LP Bersalin

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGIS

PADA Ny “P” USIA 26 TAHUN G1P0000 UK 36/37 MINGGU


DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) >12 JAM DI
RUANG BERSALIN RSUD KOTA MADIUN

Disusun Oleh :

DELA SAFITRI(201901010)

PRODI DIII KEBIDANAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat serta Hidayah-nya sehingga pada kesempatan kali ini penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada ibu
bersalin patologis pada Ny P usia 26 tahun G1P0000 uk 36/37 minggu dengan
KPD >12 jam di ruang bersalin RSUD Kota Madiun”.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Winarni S.ST selaku pembimbing lahan di Ruang Bersalin RSUD Kota
Madiun
2. Heni Eka P.L, S.ST., M.Kes selaku pembimbing Institusi STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
3. Ny “P” selaku responden yang telah berkenan untuk dilakukan asuhan
kebidanan sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
4. Rekan seangkatan dan pihak-pihak terkait yang telah membantu dalam
penyusunan laporan.
Semoga dorongan yang telah diberikan kepada saya berarti dan
bermanfaat. Saya menyadari dalam menyusun laporan ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu saya sangat mengharap kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan Asuhan Kebidanan.

Madiun, 06 Januari 2022

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Neonatus


1. Pengertian Persalinan ..............................................................................4
2. Ketuban Pecah dini ..................................................................................4
3. etiologi .....................................................................................................6
4. patofisiologi .............................................................................................7
5. penatalaksanaan .......................................................................................9
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
1. Pengkajian ............................................................................................13
2. Perumusan Diagnosa .............................................................................21
3. Perencanaan ..........................................................................................21
4. Pelaksanaan ..........................................................................................21
5. Evaluasi ...............................................................................................21
BAB III TINJAUAN KASUS .............................................................................
A. Data Subjektif .................................................................................................
B. Data Objektif ..................................................................................................
C. Analisa Data ...................................................................................................
D. Penatalaksanaan ............................................................................................

iv
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan.................................................................................................21
B. Saran ..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................25

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane

(PROM) adalah pecahnya selaput ketuban pada saat sebelum permulaan

persalinan tanpa memandang usia kehamilan. Preterm Premature Rupture

of Membrane (PPROM) adalah KPD yang terjadi secara spontan saat

kehamilan kurang dari 37 minggu dan sebelum terjadinya proses persalinan.

KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum

waktunya melahirkan.

KPD merupakan masalah penting dalam obstetrik yang dapat

menimbulkan masalah bagi ibu pada saat persalinan sampai masa nifas,

seperti infeksi pada persalinan, infeksi masa nifas, partus lama,

meningkatnya tindakan operatif dan morbiditas dan mortalias maternal. KPD

juga bisa menimbulkan komplikasi pada neonatal seperti kelahiran prematur,

hipoksia dan asfiksia karena kompresi tali pusat, terjadinya infeksi

korioamnionitis (infeksi pada korion dan amnion) dan juga meningkatnya

insidensi seksio sesaria atau gagal persalinan normal (Prawirohardjo, 2010).

KPD termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam

penatalaksanaan KPD akan membawa dampak dan akibatnya menimbulkan

meningkatnya angka kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.

Penatalaksanaan KPD masih dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan.

Kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah cesar


2

dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikan insidensi

chorioamnionitis (infeksi pada korion dan amnion) (Nugroho, 2012).

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting

sebagai tolak ukur dari derajat kesehatan masyarakat dimana Angka

Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari

suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganannya selama kehamilan (termasuk kecelakaan lalu lintas),

melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa

memperhitungkan masa kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. World

Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal

setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses persalinan dimana

sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di Negara berkembang

(Kemenkes, 2014).

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil studi kasus

yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin patologis pada Ny P usia

26 tahun G1P0000 uk 36/37 minggu dengan KPD >12 jam di ruang bersalin

RSUD Kota Madiun”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Kebidanan Kebidanan Pada Ibu Bersalin patologis

pada Ny P usia 26 tahun G1P0000 uk 36/37 minggu dengan KPD >12 jam di

ruang bersalin RSUD Kota Madiun”.?


3

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Ibu dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin ketuban pecah

dini sehingga ibu dapat melewati masa persalinannya dengan baik.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian secara lengkap dan akurat pada ibu

bersalin dengan ketuban pecah dini di RSUD Kota Madiun.

b. Mampu merumuskan diagnosa dan / masalah kebidanan sesuai dengan

nomenklatur kebidanan

c. Mampu merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan

masalah yang ditegakkan.

d. Mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada pada ibu bersalin

dengan ketuban pecah dini di RSUD Kota Madiun secara komprehensif.

e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan sesuai dengan perubahan

perkembangan kondisi klien.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan informasi dan wahana untuk menambah kepustakaan

khususnya untuk Ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.

2. Bagi lahan praktik

Sebagai masukan terhadap tenaga kesehatan dalam meningkatkan pelayanan

dan pemberian asuhan yang sesuai untuk Ibu bersalin dengan ketuban pecah

dini.
4

3. Bagi mahasiswa kebidanan

Dengan dilakukannya asuhan kebidanan pada Ibu bersalin dengan ketuban

pecah dini ini penulis mendapat pengalaman nyata di lapangan serta dapat

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama

menempuh pendidikan di DIII Kebidanan.

4. Bagi klien

Diharapkan orang tua mengerti asuhan kebidanan yang diberikan pada klien

pada persalinan dengan ketuban pecah dini.


5

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)

(Manuaba, 2013).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks. Masa

kehamilan dimulai dari konsepsi, dan janin turun ke dalam jalan lahir.

Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar

melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin (Sukarni, Margareth, 2013).

2. Ketuban Pecah Dini (KPD)

a) Pengertian

Premature Rupture of Membrane (PROM) atau ketuban pecah

sebelum waktunya atau pecahnya selaput ketuban pada saat sebelum

permulaan persalinan tanpa memandang usia kehamilan. Preterm

PrematureRupture of Membrane (PPROM) adalah KPD yang terjadi


6

secara sponan saat kehamilan kurang dari 37 minggu dan sebelum

terjadinya proses persalinan. KPD yang memanjang adalah KPD yang

terjadi lebih dari12 jam sebelum waktunya melahirkan (Nugroho, 2012).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat

tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu

(Manuaba,2010).

Ketuban pecah dini atau Premature Rupture of Membrane

(PROM)adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan

pada primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm (Mochtar,

2012).

Dari pengetian diatas, dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah

dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum muncul tanda-tanda

persalinan atau waktunya melahirkan, pada pembukaan <4 cm atau fase

laten

b) Etiologi

Penyebab dari KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan

secara pasti.Beberapa laporan menyebabkan faktor-faktor yang

berhubungan erat dengan KPD (Fadlun, 2011).

Adapun beberapa penyebab dari kejadian KPD antara lain.

(a) Infeksi: infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban

maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban

bisa menyebabkan terjadi nya KPD.

(b) Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka


7

oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage).

(c) Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian

terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat

menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.

(d) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara

berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion,

gameli.

(e) Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan

dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena

biasanya disertai infeksi.

(f) Faktor predisposisi diantaranya riwayat KPD sebelumnya,

polihidramnion (cairan ketuban berlebihan), kehamilan kembar,

peningkatan paritas.

Sedangkan faktor lain penyebab ketuban pecah dini menurut

Nugroho (2012) yaitu:

(a) Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak

yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan

termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.

(b) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu .

(c) Faktor multi gravida, merokok dan perdarahan antepartum.

c) Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ketuban pecah dini menurut Nugroho (2012) yaitu :

(a) Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes


8

melalui vagina.

(b) Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,

mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,dengan ciri

pucat dan bergaris warna darah.

(c) Cairan tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi

sampai kelahiran, tetapi ketika berdiri atau duduk kepala janin yang

sudah sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal” atau

menyumbat kebocoran untuk sementara

(d) Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung

janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

d) Patofisiologi

Menurut (Manuaba, 2009) mekanisme terjadinya ketuban pecah

dini dimulai dengan terjadinya pembukaan premature serviks, lalu kulit

ketuban mengalami devaskularisasi. Setelah kulit ketuban mengalami

devaskularisasi selanjutnya kulit ketuban mengalami nekrosis sehingga

jaringan ikat yang menyangga ketuban makin berkurang. Melemahnya

daya tahan tubuh dipercepat d engan adanya infeksi yang mengeluarkan

enxim yaitu enzim proteolotik dan kolagenase yang diikuti oleh ketuban

pecah spontan.Pecahnya ketuban pada saat persalinan secara umum

disebabkan oleh adanya kontraksi uterus dan juga peregangan yang

berulang. Selaput ketuban pecah pada bagian tertentu dikarenakan

adanya perubahan biokimia, yang mengakibatkan berkurangnya

keelastisan selaput ketuban, sehingga menjadi rapuh. Biasanya terjadi


9

pada daerah inferior (Prawirohardjo, 2010).

Selaput ketuban yang tadinya sangat kuat pada kehamilan muda

akan semakin menurun seiring bertambahnya usia kehamilan, dan

puncaknya pada trimester ketiga. Selain yang telah disebutkan di atas,

melemahnya kekuatan selaput ketuban juga sering dihubungkan dengan

gerakan janin yang berlebihan. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm

merupakan hal yang fisiologis (Prawirohardjo, 2010). Setelah ketuban

pecah maka kuman yang berada di dalam serviks mengadakan invasi ke

dalam saccus amnion dalam waktu 24 jam cairan amnion akan

terinfeksi. Akibat dari infeksi cairan amnion maka akan dapat terjadi

infeksi pada ibu. Infeksi yang dapat ditimbulkan yaitu infeksi

puerpuralis (nifas), peritonitis, septicemia dan dry-labor.

e) Penatalaksanaan

Menurut Sujiyanti, mulfidah, dan Hidayat (2009) ada 2 macam

penatalaksanaan pada ketuban pecah dini pada umur kehamilan <37

minggu dan pada umur kehamilan >37 minggu. Penatalaksanaan

ketuban pecah dini secara konservatif pada kehamilan < 37 minggu

adalah dengan memberikan antibiotic profilaksis setiap 6 jam dan tidak

dilakukan pemeriksaan dalam tujuannya adalah untuk mencegah

terjadinya infeksi. Selama melakukan penatalaksanaan konservatif maka

harus dilakukan pemantauan leukosit setiap hari, observasi tanda-tanda

vital terutama temperature setiap 4 jam sekali, dan observasi denyut

jantung janin. Jika selama pengelolaan konservatif pasien mengalami


10

infeksi maka segera lakukan penatalaksanaan ketuban pecah dini secara

aktif yaitu melakukan induksi tanpa melihat umur kehamilan. Jika

induksi tidak berhasil maka dilakukan tindakan bedah sesar. Pemberian

antibiotik pada kejadian ketuban pecah dini kurang dari 32 minggu yang

mengalami infeksi dapat menurunkan angka kesakitan ibu dan neonates.

Penatalaksanaan pada kehamilan > 37 minggu, jarak antara

pecahnya ketuban dengan permulaan persalinan disebut periode laten.

Makin muda umur kehamilan maka makin lama periode laten. Menurut

Sujiyantini, Muflidah, dan Hidayat (2009) sekitar 70-80 % kehamilan

cukup bulan akan terjadi persalinan dalam waktu 24 jam. Jika dalam 24

jam belum berlangsung maka dilakukan penatalaksanaan aktif yaitu

dengan induksi. Pada penatalaksanaan Ketuban

pecah dini dengan kehamilan aterm juga diberikan antibiotik profilaksis

yang diberikan setelah 6 jam ketuban pecah dini dengan pertimbangan

bahwa kemungkinan infeksi telah terjadi dan biasanya proses persalinan

berlangsung lebih dari 6 jam.

f) Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin menurut

(Sunarti, 2017) yaitu:

(a) Prognosis Ibu

Komplikasi yang dapat disebabkan ketuban pecah dini pada ibu

yaitu infeksi intrapartal/ dalam persalinan. Infeksi peurperalis/ masa

nifas, dry labour/ partus lama, perdarahan post partum,

meningkatnya tindakan operatif obstetric(khususnya SC), morbilitas


11

dan mortalitas maternal.

(b) Prognosis Janin

Komplikasi yang dapat disebabkan ketuban pecah dini yaitu

prematuritas (sindrom distress pernapasan, hipotermia, masalah

pemberian makanan neonatal), retinopati premturit, perdarahan

intraventrikuler, enterocolitis necroticing, gangguan otak dan risiko

celebral palsy, hiperbillirubinemia, anemia, sepsis, prolapse funiculi/

penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolapse

uteri, persalinan lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, celebral

palsu (perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distres pernapasan), dan

oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hypoplasia paru,

deformitas ekstermitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbilitas

dan mortalitas perinatal.

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

1. Pengkajian Data

b. Data Subyektif

a) Biodata

a. Nama

Mengetahui nama klien dan suami berguna untuk

memperlancar komunikasi dalam asuhan sehingga tidak

terlihat kaku dan lebih akrab (Walyani, 2015).

b. Umur
12

Usia dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun

mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi. Usia

dibawah 16 tahun meningkatkan insiden pre eklamsia. Usia

diatas 35 tahun meningkatkan insiden diabetes tipe II (yang

menyebabkan peningkatan insiden diabetes kehamilan juga

diagnosis diabetes tipe II); hipertensi kronis (yang

menyebabkan peningkatan insiden pre-eklamsia dan abrupsio

plasenta); persalinan yang lama pada nulipara; seksio

sesarea; pelahiran preterm; IUGR; anomali kromosom; dan

kematian janin (Varney, 2017).

c. Suku atau bangsa

Untuk memenuhi kondisi social budaya ibu yang

mempengaruhi perilaku kesehatan (Ramauli, 2011).

d. Agama

Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita

yang berkaitan dengan ketentuan agama. Antara lain dalam

keadaan yang gawat ketika memberi pertolongan dan

perawatan dapat diketahui dengan siapa harus berhubungan,

misalnya agama islam memanggil ustad dan sebagainya

(Ramauli, 2011).

b. Pendidikan
13

Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan

mempengaruhi sikap perilaku keshatan seseorang (Romauli,

2011).

c. Alamat

Alamat ditanyakan untuk : mengetahui dimana ibu

menetap, mencegah kekeliruan, bila ada nama yang sama,

memudahkan menghubungi keluarga, dan dijadikan petunjuk

pada waktu kunjungan rumah (Marmi, 2015).

d. Pekerjaan

Pekerjaan seorang ibu akan menggambarkan aktivitas dan

tingkat kesejahteraan ekonomi yang akan didapatkan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai

tingkat pengetahuan yang lebih baik daripada ibu yang tidak

bekerja. Pada ibu yang bekerja akan lebih memiliki

kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga

lebih mempunyai banyak peluang juga untuk mendapatkan

informasi seputar keadaannya (Jannah,2014).

a. Data Kesehatan

(a) Riwayat Kesehatan Dahulu

(1) Epilepsi

Dibandingkan wnita bukan epilepsy, wanita epilepsy memiliki

risiko melahirkan bayi malformasi dua sampai tiga kali lebih tinggi

dan resiko memiliki anak dengan gangguan kejang 2% sampai 3%.


14

Mereka jua berisiko mengalami preeklamsia dan persalinan

premature (wheeler, 2011).

(2) Diabetes Mellitus

Pengaruh penyakit Diabetes Mellitus terhadap persalinan seperti,

gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama

atau terlantar, janin besar dan sering memerlukan tindakan operasi,

gangguan pembuluh darah plasenta yang menimbulkan asfiksia

sampai lahir mati, perdarahan postpartum karena gangguan

kontraksi otot rahim, postpartum rentan mengalami infeksi, bayi

mengalami hipoglikemia postpartum dan dapat menimbulkan

kematian (Manuaba, 2013).

(3) cHipertensi

Wanita yang memiliki hipertensi kronis beresiko mengalami

preeklamsia, persalinan prematur dan melahirkan bayi yang

mengalami retardasi pertumbuhan. Pemisahan prematur plasenta

(abrupsio plasenta), yang berpotensi mencetuskan morbiditas dan

mortalitas ibu serta janin, cenderung terjadi (Wheeler, 2011).

(4) Hepatitis B

Penyakit hepatitis B bersifat infeksi menahun serta pengidapnya

dapat menjadi carrier. Pengidap yang pernah terinfeksi hepatitis B

akan mempunyai antibodi yang cukup dan dapat masuk menuju

janinnya. Dengan demikian janinnya mempunyai kekebalan yang

cukup paling sedikit untuk enam bulan lamanya. Penularan yang


15

terjadi pada janinnya dapat berlangsung secara vertikal (langsung

terjadi intrauterin, melalui minum air ketuban karena cairan tubuh

ibunya telah terkontaminasi oleh virus. Infeksi saat persalinan yang

paling sering adalah infeksi langsung terhadap bayi saat persalinan,

atau melalui perlukaan kecil (Manuaba, 2013).

(5) HIV/AIDS

Pada ibu yang positif terkena HIV dan memilih melahirkan per

vaginam, penggunaan elektroda kulit kepala dan penyampelan

darah janin akan melukai kulit bayi dan dapat meningkatkan resiko

infeksi, oleh sebab itu prosedur ini harus dihindari. Tidak

menyusui bayi juga mengurangi total resiko infeksi hingga 50%

(Chamberlain, 2015).

(6) Jantung

Dalam kurun 50 tahun terakhir, penyakit demam reumatik, sebagai

penyebab kerusakan katup jantung, telah berkurang di Inggris

karena kondisi rumah yang baik dan penggunaan antibiotik. Akibat

perkembangan dalam bedah jantung pada tahun 70-an, banyak

wanita yang mengalami penyakit jantung kongenital dapat bertahan

hidup hingga usia subur. Terlepas dari keyakinan umum bahwa

seksio sesaria merupakan pilihan yang mudah untuk kasus tersebut,

persalinan spontan sederhana dengan pemberian analgesia epidural

untuk mengurangi stres, dan kala dua yang dibantu dengan baik,
16

berperan mewujudkan angka mortalitas dan morbiditas terendah

(Chamberlain, 2015).

(7) Anemia

Anemia sel sabit dapat memberikan efek bagi maternal dan janin.

Resiko maternal meliputi nyeri krisis antenatal dan pascanatal,

infeksi, komplikasi pulmoner, anemia, pre eklamsia, dan seksio

sesarea. Komplikasi janin dan neonatus meliputi kelahiran

prematur, terlalu kecil untuk usia gestasi, dan ikterik neonatus

(Fraser, 2013).

(b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Penting untuk mengetahui apakah ibu memiliki kondisi medis yang

menyebabkan dirinya memerlukan pemantauan ketat selama

persalinan, seperti diabetes, hipertensi, atau infeksi. Ditanyakan juga

apabila pernah mengalami suatu kejadian tertentu yang

menyebabkan ibu mencari pertolongan dari bidan atau rumah sakit

(Varney, 2017).

(c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Informasi tentang keluarga klien penting untuk mengidentifikasi

wanita yang beresiko menderita penyakit genetik yang dapat

mempengaruhi hasil akhir kehamilan atau beresiko memiliki bayi

yang menderita penyakit genetik. Misalnya riwayat penyakit

psikiatri (termasuk depresi), penyalahgunaan obat dan alkohol dan

saudara perempuan atau ibu yang pernah mengalami pre eklamsia.


17

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum

(a) Keadaan Umum

Baik (Handayani, 2017).

(b) Tanda-tanda Vital

Pernapasan normal adalah antara 30-50 kali per menit, dihitung

ketika bayi dalam posisi tenang dan tidak ada tanda-tanda distress

pernapasan. Bayi baru lahir memiliki frekuensi denyut jantung 110-

160 denyut per menit dengan rata-rata kira-kira 130 denyut per

menit. Angka normal pada pengukuran suhu bayi secara aksila

adalah 36,5-37,5° C (Johnson dan Taylor, 2005 dalam Handayani,

2017).

(c) Antropometri

Kisaran berat badan bayi baru lahir adalah 2500-4000 gram,

panjang badan sekitar 48-52 cm, lingkar kepala sekitar 32-37 cm,

kira-kira 2 cm lebih besar dari lingkar dada (30-35 cm) (Ladewig,

London dan Olds, 2005 dalam Handayani, 2017). Bayi biasanya

mengalami penurunan berat badan dalam beberapa hari pertama

yang harus kembali normal pada hari ke-10. Sebaiknya bayi

dilakukan penimbangan pada hari ke-3 atau ke-4 dan hari ke-10

untuk memastikan berat badan lahir telah kembali (Johnson dan

Taylor, 2005 dalam Handayani, 2017).

(d) Apgar Score


18

Skor Apgar merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi

sesaat setelah lahir dalam hubungannya dengan 5 variabel.

Penilaian ini dilakukan pada menit pertama, menit ke-5 dan menit

ke-10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan bahwa bayi

berada dalam keadaan baik (Johnson dan Taylor, 2005 dalam

Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Perumusan diagnosa pada bayi baru lahir disesuaikan dengan

nomenklatur kebidanan, seperti Normal Cukup Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan (NCB SMK). Masalah yang dapat terjadi pada bayi baru lahir

adalah bayi kedinginan. Kebutuhan BBL adalah kehangatan, ASI,

pencegahan infeksi dan komplikasi (Depkes RI, 2010 dalam Handayani,

2017).

1. Perencanaan

Menurut Bobak dkk, (2005) dalam Handayani (2017), penanganan bayi

baru lahir antara lain bersihkan jalan napas, potong dan rawat tali pusat,

pertahankan suhu tubuh bayi dengan cara mengeringkan bayi dengan

handuk kering dan lakukan IMD, berikan vitamin K 1 mg, lakukan

pencegahan infeksi pada tali pusat, kulit dan mata serta berikan imunisasi

Hb-0. Monitoring TTV setiap jam sekali terdiri dari suhu, nadi, dan

respirasi.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan rencana

asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif,


19

efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada bayi, meliputi

membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,

mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara mengeringkan bayi dengan

handuk kering dan melakukan IMD, memberikan vitamin K 1 mg,

melakukan pencegahan infeksi pada tali pusat, kulit dan mata serta

memberikan imunisasi Hb-0 (Bobak, dkk., 2005 dalam Handayani, 2017).

3. Evaluasi

Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan

asuhan sesuai dengan kondisi bayi kemudian dicatat, dikomunikasikan

dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi

bayi.

1) Bayi dapat menangis dengan kuat dan bergerak aktif.

2) Bayi telah dikeringkan dengan handuk dan telah dilakukan IMD

selama 1 jam.

3) Tali pusat bayi telah dirawat dengan benar.

4) Bayi telah dijaga kehangatannya dengan cara dibedong.

5) Bayi telah mendapatkan injeksi vitamin K 1 mg, salep mata dan

imunisasi Hb-0 (Handayani, 2017).

Dokumentasi

Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap, akurat, singkat

dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan dilakukan

dalam memberikan asuhan kebidanan pada formulir yang tersedia dan ditulis

dalam bentuk SOAP.


20

S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien.

O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap klien.

A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.

P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan

yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan

secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan.


21

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin

pada Ny. “F” G3P0000 dengan usia kehamilan 36/37 minggu di

RSUD Kota Madiun telah dilakukan dan semua hasil asuhan telah

didokumentasikan dengan menggunakan manajemen kebidanan

dengan SOAP dan pola piker varney.

Dalam asuhan kebidanan pada persalinan normal terhadap Ny. “P”

dilakukan dengan sisematis yaitu melakukan pengkajian data

subjektif (hasil wawancara atau anamnesa) dan pengkajian data

objektif (hasil pemeriksaan fisik).

Setelah dilakukan pengumpulkan data, terjadinya masalah

kebutuhan, diagnosa potensial, masalah potensial, sertaada

kebutuhan tindakan segera oleh dokter, berkolaborasi dengan

dokter atau pihak lain untuk dikakukan persalinan secara sc Ny.

“P”.

Rencana asuhan kebidanan pada persalinan patologis Ny.

“P” yaitu dengan cara beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan,

berikan dukungan kepada ibu, anjurkan ibu untuk berpuasa

melakukan pemasangan kateter, siapkan alat-alat untuk persiapan

operasi Caesar dan observasi keadaan ibu.


22

Pelaksanaan dari rencana asuhan pada persalinan patologis

Ny. “P” telah dilakukan sesuai dengan rencana asuhan dan sesuai

dengan keadaan dan kondisi pasien.

Evaluasi dari pelaksaan asuhan kebidanan pada persalinan

normal Ny. “P” yaitu ibu mengerti apa yang telah dijelaskan, ibu

bersedia mengikuti anjuran bidan.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan diharapkan dapat terus membimbing

mahasiswa dengan baik dan terus mengadakan perbaikan atas

manajemen pendidikan. Agar lbih meningkatkan proses

pembelajaran didalam akademik dan lebih melatih

keterampilan mahasiswa dalam asuhan ibu bersalin, sehingga

menambah wawasan.

2. Bagi Lahan Praktik

Dapat diharapkan untuk lebih mempertahankan dan

meningkatkan mutu pelayanan sarana dan prasarana dalam

asuhan kebidanan pada ibu bersalin yang dilakukan pada setiap

mahasiswa.

a. Setiap bidan diharapkan mampu mengelola asuhan

kebidanan berkelanjutan pada ibu bersalin patologis

b. Setiap bidan hendaknya memberikan kenyamanan pada

ibu dari segi fisik maupun psikis terhadap ibu bersalin


23

3. Bagi Mahasiswa Selanjutnya

a. Mahasiswa diharapkan agar dapat menggunakan

kesempatan belajar dilahan praktek dengan baik dan dapat

menggali ilmu yang mungkin tidak didapatkan di institusi

pendidikan tetapi bisa didapatkan dilahan praktek terhadap

ibu bersalin

b. Mahasiswa sebagai calon bidan harus dapat mengantisipasi

kemungkinan masalah yang akan timbul dalam melakukan

asuhan kebidanan pada ibu bersalin

c. Mahasiswa mampu mendokumentasikan semua tindakan

dan perkembangan yang terjadi pada ibu bersalin

khususnya pada asuhan kebidanan ibu bersalin serta dapat

bertindak secara sistematik.

4. Bagi Klien

Sebaiknya setiap wanita yang akan bersalin mau bekerja sama

dan mau mengikuti anjuran yang diberikan bidan, karena

sangat bermanfaat bagi proses persalinanya terhadap

keselamatan dirinys dan bayinya.


24

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida A.C. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB

untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC

Sukarni IK dan Margareth ZH.(2013).Kehamilan, Persalinan, dan

Nifas,Yogyakarta:Nuhamedika.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Jannah, Nurul. 2017. Konsep Dokumentasi Kebidanan. Jogjakarta: Ar-Ruz

Media

Anda mungkin juga menyukai