MIKROBIOLOGI
MIKROBIOLOGI
MIKROBIOLOGI
PERCOBAAN 1
STERILISASI ALAT, BAHAN DAN MEDIA
1.1 TUJUAN
Mahasiswa dapat menyiapkan dan melakukan berbagai macam prosedur
sterilisasi alat-alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan secara
mikrobiologi, mampu menyiapkan dan membuat media padat dan cair serta
mengerti dan mampu mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan
mikrobiologi.
1.2 PRINSIP
Persiapan, pembuatan serta sterilisasi alat, bahan dan media merupakan
tahap awal pada pengerjaan mikrobiologi. Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara
sterilisasi basah (autoklaf pada suhu 1210C selama 15-20 menit) atau sterilisasi
kering (oven pada suhu 1700C selama 1 jam).
1
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
ukur atau labu tentukur harus ditutup dengan kapas berlemak dan
dilapisi alufoil. Untuk jenis pipet dapat disimpan dalam tabung logam
tembaga atau logam tahan karat yang bertutup.
g. Media untuk Pekerjaan Mikrobiologi.
Setelah dilarutkan dalam air dan diatur pHnya, dimasukkan dalam labu
Erlemeyer yang sesuai, ditutup dengan kapas berlemak dan alufoil baru
dilakukan sterilisasi.
2
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
3
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Alat-alat yang akan disterilisasi dicuci bersih terlebih dahulu dan
dikeringkan.
2. Tutup alat-alat yang mempunyai mulut seperti : tabung reaksi,
Erlenmeyer, botol media, gelas ukur, labu takar, dan pipet dengan
kapas berlemak. Caranya adalah sebagai berikut : ambil sepotong
kapas, lipat kedua ujungnya sehingga berbentuk segiempat (besarnya
segiempat tergantung pada besarnya mulut alat). Gulung kapas
sehingga berbentuk silinder yang cukup padat dan dapat masuk ke
dalam mulut alat (2/3 bagian kapas berada di dalam mulut alat).
Khusus untuk pipet, tutup kapas ini dimasukkan ke dalam mulut pipet
dengan sebatang kawat dan kapas yang terurai keluar dari bagian
mulut pipet dihilangkan dengan cara melewatkan mulut pipet melalui
nyala api bunsen.
3. Sebelum disterilisasi, kapas penutup tabung, labu takar, Erlenmeyer,
dan botol media ditutup lagi dengan alumunium foil atau bahan lain
yang sesuai. Demikian pula alat-alat yang permukaannya harus steril
seperti pipet, dibungkus satu persatu atau dapat ditempatkan dalam
tabung penyimpan pipet. Sedangkan untuk cawan petri, dibungkus
seluruhnya dengan alumunium foil.
4. Alat-alat gelas dan alat lain yang tidak presisi disterilisasi dengan
menggunakan oven pada suhu 1700C selama 1 jam, sedangkan alat-
alat yang presisi disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 1210C
selama 15-20 menit. Apabila alat-alat tersebut telah disterilisasi
menggunakan autoklaf, keringkan pada oven pengering dengan suhu
700C selama 30 menit, untuk menghilangkan uap air yang mungkin
masih tersisa pada alat.
5. Simpan alat-alat tersebut untuk digunakan pada praktikum
selanjutnya dan jangan lupa diberi etiket supaya tidak tertukar.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Tiap kelompok, menimbang Nutrien Agar, Nutrien Broth, dan NaCl
untuk pembuatan 50 mL. Catatan : Nutrien Agar = 28 gram untuk
1000 mL, Nutrien Broth = 8 gram untuk 1000 mL, dan NaCl fisiologis
adalah 0,9% b/v.
4
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
Messa
(Nama pembuat)
5. Sterilisasi media yang telah dibuat dalam autoklaf pada suhu 1210C
selama 15-20 menit. (Catatan : Prosedur penggunaan autoklaf harus
dikuasai sebelum menggunakan alat tersebut)
6. Setelah steril, biarkan dahulu pada suhu kamar sampai suhunya
sama dengan suhu kamar, kemudian masukkan ke dalam lemari
pendingin untuk disimpan. Media dan larutan pengencer ini, akan
dipergunakan pada praktikum selanjutnya.
7. Amati apakah media dan larutan pengencer tersebut tetap steril
(tetap jernih) atau telah terkontaminasi (menjadi keruh) selama
penyimpanan. Pengamatan dilakukan selama dua minggu.
Kondisi
Nama Media dan
Larutan Pengencer Minggu I Minggu II
1. Nutrien Agar
2. Nutrien Broth
3. NaCl 0,9%
5
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PERCOBAAN 2
CARA INOKULASI, MEMBUAT PEREMAJAAN BIAKAN DALAM MEDIA PADAT
DAN CAIR, PENGENCERAN DAN GROWTH PROMOTION TEST (GPT)
2.1 TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan teknik kerja aseptik dan dapat melakukan
inokulasi dengan baik, secara goresan maupun tusukan, pada media padat
maupun media cair.
2.2 PRINSIP
Inokulasi, pembuatan dan peremajaan biakan dalam media padat dan cair
merupakan teknik menanam inokula (bahan yang mengandung mikroba atau
biakan mikroba) yang dilakukan secara aseptik ke dalam media biakan steril,
baik dalam media padat maupun cair dengan cara goresan maupun tusukan.
Growth Promotion Test (GPT) merupakan cara untuk membuktikan kesesuaian
media uji terhadap penggunaannya.
2.3 TEORI UMUM
Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik ke dalam media steril.
Inokula adalah bahan yang mengandung mikroba atau biakan mikroba, baik dalam
keadaan cair maupun padat. Inokulasi dapat dilakukan pada media padat (secara
goresan atau tusukan), serta pada media cair.
Semua pengerjaan mikrobiologi (seperti : pengambilan contoh, inokulasi,
isolasi, pengenceran, dan lain-lain), harus dilakukan secara aseptik, untuk
menghindari segala kemungkinan kontaminasi. Salah satu cara bekerja dengan
cara aseptik adalah dengan menyalakan api Bunsen di meja kerja. Bekerjalah di
sekitar nyala api biru dari pembakar Bunsen yang memberikan daerah “steril”
dalam radius 20 cm. Udara ruangan tempat bekerja, tangan, rambut dan pakaian
dari praktikan merupakan sumber kontaminasi. Sehingga dianjurkan untuk
mencuci tangan dengan cairan antiseptik sebelum bekerja dan tidak berbicara
selama melakukan inokulasi.
Bila suatu pengerjaan aseptik telah selesai, perkecil api Bunsen dan matikan.
Sebelum meninggalkan laboratorium, cucilah tangan memakai cairan antiseptik
dan sabun, lalu bilas dengan air.
A. Teknik Inokulasi
Inokulasi adalah teknik menanam benih mikroba ke dalam media. Secara
umum inokulasi ini memiliki beberapa tujuan yaitu sebagai berikut:
Pengkayaan sel viabel mikroba
Pemurnian atau memperoleh koloni spesifik
Pengamatan karakteristik mikroba, misal motilitas menggunakan medium, uji
biokimia, uji resistensi, uji Camp, dll
Penghitungan mikroba
a) Spread Plate (metode semai)
Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di
permukaan agar diperoleh kultur yang relatif merata sehingga dapat dihitung.
Pada metode sebar sejumlah biakan (umumnya 0,1 - 0,5 mL) disebar pada
permukaan agar, dengan menggunakan spreader (batang bengkok) steril. Cawan
kemudian diinkubasi pada suhu dan waktu sesuai dengan yang dipersyaratkan.
6
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
Mengapa jumlah suspensi mikroba pada spread plate 0,1 – 0,5 mL sedangkan pour
plate 1 mL?
c) Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak)
Teknik penanaman dengan goresan bertujuan untuk mengisolasi
mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan (memperkaya) kultur ke
dalam medium baru.
i. Goresan Sinambung
Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Sentuhkan inokulum loop (jarum Ose) pada koloni atau suspensi mikroba
dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar.
Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180oC lanjutkan goresan sampai
habis.
7
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
8
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
9
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Nyalakan bunsen dan atur nyala api bunsen sehingga diperoleh nyala api
biru untuk memperoleh daerah “steril”. Biarkan menyala selama 10 menit
sebelum anda bekerja.
2. Siapkan dan letakkan tabung reaksi steril pada rak tabung reaksi dan cawan
petri steril di antara nyala dua api bunsen.
3. Pembuatan plat agar : pipet 20 mL cc media Nutrien Agar yang telah cair
dan suhunya 500C ke dalam cawan petri steril, lalu biarkan padat.
4. Pembuatan agar miring : pipet 3 mL cc media Nutrien Agar yang telah cair
dan suhunya 500C ke dalam tabung reaksi steril, lalu letakkan miring pada
papan pembentuk agar miring dan biarkan padat
5. Pembuatan agar tegak : pipet 5 mL cc media Nutrien Agar yang telah cair
dan suhunya 500C ke dalam tabung reaksi steril, lalu letakkan tegak pada
rak tabung reaksi dan biarkan padat
6. Pembuatan media cair : pipet 5 mL cc media Nutrien Broth yang suhunya
telah sama dengan suhu kamar ke dalam tabung reaksi steril
7. Pekerjaan di atas dilakukan dengan memperhatikan prosedur kerja aseptik.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pembuatan Inokula :
Masukkan 5 mL NaCl 0,9% b/v steril ke dalam tabung reaksi steril.
Inokulasikan biakan yang berasal dari agar miring, dengan
menggunakan jarum Ose bundar, kemudian disuspensikan dalam
larutan NaCl 0,9% b/v steril, dengan cara mencelupkan jarum Ose
yang berisi inokula hingga semua massa inokula masuk dan tersebar
dengan rata ke dalam larutan NaCl (NaCl tersebut menjadi keruh).
Inokula ini yang akan dipergunakan dalam pengerjaan inokulasi
pada plat agar, agar miring, agar tegak, dan media cair.
2. Inokulasi pada media cair
Bila inokula berasal dari suspensi bakteri (biakan cair), inokulasi
sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pipet Pasteur. Tetapi bila
inokula berasal dari biakan agar miring, maka diambil dengan
menggunakan jarum Ose bundar, kemudian disuspensikan dalam media
Nutrien Broth, dengan cara mencelupkan jarum Ose yang berisi inokula
10
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
hingga semua massa inokula masuk dan tersebar dengan rata ke dalam
media cair (seperti pada pembuatan inokula).
3. Inokulasi pada plat agar
Bagian luar plat agar dibagi menjadi empat bagian dengan
menggunakan spidol. Ambil inokula dengan menggunakan jarum Ose
bundar, lalu inokulasikan ke setiap bagian dari plat agar dengan
goresan yang rapat.
4. Inokulasi pada media padat dengan cara goresan
Bila media berupa agar miring dalam tabung reaksi, inokulasi
dilakukan dengan cara goresan rapat memakai jarum Ose bundar,
dimulai dari bagian bawah secara zigzag sampai bagian atas media
5. Inokulasi pada media padat dengan cara tusukan
Bila media berupa agar tegak dalam tabung reaksi, inokulasi dilakukan
dengan cara memasukkan jarum Ose lurus yang telah memuat inokula
secara tusukan lurus ke dalam media, tepat pada poros tengah
tabung sampai mendekati dasar tabung, kemudian ose ditarik kembali
perlahan-lahan.
6. Semua pekerjaan di atas dilakukan dengan memperhatikan prosedur
kerja aseptik
7. Inkubasi semua media yang telah diinokulasi ke dalam inkubator 37 0C
selama 24 jam dan amati pertumbuhan yang terjadi.
Prosedur inokulasi
D. GROWTH PROMOTION TEST (GPT) (Jeffeta Pradeko Putra, 2014)
ALAT DAN BAHAN
Bahan : TSA (Trypipticase Soya Agar)
Mikroba : Staphylococcus aureus ATCC 6538, Pseudomonas
aeruginosa ATCC 9027, Bacillus subtilis ATCC 6633, Candida
albicansATCC 10231, Aspergillus niger ATCC 16404
Alat : Waterbath, Inkubator 20-25 dan 30-35⁰C, Spreader
11
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PROSEDUR PERCOBAAN
Growth Promotion Test (yang selanjutnya disebut GPT) dapat dibagi
menjadi 3 yaitu:
a) GPT media uji enumerasi mikroba
• Siapkan suspensi mikroba uji Staphylococcus aureus ATCC 6538,
Pseudomonas aeruginosa ATCC 9027, Bacillus subtilis ATCC 6633,
Candida albicansATCC 10231, Aspergillus niger ATCC 16404 dengan
konsentrasi <100 cfu/mL
• Media enumerasi kapang/khamir
- Tuang ± 20 mL Sabouraud Dextrose Agar atau media enumerasi
kapang/khamir lain ke dalam minimal 3 Petri kosong steril, biarkan
memadat
- Inokulasikan Candida albicans ATCC 10231 dan Aspergillus niger
ATCC 16404<100cfu masing-masing ke dalam 1 cawan.
- Sebar-ratakan dengan menggunakan batang spreader
- Inkubasi semua cawan 20 – 25 o C≤ 5 hari dengan posisi cawan tidak
dibalik.
- Hitung jumlah koloni masing-masing cawan ≤ 5 hari
b) Media enumerasi bakteri aerob mesofil
- Siapkan media Soybean-Casein Digest Agar steril atau media enumerasi
bakteri lain dengan suhu sekitar ± 45⁰C dan simpan di dalam waterbath
atau inkubator 50⁰C
- Inokulasikan Staphylococcus aureus ATCC 6538, Pseudomonas
aeruginosa ATCC 9027, Bacillus subtilis ATCC 6633 sebanyak <100 cfu
masing-masing ke dalam Petri kosong
- Tuang ±20 mL Soybean-Casein Digest Agar (atau media enumerasi yang
akan diuji) ke dalam cawan berisi suspensi mikroba, goyang Petri,
biarkan memadat
- Inkubasi semua cawan 30 – 35 o C≤3 hari dengan posisi cawan dibalik
- Hitung total koloni masing-masing cawan ≤ 3 hari
Syarat:
• Media cair dapat digunakan jika pertumbuhan mikroba uji terlihat
jelas dan sebanding dengan inokulum yang telah sesuai dengan hasil
uji fertilitas bets media sebelumnya (umumnya dibuktikan melalui
foto)
• Untuk media padat dilakukan cara tuang atau cara sebar,
pertumbuhan koloni yang diperoleh tidak boleh berbeda dua kali
dari nilai hitung inokulum standard
c) GPT media uji mikroba spesifik metode Farmakope
Prosedur:
• Siapkan suspensi mikroba uji sesuai tabel 2.1 dengan konsentrasi <
100 cfu/mL
• Inokulasikan masing-masing mikroba sesuai media yang diuji
sebanyak < 100 cfu/mL
• Inkubasi sesuai dengan karakteristik mikroba tersebut (umumnya
bakteri 30 – 35 o C ≤ 3 hari dan jamur 20 – 25 o C ≤ 5 hari)
12
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
Syarat:
• Media dapat digunakan jika pertumbuhan mikroba uji terlihat jelas
dan sebanding dengan inokulum yang telah sesuai dengan hasil uji
fertilitas bets media sebelumnya (umumnya dibuktikan melalui foto)
• Untuk parameter daya hambat tidak boleh tumbuh
d) GPT media uji sterilitas yang digunakan untuk pengujian produk, proses
dan lingkungan produksi sediaan steril
13
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
14
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
Staphylococcus
Aureus
Pseudomonas
aeruginosa
Bacillus
subtilis
Sterptococcus
thermophyllus
Catatan : Tuliskan bentuk, warna, serta morfologi bakteri yang anda amati pada
media.
15
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PERCOBAAN 3
KUALIFIKASI DAN MONITORING RUANGAN
(LINGKUNGAN LABOLATORIUM DAN ALAT LAMINAR AIR FLOW)
3.1 TUJUAN
Mahasiswa mampu meenentukan kualifikasi ruangan, ruang steril/ non steril.
Serta memonitoring ruangan sesuai dengan kualifikasinya. Mahasiswa mampu
menggunakan alat LAF sesuai dengan sistem operasional prosedur yang berlaku,
serta mampu mengevaluasi alat LAF berfungsi dengan baik atau tidak dengan cara
berbagai.
3.2 PRINSIP
Melakukan kualifikasi ruangan berdasarkan persyaratan berdasarkan CPOB.
3.3 TEORI UMUM
Kualifikasi dan monitoring ruangan steril maupun non steril memiliki peran
yang sangat penting dalam menjamin bahwa lingkungan primer produksi dan
pemastian mutu produk farmasi dan kosmetik memenuhi persyaratan yang
berlaku, sekaligus menjadi tools control dalam melakukan tindakan perbaikan,
pencegahan dan peningkatan berkelanjutan.
Ruangan bersih atau clean room adalah suatu ruangan tertutup di mana
jumlah partikel dalam udara, temperatur, kelembaban, dan tekanan dikontrol
sesuai persyaratan dan dapat terdiri dari satu atau lebih area bersih. (White,
2001). Pada dasarnya ruangan bersih atau clean room dibatasi hanya oleh jumlah
partikel suatu ruangan namun demikian banyak regulasi yang mengatur tentang
parameter uji lain untuk meyakinkan kualitas ruangan yang akan digunakan.
Pedoman yang digunakan untuk pembagian ruangan bersih di Indonesia
diatur dalam buku Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang dibagi menjadi
kelas A, B, C, D, E, F dan G yang diadopsi sebagian pada klasifikasi ruangan bersih
versi EU GMP. Berikut adalah persyaratan ruangan bersih berdasarkan CPOB di
Indonesia.
16
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
1. Jumlah mikroba (jika ruangan tidak digunakan minimal tiap bulan sekali)
Tabel 3.1 Persyaratan Jumlah Mikroba
2. Jumlah partikel (jika ruangan tidak digunakan minimal tiap bulan sekali)
3. Kecepatan aliran udara (jika ruangan tidak digunakan minimal tiap bulan
sekali)
Hanya berlaku untuk ruangan bersih kelas A di bawah udara laminar yaitu 0,3
m/s untuk aliran vertikal dan 0,45 m/s untuk aliran horisontal. Atau 0,35 +
0,025 m/s (Esco)
4. Suhu,kelembaban dan tekanan (Dilakukan setiap hari atau jika bekerja 24 jam
maka dilakukan 3 kali/hari) yang secara umum memiliki persyaratan 24 -
28oC, Kelembaban: 60 – 80% (Petunjuk Operasional Penerapan CPOB edisi
2001) dan tekananruangan dengan kelas kebersihan yang berbeda mempunyai
perbedaan tekanan berkisar 10 - 15 pascal (CPOB, 2013)
Tabel 3.3 Frekuensi monitoring Ruangan Kelas A, B, C, dan D
(CPOB, 2012)
17
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
18
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
19
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
-
Gambar 3.1. Cawan Papar (Ramstorp, 2000)
- Inkubasi pada 35-37oC selama 48 jam, lanjutkan inkubasi pada 20 – 25oC selama
4 hari.
- Hitung jumlah bakteri dan jamur yang tumbuh pada setiap cawan dan catat
dalam formulir yang telah disediakan.
- Lakukan trend analysis per periode waktu
HASIL PENGAMATAN
Cawan ke- Jumlah Bakteri (35-37oC) Jumlah Jamur (20 – 5oC)
Jumlah
Hari ke-2 Hari ke-4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Total
20
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
Syarat: Jumlah mikroba pada masing-masing cawan tidak boleh melebihi batas
yang telah ditetapkan (Tabel 3.2)
c. Cawan Kontak (Contact Plate)
- Siapkan Contact plate dengan menaruh media pertumbuhan dalam suatu
cetakan untuk mencapai bentuk agar yang cembung, mirip dengan cetakan
bantal seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Syarat: Jumlah mikroba pada masing-masing cawan tidak boleh melebihi batas
yang telah ditetapkan (tabel 3.2 )
d. Sarung tangan 5 jari (finger dabs)
- Siapkan cawan yang berisi media TSA steril
- Kenakan sarung tangan steril
- Tekan media dengan masing-masing jari dalam cawan selama tiga sampai
lima detik
- Inkubasi pada 35-37oC selama 48 jam, kemudian lanjutkan inkubasi pada 20
– 25oC selama 4 hari.
21
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
HASIL PENGAMATAN
Cawan Jumlah Bakteri (35- Jumlah Jamur (20-25oC) Jumlah
37 C)
o
22
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PERCOBAAN 4
ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN KONFIRMASI MIKROBA
4.1 TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan cara isolasi, identifikasi dan
konfirmasi terhadap mikroba, terutama mikroba patogen.
4.2 PRINSIP
Setiap mikroba mempunyai sifat dan kebutuhan zat pertumbuhan yang
berlainan antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi satu jenis mikroba dari kumpulan mikroba dengan cara
mengisolasi pada media tertentu (media selektif).
4.3 TEORI UMUM
Pembiakan mikroba memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan
pertumbuhan yang sesuai bagi mikroba tersebut. Zat hara digunakan untuk
pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi bagi metabolisme dan pergerakan.
Lazimnya, media biakan mengandung :
1. Air
2. Sumber energi, seperti karbohidrat dan protein
3. Zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen,
hidrogen serta trace element.
4. Faktor penunjang pertumbuhan, seperti : asam amino dan vitamin
Kebutuhan nutrisi mikroba berkisar dari kebutuhan senyawa anorganik
sederhana sampai kepada macam-macam vitamin. Oleh karena itu, tidak mungkin
untuk membuat media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan semua jenis
mikroba.
Untuk mengisolasi mikroba jenis tertentu dari kumpulan mikroba, dapat
digunakan media selektif. Sebagian besar media selektif mengandung zat-zat
inhibitor yang menekan pertumbuhan mikroba kontaminan (selain mikroba yang
dicari). Misal : Mac Conkey Agar (MCA), mengandung zat warna yang menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif, tetapi bakteri gram negatif tetap dapat tumbuh
atau Sabouraud Dekstrose Agar merupakan media selektif untuk kapang (fungi),
karena pHnya = 5,6 dan kadar gulanya yang tinggi menunjang pertumbuhan
kapang dan ragi, tetapi secara selektif menghambat pertumbuhan bakteri. Ada juga
media yang dibuat selektif dengan jalan menambahkan antibiotika yang akan
menghambat pertumbuhan dari mikroba yang peka terhadap antibiotika tersebut.
PROSEDUR
1. Inokulasikan suspensi bakteri pada media MCA, VJA, CETA, dan XLDA.
Inkubasikan pada inkubator 370C selama 1 minggu. Amati setiap hari,
pertumbuhan dan warna koloni yang terjadi pada setiap media.
Hasil pengamatan :
- MCA : positif E. coli , bila terdapat koloni berwarna merah
23
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
24
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
MCA
VJA
CETA
25
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
XLDA
Metil
Merah
Voges
Proskauer
Indol
Simmons
Sitrat
TSIA
26
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PERCOBAAN 5
PEWARNAAN GRAM
5.1 TUJUAN
Mahasiswa dapat mengenal dan melakukan salah satu pewarnaan terhadap
bakteri; untuk membantu dalam mempelajari morfologi, struktur, sifat-sifat
bakteri dan juga membantu dalam melakukan identifikasi bakteri.
5.2 PRINSIP
Preparat yang diwarnai kristal violet akan menyebabkan semua bakteri
menjadi ungu (zat warna diserap dinding sel dan protoplasma). Pemberian lugol
menyebabkan terbentuknya kompleks ungu - kristal iodium yang berwarna
ungu tengguli. Pencucian dengan alkohol menyebabkan diferensiasi dari 2 macam
bakteri, bakteri yang tetap berwarna ungu dan bakteri yang tidak berwarna (sebab
zat warna dilarutkan oleh alkohol dan keluar dari sel bakteri). Fukhsin sebagai
pewarna kontras akan mewarnai bakteri yang tidak berwarna menjadi merah.
27
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bersihkan kaca objek yang akan digunakan dengan alkohol hingga bebas lemak.
Setelah itu flambir tiga kali dengan cara melewatkan kaca objek tersebut pada
nyala api bunsen. Beri tanda nama bakteri pada bagian bawah kaca objek.
2. Buat preparat dari biakan bakteri yang akan diwarnai dengan cara :
- Letakkan 1 tetes akuades di atas kaca objek. Suspensikan 1 Ose biakan
bakteri dalam tetesan akuades tersebut, dan sebarkan setipis mungkin
membentuk lingkaran dengan diameter kurang lebih 1 cm
- Preparat dibiarkan mengering di udara atau dengan cara menghangatkan di
atas api bunsen
- Preparat siap diwarnai.
3. Preparat diwarnai/ditetesi dengan kristal violet selama kurang lebih 1 menit.
4. Zat warna dibuang. Tuangkan lugol untuk membuang sisa kristal violet (kristal
violet dibilas oleh lugol). Lalu tutup preparat dengan larutan lugol, biarkan
kurang lebih 30 detik.
5. Larutan lugol dibuang. Preparat dibilas dengan alkohol 96%, tetes demi tetes
sampai tetes bilasan alkohol terakhir tetap jernih.
6. Preparat dicuci dengan akuades dan diwarnai dengan zat warna Fukhsin
selama 30 detik.
7. Bilas dengan akuades dan biarkan kering.
8. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 100 x dengan
memakai oli imersi.
9. Catat warna, susunan dan bentuk bakteri yang didapat.
28
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
29
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
30
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
31
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PERCOBAAN 6
UJI CEMARAN MIKROBA DAN UJI STERILITAS
32
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
33
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
E. HASIL PENGAMATAN
Kontrol media
Pengenceran 10-1
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
Pengenceran 10-4
Jumlah Koloni pada hari ke
2. Media SDA
1 2 3 4 5 6 7
Kontrol media
Pengenceran 10-1
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
Pengenceran 10-4
34
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
35
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
36
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
E. HASIL PENGAMATAN
37
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PERCOBAAN 7
PENENTUAN KONSENTRASI HAMBAT MINIMUM (KHM) DARI SUATU SEDIAAN
UJI YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIBIOTIK
7.1 TUJUAN
Menentukan Minimum Inhibitory concentration (MIC) suatu sediaan uji
terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif, dengan menggunakan
metoda MIC cair atau MIC padat.
7.2 PRINSIP
7.3 TEORI UMUM
Suatu antibiotika mempunyai MIC yang berlainan terhadap bakteri tertentu.
Kepekaan mikroba terhadap antibiotik dapat di lihat dari konsentrasi minimum
untuk inhibisi oleh suatu antibiotika terhadap mikroba tertentu. Penetapan MIC
dapat dilakukan dengan menguji sederetan konsentrasi yang di buat dengan
pengenceran, metode yang digunakan dapat dengan cara turbidimetri ataupun
cara difusi agar. Konsentrasi terendah dimana pertumbuhan bakteri terhambat
dinyatakan sebagai konsentrasi minimum untuk inhibisi (MIC)
Penentuan kepekaan mikroba terhadap antibiotika harus dilakukan secara
invitro yang dinyatakan dalam MIC dan aktivitas penghambatannya pada MIC
tersebut. MIC ini tidak dapat di anggap akan setara dengan MIC in vivo karena
dalam tubuh manusia terjadi biotransformasi antibiotika, terjadi penguraian
atau fiksasi antibiotika pada protein plasma sehingga aktivitas antibiotika akan
berkurang. Setiap antibiotika mempunyai sifat farmakokinetika yang berbeda
tergantung pada sifat fisikokimianya dan karakteristik fisiologi individual
pemakai.
PROSEDUR
1. Masukkan sediaan uji kedalam labu ukur, larutkan dengan sedikit
pelarutnya. Kemudian tambahkan air suling steril sampai tanda batas.
Jika sediaan uji berbentuk padat, gerus dahulu dalam mortir, sebelum
dimasukkan dalam labu ukur.
2. Rencanakan pengenceran dan perhitungan konsentrasi campuran
pada masing-masing tabung besar dan tabung-tabung kecil.
3. Buat pengenceran bertingkat larutan uji dengan air suling dalam
tabung-tabung reaksi besar.
4. Isi tabung reaksi kecil pertama dengan 1 mL NB Double Strenght,
sedangkan tabung-tabung reaksi selanjutnya dengan 1 mL NB biasa.
5. Pipet 1 mL hasil pengenceran terakhir ke dalam tabung 1 berisi NB
double strength, kocok sampai homogen.
6. Pipet 1 mL campuran dari tabung 1 ke tabung 2, kocok sampai
homogen.
7. Ulangi langkah tersebut sampai tabung terakhir. Buang 1 mL
campuran dari tabung terakhir.
38
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PROSEDUR
1. Masukkan sediaan uji kedalam labu ukur, larutkan dengan sedikit
pelarutnya. Kemudian tambahkan air suling steril sampai tanda batas.
Jika sediaan uji berbentuk padat, gerus dahulu dalam mortir, sebelum
dimasukkan dalam labu ukur.
2. Rencanakan pengenceran dan hitung konsentrasi campuran pada
masing-masing tabung besar dan cawan-cawan petri.
3. Buat pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dengan air suling
dalam tabung-tabung reaksi besar.
4. Bagi permukaaan dasar cawan menjadi area-area sama besar. Beri
label nama bakteri yang akan digunakan pada setiap area.
5. Pipet 1 mL masing-masing pengenceran kedalam cawan-cawan petri
tambahkan 19 mL NA cair bersuhu 40-50oC, goyangkan beberapa saat,
lalu diamkan sampai membeku.
6. Goreskan masing-masing bakteri pada area yang terpisah dengan
menggunakan ose. Buat kontrol positif yang terjadi dari 20 mL NA
dalam cawan petri, yang digoreskan oleh bakteri-bakteri yang
digunakan di area yang terpisah.
7. Inkubasikan semua cawan petri pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
Amati pertumbuhan bakteri dari koloni-koloni yang tampak.
Bandingkan morfologi koloni-koloni tersebut dengan kontrol positif.
8. Tentukan dimana MIC-nya. MIC terletak pada cawan petri terakhir
yang tidak tampak koloni bakteri.
39
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
TABUNG REAKSI
PENGAMATAN
1 2 3 4 5 6 7 n
KEKERUHAN
Keterangan :
(+) : Bening
(-) : keruh
Keterangan :
(+) : tidak ada pertumbuhan
(-) : ada pertumbuhan
40
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PERCOBAAN 8
UJI AKTIVITAS PENGAWET
8.1 TUJUAN
Mahasiswa mampu dan mengerti praktikum ini untuk menetapkan efektivitas
antimikroba meliputi penentuan kesesuaian dan kinerja minimal pengawet dalam
kosmetika dan obat. Mampu memastikan dan mengevaluasi efektifitas kesesuaian
pengawet dan kinerja minimal pengawet.
8.2 PRINSIP
Uji tantang terhadap produk bebas cemaran dengan menggunakan
mikroba baku yang telah ditetapkan, kemudian produk yang telah
diinokulasi tersebut disimpan pada suhu yang telah ditetapkan.
Penghitungan jumlah mikroba baku yang bertahan hidup dalam produk
yang diuji, pada interval waktu yang ditentukan dengan metode angka
lempeng.
Penentuan produk yang memenuhi kriteria, merupakan produk yang
menggunakan pengawet yang sesuai, baik untuk proses pembuatan
maupun penggunaan oleh konsumen
Penentuan produk yang tidak memenuhi kriteria, merupakan produk yang
tidak menggunakan pengawet yang sesuai.
41
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
42
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
4. Pipet 0,5 mL suspensi dari pengenceran 10-4 hingga 10-10 dan sebarkan
ke permukaan TSA, dilakukan secara duplo.
5. Setelah suspensi diserap oleh media, balikkan cawan dan inkubasi
pada 35± 2oC selama 24-48 jam.
6. Catat pertumbuhan antara 30-300 koloni. Total koloni merupakan
hasil penjumlahan koloni dari kedua cawan Petri, dikalikan faktor
pengenceran. Gunakan suspensi mengandung 108 cfu/mL bakteri uji.
7. Gunakan bakteri segera atau simpan di kulkas pada 2-8°C selama
tidak lebih dari 72 jam.
43
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
44
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
CARA PERHITUNGAN
A. Persentase Reduksi, dihitung dengan rumus berikut:
catatan:
t0 adalah jumlah koloni yang diperoleh dari hasil pengujian hari ke-0
ti adalah jumlah koloni yang diperoleh dari hasil pengujian hari ke-i
(hari ke-2, ke-7, ke-14, dan ke-28)
C. Interpretasi Data
Pengawet harus menunjukkan aktivitas terhadap mikroba uji sebagai
berikut:
45
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
46
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PERCOBAAN 9
PENENTUAN KERENTANAN SUATU ANTIBIOTIK TERHADAP SEDIAAN
ANTIBIOTIKA
9.1 TUJUAN
Menentukan kerentanan suatu bakteri terhadap berbagai sediaan antibiotika,
melalui tes resistensi dengan metoda cakram kertas (paper disk plate).
47
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
48
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
49
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PERCOBAAN 10
UJI KOEFISIEN FENOL
10.1 TUJUAN
Mahasiswa mampu mengevaluasi daya anti mikroba suatu desinfektan
dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan berdasarkan
konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya
terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol
10.2 PRINSIP
Pertumbuhan bakteri uji pada media yang sesuai setelah bakteri tersebut
kontak dengan disinfektan dalam waktu 5, 10, dan 15 menit.
10.3 TEORI UMUM
Untuk menentukan kualitas desinfektan yaitu menentukan daya bunuh
desinfektan terhadap kuman adalah dengan menggunakan metode koefisien fenol.
Fenol adalah jenis desinfektan yang paling kuno dan karena kekuatannya telah
diketahui maka kualitas desinfektan selalu dibandingkan dengan fenol.
Koefisien fenol adalah bilangan pecahan yang menunjukan perbandingan
kekuatan daya bunuh dari desinfektan dibandingkan dengan kekuatan daya bunuh
dari fenol sebagai pembanding dalam kondisi yang sama, yaitu jenis bakteri yang
sama dan waktu kontak yang sama. Waktu untuk menguji antibiotika adalah 18-24
jam. Sedangkan untuk mata tidak mungkin selama itu. Oleh karena itu, digunakan
waktu tertentu dengan metode kontak secara konvensional, waktu yang paling
cepat adalah 2,5 menit, paling lama 15 menit. Kekuatan fenol untuk menguji
desinfektan adalah tidak lebih besar dari 5%.
Ciri-ciri suatu desinfektan yang ideal adalah memenuhi hal-hal sebagai
berikut:
1. Aktifitas antimikrobial, pada konsentrasi rendah harus mempunyai aktivitas
antimikrobial dengan spektrum luas.
2. Kelarutan, harus dapat larut dalam air atau pelarut lain sampai taraf yang
diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.
3. Stabilitas perubahan yang terjadi pada substansi bila dibiarkan beberapa
hari harus seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan
antimikrobialnya secara nyata.
4. Tidak bersifat racun
5. Homogen
6. Tidak bergabung dengan bahan organik
7. Aktivitas antimikrobal pada suhu kamar
8. Tidak menimbulkan karat dan warna
9. Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap
10. Memiliki kemampuan sebagai detergen
11. Tersedia dalam jumlah yang besar dengan harga yang pantas
50
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
51
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
B. PEMBUATAN INOKULUM
52
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
ditambahkan dengan 37,5 ml air suling steril pada tabung steril ukuran
25 x 150 mm.
Media, bakteri uji, larutan fenol, dan desinfektan telah disiapkan. Dengan
demikian kita dapat melakukan inokulasi kuman uji dalam desinfektan
dan fenol dengan memperhitungkan waktu kontak 5, 10, dan 15 menit
secara akurat. Label 12 tabung berisi Nutrient both dengan menandai F5’,
F10’, F15’, DES 1:80 5’, DES 1:80 10’, DES 1:80 15’, DES 1:100 5’, DES
1:100 10’, DES 1:100 15’, DES 1:150 5’, DES 1:150 10’, DES 1:150 15’.
Uji Fenol
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam
larutan fenol 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran
tersebut ke dalam tabung berlabel F5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1
ose dari campuran tersebut ke dalam tabung F10’. Setelah lima menit
kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung F15’.
Uji I 1:80
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam
desinfektan 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran
53
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:80 5’. Lima menit kemudian,
ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:80 10’.
Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke
dalam tabung DES 1:80 15’.
Uji II 1:100
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam
desinfektan 1:100. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran
tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:100 5’. Lima menit kemudian,
ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:100 10’.
Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke
dalam tabung DES 1:100 15’.
54
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
55
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PERCOBAAN 11
PENETAPAN RESPON ANTIMIKROBA TERHADAP ZAT ANTIMIKROBA
11.1 TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan penetapan respon mikroba terhadap zat
antimikroba, yang salah satu contoh pengujiannya adalah penetapan potensi
antibiotika.
11.2 PRINSIP
Membandingkan respon dari mikroba yang peka, dalam kondisi
pertumbuhan yang sama (identik) dari dosis sediaan uji (sampel) terhadap
sediaan atau zat baku (standar) yang telah diketahui konsentrasi dan potensinya.
Respon tersebut berupa efek hambatan terhadap pertumbuhan mikroba uji.
11.3 TEORI UMUM
Penetapan potensi antibiotika termasuk kepada cara-cara penetapan dengan
menggunakan metoda hayati, dimana jasad hayati yang digunakan adalah mikroba.
Teknik penetapan potensi antibiotika yang umum digunakan meliputi dua cara,
yaitu :
1. Cara Difusi (cara lempeng)
Zat yang diuji berdifusi dari pencadang (reservoir) ke dalam media agar
yang telah diinokulasikan dengan mikroba penguji. Setelah inkubasi, diameter
hambatan pertumbuhan diukur dan dibandingkan.
2. Cara Tabung (cara turbidimetri)
Pada cara ini digunakan media cair. Kekeruhan yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroba diukur dengan mempergunakan instrumen yang cocok,
misalnya spektrofotometer.
PROSEDUR
1. Beri tanda cawan petri yang akan dipergunakan sesuai pola dengan
menggunakan spidol.
2. Pembuatan Agar inokula 2%
Agar inokula adalah campuran dari nutrien agar dengan suspensi mikroba,
yaitu untuk 100 mL agar ditambahkan 2 mL suspensi mikroba. Pencampuran
56
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
Seri I S1 R S1 R S1 R
Cawan 1
Cawan 2
Cawan 3
Seri II S2 R S2 R S2 R
Cawan 1
Cawan 2
Cawan 3
Seri III S4 R S4 R S4 R
Cawan 1
Cawan 2
Cawan 3
Seri IV S5 R S5 R S5 R
Cawan 1
Cawan 2
Cawan 3
Seri V U R U R U R
Cawan 1
Cawan 2
Cawan 3
57
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PERCOBAAN 12
ELEKTROFORESIS DNA DAN PROTEIN
12.1 TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan pemisahan DNA dan protein dengan metode
elektroforesis. Mahasiswa dapat menentukan berat molekul DNA/protein target.
12.2 PRINSIP
DNA dan protein merupakan molekul yang bermuatan sehingga bila
diletakkan dalam medan listrik akan bergerak ke daerah yang muatannya
berlawanan, dengan kecepatan migrasi berdasarkan berat molekulnya.
58
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
59
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
B. Elektroforesis protein
60
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
19. SDS-PAGE dilakukan menggunakan pada tegangan 200 V selama 45 menit. Gel
hasil elektroforesis selanjutnya diwarnai dengan merendam gel dalam staining
solution Coomasie blue selama 15 menit
20. Selanjutnya gel di-destaining untuk menghilangkan sisa staining.
61
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PERCOBAAN 13
13.1 TUJUAN
Mendeteksi bakteri TB dalam specimen klinik
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain otoklaf, laminar air
flow, inkubator, tabung mikro 1,5 mL steril, tabung PCR steril 0,2 mL, mikropipet
0,5 – 10 µL, mikropipet 10 – 100 µL, tips (steril, bebas DNA dan RNA) 0,5 – 10 µL
dan 10 -100 µL, thermo mixer, mesin sentrifuga, spektrofotometer, mesin
thermocycler, perangkat elektroforesis horizontal, perangkat dokumentasi gel.
62
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
Tabel 13.1 Primer yang Digunakan Dalam Multiplex PCR (Bedwell, 2001)
B. Ekstraksi DNA
1. Masukkan 500 µL sputum ke dalam tabung PCR 2 mL
2. Tambahkan 200 μL µL PrepmanTM ultra sample preparation, vortex
selama10 - 30 detik.
3. Panaskan Tabung PCR pada suhu 100°C selama 10 menit
4. Sentrifugasi selama 2 x 3 menit pada 16.000 g.
5. Pindahkan Supernatan hasil isolasi DNA ke dalam tabung PCR 100 μL
baru dan disimpan pada suhu -20°C
63
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
15. DNA hasil isolasi dapat terdeteksi dengan timbulnya bagian DNA yang
berpendar di bawah pemaparan sinar UV.
16. Apabila dalam satu sampel DNA timbul 2 bagian berukuran 196 bp
(RD1), 276 bp dan 472 bp (RD8) maka specimen yang diuji positif TB.
Gambar 13.1 Hasil Multiplex PCR Mycobacterium (Jeffeta Pradeko Putra dkk, 2014)
Hasil:
Tempel Gambar
64
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
PERCOBAAN 14
14.1 TUJUAN
14.2 PRINSIP
Pirogen adalah suatu zat yang apabila disuntikkan secara parenteral dapat
meningkatkan suhu tubuh. Pirogen dapat berasal dari pasien (endogen) atau dari
faktor eksternal (eksogen) misalnya dari zat kimia atau bakteri.
Secara in vivo, pirogen dapat dideteksi dengan uji kelinci. Secara in vitro,
pirogen dideteksi dengan LAL (Limulus Amebocyte Lysate) test. Secara in vivo, uji
kelinci dapat mendeteksi seluruh pirogen. Sedangkan uji LAL hanya dapat
mendeteksi endotoksin. Tidak seluruh pirogen berasal dari endotoksin, namun
endotoksin merupakan sumber utama pirogen dari sediaan parenteral.
Dibandingkan dengan uji kelinci, uji LAL lebih cepat, lebih akurat, reproducible,
dan juga lebih efisien dari segi biaya.
14.5 PROSEDUR
A. Aturan umum
Wadah gelas yang digunakan untuk pengujian harus dicuci dengan
bersih, sisa sabun harus benar-benar dihilangkan. Wadah gelas juga
harus bebas pirogen dengan cara memanaskan wadah gelas dalam oven
sterilisator 200ºC selama 1 jam.
Untuk mencegah kontaminasi mikroba, seluruh tahapan pengujian
harus dilakukan secara aseptis.
Temperatur saat reaksi harus berkisar antara 36-38ºC.
65
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
66
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
Penafsiran Hasil
Apabila pada tabung berisi sampel terbentuk gel dan jika vial di putar 180°
dan gel tetap tertinggal pada dasar vial maka hasil pengujian LAL dinyatakan
positif.
Hasil pengujian LAL dinyatakan negatif apabila tidak terbentuk secara
perlahan-lahan gel dan cairan mengalir apabila vial diputar hingga 180°.
Kontrol positif harus memberikan hasil yang positif terhadap LAL
Kontrol negatif harus memberikan hasil yang negatif terhadap LAL.
Catat hasil pengujian LAL.
67
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
DAFTAR PUSTAKA
Atlas, R.M., Handbook of Microbiological Media, CRC Press, Boca Raton, 1993.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Frazier WC., et al, Food Microbiology, Tata McGraw Hill, Bombay, 1992.
Gams, W., van der Aa, H.A., van der Plaats-Niterink,A.J., Samson R.A., and
Stalpers J.A., CBS Course of Mycology, Centraalbureau Voor Schimmelcultures,
Delft, 1987.
Hitchin, A.D. Tony, T.T. and James, E.M., 1992, Microbiological Methods for
cosmetics in Bacteriological Analyctical Manual, 7th ed, AOAC International,
Arlington, USA.
Jawetz, E., Melnick J.L., Adelberg E.A., Brooks G.F., Butel J.S., and Ornston L.N.,
Medical Microbiology, 18th ed., Lange medical book, 1989.
Koneman EW., Allen SD., Janda WM., Schreckenberger PC., and Winn WC., Color
Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology, 5th ed., Lippincott Co. Publ.,
1997.
68
STFI
Modul Praktikum Mikrobiologi
69