Edupreneurship

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH TEKNOPRENEUR

BEDAH BUKU
“EDUPRENEUR”

Dosen Pengampu :
Bradley Setiyadi, S.Pt., M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Tiara Gusnia (A1D522034)
2. Nevi Latina (A1D522039)
3. Rts Ira Hadaini (A1D522055)
4. Dilla Nurhalimah (A1D522061)
5. Anjeliana (A1D522038)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kata entrepreneurship/kewirausahaan sudah umum di telinga kita pada saat ini . Setiap
individu membutuhkan entrepreneurship untuk bersaing di dunia kerja dan
mengembangkan ide-ide dalam berwirausaha. Beberapa ahli mendefinisikan
entrepreneurship sebagai penerapan kreativitas dan inovasi untuk mencari peluang dari
masalah sehari-hari. Selain itu, taktik politik juga diperlukan dalam dunia kewirausahaan.
Pengusaha politik adalah individu yang peka terhadap peluang untuk mendapatkan
keuntungan. Dalam ekonomi evolusioner, kewirausahaan dianggap sebagai kekuatan
utama perubahan ekonomi, sehingga kewirausahaan selalu menjadi kunci utama.
Kepala sekolah yang sukses harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sifat
kewirausahaan. Ketiga kompetensi tersebut saling terkait. Pengetahuan adalah informasi
yang tersimpan di pikiran dan dapat digunakan saat diperlukan. Keterampilan adalah
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut. Sifat adalah kualitas karakter yang
membentuk kepribadian seseorang.
Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah dapat dilihat dari kemampuan mereka
dalam menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan sekolah, bekerja keras
untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif,
memiliki motivasi yang kuat untuk sukses, tidak pernah menyerah, selalu mencari solusi
terbaik, dan memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola potensi bisnis.
Istilah entrepreneur berasal dari bahasa Prancis "entreprendre" yang berarti mengambil
langkah atau menyambut tantangan. Jadi, entrepreneur memiliki tiga hal penting, yaitu
kreativitas-inovasi, penciptaan peluang, dan mengambil risiko yang terukur. Jika
entrepreneur dipahami dalam tiga hal tersebut, maka setiap individu memiliki potensi
menjadi entrepreneur dengan kreativitas-inovasi yang handal, kemampuan menciptakan
peluang, dan keberanian mengambil risiko.

2
A. KONSEP EDUPRENEUR

SUMBER 1
Judul : EDUPRENEUR Kewirausahaan dalam Pendidikan
Penyusun : Bradley Setiyadi, S.Pd., M.Pd.
Tahun Terbit : 2023
Penerbit : MANGGU MAKMUR TANJUNG LESTARI Bandung
ISBN : 978-623-6003-78-7

KONSEP EDUPRENEUR

Edepreneur dimaknai sebagai wirausahaan di dunia pendidikan. Edupreneur adalah


ungkapan yang diciptakan untuk mendeskripsikan wirausahawan yang beroprasi didalam
dan sekitar kerangka kerja sekolah (Prasetyo, 2019:4). Sementara edupreneurship berasal
dari dua kata yaitu education atau pendidikan dan enterpreneurship atau kewirausahaan.
Dari dua kata itulah maka edupreneurship dapat diartikan sebagai pendidikan
kewirausahaan, yakni proses pembelajaran yang berfokus pada kegiatan berwirausaha baik
secara teori maupun praktik. Edupreneurship yang memiliki gabungan makna dari
education dan enterpreneurship merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
maknanya. Keduanya menjadi satu kesatuan oleh sebab proses yang dilaksanakan memang
merupakan refleksi daripada konsep pendidikan kewirausahaan, maksudnya adalah
mendidik seseorang untuk dapat mengerjakan dan menghasilkan sesuatu yang bernilai jual
dan kemudian dapat dimanfaatkan olehnya sendiri atau kelompok masyarakat.
Dunia bisnis, wirausaha dan pendidikan memiliki koneksi dan titik temu melalui
edupreneur (Purnomo, 2017). Makna edupreneur dapat dilihat dalam perspektif berikut:
1. Edupreneur merupakan pelaku praktik wirausaha dibidang pendidikan, meskipun
pelakunya bukanlah seorang pendidik atau guru. Edupreneur merupakan seseorang
yang mengatur dan menjalankan bisnis untuk memperbaiki atau memajukan
pendidikan dengan mengambil risiko yang lebih besar dari biasanya dibanding
lapangan kewirausahaan yang lain. pendidikan dengan mengambil risiko yang lebih
besar dari biasanya di banding lapangan kewirausahaan yang lain.
2. Edupreneur merupakan pengajar yang mengaplikasikan konsep wirausaha dalam
proses pembelajaran sehingga dapat dikata kan bahwa edupreneur adalah seorang atau
institusi pendidikan yang menjalankan prinsip wirausaha yang baik demi suksesnya
pendidikan. Selain itu, edupreneur adalah seseorang yang telah berprofesi sebagai
pendidik kemudian berupaya untuk mengorganisir sebuah bisnis yang berkaitan
dengan pendidikan dan telah menginvestasikan waktu, energi, dan modal untuk
menciptakan, mengembangkan, dan memasarkan program, produk, layanan, atau
teknologi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pembelajaran.
3. Edupreneur adalah pendidik yang melaksanakan pengajaran dengan membiayai
sekolah mereka sendiri Guru tersebut mela yam kelompok, individu, dan bahkan
komunitas yang bebas dan terbuka. Mereka mempersonalisasi pengalaman belajar
untuk para siswa, mencari nafkah serta membantu orang lain.

3
Edupreneurship dapat berkembang dalam satu lembaga pendidikan apabila dikelola
dengan baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku (Triyono, dkk, 2015:33). Edupreneurship
merupakan suatu fenomena yang tampak pada diri praktisi pendidikan dalam mengelola
kegiatannya di dunia pendidikan. Oleh karena itu, sejumlah ciri khas kepribadian seorang yang
memiliki karakter edupreneurship di antaranya mampu mengelola dirinya sendiri dengan baik
dengan menggali dan mengasah potensi yang ada dalam dirinya menjadi terjawantahkan dalam
aktivitas sehari-hari (Musnandar, 2013). Edupreneurship adalah sebuah sekolah yang menjadi
leader dan mampu mengatur serta mengelola sekolah lain dengan inisiatif dan inovatif (Skilling,
2012). Seorang edupreneur atau entrepreneur dalam pendidikan, juga dikenal sebagai pembawa
perubahan ide-ide dan konsep-konsep baru dalam dunia bisnis sejauh pendidikan publik yang
bersangkutan Ini berarti bahwa edupreneurship berkaitan dengan sistem pendidikan umum.
Konsep edupreneurship ditekankan pada usaha kreatif atau inovatif yang dilakukan oleh
sekolah untuk memperoleh prestasi sekolah dan menambah income (Mulyatiningsih, 2014.12)
Dalam konteks ini, unggul tidak memberi dampak finansial secara langsung tetapi merintis masa
depan yang lebih sukses. Setelah menjadi sekolah unggul peluang dan kesempatan untuk mencari
tambahan pendapatan semakin mudah didapatkan.
Pengembangan edupreneurship merupakan sebuah gagasan menyeluruh tentang
bagaimana menyiapkan lulusan yang kompeten serta berjiwa wirausaha. Lembaga pendidikan
unggul diharapkan mampu mem berdayakan peserta didik agar mereka memperoleh sukses di
kemudian hari. Untuk memperoleh sukses tersebut, pendidikan diharapkan mampu membekali
peserta didiknya supaya memiliki kepekaan susial untuk menembus sektor bisnis dan membawa
perubahan Sistem manajemen eduprenership diharapkan mampu menghasilkan calon orang-orang
yang akan sukses. Di sisi lain, membangun edupreuneur saat ini juga diharapkan mampu
memakmurkan lembaga pendidikan tanpa membebani orang tua dan pemerintah. Ada beberapa
prinsip yang harus dilakukan dalam menjalankan edupreneurship, yaitu:
1. Kemandirian, yaitu kemampuan mengambil keputusan sendiri terhadap masalah yang
dihadapi.
2. Akuntabilitas, yaitu dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatannya kepada
seluruh stakeholder di lembaga pendidikan tersebut.
3. Transparansi, yaitu keterbukaan, khususnya dalam pengelolaan keuangan.
4. Kemitraan, yaitu kerja sama yang saling memerlukan, saling menguntungkan dan
saling memberi kepercayaan.
5. Partisipasi, yaitu keterlibatan seluruh stakeholder secara langsung
6. Efektif dan efisien, yaitu melakukan pekerjaan dengan benar

Edupreneurship dapat berkembang dalam satu lembaga pendidik an atau satuan pendidikan
(sekolah) apabila dikelola dengan baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Pada lembaga
pendidikan (sekolah), komponen pendukung edupreneurship terdiri atas siswa
(technopreneurship), guru (teacherpreneurship), dan sekolah (schoolpreneurship). Ketiga
komponen ini memiliki hubungan dalam meningkatkan satu sama lain. Bila komponen ini
dipadukan, maka sekolah. dapat mengembangkan edupreneurship sesuai dengan bidang kom-
petensi yang ditetapkan di sekolah tersebut dan sesuai dengan budaya kearifan masyarakat lokal
dimana sekolah itu berada.

4
SUMBER 2 (Pembanding)
Judul : Konsep Edupreneurship dan Urgensinya bagi Lulusan Perguruan Tinggi
Penulis : M. Ilham Thayyibi dan Subiyantoro
Tahun Terbit : 2022
e-ISSN : 2685-2217
Published by : JURNAL EDUSCIENCE (JES)
LPPM of UNIVERSITAS LABUHANBATU

KONSEP EDUPRENEURSHIP
Edupreneurship alalah bagian dari enterpreurship, yang berkembang di dunia pendidikan.
Oleh karenan itu pengertain interperneurship berkembang sesuai dengan bidang yang
dikembangkan. Di hidang sosial disebut dengan sasiopreneurship, di bidang pendidikan disebut
dengan edupreneurship, di internal perusahaan sendiri disebut dengan interpreneurship, sedangkan
di bidang teknologi disebut dengan teknopreneurship. (Sutrisno, 2017). Maka untuk dapat
memahami apa itu odupreneurship, mesti memahami terlebih dahulu apa itu entrepreneurship.
Adapun secara etimologis, merujuk pada kedua makna di atas, edupreneurship dapat
diartikan sebagai pendidikan kewirausahaan, yakni proses pembelajaran yang berfokus pada
kegiatan berwirausaha baik secara teori maupun praktik. Penegasan mengenai teori maupun
praktik di sini tidak lain karena kewirausahaan bukanlah sebuah mitos, melainkan realistik atau
construct (bangunan) yang dapat dipelajari melalui proses pembelajaran, pelatihan, simulasi, dan
magang secara intens. Jadi, pada makna kata entrepreneurship di sini terdapat tiga hal penting
yang dapat kita ketahui, yaitu creativity innovation (pembaharuan daya cipta), opportunity
creation (kesempatan berkreasi), dan calculated risk talking (perhitungan risiko yang diambil).
Edupreneurship menjadi satu kesatuan oleh sebab proses yang dilaksanakan memang
merupakan refleksi dari pada konsep pendidikan kewirausahaan, maksudnya adalah mendidik
seseorang memaksimalkan bekal yang dimiliki berupa kreatifitas, inovasi dan pengambil
keputusan untuk mengerjakan dan menghasilkan sesuatu yang bernilai jual dan kemudian dapat
dimanfaatkan olehnya atau kelompok.
Adapun mengenai tujuan dari pada dilaksanakannya edupreneurship ini tidak lain sejalan
denganUndang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab
II Pasal 3 mengenai Dasar, Fungsi, dan Tujuan yang menyebutkan bahwa: "Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka membangun bangsa dengan cara mencerdaskan kehidupan bangsa,
mengmbangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Allah
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggungjawab."
Tujuan utama edupreneurship adalah ingin menempatkan konsep-konsep dan sikap atau
karakter kewirausahaan dalam dunia pendidikan, bukan bertujuan menjadikan mahasiswa sebagai
pengusaha. Edupreneurship mengajarkan atau melatih bagaimana mengenalkan konsep-konsep
entrepeneurship yang dilengkapi dengan berbagai contoh aplikasinya melalui proses pendidikan.

5
B. KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN

SUMBER 1
Judul : EDUPRENEUR Kewirausahaan dalam Pendidikan
Penyusun : Bradley Setiyadi, S.Pd., M.Pd.
Tahun Terbit : 2023
Penerbit : MANGGU MAKMUR TANJUNG LESTARI Bandung
ISBN : 978-623-6003-78-7

Kompetensi Kewirausahaan dalam Pendidikan

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu


(personality) yang langsung berpengaruh pada kinerja, dimana kinerja bagi wirausaha merupakan
tujuan yang selalu ingin dicapainya (Manurung, 2013:11). Kompetensi ini meliputi komitmen,
kewenangan (otoritas) dan kapablilitas. Komitmen diperlukan untuk menggunakan modal
intelektualya, otoritas diperlukan untuk menjalankan usahanya secara mandiri, sementara
kapabilitas diper- lukan dalam menjalankan usaha yang mencangkup pengetahuan, ke- terampilan
dan kecakapan. Kesemuannya itu merupakan kompetensi yang diperlukan dalam mengelola
pendidikan yang diintegrasikan dengan nilai-nilai kewirausahaan. Hal ini karena pendidikan
berkaitan erat dengan perubahan teknologi dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendidikan
merupakan bentuk investasi jangka panjang yang memberikan sumbangan besar terhadap
pembangunan ekonomi. Investasi pendidikan memberikan nilai balik yang lebih tinggi dari pada
investasi fisik di bidang lain.
Kewirausahaan dalam pendidikan merupakan kerja keras yang terus menerus yang dilakukan
pihak sekolah dalam menjadikan sekolahnya lebih bermutu. Konsep kewirausahaan ini meliputi
usaha membaca dengan cermat peluang-peluang, melihat setiap unsur institusi sekolah adanya
sesuatu yang baru atau inovatif, menggali sumber daya secara realistik dan dapat dimanfaatkan,
mengendalikan risiko, mewujudkan kesejahteraan (benefit) dan mendatangkan keuntungan
finansial [profit]. Benefits dan profits ini terutama dilihat untuk kepentingan peserta didik guru-
guru serta kepala sekolah. Jiwa kewirausahaan yang merupakan bagian dari ranah afektif perlu
ditanamkan pada peserta didik Oleh karena itu, kewirausahaan dalam pendidikan adalah suatu
sikap yang mencerminkan keberanian dalam mengembangkan usaha dan ide barunya untuk
memperbaiki kualitas hidup yang diintergrasikan dalam pendidikan di sekolah melalui berbagai
kegiatan seperti ekstrakurikuler, pembelajaran sebuah mata pelajaran yang diintegrasikan dengan
ke wirausahaan.

6
SUMBER 2 (Pembanding)
Judul : Kompetensi Kewirausahaan kepala sekolah dalam program edupreneurship di SMPN
2 Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo
Penulis : Istiqomah AN dan Akhmad Munir
Tahun Terbit : 2022
e-ISSN : 2715-9604

Kompetensi Kewirausahaan dalam Pendidikan


Pendidikan kewirausahaan dalam sekolah telah disosialisasikan mulai dari tahun 2010 oleh
Kementerian Pendidikan Nasional pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Hal tersebut
didasarkan pada butir-butir kebijakan nasional yang tertuang dalam RPJMN 2010-2014 yang
berkaitan dengan peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan, dan efisien
mengarah terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat, kemandirian, keluhuran budi pekerti, dan
karakter bangsa yang kuat. Adanya pembangunan dalam bidang pendidikan bertujuan untuk
tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung dengan adanya keseimbangan antara
ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan yang meliputi dua hal yaitu menciptakan
lapangan kerja atau kewirausahaan dan menjawab berbagai tantangan kebutuhan akan tenaga
kerja.
Pendidikan kewirausahaan dalam sekolah dikenal dengan edupreneurship yang bertujuan
untuk mencetak peserta didik yang kreatif inovatif, dapat menciptakan peluang yang handal, dan
berani melangkah untuk menyambut tantangan dalam kehidupan.Adanya edupreneurship dalam
sekolah perlu dilakukan dengan secepatnya dan direncanakan dengan matang serta melibatkan
seluruh stakeholder sekolah utamanya dari kepala sekolah sebagai top manager dalam lembaga
pendidikan agar mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam
Permendiknas tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah atau madrasah, salah
satunya kompetensi kewirausahaan.
Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah yang terdiri dari inovasi, motivasi, pantang
menyerah dan pencari solusi serta memiliki naluri. kewirausahaan merupakan faktor penting yang
secara langsung mendukung terhadap program edupreneurship di sekolah.Melalui kompetensi
kewirausahaan yang dimilikinya menjadikan kepala sekolah sebagai pemimpin yang kreatif dan
inovatif untuk mengembangkan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya sebagai sekolah yang
berkualitas.Hal tersebut memberikan arti bahwa kompetensi kewirausahaan yang dimiliki oleh
kepala sekolah berkaitan langsung dengan edupreneurship.

7
1. Kompetensi Pimpinan Pendidikan
SUMBER 1
Judul : EDUPRENEUR Kewirausahaan dalam Pendidikan
Penyusun : Bradley Setiyadi, S.Pd., M.Pd.
Tahun Terbit : 2023
Penerbit : MANGGU MAKMUR TANJUNG LESTARI Bandung
ISBN : 978-623-6003-78-7

Kompetensi Pimpinan Pendidikan

Untuk menjamin terselenggaranya pendidikan di sekolah seorang kepala sekolah berperan


sebagai top manager sekolah yang harus mampu memimpin dan mengarahkan personil sekolah
untuk bisa mem bangun sebuah kemampuan dan menggali kompetensi yang dimiliki sebagai acuan
untuk menata kehidupan yang lebih baik di masa depan Dalam hal ini, Kepala Sekolah tentunya
juga memerlukan kompetensi kewirausahaan yang baik di samping kompetensi yang lainnya
dalam rangka menjamin kualitas agar sesuai dengan tujuan pendidikan. Sehu bungan dengan hal
tersebut, beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh kepala sekolah, sebagaimana tertulis
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007, ada 5
(lima) kompetensi yang harus dikuasi oleh seorang Kepala Sekolah, yaitu:
1. Kompetensi kepribadian
2. Kompetensi manajerial.
3. Kompetensi kewirausahaan.
4. Kompetensi supervisi.
5. Kompetensi sosial.

Kepala sekolah memegang tanggung jawab penuh untuk mening- katkan kualitas pendidikan
di sekolah. Kepala Sekolah mengendalikan jalannya penyelenggaraan pendidikan karena pada
dasarnya pendidikan itu sendiri berfungsi sebagai sebuah transformasi yang mengubah input
menjadi output. Hal ini menentukan suatu proses yang berlangsung secara benar, terjaga sesuai
dengan ketentuan dari tujuan kependidikan itu sendiri. Selain itu, sekolah juga harus dijadikan
lembaga yang akan asz menghasilkan peserta didik yang terampil dan ulet yang siap pakai di
lapangan pekerjaan sebagai sumber daya manusia yang kompeten da di samping menjalankan
tugas pokok sebagai manusia seutuhnya (Oktavia, 2014:596).
Sebagai pemimpin pendidikan, salah satu tugas kepala sekolah adalah tugas kewirausahaan.
Tujuan dari tugas kewirausahaan ini adalah agar sekolah memiliki berbagai sumber daya yang
mampu mendukung jalannya pendidikan yang dilaksanakan sekolah, khususnya dari segi finansial.
Selain itu, agar sekolah dapat mengembangkan perilaku wira-usaha bagi warga sekolah, khususnya
kepada pendidik (guru) dan juga peserta didik (siswa). Dengan demikian, berdasarkan kompetensi
kewirausahaan, maka kepala sekolah harus mampu
1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan satuan pendidikan.
2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan satuan pendidikan sebagai organisasi
pembelajar

8
3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pemimpin satuan pendidikan.
4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi satuan pendidikan
5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi atau jasa yang
dihasilkan satuan pendidikan sebagai sumber belajar peserta didik.

SUMBER 2 (Pembanding)
Judul : Pengembangan jiwa edupreneurship siswa melalui kepemimpinan yang demokratis di
sekolah
Penulis: Zakaria, Ganefri, Asmar Yulastri
Tahun : 2022
Jurnal valuasi : Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan

Kompetensi Pimpinan Pendidikan


Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya meliputi peran sebagai pemimpin,
pembimbing. enterpreneur, edupreneur sekaligus sebagai pengawas (supervisor) (Mubarok, 2020).
Kepala sekolah menjadi edupreneurs adalah seseorang yang mampu mengatur dan mengelola
sebuah lembaga sekolah dengan penuh inisiatif, berani ber inovasi, dan tidak takut untuk
mengambil resiko yang akan di hadapi di kemudian hari nya. Edupreneurship di gerakkan oleh
kepala sekolah sebagai manager di sekolah. Dan kepala sekolah di harapkan mempunyai jiwa
edupreneurship dan sifat kepemimpinan yang demokratis.
Ada beberapa perilaku kepala sekolah agar menjadi kepala sekolah yang edupreneurs
yakni: Bertindak sebagai agen perubahan, jiwa pemimpin yang tanpa pamrih, membawa budaya
baru yang di harapkan dengan penuh keyakinan, mampu mengambil resiko dan berani bertanggung
jawab, selalu belajar untuk menjadi lebih baik, dapat memanfaatkan sumber daya yang ada dan
apabila sumber daya itu langka pemimpin berani untuk berinvestasi (Habibi, 2019).
Kompetensi dasar yang harus dimiliki kepala sekolah ada lima, salah satunya adalah
kompetensi kewirausahaan (entrepreneurship). Indikator kompetensi kewirausahaan kepala
sekolah ada lima (Suwhiti, 2019) sebagai berikut:
1. Menghasilkan inovasi yang berguna bagi peningkatan sekolah.
2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang
efektif.
3. Motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah.
4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi.
5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai
sumber belajar peserta didik.
Kelima indikator kompetensi kewirausahaan tersebut melekat di jiwa kepala sekolah. Peneliti
mencoba menggali informasi dan mengutip wawancara dengan empat responden sebagai berikut:

9
• Kreativitas dan Inovasi
Dimensi kompetensi kewirausahaan yang harus dimiliki kepala sekolah diantaranya mampu
menciptakan kreativitas yang berguna bagi pengembangan sekolah sebagai organisasi pembelajar
yang efektif. Visi kepala sekolah menjadi tujuan bersama pengembangan sekolah dan
penyemangat bagi seluruh warga sekolah untuk bekerja maksimal.

• Kerja keras kepala sekolah


Kemampuan untuk mengerjakan sesuatu secara bersungguh-sungguh, bekerja tanpa mengenal
lelah sebelum target tercapai, mengutamakan dan memperhatikan kepuasan hasil pada setiap
kegiatan yang dilakukan, adalah Bekerja keras. Pekerjaan dan tanggungjawab kepala sekolah
sebagai seorang manajer membutuhkan waktu dan target yang terukur, untuk mencapai itu
membutuhkan waktu lebih dan kerja keras untuk mewujudkannya. Manajemen waktu dan
menggunakan waktu secara efisien kunci utama untuk mencapai target/ visi. Motivasi Kepala
Sekolah Untuk Sukses.

• Sikap Pantang Menyerah


Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi
sekolah, Kemampuan yang kuat untuk mencapai tujuan pengelolaan kegiatan usahanya.
Mempunyai daya tahan dalam bekerja sampai keinginannya tercapai. Kepala sekolah mempunyai
keyakinan bahwa sesuatu persoalan itu ada solusinya dan karakter pantang menyerah mencari
solusi terbaik dan sekolah tetap berkembang bahkan semakin berkualitas. Seorang pimpinan harus
bisa menyikapi suatu masalah sebagai pembelajaran untuk mencapai tujuan. Bagaimaan bisa
membuka simpul maindset seseorang untuk terbuka dan berkembang menerima perubahan.

10
2. Kompetensi Pendidik

SUMBER 1
Judul : EDUPRENEUR Kewirausahaan dalam Pendidikan
Penyusun : Bradley Setiyadi, S.Pd., M.Pd.
Tahun Terbit : 2023
Penerbit : MANGGU MAKMUR TANJUNG LESTARI Bandung
ISBN : 978-623-6003-78-7

Kompetensi Pendidik

Kompetensi kewirausahaan (entrepreneurship) terbentuk dari sk dan perilaku yang berasal


dari pengalamannya sehari-hari. Seorang wirausahawan telah memiliki minat, bakat dan perhatian
pada peker jaan tertentu dan mengerjakan pekerjaan secara profesional sehingg dapat memberi
keuntungan dan kepuasan. Pengalaman sukses das memperoleh keuntungan dapat menumbuhkan
rasa percaya diri ter hadap pekerjaan. Seorang wirausahawan selalu bersemangat ingin sukses,
mau bekerja keras, cermat dengan tiap langkah kerja dan penge luaran biaya, mencari peluang dan
kesempatan untuk menciptakan pekerjaan dan mencari pengguna atau pembeli tanpa mengenal
waktu dan tidak pernah putus asa. Teacherpreneur terdiri dari kompetensi yang dimiliki guru,
kreativitas guru dan efektivitas guru. Kompetensi yang dimiliki guru maksudnya kemampuan guru
dalam melaksanakan tugas pokok yaitu mengajar dimana kompetensi guru yang terdiri dari
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial Kreativitas guru adalah
bagaimana cara guru mendayaguna atau merekayasa terhadap sumber daya, dan efektif yaitu
kekuatan guru dalam mewujudkan sesuatu agar siswa mau belajar. Guru dapat juga mencip takan
karya dapat berupa karya tulis, buku, maupun modul.
Teacherpreuner merupakan bagian dari profesi yang melekat pada guru untuk
mengembangkan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak di masa depan (Berry, 2010:136),
Edupreneurship membutuhkan du- kungan dari pendidik yang memiliki jiwa teacherprebeur.
Pendidik yang memiliki jiwa teacherpreuner adalah pendidik yang memiliki sifat-sifat
kepemimpinan, menguasai banyak strategi mengajar yang inovatif, mempunyai gagasan dan
strategi agar sekolah dapat meraih sukses yang tinggi, memiliki keterampilan dan komitmen untuk
menyebarluaskan keahliannya kepada orang lain.
Teacherpreneur tidak menjadikan guru sebagai pengusaha (wira- usaha), akan tetapi
menjadikan guru memiliki semangat yang dimiliki oleh seorang pengusaha (entrepreneur), dimana
seorang pengusaha harus memiliki sikap bekerja keras, inovasi, kreatif, efektif dan efisien (Novan,
2012:17). Usaha pendidik (guru dan dosen) sebagai seorang teacherpreneur tidak menyimpang
dari pendidikan.
Peran teacherpreneur sangat tergantung kebutuhan sekolah dan organisasi masyarakat.
Beberapa sekolah memanfaatkan guru yang ber potensi menjadi teacherpreneur sebagai
pengembang materi kurikulum mentoring guru, menghasilkan pola kerja sama antara sekolah
dengan organisasi lam. Dengan demikian, teacherprenur merupakan aspek kepemilikan guru untuk

11
profesinya. Hal ini ditunjukkan dengan banyak guru yang tidak menjual apa-apa tetapi memiliki
visi menjadi pendidik terbaik untuk peserta didik di masa depan.

SUMBER 2 (Pembanding)
Judul : Edupreneurship for the new Generation
Penulis : Budiono dan Risky Dwiprabowo
Tahun : 2021
e-ISSN: 2620-9292

Kompetensi Pendidik
Landasan dan tujuan edupreneurship bagi pendidik :
Landasan upaya penerapan edupreneurship terdapat di dalam Permendiknas Nomor 63
tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan (Pemerintah Republik Indonesia, 2009). Dalam
Permendiknas tersebut menegaskan secara paradigmatic bahwa pendidikan harus berkualitas
sehingga membawa kemajuan dan pengembangan berkelanjutan (education for sustainable
development/ESD).
Berdasarkan landasan dalam permendiknas di atas, dipahami bahwa edupreneurship
merupakan semangat membangun yang sudah ada dalam berbagai kebijakan pemerintah, bahkan
UUD 1945 sendiri menyebutkan adanya upaya pendidikan untuk mewujudkan karakter mandiri
bagi anak bangsa, lantas derivasi nilainya tertuangdalam UU Sisdiknas, Inpres, Nota
Kesepahaman, dan juga Permendiknas. Untuk itu, edupreneurship merupakan suatu keniscayaan
yang patut dibelajarkan pada lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi, agar terwujud
karakter mandiri, berdayasaing tinggi bagi bangsa Indonesia.
Edupreneurship sebagai langkah integratif-interkonektif memiliki beberapa arah sebagai
tujuan/orientasi. Secara sederhana, tujuan edupreneurship merupakan bagian yang bersifat
pragmatis yakni merupakan formulasi terhadap problematika bangsa saat ini.
Penerapan Edupreneurship di dunia pendidikan :
Edupreneurship menempatkan konsep-konsep sikap kewirausahaan di dalam dunia
pendidikan dengan kemampuan yang kreatif, pencipta peluang yang inovatif, dan berani
mengambil resiko. Bentuk kreatifitas dan inovasi dalam pendidikan berupa penemuan baru atau
pengembangan dariproduk ajar atau metode pengajaran yang sudah ada. Sebagai contoh penerapan
edupreneurship dalam pendidikan adalah pemanfaatan media game.
Amania Salma dalam penelitianya berjudul "Penerapan edupreneurship melalui
pengembangan aplikasi game edukasi matematika RAJA BIMA (Rajin Belajar Bilangan Prima"
penelitian menghasilkan produk media pembelajaran matematika berupa aplikasi edukasi game
RAJA BIMA yang memuat konten materi dan game. Aplikasi tersebut digunakan sebagai media
penunjang pembelajaran peserta didik yang mudah digunakan dimanapun, sehingga dapat
dijadikan solusi alternatif oleh peserta didik untuk belajar sambil bermain..

12
Konsep tentang Edupreneurship sebenamya bukanlah suatu yang baru. Jika seorang
pendidik mau berpikir dan bertindak nyata atas suatu masalah yang sedang terjadi di dalam proses
pembelajaran yang dipimpinnya, kemudian mencari solusi atas masalah tersebut. Hanya saja,
syarat solusi yang ditawarkan harus memenuhi unsure sistematis, kreatif, inovatif, produktif,
responsif. Misalkan, belajar statistic itu membosankan dan rumit, ini masalah bagi mahasiswa dan
tentu juga sebagai masalah bagi pendidiknya. Semangat Edupreneurship harus nampak, pendidik
mencari alternatif cara kreatif agar pembelajaran statistic tadi tidak membosankan dan terkesan
mudah bagi para pesertadidik. Persoalan kreasi sang pendidik tidak diatur sedemikian detil di
dalam kurikulum, maka dibutuhkan pendidik yang kreatif. Hal ini juga berarti bahwa seorang
pendidik harus memiliki jiwa edupreneurship jika ingin menjadi pendidik yang sukses dan
inspiratif.

3.Kompetensi peserta didik

SUMBER 1
Judul : EDUPRENEUR Kewirausahaan dalam Pendidikan
Penyusun : Bradley Setiyadi, S.Pd., M.Pd.
Tahun Terbit : 2023
Penerbit : MANGGU MAKMUR TANJUNG LESTARI Bandung
ISBN : 978-623-6003-78-7

Kompetensi peserta didik


Sasaran akhir pengembangan edupreneurship pada satuan pen- didikan adalah kesuksesan
hidup lulusannya. Orientasi lulusan adalah melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
bekerja atau berwirausaha. Apapun orientasinya atau jenis pekerjaannya, lulusan dari satuan
pendidikan diharapkan mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tuntutan kompetensi yang
dibutuhkan masyarakat, dunia kerja, pengembangan profesional, dan ilmu pengetahuan.
Peserta didik saat ini merupakan generasi yang optimis dalam menghadapi tantangan
hidup di masa depan, dapat bekerja ganda (multitasking) dalam berbagai pekerjaan sekaligus.
Dalam teori trilogi pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara, guru berperan memberi teladan (Ing
Ngarsa Sung Tuladha), membangun kemauan (motivasi) dan memberdayakan siswa untuk
berprestasi (Ing Madya Mangun Karsa) dan mengikuti kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (Tut Wuri Handayani). Oleh karena itu, peserta didik perlu diberi banyak
kesempatan untuk meraih sukses di sekolah, Kesuksesan di sekolah dapat memberi pengalaman
positif yang sangat berharga untuk meraih kesuksesan berikutnya.

13
SUMBER 2 (Pembanding)
Judul : Pengembangan jiwa edupreneurship siswa melalui kepemimpinan yang demokratis di
sekolah
Penulis: Zakaria, Ganefri, Asmar Yulastri
Tahun : 2022
Jurnal valuasi : Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan

Kompetensi peserta didik

Tujuan utama edupreneurship adalah ingin menempatkan konsep-konsep dan sikap atau
karakter kewirausahaan dalam dunia pendidikan, bukan bertujuan menjadikan mahasiswa sebagai
pengusaha (Budiono & Dwiprabowo, 2021). Edupreneurship mendidik atau melatih bagaimana
menanamkan konsep-konsep kewirausahaan melalui proses pendidikan, dengan banyak contoh
implementasinya.
Pendidikan dalam edupreneurship menghasilkan siswa yang kreatif dan imajinatif, yang
mampu menciptakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat diandalkan dan yang memiliki
keberanian untuk berdiri dan menghadapi rintangan hidup yang mereka hadapi. Praktek
kewirausahaan adalah metode dinamis untuk meningkatkan kesejahteraan. Pengembangan
edupreneurship merupakan strategi lengkap untuk menyiapkan lulusan yang berkompeten dan
berjiwa wirausaha, Langkah awal dalam membina edupreneurship adalah membekali instruktur
yang mampu menanamkan mindset wirausaha pada anak didiknya.
Edupreneurship mengacu pada proses mendidik seseorang untuk menjadi seorang
wirausahawan yang dapat mempengaruhi perubahan positif di dunia melalui pemikiran, ide, dan
kerja keras mereka. Siswa mendapatkan pengajaran kewirausahaan dengan tujuan menanamkan
karakter yang berharga dalam diri mereka, terutama sifat imajinatif dan mandiri. Ketika siswa
dibekali dengan teori kewirausahaan yang akan membantu pola pikir kewirausahaan siswa menjadi
mendarah daging dan berkembang dalam diri siswa, maka siswa akan dianggap lebih dekat dengan
edupreneurship.
Menumbuhkan Jiwa Edupreneurship Melalui Bussines Center. Business center adalah
tempat pusat berdirinya suatu usaha (Raudah et al., 2020). Dimana siswa dapat di berikan
kebebasan dalam menganalisis pasar, menetapkan harga, menjual dan membuat laporan hasil
penjualan. Bussines center di lakukan melalui kegiatan praktek bisnis yang akan di lakukan peserta
didik. Dalam praktek bussines center ini maka peserta didikmelakukan kegiatan yang dapat
membentuk jiwa edupreneurship dan kewirausahaanPraktik pusat bisnis dapat mempromosikan
dan memperkuat jiwa kewirausahaan jika mempertimbangkan kemungkinan yang diperoleh siswa
ketika melakukan bisnis di pusat bisnis dan hubungan antara peluang tersebut dengan kualitas dan
sikap seorang wirausaha. Setelah menyelesaikan praktik bisnis di pusat bisnis, siswa akan
memperoleh pengalaman dan keterampilan nyata dalam bisnis, meningkatkan kepercayaan diri
mereka, mendorong mereka untuk mengambil risiko dengan menetapkan harga mereka sendiri.
menumbuhkan jiwa kepemimpinan dengan mendorong mereka untuk membuat keputusan.
memungkinkan mereka untuk menyelesaikan tugas dan mencapai hasil yang maksimal,
memfokuskan mereka pada masa depan yang lebih baik, dan mendorong mereka untuk bekerja
dengan jujur dan tekun.

14
KESIMPULAN

Edepreneur dimaknai sebagai wirausahaan di dunia pendidikan. Edupreneur adalah


ungkapan yang diciptakan untuk mendeskripsikan wirausahawan yang beroprasi didalam dan
sekitar kerangka kerja sekolah (Prasetyo, 2019:4). Sementara edupreneurship berasal dari dua kata
yaitu education atau pendidikan dan enterpreneurship atau kewirausahaan. Dari dua kata itulah
maka edupreneurship dapat diartikan sebagai pendidikan kewirausahaan, yakni proses
pembelajaran yang berfokus pada kegiatan berwirausaha baik secara teori maupun
praktik.Edupreneurship menjadi satu kesatuan oleh sebab proses yang dilaksanakan memang
merupakan refleksi dari pada konsep pendidikan kewirausahaan, maksudnya adalah mendidik
seseorang memaksimalkan bekal yang dimiliki berupa kreatifitas, inovasi dan pengambil
keputusan untuk mengerjakan dan menghasilkan sesuatu yang bernilai jual dan kemudian dapat
dimanfaatkan olehnya atau kelompok.
Tujuan utama edupreneurship adalah ingin menempatkan konsep-konsep dan sikap atau
karakter kewirausahaan dalam dunia pendidikan, bukan bertujuan menjadikan mahasiswa sebagai
pengusaha. Edupreneurship mengajarkan atau melatih bagaimana mengenalkan konsep-konsep
entrepeneurship yang dilengkapi dengan berbagai contoh aplikasinya melalui proses
pendidikan.Pendidikan dalam edupreneurship menghasilkan siswa yang kreatif dan imajinatif,
yang mampu menciptakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat diandalkan dan yang memiliki
keberanian untuk berdiri dan menghadapi rintangan hidup yang mereka hadapi. Praktek
kewirausahaan adalah metode dinamis untuk meningkatkan kesejahteraan. Pengembangan
edupreneurship merupakan strategi lengkap untuk menyiapkan lulusan yang berkompeten dan
berjiwa wirausaha, Langkah awal dalam membina edupreneurship adalah membekali instruktur
yang mampu menanamkan mindset wirausaha pada anak didiknya.
Kepala sekolah yang sukses harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sifat
kewirausahaan. Kompetensi kewirausahaan kepala sekolah terlihat dari kemampuan mereka dalam
menciptakan inovasi, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah, memiliki motivasi yang
kuat, tidak pernah menyerah, selalu mencari solusi terbaik, dan memiliki naluri kewirausahaan
dalam mengelola potensi bisnis. Istilah entrepreneur memiliki tiga hal penting, yaitu kreativitas-
inovasi, penciptaan peluang, dan mengambil risiko yang terukur. Setiap individu memiliki potensi
menjadi entrepreneur dengan kreativitas-inovasi yang handal, kemampuan menciptakan peluang,
dan keberanian mengambil risiko.

15
DAFTAR PUSTAKA

Afifandasari, T. & Subiyantoro. (2022). Pengembangan Jiwa Edupreneurship Melalui


Kepemimpinan Yang Demokratis di Lembaga Pendidikan. Jurnal Eduscience Volume 9
Nomor 1.
Budiono & Dwiprobowo, R. (2021). Edupreneurship For The New Generation.
Istiqomah, A.N. & Munir, A. (2022). Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah dalam Program
Edupreneurship di SMPN 2 Kecamatan Pulung Kbaupaten Ponorogo. Southeast Asian
Journal of Islamic Education Management Volume 3 Nomor 1 hal 143-156.
Setiyadi, B. (2023). Edupreneurs kewirausahaan dalam pendidikan. Bandung : Manggu Makmur
Tanjung Lestari.
Thayyibi, M.I & Subiyantoro. (2022). Konsep Edupreneurship dan Urgensinya Bagi Lulusan
Perguruan Tinggi. Jurnal Eduscience Volume 9 Nomor 1.
Zakaria, Ganefri & Yulastri, A. (2022). Pengembangan jiwa edupreneurship siswa melalui
kepemimpinan yang demokratis di sekolah. Jurnal Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan.

16

Anda mungkin juga menyukai