Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)
Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)
Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)
BAB 1
Nama Proyek Dan Lingkup Pekerjaan
4.1 Umum
Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh pemerintah pembangunan yang sah
berlaku di Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat yang harus ditaati selama pelaksanaan Surat Perjanjian Pekerjaan
Pemborongan adalah :
a Kepres No. 16/ 1994
b Algemene Voorwarden (A.V.) yang disyahkan dengan Keputusan
Pemerintah tanggal 28 Mei 1941 No. 9 tambahan lembaran Negara No.
1457, apabila tidak ada ketentuan lain dalam RKS ini
c SK SNI T-15-1991-03 tentang peraturan beton
d Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1984
e N.I 3- Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (PUBB) 1983 f N.I
5- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961
g N.I 8 Peraturan Semen Portland Indonesia 1973
h N.I 18- Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI)
1983 I Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987
j Peraturan Umum Instalasi Air Minum (AVWI)
k Pearturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum Dinas
Keselamatan Kerja No. 3 1958 dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
l Keputusan Badan Abitrase Nasional Indonesia (BANI)
m Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah setempat
yang berkaitan dengan permasalahan bangunan.
4.2 Khusus
Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam BAB 28, maka
berlaku dan mengikat :
a Berita Acara Pengumuman Pemenang Pelelangan.
b SK Pimpro tentang penunjukan kontraktor (Gunning)
c Surat Kesanggupan Kerja
d Surat Perintah Kerja
e Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
f Gambar bestek
g RKS beserta lampiran-lampirannya
h Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
i Kontrak Pelaksanaan dan Addendumnya (jika ada)
j Shop Drawing yang diajukan kontarktor yang disetujui Konsultan
Pengawas dan atau Pengelola teknis Proyek untuk dilaksanakan
k Time Schedule yang diajukan oleh kontraktor yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan Pengelola Proyek.
5.1 Penjelasan
Gambar
a Bila terdapat perbedaan antara gambar rencanan dan gambar detail maka
yang harus diikuti adalah gambar detail.
b Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda,
maka ukuran dalam gambar yang berlaku.
c Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik
konstruksi maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban untuk
menanyakan kepada Konsultan Pengawas secara tertulis.
d Dalam hal ini terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan
keadaan di lapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja (shop
drawing) yang sesuai dengan kondisi lapangan dan mempergunakannya
dalam pelaksanaan dengan persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
e Di dalam semua hal bila terjadi pengambilan ukuran yang salah
adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
f Apabila dalm gambara disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedang
dalam RKS tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.
6.1Lingkup Pekerjaan
6.2Tata Cara Pelaksanaan
7.1 Rencana
Kerja
a Rencana kerja dibuat oleh kontraktor berupa bar chart, yang memuat
prestasi rencanan kerja dalam persen, dengan persetujuan dari Pemberi
Tugas, serta
f Pada setiap kaki kusen dipasang nuet dengan campuran 1PC : 2 Pasir
setinggi 15 cm.
harus dari tipe yang disetujui, untuk penggunaa dan lainnya harus
dipasang memakai cara yang disetujui oleh pabrik atau menurut
anjuran yang ada.
d. Penyambungan kabel.
(i). Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-
kotak penyambungan yang sudah ditentukan (misalnya
junction box).
(ii). Kabel-kabel disambung sesuai dengan warna atau nama
masing- masing, serta sebelum dan sesudah penyambungan
harus dilakukan pengetesan tahanan isolasi
(iii). Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan dan
dilapisi dengan timah putih dan kuat.
(iv). Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi
dengan pipa PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
20.2.2 Penerangan dan Stop Kontak.
a. Lampu dan Armatur.
1. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai
terminal pentanahan (grounding).
2. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal box
harus cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas
yang ditimbulkan tidak menggangu kelangsung kerja dan unsur
teknis komponen lampu itu sendiri.
3. Ventilasi didalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel dalam
box harus diberikan saluran klem-klem tersendiri, sehingga tidak
menempel pada balast atau kapasitor.
4. Box terbuat dari plat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian di cat oven warna putih.
5. Ballast harus dari jenis “low loss ballast” dan harus dapat
dipergunakan single lampu balast (satu lampu flourentscent).
b. Stop Kontak Biasa.
Stop kontak biasa yang dipakai untuk pemasangan di dinding adalah
stop kontak satu phasa, rating 250 volt, 13 ampere,.
c. Stop Kontak Khusus (SKK).
Stop kontak khusus yang dipakai adalah stop kontak satu phasa,
untuk pemasangan rata dinding dengan ketinggian 120 cm diatas
lantai, SKK harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan.
d. Saklar Dinding.
Saklar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding, tipe in
bouw dengan rating 250 volt, 10 ampere, single gang, double
gang.
e. Junction Box Untuk Saklar dan Stop Kontak.
1. Junction box harus dari bahan metal dengan kedalaman tidak
kurang dari 35 mm.
2. Kontak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan.
3. Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada juction box
dengan menggunakan baut atau ditanamkan dalam dinding.
f. Kabel Instalasi.
1. Pada umumnya kabel untuk instalasi penerangan dari instalasi
stop kontak harus dari kabel inti tembaga dengan insulasi PVC,
satu inti atau lebih (kabel jenis NYM).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm2.
3. Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL
sebagai berikut :
(i). Fasa 1 : Merah
(ii).Fasa 2 : Kuning
(iii). Fasa 3 : Hitam
(iv). Netral : Biru
(v). Tanah (ground) : hijau-kuning