Edupreneurship
Edupreneurship
Edupreneurship
BEDAH BUKU
“EDUPRENEUR”
Dosen Pengampu :
Bradley Setiyadi, S.Pt., M.Pd.
Disusun Oleh :
1. Tiara Gusnia (A1D522034)
2. Nevi Latina (A1D522039)
3. Rts Ira Hadaini (A1D522055)
4. Dilla Nurhalimah (A1D522061)
5. Anjeliana (A1D522038)
A. LATAR BELAKANG
Kata entrepreneurship/kewirausahaan sudah umum di telinga kita pada saat ini . Setiap
individu membutuhkan entrepreneurship untuk bersaing di dunia kerja dan
mengembangkan ide-ide dalam berwirausaha. Beberapa ahli mendefinisikan
entrepreneurship sebagai penerapan kreativitas dan inovasi untuk mencari peluang dari
masalah sehari-hari. Selain itu, taktik politik juga diperlukan dalam dunia kewirausahaan.
Pengusaha politik adalah individu yang peka terhadap peluang untuk mendapatkan
keuntungan. Dalam ekonomi evolusioner, kewirausahaan dianggap sebagai kekuatan
utama perubahan ekonomi, sehingga kewirausahaan selalu menjadi kunci utama.
Kepala sekolah yang sukses harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sifat
kewirausahaan. Ketiga kompetensi tersebut saling terkait. Pengetahuan adalah informasi
yang tersimpan di pikiran dan dapat digunakan saat diperlukan. Keterampilan adalah
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut. Sifat adalah kualitas karakter yang
membentuk kepribadian seseorang.
Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah dapat dilihat dari kemampuan mereka
dalam menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan sekolah, bekerja keras
untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif,
memiliki motivasi yang kuat untuk sukses, tidak pernah menyerah, selalu mencari solusi
terbaik, dan memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola potensi bisnis.
Istilah entrepreneur berasal dari bahasa Prancis "entreprendre" yang berarti mengambil
langkah atau menyambut tantangan. Jadi, entrepreneur memiliki tiga hal penting, yaitu
kreativitas-inovasi, penciptaan peluang, dan mengambil risiko yang terukur. Jika
entrepreneur dipahami dalam tiga hal tersebut, maka setiap individu memiliki potensi
menjadi entrepreneur dengan kreativitas-inovasi yang handal, kemampuan menciptakan
peluang, dan keberanian mengambil risiko.
2
A. KONSEP EDUPRENEUR
SUMBER 1
Judul : EDUPRENEUR Kewirausahaan dalam Pendidikan
Penyusun : Bradley Setiyadi, S.Pd., M.Pd.
Tahun Terbit : 2023
Penerbit : MANGGU MAKMUR TANJUNG LESTARI Bandung
ISBN : 978-623-6003-78-7
KONSEP EDUPRENEUR
3
Edupreneurship dapat berkembang dalam satu lembaga pendidikan apabila dikelola
dengan baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku (Triyono, dkk, 2015:33). Edupreneurship
merupakan suatu fenomena yang tampak pada diri praktisi pendidikan dalam mengelola
kegiatannya di dunia pendidikan. Oleh karena itu, sejumlah ciri khas kepribadian seorang yang
memiliki karakter edupreneurship di antaranya mampu mengelola dirinya sendiri dengan baik
dengan menggali dan mengasah potensi yang ada dalam dirinya menjadi terjawantahkan dalam
aktivitas sehari-hari (Musnandar, 2013). Edupreneurship adalah sebuah sekolah yang menjadi
leader dan mampu mengatur serta mengelola sekolah lain dengan inisiatif dan inovatif (Skilling,
2012). Seorang edupreneur atau entrepreneur dalam pendidikan, juga dikenal sebagai pembawa
perubahan ide-ide dan konsep-konsep baru dalam dunia bisnis sejauh pendidikan publik yang
bersangkutan Ini berarti bahwa edupreneurship berkaitan dengan sistem pendidikan umum.
Konsep edupreneurship ditekankan pada usaha kreatif atau inovatif yang dilakukan oleh
sekolah untuk memperoleh prestasi sekolah dan menambah income (Mulyatiningsih, 2014.12)
Dalam konteks ini, unggul tidak memberi dampak finansial secara langsung tetapi merintis masa
depan yang lebih sukses. Setelah menjadi sekolah unggul peluang dan kesempatan untuk mencari
tambahan pendapatan semakin mudah didapatkan.
Pengembangan edupreneurship merupakan sebuah gagasan menyeluruh tentang
bagaimana menyiapkan lulusan yang kompeten serta berjiwa wirausaha. Lembaga pendidikan
unggul diharapkan mampu mem berdayakan peserta didik agar mereka memperoleh sukses di
kemudian hari. Untuk memperoleh sukses tersebut, pendidikan diharapkan mampu membekali
peserta didiknya supaya memiliki kepekaan susial untuk menembus sektor bisnis dan membawa
perubahan Sistem manajemen eduprenership diharapkan mampu menghasilkan calon orang-orang
yang akan sukses. Di sisi lain, membangun edupreuneur saat ini juga diharapkan mampu
memakmurkan lembaga pendidikan tanpa membebani orang tua dan pemerintah. Ada beberapa
prinsip yang harus dilakukan dalam menjalankan edupreneurship, yaitu:
1. Kemandirian, yaitu kemampuan mengambil keputusan sendiri terhadap masalah yang
dihadapi.
2. Akuntabilitas, yaitu dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatannya kepada
seluruh stakeholder di lembaga pendidikan tersebut.
3. Transparansi, yaitu keterbukaan, khususnya dalam pengelolaan keuangan.
4. Kemitraan, yaitu kerja sama yang saling memerlukan, saling menguntungkan dan
saling memberi kepercayaan.
5. Partisipasi, yaitu keterlibatan seluruh stakeholder secara langsung
6. Efektif dan efisien, yaitu melakukan pekerjaan dengan benar
Edupreneurship dapat berkembang dalam satu lembaga pendidik an atau satuan pendidikan
(sekolah) apabila dikelola dengan baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Pada lembaga
pendidikan (sekolah), komponen pendukung edupreneurship terdiri atas siswa
(technopreneurship), guru (teacherpreneurship), dan sekolah (schoolpreneurship). Ketiga
komponen ini memiliki hubungan dalam meningkatkan satu sama lain. Bila komponen ini
dipadukan, maka sekolah. dapat mengembangkan edupreneurship sesuai dengan bidang kom-
petensi yang ditetapkan di sekolah tersebut dan sesuai dengan budaya kearifan masyarakat lokal
dimana sekolah itu berada.
4
SUMBER 2 (Pembanding)
Judul : Konsep Edupreneurship dan Urgensinya bagi Lulusan Perguruan Tinggi
Penulis : M. Ilham Thayyibi dan Subiyantoro
Tahun Terbit : 2022
e-ISSN : 2685-2217
Published by : JURNAL EDUSCIENCE (JES)
LPPM of UNIVERSITAS LABUHANBATU
KONSEP EDUPRENEURSHIP
Edupreneurship alalah bagian dari enterpreurship, yang berkembang di dunia pendidikan.
Oleh karenan itu pengertain interperneurship berkembang sesuai dengan bidang yang
dikembangkan. Di hidang sosial disebut dengan sasiopreneurship, di bidang pendidikan disebut
dengan edupreneurship, di internal perusahaan sendiri disebut dengan interpreneurship, sedangkan
di bidang teknologi disebut dengan teknopreneurship. (Sutrisno, 2017). Maka untuk dapat
memahami apa itu odupreneurship, mesti memahami terlebih dahulu apa itu entrepreneurship.
Adapun secara etimologis, merujuk pada kedua makna di atas, edupreneurship dapat
diartikan sebagai pendidikan kewirausahaan, yakni proses pembelajaran yang berfokus pada
kegiatan berwirausaha baik secara teori maupun praktik. Penegasan mengenai teori maupun
praktik di sini tidak lain karena kewirausahaan bukanlah sebuah mitos, melainkan realistik atau
construct (bangunan) yang dapat dipelajari melalui proses pembelajaran, pelatihan, simulasi, dan
magang secara intens. Jadi, pada makna kata entrepreneurship di sini terdapat tiga hal penting
yang dapat kita ketahui, yaitu creativity innovation (pembaharuan daya cipta), opportunity
creation (kesempatan berkreasi), dan calculated risk talking (perhitungan risiko yang diambil).
Edupreneurship menjadi satu kesatuan oleh sebab proses yang dilaksanakan memang
merupakan refleksi dari pada konsep pendidikan kewirausahaan, maksudnya adalah mendidik
seseorang memaksimalkan bekal yang dimiliki berupa kreatifitas, inovasi dan pengambil
keputusan untuk mengerjakan dan menghasilkan sesuatu yang bernilai jual dan kemudian dapat
dimanfaatkan olehnya atau kelompok.
Adapun mengenai tujuan dari pada dilaksanakannya edupreneurship ini tidak lain sejalan
denganUndang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab
II Pasal 3 mengenai Dasar, Fungsi, dan Tujuan yang menyebutkan bahwa: "Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka membangun bangsa dengan cara mencerdaskan kehidupan bangsa,
mengmbangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Allah
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggungjawab."
Tujuan utama edupreneurship adalah ingin menempatkan konsep-konsep dan sikap atau
karakter kewirausahaan dalam dunia pendidikan, bukan bertujuan menjadikan mahasiswa sebagai
pengusaha. Edupreneurship mengajarkan atau melatih bagaimana mengenalkan konsep-konsep
entrepeneurship yang dilengkapi dengan berbagai contoh aplikasinya melalui proses pendidikan.
5
B. KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN
SUMBER 1
Judul : EDUPRENEUR Kewirausahaan dalam Pendidikan
Penyusun : Bradley Setiyadi, S.Pd., M.Pd.
Tahun Terbit : 2023
Penerbit : MANGGU MAKMUR TANJUNG LESTARI Bandung
ISBN : 978-623-6003-78-7
6
SUMBER 2 (Pembanding)
Judul : Kompetensi Kewirausahaan kepala sekolah dalam program edupreneurship di SMPN
2 Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
Penulis : Istiqomah AN dan Akhmad Munir
Tahun Terbit : 2022
e-ISSN : 2715-9604
7
1. Kompetensi Pimpinan Pendidikan
SUMBER 1
Judul : EDUPRENEUR Kewirausahaan dalam Pendidikan
Penyusun : Bradley Setiyadi, S.Pd., M.Pd.
Tahun Terbit : 2023
Penerbit : MANGGU MAKMUR TANJUNG LESTARI Bandung
ISBN : 978-623-6003-78-7
Kepala sekolah memegang tanggung jawab penuh untuk mening- katkan kualitas pendidikan
di sekolah. Kepala Sekolah mengendalikan jalannya penyelenggaraan pendidikan karena pada
dasarnya pendidikan itu sendiri berfungsi sebagai sebuah transformasi yang mengubah input
menjadi output. Hal ini menentukan suatu proses yang berlangsung secara benar, terjaga sesuai
dengan ketentuan dari tujuan kependidikan itu sendiri. Selain itu, sekolah juga harus dijadikan
lembaga yang akan asz menghasilkan peserta didik yang terampil dan ulet yang siap pakai di
lapangan pekerjaan sebagai sumber daya manusia yang kompeten da di samping menjalankan
tugas pokok sebagai manusia seutuhnya (Oktavia, 2014:596).
Sebagai pemimpin pendidikan, salah satu tugas kepala sekolah adalah tugas kewirausahaan.
Tujuan dari tugas kewirausahaan ini adalah agar sekolah memiliki berbagai sumber daya yang
mampu mendukung jalannya pendidikan yang dilaksanakan sekolah, khususnya dari segi finansial.
Selain itu, agar sekolah dapat mengembangkan perilaku wira-usaha bagi warga sekolah, khususnya
kepada pendidik (guru) dan juga peserta didik (siswa). Dengan demikian, berdasarkan kompetensi
kewirausahaan, maka kepala sekolah harus mampu
1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan satuan pendidikan.
2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan satuan pendidikan sebagai organisasi
pembelajar
8
3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pemimpin satuan pendidikan.
4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi satuan pendidikan
5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi atau jasa yang
dihasilkan satuan pendidikan sebagai sumber belajar peserta didik.
SUMBER 2 (Pembanding)
Judul : Pengembangan jiwa edupreneurship siswa melalui kepemimpinan yang demokratis di
sekolah
Penulis: Zakaria, Ganefri, Asmar Yulastri
Tahun : 2022
Jurnal valuasi : Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
9
• Kreativitas dan Inovasi
Dimensi kompetensi kewirausahaan yang harus dimiliki kepala sekolah diantaranya mampu
menciptakan kreativitas yang berguna bagi pengembangan sekolah sebagai organisasi pembelajar
yang efektif. Visi kepala sekolah menjadi tujuan bersama pengembangan sekolah dan
penyemangat bagi seluruh warga sekolah untuk bekerja maksimal.
10
2. Kompetensi Pendidik
SUMBER 1
Judul : EDUPRENEUR Kewirausahaan dalam Pendidikan
Penyusun : Bradley Setiyadi, S.Pd., M.Pd.
Tahun Terbit : 2023
Penerbit : MANGGU MAKMUR TANJUNG LESTARI Bandung
ISBN : 978-623-6003-78-7
Kompetensi Pendidik
11
profesinya. Hal ini ditunjukkan dengan banyak guru yang tidak menjual apa-apa tetapi memiliki
visi menjadi pendidik terbaik untuk peserta didik di masa depan.
SUMBER 2 (Pembanding)
Judul : Edupreneurship for the new Generation
Penulis : Budiono dan Risky Dwiprabowo
Tahun : 2021
e-ISSN: 2620-9292
Kompetensi Pendidik
Landasan dan tujuan edupreneurship bagi pendidik :
Landasan upaya penerapan edupreneurship terdapat di dalam Permendiknas Nomor 63
tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan (Pemerintah Republik Indonesia, 2009). Dalam
Permendiknas tersebut menegaskan secara paradigmatic bahwa pendidikan harus berkualitas
sehingga membawa kemajuan dan pengembangan berkelanjutan (education for sustainable
development/ESD).
Berdasarkan landasan dalam permendiknas di atas, dipahami bahwa edupreneurship
merupakan semangat membangun yang sudah ada dalam berbagai kebijakan pemerintah, bahkan
UUD 1945 sendiri menyebutkan adanya upaya pendidikan untuk mewujudkan karakter mandiri
bagi anak bangsa, lantas derivasi nilainya tertuangdalam UU Sisdiknas, Inpres, Nota
Kesepahaman, dan juga Permendiknas. Untuk itu, edupreneurship merupakan suatu keniscayaan
yang patut dibelajarkan pada lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi, agar terwujud
karakter mandiri, berdayasaing tinggi bagi bangsa Indonesia.
Edupreneurship sebagai langkah integratif-interkonektif memiliki beberapa arah sebagai
tujuan/orientasi. Secara sederhana, tujuan edupreneurship merupakan bagian yang bersifat
pragmatis yakni merupakan formulasi terhadap problematika bangsa saat ini.
Penerapan Edupreneurship di dunia pendidikan :
Edupreneurship menempatkan konsep-konsep sikap kewirausahaan di dalam dunia
pendidikan dengan kemampuan yang kreatif, pencipta peluang yang inovatif, dan berani
mengambil resiko. Bentuk kreatifitas dan inovasi dalam pendidikan berupa penemuan baru atau
pengembangan dariproduk ajar atau metode pengajaran yang sudah ada. Sebagai contoh penerapan
edupreneurship dalam pendidikan adalah pemanfaatan media game.
Amania Salma dalam penelitianya berjudul "Penerapan edupreneurship melalui
pengembangan aplikasi game edukasi matematika RAJA BIMA (Rajin Belajar Bilangan Prima"
penelitian menghasilkan produk media pembelajaran matematika berupa aplikasi edukasi game
RAJA BIMA yang memuat konten materi dan game. Aplikasi tersebut digunakan sebagai media
penunjang pembelajaran peserta didik yang mudah digunakan dimanapun, sehingga dapat
dijadikan solusi alternatif oleh peserta didik untuk belajar sambil bermain..
12
Konsep tentang Edupreneurship sebenamya bukanlah suatu yang baru. Jika seorang
pendidik mau berpikir dan bertindak nyata atas suatu masalah yang sedang terjadi di dalam proses
pembelajaran yang dipimpinnya, kemudian mencari solusi atas masalah tersebut. Hanya saja,
syarat solusi yang ditawarkan harus memenuhi unsure sistematis, kreatif, inovatif, produktif,
responsif. Misalkan, belajar statistic itu membosankan dan rumit, ini masalah bagi mahasiswa dan
tentu juga sebagai masalah bagi pendidiknya. Semangat Edupreneurship harus nampak, pendidik
mencari alternatif cara kreatif agar pembelajaran statistic tadi tidak membosankan dan terkesan
mudah bagi para pesertadidik. Persoalan kreasi sang pendidik tidak diatur sedemikian detil di
dalam kurikulum, maka dibutuhkan pendidik yang kreatif. Hal ini juga berarti bahwa seorang
pendidik harus memiliki jiwa edupreneurship jika ingin menjadi pendidik yang sukses dan
inspiratif.
SUMBER 1
Judul : EDUPRENEUR Kewirausahaan dalam Pendidikan
Penyusun : Bradley Setiyadi, S.Pd., M.Pd.
Tahun Terbit : 2023
Penerbit : MANGGU MAKMUR TANJUNG LESTARI Bandung
ISBN : 978-623-6003-78-7
13
SUMBER 2 (Pembanding)
Judul : Pengembangan jiwa edupreneurship siswa melalui kepemimpinan yang demokratis di
sekolah
Penulis: Zakaria, Ganefri, Asmar Yulastri
Tahun : 2022
Jurnal valuasi : Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Tujuan utama edupreneurship adalah ingin menempatkan konsep-konsep dan sikap atau
karakter kewirausahaan dalam dunia pendidikan, bukan bertujuan menjadikan mahasiswa sebagai
pengusaha (Budiono & Dwiprabowo, 2021). Edupreneurship mendidik atau melatih bagaimana
menanamkan konsep-konsep kewirausahaan melalui proses pendidikan, dengan banyak contoh
implementasinya.
Pendidikan dalam edupreneurship menghasilkan siswa yang kreatif dan imajinatif, yang
mampu menciptakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat diandalkan dan yang memiliki
keberanian untuk berdiri dan menghadapi rintangan hidup yang mereka hadapi. Praktek
kewirausahaan adalah metode dinamis untuk meningkatkan kesejahteraan. Pengembangan
edupreneurship merupakan strategi lengkap untuk menyiapkan lulusan yang berkompeten dan
berjiwa wirausaha, Langkah awal dalam membina edupreneurship adalah membekali instruktur
yang mampu menanamkan mindset wirausaha pada anak didiknya.
Edupreneurship mengacu pada proses mendidik seseorang untuk menjadi seorang
wirausahawan yang dapat mempengaruhi perubahan positif di dunia melalui pemikiran, ide, dan
kerja keras mereka. Siswa mendapatkan pengajaran kewirausahaan dengan tujuan menanamkan
karakter yang berharga dalam diri mereka, terutama sifat imajinatif dan mandiri. Ketika siswa
dibekali dengan teori kewirausahaan yang akan membantu pola pikir kewirausahaan siswa menjadi
mendarah daging dan berkembang dalam diri siswa, maka siswa akan dianggap lebih dekat dengan
edupreneurship.
Menumbuhkan Jiwa Edupreneurship Melalui Bussines Center. Business center adalah
tempat pusat berdirinya suatu usaha (Raudah et al., 2020). Dimana siswa dapat di berikan
kebebasan dalam menganalisis pasar, menetapkan harga, menjual dan membuat laporan hasil
penjualan. Bussines center di lakukan melalui kegiatan praktek bisnis yang akan di lakukan peserta
didik. Dalam praktek bussines center ini maka peserta didikmelakukan kegiatan yang dapat
membentuk jiwa edupreneurship dan kewirausahaanPraktik pusat bisnis dapat mempromosikan
dan memperkuat jiwa kewirausahaan jika mempertimbangkan kemungkinan yang diperoleh siswa
ketika melakukan bisnis di pusat bisnis dan hubungan antara peluang tersebut dengan kualitas dan
sikap seorang wirausaha. Setelah menyelesaikan praktik bisnis di pusat bisnis, siswa akan
memperoleh pengalaman dan keterampilan nyata dalam bisnis, meningkatkan kepercayaan diri
mereka, mendorong mereka untuk mengambil risiko dengan menetapkan harga mereka sendiri.
menumbuhkan jiwa kepemimpinan dengan mendorong mereka untuk membuat keputusan.
memungkinkan mereka untuk menyelesaikan tugas dan mencapai hasil yang maksimal,
memfokuskan mereka pada masa depan yang lebih baik, dan mendorong mereka untuk bekerja
dengan jujur dan tekun.
14
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16