Makalah Pancasila

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PANCASILA

“Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa Pra Kemerdekaan “

Dosen Pengampu : Ridho

Disusun Oleh
1. Elen Desta Sari (23621013)
2. Faizal Arfi Yansah(23621014)
3. Hanif Mamlu'atul Hikmah(23631016)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr., Wb.
Segala puji atas kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul :Pancasila dalam arus
sejarah bangsa pra kemerdekaan yang dibimbing oleh Bapak Ridho .

Dalam proses penyajiannya, makalah ini berusaha disusun dengan baik dengan
sejumlah sumber yang kami gunakan untuk membantu dalam memahami materi yang
menjadi fokus kajian ini. Kemudian, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang turut membantu dalam penulisan dan penyusunan makalah ini. Selain itu, kami
juga mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini kedepannya dan
membangun pola pikir yang baik dan benar.Demikianlah makalah ini kami susun, kami
mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini, Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr., Wb.

Curup, 16 September 2023

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii


DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................2
A. Pancasila dalam arus sejarah bangsa pra kemerdekaan
BAB III PENUTUP ...................................................................................................12
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 12
DAFTARPUSTAKA……………………………………………………..…….......13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan
bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling
berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa
sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa semua
aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang untuk
mewujudkan masa depan yang berbeda dengan masa yang sebelumnya.
Dasar Negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu
memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara Indonesia dibangun juga
berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu pancasila. Pancasila, dalam fungsinya
sebagai dasar Negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Republik
Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan
rakyat. Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelenggaraan Negara
dan seluruh kehidupan Negara Replubik Indonesia.

Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti yaitu mengatur penyelenggaraan


pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum. Hal ini menempatkan pancasila sebagai dasar Negara yang berarti melaksanakan
nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena
itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di Negara Republik Indonesia
bersumber pada Pancasila.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka kami dapat merumuskan masalah :
1. Bagaimanakah sejarah pancasila pada saat era pra kemerdekaan?
C. Tujuan Makalah
Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Menjelaskan Pancasila Era Pra kemerdekaan.

4
BAB II
PEMBAHASAN
1. PANCASILA DI ERA PRA KEMERDEKAAN

Soekarno pernah mengatakan “jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Dari


perkataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi yang beragam
bagi kehidupan. Seperti diungkap seorang filsuf Yunani yang bernama Cicero (106-43
SM) yang mengungkapkan “Historia Vitae Magistra”, yang bermakna, “sejarah
memberikan kearifan”. Pengertian yang lebih umum yaitu “sejarah merupakan guru
kehidupan”. Sejarah memperlihatkan dengan nyata bahwa semua bangsa memerlukan
suatu konsepsi dan cita-cita. Jika mereka tidak memilikinya atau jika konsepsi dan
cita-cita itu menjadi kabur dan usang, maka bangsa itu adalah dalam bahaya
(Soekarno, 1989: 64).
Cita-cita ideal sebagai landasan moralitas bagi kebesaran bangsa diperkuat oleh
cendekiawan-politisi Amerika Serikat, John Gardner, “No nation can achieve
greatness unless it believes in something, and unless that something has moral
dimensions to sustain a great civilization” (tidak ada bangsa yang dapat mencapai
kebesaran kecuali jika bangsa itu mempercayai sesuatu, dan sesuatu yang
dipercayainya itu memiliki dimensi-dimensi moral guna menopang peradaban besar)
(Madjid dalam Latif, 2011: 42).
Kuat dan mengakarnya Pancasila dalam jiwa bangsa menjadikan Pancasila terus
berjaya sepanjang masa. karena ideologi Pancasila tidak hanya sekedar “confirm and
deepen” identitas Bangsa Indonesia sepanjang masa. Sejak Pancasila digali dan
dilahirkan kembali menjadi Dasar dan Ideologi Negara, maka ia membangunkan dan
membangkitkan 2 identitas yang “tertidur” dan yang “terbius” selama kolonialisme”
(Abdulgani, 1979: 22).
a. Nilai-Nilai Pancasila dalam sejarah Perjuangan Bangsa
Menurut sejarah pada kira-kira abad VII-XII, bangsa Indonesia telah
mendirikan kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan dan kemudian pada abad XIII-
XVI didirikan pula kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Kedua zaman itu
merupakan tonggak sejarah bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia masa itu telah
memenuhi syarat-syarat sebagai suatu bangsa yang mempunyai negara. Kedua
kerajaan itu telah merupakan negara-negara berdaulat, bersatu serta mempunyai
5
wilayah yang meliputi seluruh Nusantara ini, kedua zaman kerajaan itu telah
mengalami kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Menurut Mr. Muhammad Yamin berdirinya negara kebangsaan Indonesia
tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek
moyang bangsa Indonesia. Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap
yaitu: Pertama, zaman Sriwijaya di bawah Wangsa Syailendra (600-
1400). Kedua, negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525). Kedua tahap
negara kebangsaan tersebut adalah negara kebangsaan lama. Ketiga, negara
kebangsaan modern yaitu negara Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 (Sekretariat
Negara.RI. 1995:11).
1. Masa Kerajaan Sriwijaya
Pada abad ke VII berdirilah kerajaan Sriwijaya dibawah kekuasaan wangsa
Syailendra di Sumatera. Kerajaan yang berbahasa Melayu Kuno dan
huruf pallawa adalah kerajaan maritime yang mengandalkan jalur perhubungan laut.
Kekuasaan Sriwijaya menguasai selat Sunda (686), kemudian Selat Malaka (775).
Sistem perdagangan telah diatur dengan baik, dimana pemerintah melalui pegawai
raja membentuk suatu badan yang dapat mengumpulkan hasil kerajinan rakyat
sehingga rakyat mengalami kemudahan dalam pemasarannya. Dalam sistem
pemerintahan sudah terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda kerajaan,
rohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan gedung-gedung dan patung-
patung suci sehingga saat itu kerajaan dapat menjalankan sistem negaranya dengan
nilai-nilai Ketuhanan (Kaelan,1999:27)
Pada zaman Sriwijaya telah didirikan Universitas Agama Budha yang sudah
dikenal di Asia. Pelajar dari Universitas ini dapat melanjutkan ke India, banyak guru-
guru tamu yang mengajar di sini dari India, seperti Dharmakitri. Cita-cita
kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin pada kerajaan Sriwijaya
sebagai terebut dalam perkataan “marvuat vannua Criwijaya ssiddhayatra
subhiksa” (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).(1999:27).
Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pancasila yaitu: Ke-Tuhan-an,
Kemanusiaan, Persatuan, Tata pemerintahan atas dasar musyawarah dan keadilan
sosial telah terdapat sebagai asas-asas yang menjiwai bangsa Indonesia, yang dihayati
serta dilaksanakan pada waktu itu, hanya saja belum dirumuskan secara kongkrit.
Dokumen tertulis yang membuktikan terdapatnya unsur-unsur tersebut ialah Prasasti-

6
prasasti di Talaga Batu, Kedukan Bukit, Karang Brahi, Talang Tuo dan Kota Kapur
(Dardji Darmodihardjo.1974:22-23).
Pada hakekatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan Sriwijaya telah
menunjukkan nilkai-nilai Pancasila, yaitu:
1) Nilai Sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu
hidup berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.
2) Nilai Sila Kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Harsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-
nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif
3) Nilai Sila Ketiga, sebagai negara martitim, Sriwijaya telah menerapkan konsep
negara kepulauan sesuai dengan konsepsi Wawasan Nusantara.
4) Nilai Sila Keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas,
meliputi (Indonesia sekarang) Siam, semenanjung Melayu.
5) Nilai Sila Kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan,
sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
2. Masa Kerajaan Majapahit
Sebelum kerajaan Majapahit berdiri telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa
Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti, yaitu Kerajaan Kalingga (abad ke
VII), Sanjaya (abad ke VIII), sebagai refleksi puncak budaya dari kerajaan tersebut
adalah dibangunnya candi Borobudur (candi agama Budha pada abad ke IX) dan
candi Prambanan (candi agama Hindu pada abad ke X).
Di Jawa Timur muncul pula kerajaan-kerajaan, yaitu Isana (abad ke
IX), Dharmawangsa (abad ke X), Airlangga (abad ke XI). Agama yang diakui
kerajaan adalah agama Budha, agama Wisnu dan agama Syiwa telah hidup
berdampingan secara damai. Nilai-nilai kemanusiaan telah tercermin dalam kerajaan
ini, terbukti menurut prasasti Kelagen bahwa Raja Airlangga telah mengadakan
hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala, Chola dan Champa. Sebagai
nilai-nilai sila keempat telah terwujud yaitu dengan diangkatnya Airlangga sebagai
raja melalui musyawarah antara pengikut Airlangga dengan rakyat dan kaum
Brahmana. Sedangkan nilai-nilai keadilan sosial terwujud pada saat raja Airlangga
memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian
rakyat (Aziz Toyibin. 1997:28-29).

7
Pada abad ke XIII berdiri kerajaan Singasari di Kediri Jawa Timur yang ada
hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit (1293) Zaman Keemasan
Majapahit pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan maha patih Gajah Mada.
Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya membentang dari semananjung Melayu
sampai ke Irian Jaya.
Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah terbukti pada waktu
agama Hindu dan Budhahidup berdampingan secara damai, Empu Prapanca menulis
Negarakertagama (1365) yang di dalamnya telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu
Tantular mengarang buku Sutasoma dimana dalam buku itu tedapat seloka persatuan
nasional yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”, artinya
walaupun berbeda-beda, namun satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujuan
yang berbeda. Hal ini menunjukkan realitas beragama saat itu. Seloka toleransi ini
juga diterima oleh kerajaan Pasai di Sumatera sebagai bagian kerajaan Majapihit yang
telah memeluk agama Islam.
Sila kemanusiaan telah terwujud, yaitu hubungan raja Hayam Wuruk dengan baik
dengan kerajaanTiongkok, Ayoda, Champa dan Kamboja. Mengadakan persahabatan
dengan negara-negara tetangga atas dasar “ Mitreka Satata”.
Sebagai perwujudan nilai-nilai Sila Persatuan Indonesia telah terwujud dengan
keutuhan kerajaan, khususnya Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada
yang diucapkannya pada sidang Ratu dan Menteri-menteri pada tahun 1331 yang
berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya yang berbunyi : Saya baru akan
berhenti berpuasa makan palapa, jika seluruh nusantara bertakluk di bawah
kekuasaan negara, jika gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sundda,
Palembang dan Tumasik telah dikalahkan (Muh. Yamin. 1960: 60).
Sila Kerakyatan (keempat) sebagai nilai-nilai musyawarah dan mufakat yang
dilakukan oleh sistim pemerintahan kerajaan Majapahit Menurut prasasti Brumbung
(1329) dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat
kerajaan seperti Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yang berarti memberikan
nasehat kepada raja. Kerukuan dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah
menumbuhkan adat bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah
bersama.

8
Sedangkan perwujudan sila keadilan sosial adalah sebagai wujud dari berdirinya
kerajaan beberapa abad yang tentunya ditopang dengan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyatnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita fahami bahwa zaman Sriwijaya dan Majapahit
adalah sebagai tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-
citanya.
3. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan
Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah, terutama rempah-rempah
yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara di luar Indonesia, menyebabkan bangsa
Asing masuk ke Indonesia. Bangsa Barat yang membutuhkan rempah-rempah itu
mulai memasuki Indonesia, yaitu Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Kemasukan
bangsa Barat seiring dengan keruntuhan Majapahit sebagai akibat perselisihan dan
perang saudara, yang berarti nilai-nilai nasionalisme sudah ditinggalkan, walaupun
abad ke XVI agama Islam berkembang dengan pesat dengan berdirinya kerajaan-
kerajaan Islam, seperti Samudra Pasai dan Demak, nampaknya tidak mampu
membendung tekanan Barat memasuki Indonesia.
Bangsa-bangsa Barat berlomba-lomba memperebutkan kemakmuran bumi Indonesia
ini. Maka sejak itu mulailah lembaran hitam sejarah Indonesia dengan penjajahan
Barat, khususnya Belanda. Masa pejajahan Belanda itu dijadikan tonggak sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya, sebab pada zaman
penjajahan ini apa yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia pada zaman Sriwijaya
dan Majapahit menjadi hilang. Kedaulatan negara hilang, persatuan dihancurkan,
kemakmuran lenyap, wilayah dinjak-injak oleh penjajah.

9
a. Perjuangan Sebelum Abad ke XX
Penjajahan Barat yang memusnahkan kemakmuran bangsa Indonesia itu tidak
dibiarkan begitu saja oleh segenab Bangsa Indonesia. Sejak semula imprialis itu
menjejakkan kakinya di Indonesia, di mana-mana bangsa Indonesia melawannya
dengan semangat patriotik melalui perlawanan secara fisik.1
Kita mengenal nama-nama Pahlawan Bangsa yang berjuang dengan gigih
melawan penjajah. Pada abad ke XVII dan XVIII perlawanan terhadap penjajah
digerakkan oleh pahlawan Sultan Agung(Mataram 1645), Sultan Ageng Tirta
Yasa dan Ki Tapa (Banten 1650), Hasanuddin Makasar1660), Iskandar
Muda Aceh 1635) Untung Surapati dan Trunojoyo (Jawa Timur 1670), Ibnu
Iskandar (Minangkabau 1680) dan lain-lain.
Pada permulaan abad ke XIX penjajah Belanda mengubah sistem
kolonialismenya yang semula berbentuk perseroan dagang partikelir yang
bernama VOC berganti dengan Badan Pemerintahan resmi yaitu
Pemerintahan Hindia Belanda. Semula pernah terjadi pergeseran Pemerintahan
penjajahan dari Hindia Belanda kepada Inggris, tetapi tidak berjalan lama dan
segera kembali kepada Belanda lagi. Dalam usaha memperkuat kolonialismenya
Belanda menghadapi perlawanan bangsa Indonesia yang dipimpin
oleh Patimura (1817), Imam Bonjol di Minangkabau (1822-1837),Diponogoro
di Mataram (1825-1830), Badaruddin di Palembang (1817), Pangeran
Antasari di Kalimantan (1860) Jelantik di Bali (1850), Anang Agung Made di
Lombok (1895) Teuku Umar,Teuku Cik Di Tiro, Cut Nya’Din di Aceh (1873-
1904), Si Singamangaraja di Batak (1900).
Pada Hakikatnya perlawanan terhadap Belanda itu terjadi hampir setiap daerah di
Indonesia. Akan tetapi perlawanan-perlawanan secara fisik terjadi
secara sendiri-sendiri di setiap daerah. Tidak adanya persatuan serta koordinasi
dalam melakukan perlawanan sehingga tidak berhasilnya bangsa Indonesia
mengusir kolonialis, sebaliknya semakin memperkukuh kedudukan penjajah. Hal
ini membuktikan betapa pentingnya rasa persatuan (nasionalisme) dalam
menghadapi penjajahan.

1
Tim Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2005.Pendidikan Pancasila.
Jakarta: Universitas Terbuka

10
b. Kebangkitan Nasional 1908
Pada permulaan abad ke XX bangsa Indonesia mengubah cara-caranya dalam
melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Kegagalan perlawanan
secara fisik yang tidak adanya kordinasi pada masa lalu mendorong pemimpin-
pemimpin Indonesia abad ke XX itu untuk merubah bentuk perlawanan yang lain.
Bentuk perlawanan itu ialah dengan membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia
akan pentingnya bernegara. Usaha-usaha yang dilakukan adalah mendirikan
berbagai macam organisasi politik di samping organisasi yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan sosial. Organisai sebagai pelopor pertama adalah Budi
Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Mereka yang tergabung dalam organisasi itu
memulai merintis jalan baru ke arah tercapainya cita-cita perjuangan bangsa
Indonesia., tokohnya yang terkenal adalah dr. Wahidin Sudirohusodo.
Kemudian bermunculan organisasi pergerakan lain, yaitu Sarikat Dagang
Islam (1909), kemudian berubah bentuknya menjadi pergerakan politik dengan
menganti nama menjadi Sarikat Islam (1911) di bawah pimpinan H.O.S.
Tjokroaminoto. Berikutnya muncul pula Indische Parti (1913) dengan
pimpinanDouwes Dekker, Ciptomangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara, namun
karena terlalu radikal sehingga pemimpinnya di buang ke luar negeri (1913). Akan
tetapi perjuangan tidak kendur karena kemudian berdiri Partai Nasional
Indonesia (1927) yang di pelopori oleh Sukarno dan kawan-kawan.
c. Sumpah Pemuda 1928
Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadilah penonjolan peristiwa sejarah perjuangan
bangsa Indonesia mencapai cita-citanya. Pemuda-pemuda Indonesia yang di
pelopori oleh Muh. Yamin, Kuncoro Purbopranoto dan lain-lain
mengumandangkan Sumpah Pemuda yang berisi pengakuan akanadanya
Bangsa, tanah air dan bahasa satu yaitu Indonesia.
Melalui sumpah pemuda ini makin tegaslah apa yang diinginkan oleh Bangsa
Indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air dan bangsa itu diperlukan adanya
persatuan sebagai suatu bangsa yang merupakan syarat mutlak. Sebagai tali
pengikat persatuan itu adalah Bahasa Indonesia.
Realisasi perjuangan bangsa pada tahun 1930 berdirilah Partai Indonesia yang
disingkat denganPartindo (1931) sebagai pengganti PNI yang dibubarkan.
Kemudian golongan Demokrat yang terdiri dari Moh. Hatta dan Sutan Syahrir

11
mendirikan PNI Baru, dengan semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai
dengan kekuatan sendiri.
d. Perjuangan Bangsa Indonesia Zaman Penjajahan Jepang
Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah Perang Pasifik, dengan dibomnya
Pearl Harbour oleh Jepang. Dalam waktu yang singkat Jepang dapat menduduki
daerah-daerah jajahan Sekutu di daerah Pasifik.
Kemudian pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang masuk ke Indonesia menghalau
penjajah Belanda, pada saat itu Jepang mengetahui keinginan bangsa Indonesia,
yaitu Kemerdekaan Bangsa dan tanah air Indonesia. Peristiwa penyerahan
Indonesia dari Belanda kepada Jepang terjadi di Kalijati Jawa Tengah tanggal 8
Maret 1942.
Jepang mempropagandakan kehadirannya di Indonesia untuk membebaskan
Indonesia dari cengkraman Belanda. Oleh sebab itu Jepang memperbolehkan
pengibaran bendera merah putih serta menyanyikan lagu Indonesia raya. Akan
tetapi hal itu merupakan tipu muslihat agar rakyat Indonesia
membantu Jepang untuk menghancurkan Belanda.
Kenyataan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia bahwa sesungguhnya Jepang
tidak kurang kejamnya dengan penjajahan Belanda, bahkan pada zaman ini
bangsa Indonesia mengalami penderitaan dan penindasan yang sampai kepada
puncaknya. Kemerdekaan tanah air dan bangsa Indonesia yang didambakan tak
pernah menunjukkan tanda-tanda kedatangannya, bahkan terasa semakin menjauh
bersamaan dengan semakin mengganasnya bala tentara Jepang.
Kekecewaan rakyat Indonesia akibat perlakuan Jepang itu
menimbulkan perlawanan-perlawanan terhadap Jepang baik secara
illegal maupun secara legal, seperti pemberontakan PETA di Blitar.
Sejarah berjalan terus, di mana Perang Pasifik menunjukan tanda-tanda akan
berakhirnya dengan kekalahan Jepang di mana-mana. Untuk mendapatkan
bantuan dari rakyat Indonesia, Jepang berusaha membujuk hati bangsa
Indonesia dengan mengumumkan janji kemerdekaan kelak di kemudian hari
apabila perang telah selesai. Kemudian janji yang kedua
kemerdekaan diumumkan lagi oleh Jepang berupa “Kemerdekaan tanpa syarat”
yang disampaikan seminggu sebelum Jepang menyerahkan kepada bangsa

12
Indonesia memperjuangkan kemerdekaannya, bahkan menganjurkan agar berani
mendirikan negara Indonesia merdeka dihadapan musuh Jepang.2

2
Darmodiharjo, Darji. 1982. Pancasila dalam Beberapa Perspektif. Jakarta: Aries Lima

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan
bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling
berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa
sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa
semua aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang
untuk mewujudkan masa depan yang berbeda dengan masa yang sebelumnya. Sejarah
perjuangan bangsa Indonesia berlalu dengan melewati suatu proses waktu yang sangat
panjang. Dalam proses waktu yang panjang itu dapat dicatat kejadian-kejadian penting
yang merupakan tonggak sejarah perjuangan.

Dan Dasar Negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan
mampu memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara Indonesia
dibangun juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu pancasila. Pancasila,
dalam fungsinya sebagai dasar Negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur
Negara Replubik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni
pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang
merupakan dasar pijakan penyelenggaraan Negara dan seluruh kehidupan Negara
Replubik Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ubaedillah A & Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Icce.
UIN Jakarta, 2003
Darmodiharjo, Darji. 1982. Pancasila dalam Beberapa Perspektif. Jakarta: Aries Lima

Tim Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2005.Pendidikan Pancasila.


Jakarta: Universitas Terbuka

Winatapura, Udin. S, dkk. 2008. Buku Materi dan Pembelajaran Pkn SD. Jakarta: Universitas
Terbuka

15

Anda mungkin juga menyukai