Terapi Mindfulness (Meditasi Dzikir) Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Journal of Telenursing (JOTING)

Volume 3, Nomor 1, Juni 2021


e-ISSN: 2684-8988
p-ISSN: 2684-8996
DOI: https://doi.org/10.31539/joting.v3i1.2068

TERAPI MINDFULNESS (MEDITASI DZIKIR)


TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA

Bella Dara Anggun Pratiwi1, Reni Chairani2, Syamsul Anwar3, Ferasinta Ferasinta4
Universitas Muhammadiyah Jakarta1,2,3
Universitas Muhammadiyah Bengkulu4
[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh Mindfulness


(meditasi dzikir) terhadap penurunan insomnia pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Kota Bengkulu. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif
dengan menggunakan rancangan quasi-eksperimen, two group pre-post test equivalent
without control design. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive
sampling. Instrumen penilaian insomnia menggunakan Studi Psikiatri Biologi Jakarta-
Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok
yang diterapkan meditasi dzikir memperoleh p-value sebesar 0.000 dan kelompok tanpa
meditasi dzikir memperoleh p-value > 0,05. Multivariate test pada insomnia kelompok
intervensi murni mengalami penurunan insomnia dengan nilai p-value sebesar 0.000.
Sedangkan untuk kelompok kontrol murni tidak mengalami penurunan insomnia dengan
p-value > 0.05. Simpulan, terdapat perbedaan yang bermakna penurunan insomnia pada
lansia sebelum dan sesudah diberikan intervensi meditasi dzikir di Panti Sosial Tresna
Wherda (PSTW) Kota Bengkulu.

Kata Kunci: Insomnia, Lansia, Mindfulness (Meditas Dzikir)

ABSTRACT

This study aims to obtain an overview of mindfulness (dzikir meditation) on reducing


insomnia in the elderly at the Tresna Werdha Social Home (PSTW) Bengkulu City. The
quantitative using a quasi-experimental method, the research design used two groups
pre-post test equivalent without control design. Sampling was done using the purposive
sampling technique. Insomnia assessment instrument using the Jakarta Biological
Psychiatry Study-Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS). The results showed that the
group that applied dzikir meditation got a p-value of 0,000 and the group without dzikir
meditation got a p-value> 0.05. Multivariate test on insomnia in the pure intervention
group experienced a decrease in insomnia with a p-value of 0.000. In contrast, there
was no decrease in insomnia for the uninfected control group with a p-value> 0.05. In
conclusion, there is a significant difference in reducing insomnia in the elderly before
and after being given dzikir meditation intervention at the Tresna Wherda Social
Institution (PSTW) Bengkulu City.

Keywords: Insomnia, Elderly, Mindfulness (Meditas Dzikir)

163
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 163-170

PENDAHULUAN
Tidur berubah seiring bertambahnya usia. Secara khusus, bayi tidur antara 10
hingga 14 jam per hari durasi tidur yang direkomendasikan untuk orang dewasa yang
lebih tua adalah antara 7–8 jam setiap hari. Banyak yang lebih tua orang dewasa
mengalami ketidakpuasan dengan kuantitas dan kualitas bahkan dengan tidur yang
cukup kesempatan untuk tidur. Bila ini disertai dengan gangguan siang hari selama
jangka waktu tertentu waktu, mereka mungkin memenuhi kriteria untuk gangguan
insomnia (Woods-Giscombe et al., 2019).
Insomnia adalah salah satu gangguan tidur paling umum pada orang dewasa yang
lebih tua. Gangguan ini didefinisikan sebagai keluhan sulit memulai tidur, sulit
mempertahankan tidur atau dini hari bangun dengan ketidakmampuan untuk kembali
tidur dengan adanya kesempatan tidur yang cukup atau faktor lingkungan yang ideal.
Insomnia disertai tekanan klinis pada siang hari atau gangguan fungsional. Edisi kelima
dari Manual Diagnostik dan Statistik untuk Gangguan Mental mengharuskan gejala
terjadi setidaknya tiga malam seminggu setidaknya tiga bulan. Insomnia juga dapat
bersifat episodik jika gejala berulang dan terus berlanjut beberapa minggu sekaligus,
selama beberapa tahun (Nguyen et al., 2019).
Secara global, berbagai studi dilakukan pada skenario global yang telah
menunjukkan temuan variabel tentang insomnia pada orang yang lebih tua. Mereka
kesulitan untuk memulai tidur, seringnya terbangun lebih cepat dari biasanya,
mengalami kepala sakit pada siang hari, mudah marah dan kesulitan untuk
berkonsentrasi. Dampak lain yang lebih terlihat yaitu akan depresi dan saat mengerjakan
pekerjaan rumah bisa mengalami insomnia ataupun berkendaraan, serta dapat
terganggunya aktivitas harian. Jika seseorang kurang tidur akan timbul perasaan curiga
dan bingung, akan hilangnya semangat kerja dan melemahnya imunitas. Kurangnya
tidur akan menimbulkan masalah lain pada kualitas hidup lansia dan dapat
menyebabkan penyakit lain seperti berubahnya respon perilaku, perasaan di hati
menjadi buruk, dapat menyebabkan kecelakaan seperti terjatuh dan dapat mengalami
kecelakaan dalam rumah tangga. Insomnia pun bisa mengakibatkan resiko kematian
pada lanjut usia (Dangol et al., 2020).
Epidemiologic Catchment Area menemukan bahwa 25% lanjut usia di Amerika
Serikat akan menjumpai kecemasan yang diakibatkan karena gangguan sulit tidur.
Sekitar 44% peserta memiliki kualitas tidur yang buruk, 9,4% menggunakan obat tidur,
27,1% memiliki hubungan keluarga yang buruk dan 12,% mengalami depresi ringan.
Analisis regresi logistik berganda menunjukkan bahwa gangguan sulit tidur banyak
terjadi pada perempuan, tingkat pendidikan yang lebih, depresi ringan dan hubungan
keluarga yang buruk (Thichumpa et al., 2018).
Insomnia tetap menjadi salah satu gangguan tidur yang paling umum ditemui pada
populasi klinik geriatri, yang sering ditandai dengan keluhan subyektif berupa sulit tidur
atau mempertahankan tidur atau tidur non-restorative, menghasilkan gejala siang hari
yang signifikan termasuk kesulitan berkonsentrasidan gangguan mood. Distorsi kognitif
dapat menggunakan terapi kognitif untuk merubah disfungsi pikiran, respon emosi dan
perilaku. Hal tersebut dapat membantu seseorang keluar dari zona sulitnya. Terapi ini
dapat memperluas kemampuan untuk menjaga kepercayaan, mengidentifikasi kesalahan
yang merupakan jalan merubah respon prilaku (Patel et al., 2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti et al., (2019) konsistensi dari
penerapan melafalkan dzikir selama satu minggu secara teratur mempunyai hasil yang
baik untuk mengatasi kualitas tidur pada lansia. Faktor lain yang terkait dengan

164
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 163-170

insomnia adalah penyakit gastroesophageal reflux, depresi, konsumsi kafein dan


merokok menjelang waktu (Farazdaq et al., 2019; Andari et al., 2020; Sartika et al.,
2020).
Secara umum, terapi non farmakologis efektif untuk meningkatkan jumlah lama
tidur lansia, namun sejauh ini peneliti belum menemukan terapi non farmakologis yang
berjenis terapi dzikir yang dapat berperan dalam peningkatan kualitas tidur pada lansia.
Terapi non farmakologis adalah terapi yang pengobatannya tidak menggunakan obat-
obatan yang meliputi berdoa, sholat, pijat, relaksasi, olahraga, hipnoterapi dan lainnya.
Penatalaksanaan non farmakologis dengan berdoa dapat dilakukan dengan membaca
dzikir untuk mengatasi gangguan tidur lansia. Dengan demikian, penatalaksaan ini dapat
meningkatkan kenyamanan tidur serta menurunkan kecemasan yang berpotensi
memperbaiki kualitas tidur lansia adalah dengan terapi dzikir.
Hasil studi pendahuluan pada lansia yang dilakukan di Panti Sosial Tresna
Werdha Bengkulu Kota Bengkulu tanggal 9 januari 2020 terdapat 60 orang, 35 laki-laki
dan 25 perempuan. Setelah dilakukan wawancara dengan sejumlah lansia dan perawat
pelaksana, ditemukan bahwa terdapat lebih dari 40% orang lansia yang mengalami
gangguan tidur, rata-rata lansia tersebut mengeluh sulit untuk memulai saat tidur disusul
dengan terbangun pada malam hari, dengan jumlah jam tidur 5 jam setiap
malam,adapun faktor yang mempengaruhi diantaranya penyakit dan stress, sedangkan
20% lansia mengatakan cemas dan takut menghadapi kematian.
Oleh karena itu, dengan adanya permasalahan yang telah diuraikan di atas peneliti
bermaksud untuk melakukan penelitian guna mengetahui pengaruh terapi mindfulness
(meditasi dzikir) terhadap penurunan insomnia pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Kota Bengkulu.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini kuantitatif dengan rancangan quasi eksperimen, Rancangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent twith control
group (non-randomized with control group pre-test-post-test) yaitu suatu rancangan
yang dilakukan dengan memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum
diberikan intervensi. Setelah diberikan intervensi, kemudian dilakukan posttest
(pengamatan akhir). Pelaksanaan penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Kota Bengkulu pada bulan Juni-Juli 2020.

HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel. 1
Rerata Insomnia Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Variabel N Mean SD In Max


Kelompok Intervensi
(Sebelum Diberikan Terapi 24 2 62 0.489 1 2
Mindfulness)
Kelompok Kontrol (Tidak
Diberikan Terapi 24 2.83 0.704 2 4
Mindfulness)

Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa kelompok intervensi bahwa


dari 24 responden lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kota Bengkulu mempunyai

165
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 163-170

rata-rata (mean) insomnia sebelum diberikan terapi mindfulness yaitu 2.62 dengan
standar deviasi 0.489. Pada kelompok kontrol, dalam hal ini lansia yang tidak
melakukan terapi mindfulness mempunyai rata-rata (mean) insomnia pada lansia yaitu
2.83 dengan standar deviasi 0.704.
Tabel. 2
Rerata Insomnia Sesudah Diberikan Terapi Mindfulness (Kelompok Intervensi)
dan yang Tidak Diberikan Terapi Mindfulness (Kelompok Kontrol)

Variabel N Mean SD In Max


Kelompok Intervensi 24 1.79 0.683 1 3
Kelompok Kontrol 24 1.90 0.831 1 3

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa kelompok intervensi bahwa dari
24 responden lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kota Bengkulu mempunyai rata-rata
(mean) insomnia sebelum diberikan terapi mindfulness yaitu 1.79 dengan standar
deviasi 0. 683. Pada kelompok kontrol, dalam hal ini lansia yang tidak melakukan terapi
mindfulness mempunyai rata-rata (mean) insomnia pada lansia yaitu 1.90 dengan
standar deviasi 0.831.
Tabel. 3
Perbandingan Pengukuran Insomnia Lansia Sebelum dan Sesudah Intervensi Penelitian
dengan Menerapkan Terapi Mindfulness pada Kelompok Intervensi

Variabel N Mean Selisih SD p-Value


Kelompok Intervensi Pre 2.62
24 0.83 0.559 0.000
Kelompok Intervensi Post 1.79

Berdasarkan tabel 3, data menunjukkan bahwa hasil rata-rata nilai insomnia pada
lansia sebelum diberikan terapi mindfulness pada kelompok intervensi adalah 2.62 dan
nilai rata-rata sesudah diberikan terapi mindfulness adalah 1.79 dengan selisih keduanya
yaitu 0.83. Nilai p-value yang didapatkan adalah 0.000 sehingga p-value > 0.05. Berarti
ada pengaruh secara signifikan insomnia pada lansia sebelum dan sesudah diberikan
terapi mindfulness (meditasi dzikir) pada kelompok intervensi dengan keyakinan 95%.

Analisis Bivariat
Tabel. 4
Perbedaan Rata- Rata Insomnia antara Sebelum dan Sesudah
Diberikan Intervensi Mindfulness (Meditasi Dzikir)

Variabel N Mean Selisih SD p-Value


Kelompok Intervensi 0.92
24 -0.33 0.201 0.104
Kelompok Kontrol 1.25

Tabel 4 menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata pada pengukuran nilai insomnia


kelompok intervensi yaitu (mean) 0.92, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan
yaitu (mean) 1.25. Berdasarkan hasil statistik, maka didapatkan hasil rata-rata yaitu 0.33
dilihat hasil pengukuran dengan nilai p value setiap pengukuran yaitu >0.05 (p > α),
maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan secara signifikan pada perbedaan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Kota Bengkulu.

166
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 163-170

PEMBAHASAN
Tabel 1 menunjukkan hasil penelitian didapatkan rata-rata nilai insomnia pada
lansia sebelum diberikan terapi mindfulness pada kelompok intervensi adalah 2.62 dan
nilai rata-rata sesudah diberikan terapi mindfulness adalah 1.79 dengan selisih keduanya
yaitu 0.83. Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value adalah 0. 000, sehingga nilai p-
value >0.05. Berarti ada pengaruh secara signifikan insomnia pada lansia sebelum dan
sesudah diberikan terapi mindfulness (meditasi dzikir) pada kelompok intervensi dengan
keyakinan 95%.
Sejalan dengan penelitian Hidayat & Mumpuningtias (2018) bahwa ada pengaruh
pemberian terapi menggunakan dzikir dalam peningkatan kualitas tidur seseorang.
Pemberian terapi tersebut dapat meningkatkan kualitas tidur seseorang dengan cara
menghambat produksi hormon stress misalnya adrenalin dan kortisol yang akan
memicu perubahan fisiologis. Intervensi berbasis mindfulness formal memiliki
kepentingan klinis yang kemungkinan melayani untuk memperbaiki masalah tidur di
antara orang dewasa yang lebih tua dalam jangka pendek dan efek ini tampaknya
terbawa ke dalam mengurangi gangguan siang hari terkait tidur yang memiliki implikasi
untuk kualitas hidup.
Penelitian Reflio et al., (2016) juga menunjukkan bahwa pemberian terapi dzikir
efektif terhadap perbaikan kualitas tidur lansia. Berdasarkan prinsip kerjanya terapi
dzikir merupakan salah satu jenis terapi yang memberikan efek psikologis dan efek
neurologis.Lantunan irama tersebut memperbaiki fisiologis saraf-saraf, sehingga
perbaikan mekanisme tubuh lansia terjadi. Do’a atau dzikir merupakan salah satu bentuk
dari meditasi yang dalam praktiknya berfokus pada kata-kata suci yang dapat
memberikan efek ketenangan dan efek seperti latihan relaksasi.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol dari setiap pengukuran
insomnia (lansia yang tidak diberikan terapi mindfulness) dilihat dari nilai rata-rata
(mean) pengukuran dengan nilai p value setiap pengukuran >0,05 (p > α), dimana dapat
disimpulkan Ho diterima artinya tidak ada perubahan yang nyata (signifikan) insomnia
lansia yang dilihat setiap pengukuran dan nilai p-valuenya. Hal ini disebabkan tidak ada
pemberian terapi mindfulness pada responden ini. Sejalan dengan penelitian Ong et al.,
(2018) yang berjudul Exercise and Sleep in Aging: Emphasis on Serotonin menyatakan
bahwa periode tidur berkurang seiring bertambahnya usia. Terjadi perubahan pada pola
dan kualitas tidur sehingga lansia sering mudah terbangun di malam hari.
Lanjut usia harus bisa menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan yang
terjadi dalam tubuhnya, baik itu perubahan fisik dan perubahan psikologis berdampak
positif terhadap status kesehatan fisik dan psikisnya. Sebaliknya jika lanjut usia tidak
mampu menghadirkan kesadaran dalam setiap pengalaman hidupnya dan tidak dapat
menerima setiap keadaan hidupnya akan berefek negatif pada kesehatan fisik dan psikis
lanjut usia. Hal ini didukung oleh temuan Woods-Giscombe et al., (2019) bahwa ada
perbedaan yang signifikan dalam rata-rata (standar deviasi) skor untuk PSQI (p <0,001)
diamati sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi, sedangkan pada
kelompok kontrol, perbedaannya tidak signifikan (p = 0,704).
Meditasi mindfulness dapat diperkenalkan kepada orang dewasa yang lebih tua
sebagai solusi jangka pendek untuk memulihkan gangguan tidur moderat mereka,
meskipun penelitian diperlukan untuk menentukan kemungkinan efek jangka panjang
pada tidur. Mengingat bahwa program perhatian standar telah tersedia di banyak
komunitas, upaya diseminasi tidak berfungsi sebagai penghalang pada permasalahan ini.
Oleh karena itu, orang dewasa yang lebih tua sering memiliki akses langsung ke

167
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 163-170

program-program ini, yang ditawarkan dengan biaya rendah. Menunggu replikasi


temuan ini di masa depan, pelatihan meditasi mindfulness terstruktur tampaknya
memiliki setidaknya beberapa kegunaan klinis untuk memulihkan masalah tidur sedang
dan gangguan terkait tidur pada orang dewasa yang lebih tua.
Hasil multivariate test pengukuran insomnia menggunakan instrumen time up and
go test dapat dilihat bahwa ada perbedaan peningkatan insomnia antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Dari hasil uji menunjukkan bahwa pada kelompok
intervensi nilai p-value = 0,000, jadi dapat disimpulkan ada penurunan insomnia murni
dipengaruhi oleh intervensi terapi mindfulness. Sedangkan untuk kelompok kontrol
sendiri, pada nilai p-value = >0,05 setiap pengukuran, jadi tidak ada perbedaan
peningkatan rata-rata insomnia lansia.
Upaya peningkatan self-care agency pada lansia yang mengalami penurunan
keseimbangan dapat dilakukan dengan sistem suportif dan edukatif yaitu dengan
memberikan bantuan berupa pemberian informasi, memberikan latihan dan dukungan
dengan harapan lansia yang mengalami penurunan insomnia dapat melakukan terapi ini
secara mandiri (Andri et al., 2019 dan Andri et al., 2020). Perawat dapat bekerja sama
dengan lansia untuk menetapkan tujuan manajemen diri (self-care) dan mendukung
perilaku manajemen diri yang positif diantaranya dengan melakukan aktivitas seperti
terapi mindfulness ini. Dilihat dari kondisi lansia yang di Panti Tresna Werdha dengan
keingintahuan dan kemauan mereka, perawat pun dengan antusias melatih mereka
dengan mendampingi selama terapi mindfulness.

SIMPULAN
Terdapat pengaruh penurunan insomnia pada lansia yang mengalami insomnia.
Mindfulness (meditasi dzikir) ini dapat dilakukan setiap harinya untuk mempertahankan
dan menurunkan insomnia pada lansia.

SARAN
Saran Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evidence based practice
dan menambah wawasan baru baik untuk pengajar maupun mahasiswa sehingga menjadi
bahan pengembangan materi dan bisa diterapkan dalam aplikasi bagian dari intervensi
mandiri keperawatan dan memasukkan dalam sub pokok bahasan Keperawatan
Komunitas khususnya intervensi pemberian terapi mindfulness (meditasi dzikir) pada
lansia dengan insomnia.

Saran Praktik
Bagi Tempat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa intervensi menggunakan terapi
mindfulness (meditasi dzikir) dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan pada lansia
yang mengalami insomnia. Hal ini bisa dijadikan pertimbangan alternatif pada saat
melakukan kerjasama berupa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh petugas
panti PSTW terhadap lansia yang insomnia.

Bagi Peneliti Selanjutnya


Penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk penelitian berikutnya
khususnya mengenai intervensi pada lansia dengan insomnia dan penelitian selanjutnya
tidak hanya menggunakan metode kuantitatif tetapi juga kualitatif untuk mendapatkan

168
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 163-170

informasi yang mendalam dengan mix methods. Selain itu diharapkan penelitian
selanjutnya menggunakan sampel yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA
Andari, F., Vioneery, D., Panzilion, P., Nurhayati, N., & Padila, P. (2020). Penurunan
Tekanan Darah pada Lansia dengan Senam Ergonomis. Journal of Telenursing
(JOTING), 2(1), 81-90. https://doi.org/10.31539/joting.v2i1.859
Andri, J., Karmila, R., Padila, P., J, H., & Sartika, A. (2019). Terapi Aktivitas Senam
Ergonomis terhadap Peningkatan Kemampuan Fungsional Lansia. Journal of
Telenursing (JOTING), 1(2), 304-313. https:// doi.org/10. 31539/ joting.v1i2.933
Andri, J., Padila, P., Sartika, A., Putri, S., & J, H. (2020). Tingkat Pengetahuan terhadap
Penanganan Penyakit Rheumatoid Artritis pada Lansia. Jurnal Kesmas
Asclepius, 2(1), 12-21. https://doi.org/10.31539/jka.v2i1.1139
Dangol, M., Shrestha, S., & Koirala, S. K. R. (2020). Insomnia and Its Associated
Factors among Older People of Selected Ward of Banepa Municipality, Nepal.
Nursing Open, 7(1), 355–363. https://doi.org/10.1002/nop2.396
Farazdaq, H., Andrades, M., & Nanji, K. (2019). Insomnia and Its Correlates among
Elderly Patients Presenting to Family Medicine Clinics at an Academic Center.
Malaysian Family Physician, 13(3), 12–19.
Hastuti, R. Y., Sari, D. P., & Sari, S. A. (2019). Pengaruh Melafalkan Dzikir terhadap
Kualitas Tidur Lansia. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(3), 303.
https://doi.org/10.26714/jkj.7.3.2019.303-310
Hidayat, S., & Mumpuningtias, E. D. (2018). Terapi Kombinasi Sugesti dan Dzikir
dalam Peningkatan Kualitas Tidur Pasien. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan,
6(3), 219–230. https://doi.org/10.33366/cr.v6i3.953
Nguyen, V., George, T., & Brewster, G. S. (2019). Insomnia in Older Adults. Current
Geriatrics Reports, 8(4), 271–290. https://doi.org/10.1007/s13670-019-00300-x
Ong, J. C., Xia, Y., Smith-Mason, C. E., & Manber, R. (2018). A Randomized
Controlled Trial of Mindfulness Meditation for Chronic Insomnia: Effects on
Daytime Symptoms and Cognitive-Emotional Arousal. Mindfulness, 9(6), 1702–
1712. https://doi.org/10.1007/s12671-018-0911-6
Patel, D., Steinberg, J., & Patel, P. (2018). Insomnia in the Elderly: A review. In
Journal of Clinical Sleep Medicine, 14(6), 1017–1024.
https://doi.org/10.5664/jcsm.7172
Reflio, R., Dewi, A. P., & Utomo, W. (2016). Pengaruh Terapi Al Zikir terhadap
Kualitas Tidur Lansia. Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau, 2(2), 1418–1425.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/8315/7984
Sartika, A., Betrianita, B., Andri, J., Padila, P., & Nugrah, A. (2020). Senam Lansia
Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia. Journal of Telenursing (JOTING), 2(1),
11-20. https://doi.org/10.31539/joting.v2i1.1126
Thichumpa, W., Howteerakul, N., Suwannapong, N., & Tantrakul, V. (2018). Sleep
Quality and Associated Factors among the Elderly Living in Rural Chiang Rai,
Northern Thailand. Epidemiology and Health, 40,.
https://doi.org/10.4178/epih.e2018018
Woods-Giscombe, C. L., Gaylord, S. A., Li, Y., Brintz, C. E., Bangdiwala, S. I., Buse,
J. B., Mann, J. D., Lynch, C., Phillips, P., Smith, S., Leniek, K., Young, L., Al-
Barwani, S., Yoo, J., & Faurot, K. (2019). A Mixed-Methods, Randomized

169
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 163-170

Clinical Trial to Examine Feasibility of a Mindfulness-Based Stress Management


and Diabetes Risk Reduction Intervention for African Americans with
Prediabetes. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 1–16.
https://doi.org/10.1155/2019/3962623

170

Anda mungkin juga menyukai