktivitas.
e. Retensi cairan misal gagal jantung.
4. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan
cairandan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang
proporsional(isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia. Umumnya,gangguan ini diawali dengan
kehilangan cairan intravaskuler, laludiikuti dengan perpindahan
cairan interseluler menuju intravaskulersehingga menyebabkan
penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untukmengkompensasi
kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan
oleh beberapa hal,
yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asup
ancairan,
perdarahan dan pergerakan cairan kelokasi ketiga (lokasi tempat
cairan berpindah dan tidak mudah untukmengembalikanya ke
lokasi semula dalam kondisi cairanekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasiintravaskuler menuju lokasi
potensial seperti pleura,peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, sep
ertiterperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat
terjadiakibat obstruksi saluran pencernaan.
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien
denganhipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan,
sinkope,anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental,
konstipasi,oliguria. Tergantung jenis kehilangan cairan
hipovolemia dapatdisertai ketidak seimbangan asam basa,
osmolar/elektrolit. Penipisan(CES) berat dapat menimbulkan
syok hipovolemik. Mekanismekompensasi tubuh pada kondisi
hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem
syaraf simpatis
(peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) d
an tahanan vaskuler), rasahaus, pelepasan hormon antideuritik
(ADH), dan pelepasanaldosteron. Kondisi hipovolemia yang
lama menimbulkan gagal ginjal akut.
5. Klasifikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat
mengakibatkan :
a. Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang pada dehidrasi hipertonik.
Kelebihan volume ekstraselulserKebihan cairan ekstraseluler
dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan
proporsi yang kira-kira sama. Denganterkumpulnya cairan isotonik
yang berlebihan pada ekstraseluler,maka cairan akan berpindah ke
kompartemen cairan interstitialsehingga menyebabkan edema.
6. Gejala Klinis
GEJALA
1 Kelelahan
2 Kram otot dan kejang
3 Mual
4 Pusing
5 Pingsan
6 Lekas marah
7 Muntah
8 Mulut kering
9 Denyut jantung lambat
10 Kejang
11 Palpitasi
12 Tekanan darah naik turun
13 Kurangnya koordinasi
14 Sembelit
15 Kekakuan sendi
16 Rasa haus
17 Suhu naik
18 Anoreksia
19 Berat badan menurun
7. Pemeriksaan Fisik
Mata : mata cekung atau cowong, airmata kering atau tidak, dll.
tidak,dll
8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
1) Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dna
tablet clinitest bila diduga terdapat intoleransi glukosa
- Bila perlu diadakan uji bakteri
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam
darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan
analisa gas darah.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui
faal ginjal.
4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan
Posfat.
5) Laboratorium:
- Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi,
hipokalemi
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2
meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun)
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
9. Penatalaksanaan
Pengobatan cairan dan elektrolit secara intravena mempunyai
tujuan untukmengganti kekurangan air atau elektrolit di dalam
tubuh, memberikan air,elektrolit dan zat makanan untuk
kebutuhan harian, serta untuk memperbaikikeadaan akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Penatalaksanaan
pemberiancairan dan elektrolit harus berdasarkan penyebab,
setelah ditentukan, makadisusun suatu rencana pemberian
meliputi jenis cairan/elektrolit, jumlah, dankecepatan
pemberian. Penatalaksanaan harus dilakukan secara sistematik
meliputievaluasi status hemodinamik, pemasangan infus yang
baik, bila perlu memasangtekanan vena sentral (CVP), periksa
kadar elektrolit, analisis gas darah. Padakondisi gawat, kateter
urin harus terpasang untuk mengetahui kehilangan
cairansehingga dapat direncanakan pemberian cairan/elektrolit
yang tepat (Suwarsa,2018).
1) Pemilihan cairan intravenaa)
a) Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal
saline danringer laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi
yang mirip cairanekstraselular. Karena perbedaan sifat antara
kristaloid dan koloid, dimanakristaloid akan lebih banyak
menyebar ke ruang interstitial dibandingkandengan koloid maka
kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisitcairan di
ruang intersisial. Penggunaan cairan normal salin dalam
jumlahyang besar dapat menyebabkan timbulnya asidosis
hiperkloremik,
sedangkan penggunaan cairan ringer laktat dengan jumlah besar
dapat menyebabkanalkalosis metabolik yang disebabkan adanya
peningkatan
produksi bikarbonat akibat metabolisme laktat. Larutan dekstros
e 5% seringdigunakan jika pasien memiliki gula darah yang
rendah atau memiliki kadarnatrium yang tinggi. Namun
penggunaannya untuk resusitasi dihindarkankarena komplikasi
yang diakibatkan antara lain hiperomolalitashiperglikemik,
diuresis osmotik, dan asidosis serebral (Suta dan
Sucandra,2017).
b) Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat
molekul tinggidengan aktivitas osmotik yang menyebabkan
cairan ini cenderung bertahanagak lama dalam ruang
intravaskuler. Koloid digunakan untuk resusitasicairan pada
pasien dengan defisit cairan berat seperti pada
syokhipovolemik/hermorhagik sebelum diberikan transfusi
darah, pada penderitadengan hipoalbuminemia berat dan
kehilangan protein jumlah besar(misalnya pada luka bakar).
Cairan koloid merupakan turunan dari
plasma protein dan sintetik yang dimana koloid memiliki sifat y
aitu plasmaexpander yang merupakan suatu sediaam larutan
steril yang digunakan untukmenggantikan plasma darah yang
hilang akibat perdarahan, luka baker,operasi, Kerugian dari
‘plasma expander’ ini yaitu harganya yang mahal dan dapat
menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan
dapatmenyebabkan gangguan pada cross match. Contoh koloid
alami yaitu seperti fraksi protein plasma 5% dan albumin
manusia, serta koloid sintetik seperti cairan koloid yaitu dextra
dan gelatin.
PATHWAY
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas klien
2) Riwayat keperawatan.
a. Keluhan utama
Feces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan
menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekuensi BAB lebih dari 3 kali dengan
konsistensi encer.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan
darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih
dari 3 kali dan waktu diare: diare akut dan diare kronis
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian, hospitalisasi dan pembedahan yang
pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, status gizi (lebih,
baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi
dan lain-lain. Pernah mengalami diare sebelumnya,
pemakaian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi
parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA, campak.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau
tetangga yang berhubungan dengan distribusi penularan
- Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal
hygiene yang kurang mudah terkena kuman penyebab
diare
- Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang) di sungai dan
cara bermain anak yang kurang hygienis dapat
mempermudah masuknya kuman lewat fecal-oral
- Persepsi Keluarga
Kondisi lemah dan diare yang berlebihan perlu suatu
keputusan untuk penanganan awal atau lanjutan ini
bergantung pada tingkat pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki oleh keluarga.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang
menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal kotor.
3) Kebutuhan dasar.
a. Pola eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB
lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
b. Pola nutrisi: diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya
distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak
nyaman.
d. Pola hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang
lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
4) Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun,
lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar
abdomen membesar.
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu,
kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun teraba cekung
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan
- Inspeksi
BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi
lebih dari 3x dalam sehari, adakah bau disertai lendir
atau darah, mukosa mulut kering, distensi abdomen,
nafsu makan menurun, mual muntah,
- Auskultasi: bising usus (menggunakan diafragma
stethoscope), peristaltic meningkat > 35 x/mnt,
- Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa,
hepar dan lien tidak membesar, suara tymphani
- Palpasi : memeriksa adanya nyeri tekan dan masaa
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40
x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot
pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan
lemah, tekanan darah menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor kulit
menurun, suhu meningkat > 37,50C, akral hangat, akral
dingin (waspada syok), capillary refill time memanjang
> 2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai
anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari
sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan
waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang
ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal.
2) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
3) Inkontinensia fekal berhubungan dengan diare kronis.
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan
makanan.
5) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan
volume cairan.
3. Intervensi Keperawatan
yang menyebabkan
diare 7. Membantu pasien
Edukasi dan keluarga
memahami terkait
7. Jelaskan definisi, inkontinensia fekal
jenis inkontinensia, 8. Membantu dalam
pengkajian
penyebab
inkontinensia fekal
8. Anjurkan mencatat 9. Membantu
mengurangi
karakteristik feses
defekasi
Kolaborasi
9. Kolaborasi
pemberian obat diare
(mis. loperamide,
atropine)
4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama …x24 1. Identifikasi status 1. Mengetahui status
kurangnya asupan jam diharapkan defisit nutrisi nutrisi pasien dapat
makanan. nutrisi teratasi dengan membantu dalam
kriteria hasil: pengkajian
1. Diare menurun 2. Memantau asupan
2. Bising usus normal 2. Monitor asupan makanan pada
pasien
(5-30 per menit) makanan
3. Mengetahui berat
3. Berat badan normal 3. Monitor berat badan
badan pasien
4. Indeks massa tubuh
4. Membantu pasien
(IMT) normal Terapeutik
untuk menentukan
5. Penyiapan dan 4. Fasilitasi menentukan
program diet
penyimpanan pedoman diet
dengan gizi
makanan yang aman
seimbang
5. Membantu pasien
5. Sajikan makanan
makan dengan
secara menarik dan
makanan bergizi
suhu yang sesuai
6. Berikan makanan
6. Membantu
tinggi kalori dan
kecukupan nutrisi
tinggi protein
pasa pasien
Edukasi
7. Anjurkan diet yang 7. Membantu pasien
diprogramkan memahami diet
yang akan
Kolaborasi
diberikan
8. Kolaborasi dengan 8. Menentukan diet
ahli gizi untuk dan jenis nutrien
menentukan jumlah yang akan
kalori dan jenis diberikan secara
nutiren yang tepat kepada pasien
dibutuhkan
5 Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama … 1. Identifikasi penyebab 1.Mengetahui penyebab
dehidrasi. x24jam diharapkan hipertermia hipertermia
hipertermia teratasi dengan 2. Monitor suhu tubuh 2.Memantau perubahan
kriteria hasil: suhu tubuh
1. Suhu tubuh dalam 3. Monitor komplikasi 3.Mengetahui adanya
rentang normal Suhu akibat hipertermia komplikasi
36-37,5oC)
1. Tidak ada perubahan Terapeutik
warna kulit 4. Sediakan lingkungan 4. Membantu pasien
2. Pucat menurun yang nyaman beristirahat
3. Tidak ada kejang 5. Basahi dan kipasi 5.Membantu
permurkaan tubuh mengurangi rasa panas
Edukasi pada pasien
6. Anjurkan tirah baring
6. Meminimalkan
Kolaborasi fungsi semua sistem
7. Kolaborasi organ pasien
pemberian cairan dan 7. Membantu
elektrolit intravena memulihkan kondisi
tubuh
6 Kerusakan integritas Setelah dilakukan asuhan Observasi
kulit berhubungan keperawatan ...x24 jam 1. Identifikasi penyebab 1. Mengetahui
dengan kekurangan diharapkan kerusakan kerusakan integritas penyebab kerusakan
volume cairan. integritas kulit teratasi kulit integritas kulit
dengan kriteria hasil:
1. Integritas kulit yang Terapeutik 2. Mengurangi tekanan
baik bisa 2. Ubah posisi tiap 2 pada daerah
dipertahankan. jam tirah baring gangguan integritas
2. Tidak ada luka/lesi kulit
pada kulit. 3. Lakukan pemijatan 3. Membantu
3. Perfusi jaringan baik. pada area penonjolan memperbaiki
4. Menunjukkan tulang sirkulasi, metabolism
pemahaman dalam dan memperlancar
proses perbaikan peredaran darah
kulit dan mencegah 4. Bersihkan perineal 4. Menjaga kebersihan
terjadinya cedera dengan air hangat, area perineal
berulang. terutama selama
5. Mampu melindungi periode diare
kulit dan 5. Gunakan produk
mempertahankan berbahan petroleum 5. Mencegah infeksi
kelembaban kulit dan atau minyak pada kulit dan mengobati
perawatan alami. kulit kering kulit rusak
Edukasi
6. Anjurkan gunakan 6. Menjaga kelembaban
pelembab kulit
7. Anjurkan minum air 7. Menjaga kadar
yang cukup cairan tubuh dan
8. Anjurkan mandi dan kesegaran kulit
menggunakan sabun 8. Menjaga kebersihan
secukupnya kulit
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi atau rencana keperawatan yang
disusun sebelumnya.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan yang dilakukan dengan format SOAP.
37
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Nurarif, A. H., & Hardhi, K. 2015. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic,
Noc, dalam Berbagai Kasus Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pusat
Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pusat
Pengurus Pusat PPNI.
38
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pusat
Pengurus Pusat PPNI.
Wijaya, AS & Putri YM. 2013. KMB (Keperawatan Medikal Bedah), Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.
39