Bab 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai beraneka ragam

kebudayaan yang besar dari sabang sampai merauke. Indonesia juga

mempunyai kerajaan-kerajaan besar yang tersebar di berbagai penjuru

nusantara yang memiliki kejayaan pada masanya dan memiliki banyak

peninggalan-peninggalan bersejarah seperti cagar budaya. Menurut Timbul

Haryono melalui riset berjudul “Kerajaan Majapahit” dalam Jurnal Humaniora

(Volume 5, 1997) menyebutkan bahwa Hayam Wuruk menjadi Raja Kerajaan

Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan nusantara di Jawa Timur.

Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda

cagar budaya benda alam atau benda buatan manusia, bangunan, struktur, situs

dan kawasan yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai

penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan melalui

proses penetapan. Cagar budaya juga merupakan kekayaan budaya bangsa

yang memiliki arti penting untuk rasa nasional serta memperkuat jati diri

bangsa yang mempunyai nilai-nilai historis didalamnya.

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 berisikan tentang cagar

budaya diperlukan adanya upaya pelestarian dan pemanfaatan agar mencegah

benda cagar budaya peninggalan-peninggalan sejarah dari adanya kerusakan.

Kerusakan yang terjadi dan tidak dilakukan pencegahan dan penanggulangan

1
2

akan menyebabkan kerusakan yang parah. Perawatan cagar budsya dilakukan

dengan pembersihan, pengawetan dan perbaikan atas kerusakan dengan

memperhatikan keaslian bentuk, tata letak, gaya, dan bahan.

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 menyebutkan pelestarian

adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan

nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya.

Secara umum pelestarian adalah upaya mencegah dan mengurangi dari

gangguan, ancaman, kerusakan, kehancuran, kemusnahan yang dilakukan

dengan cara penyelamatan pemeliharaan, pengamanan dan pemugaran Cagar

Budaya. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan

sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat seperti ilmu pengetahuan, pendidikan,

pariwisata, agama dan sosial dengan tetap mempertahankan kelestariannya.

Peran Penting dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan Cagar Budaya

adalah salah satunya Juru pemelihara. Karena merupakan orang pertama

langsung yang terlibat di lapangan dan mempunyai pengaruh terhadap Cagar

Budaya tersebut. Sehingga diharapkan dengan adanya peran Juru pemelihara

akan memeperluas wawasan dan menambah ilmu pengetahuan lebih mendalam

tentang Cagar Budaya. Diharapkan pula banyak informasi yang diperoleh

pengunjung tentang Cagar Budaya yang sesuai dan relevan. Upaya pelestarian

dan pemanfaatan juga harus menjadi pandangan kerjasama yang baik oleh

seluruh pihak masyarakat luas dan instansi terkait tidak hanya Juru pemelihara.

Peninggalan sejarah atau Situs sejarah merupakan peninggalan budaya yang

memiliki filosofi atau makna sejarah didalamnya mengandung ide yang pernah
3

berkembang di masa lalu yang berguna untuk pengembangan untuk masa kini

dan masa mendatang juga mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat

diperoleh manfaatnya untuk dikembangkan dan dilestarikan karena potensi

besar yang dimiliki. Dengan potensi ini kelebihan-kelebihan dalam berbagai

sektor muncul untuk dapat memanfaatkannya dan manjadikan penginggalan

sejarah lebih dikenal dan dilihat oleh orang banyak. Diantaranya adalah sektor

ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial, religi dan pariwisata.

Dibutuhkan peran lebih untuk melakukan pelestarian dan pemanfaatan yang

dapat meningkatkan sektor-sektor. Menurut KBBI Sektor adalah lingkungan

atau suatu bagian. Sektor yang paling utama yakni sektor pariwisata merupakan

sektor yang potensinya sangat besar yang dapat mempengaruhi sektor lainnya

dan menjadikan peninggalan sejarah atau situs sejarah tersebut menjadi lebih

dikenal. Sektor pariwisata juga dapat mengangkat nilai-nilai lebih mendalam

dan nasional sehingga tidak hanya masyarakat khusus tetapi juga masyarakat

umum yang menjadikan satu hal yang akan selalu dikenang dan tidak tergerus

oleh jaman. Menjadikan peninggalan sejarah menjadi suatu hal yang tidak

asing dan menjadi hal yang dapat diambil seluruh nilai positifnya yang dapat

dipraktekkan di kehidupan sehari-hari.

Pariwisata merupakan salah satu wujud dari perkembangan sektor ekonomi,

yang menjadi salah satu sarana pendorong pembagunan ekonomi. Karena

mampu mewujudkan berbagai pemgembangan usaha kecil dan besar.

Pariwisata dapat terwujud juga dari banyak pengunjung atau wisatawan yang

berkunjung ke daerah tersebut. Oleh karena itu, untuk menarik wisatawan yang
4

datang perlu diperhatikan apa saja harus dipersiapkan oleh pengelola di setiap

tempat wisata.

Menurut Undang-Undang kepariwisataan Nomor 10 Tahun 2009 Pasal 1

ayat 6 dikatakan bahwa “daerah tujuan pariwisata yang disebut destinasi

pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah

yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas

pariwisata, aksebilitas serta masyarakat yang saling terkit dan melengkapi

terwujudnya kegiatan kepariwisatan”.

Keberlangsungan perkembangan pariwisata yakni adanya beberapa faktor

pendorong yang meliputi potensi objek wisata yaitu sarana prasarana seperti

sarana penunjang dan juga aksebilitas. Menurut Daryanto dalam Administrasi

Pendidikan mengatakan sarana adalah alat langsung untuk mencapai tujuan.

Dengan adanya faktor tersebut diharapkan menjadi awal peningkatan

pelestarian dan perkembangan objek wisata yang semakin terjaga serta

memiliki propek yang menjanjikan dan menjadi nilai ekonomis sebagai modal

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Peninggalan sejarah dan situs purbakalaan yang berada di daerah Jawa

Timur termasuk sangat banyak dan beragam dengan demikian dapat

menumbuhkan persatuan dan nasionalis bangsa. Seperti Candi Dermo yang

terletak di Dusun Santren, Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Kabupaten

Sidoarjo. Untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh langsung dengan

menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat melalui akses jalan yang

sudah disediakan.
5

Secara umum Candi Dermo terletak di daerah pemukiman penduduk,

namun masih tetap banyak pengunjung yang mendatangi dan menikmati

keindahan Candi Dermo ditambah dengan selesainya pemugaran.

Menurut (BPCB Jawa Timur pemugaran Candi Dermo dilakukan pertama

kali pada tahun 2015 dan selesai pada Tahun 2020). Pemugaran membuat

gambaran Candi Dermo semakin indah dan menjadi tempat salah satu destinasi

wisata yang diminati. Karena daerah sekitar termasuk daerah yang kurang

memiliki sektor pariwisata sehingga dengan Candi Dermo diharapkan menjadi

objek baru yang bisa menambah keragaman dan memiliki potensi yang besar.

Potensi objek pariwisata salah satunya adalah Wisata Edukasi yang

menjadikan Candi Dermo sebagai gambaran peninggalan sejarah yang dapat

dijadikan sarana sumber belajar bagi masyarakat dan khususnya para pelajar.

Terdapat banyak pengetahuan-pengetahuan baru yang bisa ddapatkan dan

dijadikan referensi bentuk pengajaran langsung yang menjadikan Candi Dermo

lebih banyak diminati dan dikunjungi oleh pengunjung.

Setelah peneliti melakukan penelitian dengan mengangkat Candi Dermo

yang memiliki potensi serta menjadi daya tarik pengunjung sebagai budaya

bangsa yang perlu dilestarikan sehingga agar tetap terjaga dan dimanfaatkan

sebaik-baiknya. Maka peneliti menggunakan judul “Potensi Objek Wisata

Edukasi Candi Dermo Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di Kabupaten

Sidoarjo”
6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah berdirinya Candi Dermo di Desa Candinegoro

Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo?

2. Bagaimana Candi Dermo sebagai objek wisata edukasi Sidoarjo?

3. Bagaimana keterkaitan Candi Dermo sebagai sumber belajar sejarah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka didapatkan tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan sejarah berdirinya Candi Dermo di Desa

Candinegoro Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

2. Untuk mendeskripsikan Candi Dermo sebagai objek wisata edukasi

Sidoarjo

3. Untuk mendeskripsikan keterkaitan Candi Dermo sebagai sumber

belajar sejarah
7

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah diharapkan peneliti dapat

mengetahui, memahami, dan dapat menambah wawasan tentang fakta

yang terjadi dan menerapkan hasil penelitian tersebut secara tanggung

jawab sehingga bermanfaat bagi peneliti, masyarakat umum dan instansi

yang terkait. Sehingga peneliti harus bekerja sama agar terwujud

penelitian sesuai yang diharapkan.

2. Bagi pembaca dan masyarakat umum

Peneliti mengharapkan dengan adanya penelitian ini, pembaca dan

masyarakat umum dapat menambah wawasan tentang sejarah, sosial dan

budaya. Masyarakat mengetahui peninggalan sejarah dan kejadian di

masa lampau dan menjadi tolak ukur untuk di masa sekarang dan

menjadi suatu motivasi bagi masyarakat untuk menambah ilmu

pengetahuan.

3. Bagi Pendidikan Sejarah

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat digunakan untuk

rujukan atau referensi dalam pembelajaran sejarah yang terkait tentang

peninggalan sejarah yang khususnya berada di Jawa Timur. Maka dapat

menjadi wawasan para generasi penerus bangsa untuk melestarikannya.


8

E. Ruang lingkup

Berdasarkan Latar belakang yang telah dipaparkan maka permasalahan

akan dibatasi oleh ruang lingkup. Ruang Lingkup atau pembatasan masalah

ini dimksudkan agar peneliti tidak terlalu luas dalam pembahasan dan

menyebabkan interpretasi berlebihan.

Lingkup area : lingkup area penelitian ini dibatasi pada lingkup wilayah

Jawa Timur, tepatnya di kabupaten Sidoarjo, sebagai tempat area

peninggalan sejarah. Pemanfaatan dan pelestarian Cagar Budaya Candi

Dermo di desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.

Lingkup waktu : adapun pembatasan temporal pada penelitian ini adalah

pada tahun awal berdirinya sekitar abad ke-14 sampai tahun 2021 dan

berpusat pada keberadaan Candi Dermo yang terletak di pemukiman warga

serta sejarah berdirinya tahap pemugaran hingga sampai sekarang yang

memiliki potensi yang dimiliki.

Lingkup kajian : lingkup kajian dalam penelitian ini berfokus pada Candi

Dermo yang merupakan salah satu peninggalan sejarah yang masih terawat

dan memiliki potensi yang dapat menarik para pengunjung serta menjadi

sarana untuk banyak sektor yang menjadikan lebih dikenal lagi. Diantaranya

adalah sektor pariwisata pendidikan wisata edukasi.


9

F. Tinjauan Pustaka

Buku yang berjudul “Candi Fungsi dan Pengertiannya” ditulis oleh

Soekmono, merupakan kajian yang dilakukan penulis tentang fungsi candi

dari awal bangunan purbakala yang berasal dari zaman purba sampai

dikenal dengan nama “Candi”. Candi-candi yang menjadi pembahasan

khusus yang berada di Jawa Timur yang merupakan salah satu letak

berdirinya candi. dijelaskan pula bukan hanya terdapat fungsi tetapi

pengertian candi yakni sebagai bangunan pemakaman dan menjadi

kepercayaan pada jaman dulu. Orang jawa menyebut kuil-kuil sebagai

candi, karena beranggapan bahwa bangunan candi adalah tempat makam

orang yang suci. Pendapat tersebut didapat dari para tokoh, seperti Raffles,

Veth, dan lainnya.

Buku yang berjudul “ Eksistensi Candi : Sebagai Karya Agung

Arsitektur Indonesia di Asia Tenggara” ditulis oleh Rahadian P.H,

merupakan kajian yang dilakukan penulis tentang sudut pandang arsitektur

mengenai referensi tentang percandian yang dilihat dan bersifat

antropologis dan arkeologis. Dengan referensi ini kita bisa mengenali

konsep tatanan, dan unsur-unsur proporsi candi yang menunjukkan ciri khas

kekayaan bangunan nusantara. Buku ini menjelaskan juga tentang

keunggulan arsitektur candi di Indonesia yang berkembang sampai

mancanegara, seperti “Candi Prambanan, Candi Borobudur” dan menjadi

rujukan desain kuil/candi yang berada di Asia Tenggara.


10

Buku yang berjudul “Wilwatikta Prana : Kajian Arkeologi-Sejarah

Zaman Majapahit” ditulis oleh Agus Aris Munandar merupakan kajian

tentang kerajaan majapahit yang berkembang antara abad ke 14 sampai awal

abad 16. Menjelaskan tentang sistem pemerintahan zaman majapahit,

tinggalan arkeologi situs di trowulan, perkembangan agama hindu budha,

dan seni rupa zaman majapahit.

Buku yang berjudul “Pengantar Sejarah Jawa” ditulis oleh Fransiscus

Xaverius Wartoyo merupakan kajian tentang peristiwa-peristiwa sejarah

jawa yang menjelaskan berbagai aspek kehidupan masyarakat jawa dari

zaman kerajaan hindu sampai kerajaan islam dan peran beserta simbol

sebagai media budaya jawa.

Buku yang berjudul “ Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia” ditulis

oleh R. Soekmono yang menjelaskan tentang kebudayaan-kebudayaan awal

yang ada di Indonesia seperti hasil kesenian dan hasil kebudayaan yang

menjadi ciri khas peninggalan kebudayaan yang lama menjadi kebudayaan

yang baru.

Skripsi berjudul “Potensi Candi Jawi Sebagai Objek Pariwisata Sejarah

di Kabupaten Pasuruan” ditulis oleh I Made Puja Laksana, Universitas

Jember menjelaskan tentang potensi candi yang dapat menjadi objek

pariwisata dan menarik perhatian wisatawan serta menambah manfaat untuk

warga sekitar dalam berbagai bidang seperti sosoial ekonomi.


11

Memperkenalkan juga lebih jauh budaya-budaya jawa dan sejarah yang ada

di sekitar candi sehingga dapat menjadi wisata yang memiliki nilai edukasi.

Skripsi berjudul “ Potensi Candi Jago Sebagai Sarana Wisata Edukasi”

ditulis oleh Dwijayati Ari Novia Santi, Universitas Malang menjelaskan

tentang potensi candi yang memiliki nilai bersejarah tinggi dan budaya serta

peninggalan-peninggalan yang dapat dijadikan sarana edukasi sehingga

dapat dijadikan sebagai tempat pembelajaran sejarah dan menjadikan Candi

Jago sebagai wisata edukasi. Hal ini diperkuat dengan peninggalan sejarah

yang masih ada yakni tubuh candi, kaki candi serta arca utama yaitu Arca

Wisnuwardhana serta arca-arca pengiring Syamatara, Sudhanakumara,

Hayagriva, Bhrekuti dan relief yang yang ada di dinding-dinding candi.

Skripsi berjudul “ Potensi Objek Wisata Candi Sambisari Sebagai Daya

Tarik Wisata Budaya di Kabupaten Sleman Yogyakarta” ditulis oleh Eko

Purnomo menjelaskan tentang pengembangan dan daya tarik objek wisata

Candi Sambisari serta usaha-usaha yang dilakukan untuk pengenalan

budaya.

G. Kajian Teori

1. Potensi

Menurut Majdi (2007), potensi adalah serangkaian kemampuan,

kesanggupan, kekuatan ataupun daya yang memiliki kemungkinan

untuk dikembangkan menjadi bentuk yang lebih besar. Pada dasarnya

potensi memiliki beberapa macam jenis. Menurut Budiyanto (2006:3)


12

menyebutkan potensi diri yang dimiliki setiap individu diantaranya :

potensi diri, potensi wisata, potensi daerah, potensi sumber daya alam

dan manusia. Dengan demikian potensi tersebut merupakan bentuk

keunggulan dari suatu bagian.

Menurut Hafi Anshari (1986) potensi adalah hal yang lekat, sifat

atau serangkaian kemampuan yang terpendam bagi setiap manusia yang

mampu dikembangkan dan dioptimalkan sebaik mungkin. Potensi juga

memiliki kekuatan penting untuk bertindak karena kekuatan itu menjadi

wujud berlangsungnya keberhasilan yang diraih. Dengan memiliki

potensi menjadi senjata kuat untuk kita mencapai keunggulan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa potensi adalah hal

utama yang harus dioptimalkan dan dikembangkan sebaik mungkin.

Merujuk dengan potensi peninggalan sejarah diharapkan dapat

menggali hal-hal yang dapat dimanfaatkan sehingga dapat diperoleh

hasil dari potensi tersebut dan menjadi daya kekuatan yang

menghasilkan banyak keunggulan yang memiliki banyak keuntungan

didalamnya.

2. Candi

Candi adalah bangunan peninggalan sejarah dan kepurbakalaan

yang awalnya digunakan untuk tempat memuliakan orang meninggal dan

dihubungkan dengan dewa kematian serta sebagai tempat beribadah.

Dalam perkembangannya Candi bukan hanya dibangun oleh pengamut


13

agama hindu tetapi juga oleh agama budha. Candi-candi agama budha

hanya digunakan untuk pemujaan para dewa seperti, bangunan stupa.

Elemen penting dalam bangunan candi adalah melambangkan alam

semesta dalam deapan bagian : kaki candi sebagai simbol dunia bahwa

tempat orang tinggal, tubuh candi untuk manusia bertemu dengan

tuhannya dalam keadaan suci. Dan atap (puncak) candi sebagai kerajaan

atas sebagai tempat para dewa. Dalam mitologi Hindu-Budha, bangunan

candi juga meniru tempat para dewa berada, (Gunung Mahamel). Oleh

karena itu bunga teratai, hewan ghaib, dewa bidadari, daun hias dan

hiasan lainnya, patung, dan pola dengan alam gunung telah dimasukkan

ke dalam konstruksi candi.

Candi selalu memiliki kisah tersendiri didalamnya yang membuat

candi menjadi bangunan yang mempunyai filosofi dan makna terdalam.

Terdapat banyak candi yang ada di Indonesia yang sesuai dengan

keterkaitannya dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Candi

tersebut juga memiliki kebudayaan yang berbeda yang menjadi pengaruh

bentuk candi yang berbeda pula, ukiran dinding serta fungsi dan struktur

bangunan candi.

1. Candi Hindu

Candi Agama Hindu merupakan berasal dari Dewi Maut atau Dewi

Durga Candika. Menjadikan fungsi candi sebagai tempat pemujaan

dewa-dewa dan tempat penghormatan orang yang meninggal.


14

Candi Hindu memiliki ciri khas atap yang berbentuk tinggi dan

menjulang contohnya seperti Candi Prambanan. Ciri lainnya adalah

bentuknya yang ramping dan tidak terlalu besar berbentuk segi

empat. Memiliki tiga arca yakni Arca Dewa Trimurti, (Dewa Siwa,

Dewa Wisnu, Dewa Brahma). Pintu masuk menghadap ke arah barat

disertai bagian pintu terdapat kala dengan rahang bagian bawah.

2. Candi Budha

Candi Agama Budha merupakan candi yang digunakan sebagai

pemujaan dewa dan tempat beribadah. Candi Budha memiliki ciri

khas atap berbentuk stupa dan tidak terlalu tinggi. Ciri lainnya adalah

bentuknya yang lebar contohnya seperti Candi Borobudur.

Memiliki tiga arca Budha yakni (Dyani-Budha, Manusia-Budha, dan

Dyani-Bodisatwa) yang melambangkan kesederhanaan dan

kemuliaan. Pintu masuk menghadap ke timur terdapat kala tanpa

rahang bawah.

3. Candi Dermo

Candi Dermo merupakan situs peninggalan sejarah dari masa klasik

Hindu-Budha yang terletak di Desa Candinegoro, Kecamatan Wonoayu,

Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Situs ini memiliki peninggalan

purbakala yakni bangunan candi, relief dan blok-blok batu.

Salah satu peninggalan masa-masa Kerajaan Majapahit dibawah

kejayaan Adipati Terung yang dapat dilihat dari lokasi dan tempatnya
15

yang berdekatan dengan salah satu makam Adipati Terung yang berada

di daerah Terung Kulon Kec. Krian, sekitar abad ke-14 dan disebut

merupakan sebuah gapura yang memiliki fungsi sebagai pintu masuk

menuju gapura induk yang dilihat dari relief-relief di dinding candi dan

bentuk sekitaran candi.

Dengan adanya gapura lain yang atapnya berbentuk menjulang

tinggi terpisah dan ditarik ke kiri dan ke kanan menjadikan candi dermo

disebut sebagai gapura. Gapura candi dermo ini berbentuk garuda padu

raksa. Gapura Padu Paksa merupakan gapura yang bagian atasnya (atap)

menjadi satu. Gapura ini juga mirip dengan Gapura Bajang Ratu yang

merupakan juga bekas peninggalan Kerajaan Majapahit yang berada di

Trowulan.

Candi Dermo memiliki banyak keunikan dan ciri khas yang terdapat

pada berbagai sisinya salah satunya adalah dibagian depan yang

merupakan Relief peninggalan pada masa Belanda yang masih ada

hingga sekarang.

4. Pariwisata

Menurut UU No.10/2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud

pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan di dukung oleh

berbagai macam kegiatan wisada yang di dukung oleh berbagai fasilitas

serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah

daerah.
16

Pariwisata merupakan salah satu hal penting yang banyak

dibutuhkan bagi setiap individu, karena dengan berwisata individu dapat

mengurangi kejenuhan dan kepenatan sehingga meningkatkan daya

kesenangan, juga mengetahui tentang peninggalan-peninggalan yang ada

seperti peninggalan sejarah yang termasuk bentuk wisata sejarah.

Dalam pariwisata terdapat beberapa aspek yakni salah satunya objek

wisata, terdapat banyak pilihan objek wisata yang menjadi salah satu

peluang untuk mata pencaharian, pengalaman yang baru dan menambah

ilmu pegetahuan. Pariwisata dapat menjadi alternatif meningkatkan sektor

ekonomi dan tempat hiburan bagi masyarakat sekitar, inilah yang menjadi

pembuktian bahwa perkembangan pariwisata termasuk faktor penting.

Dengan adanya perkembangan wisata ini diharapkan menjadi

pengembangan potensi-potensi yang ada di setiap daerah, seperti

meningkatkan kualitas sumber daya manusia contohnya dalam hal

pendidikan yang berjalan seimbang sehingga terbentuk “Wisata Edukasi”.

5. Wisata Edukasi

Menurut Sucipto dan Limbeng (2017:5) wisata adalah kegiatan

perjalanan yang dilakukan oleh kelompok atau sebagian orang dengan

mengunjungi tempat tertentu untuk rekreasi. Menurut Notoadmojo

edukasi adalah segala bentuk upaya pendidikan yang direncanakan untuk

dapat mempengaruhi orang lain agar berkembang melakukan apa yang

kemudian diharapkan dapat menjadi insan yang berkualitas.


17

Wisata pendidikan atau wisata edukasi disebut juga dengan

karyawisata atau ajangkarya adalah suatu kegiatan atau perjalanan yang

dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga terdapat aktivitas edukasi

atau pendidikan didalamnya. Ada banyak wisata edukasi yang bisa

dilakukan khususnya yakni bagi anak-anak yang masih membutuhkan

pembelajaran akan dunia luar.

Secara umum wisata edukasi adalah suatu perjalanan wisata yang

memiliki nilai tambah edukasi, tidak hanya sekedar berwisata tetapi juga

memiliki tujuan untuk menambah nilai-nilai edukasi atau pendidikan bagi

wisatawan. Wisata edukasi adalah umumnya dilakukan oleh institusi

pendidikan, seperti sekolah-sekolah maupun institusi pendidikan lainnya.

Wisata pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan

kecerdasan peserta kegiatasan wisata. Tempat-tempat yang memiliki nilai

tambah sebagai sebuah area wisata, seperti kawasan perkebunan, tempat

peninggalan dan pusat penelitian lainnya. Kegiatan wisata edukasi biasa

dilakukan dengan cara mengobservasi kegiatan yang diberikan dan

kemudian membuat inti untuk diserap sebagai bentuk ilmu pengetahuan

baru.
18

H. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang diterapkan adalah sebagai berikut :

1). Pemilihan topik

Dalam pemilihan topik, peneliti memilih topik sesuai kemampuan

intelektual tertentu untuk menentukan permasalahan yang akan diteliti.

Seperti pada penelitian ini, peneliti memilih topik mengenai candi dermo

yang memiliki potensi dalam bidang pariwisata, dan di jelaskan menjadi

judul “Potensi Objek Wisata Edukasi Candi Dermo Sebagai Sumber Belajar

Sejarah Di Kabupaten Sidoarjo”

2). Heuristik atau Pengumpulan Sumber

Langkah berikutnya adalah pengumpulkan sumber. Menurut Dallman,

A (2012) Heuristik adalah metode peneliti mencari sumber mengumpulkan

dan menemukan untuk dijadikan bahan dalam observasi, Dalam tahap ini,

peneliti mengumpulkan sumber yang sesuai dengan topik permasalahan

yang dipilih.

Adapun sumber-sumber yang dikumpulkan merupakan sumber primer,

sumber sekunder, dan sumber tersier. Sumber-sumber yang terkumpul dapat

berupa arsip-arsip, atau majalah, koran, video, foto dan dokumenter lainnya

yang berhungan dengan topik yang akan diteliti.

a. Sumber Primer adalah sumber yang didapat langsung oleh pelaku

sejarah atau saksi sejarah. Sumber primer bukan hanya pada partisipan
19

tetapi juga sumber tertulis yang akurat seperti arsip dan catatan harian.

Sumber primer yang didapat merupakan catatan peristiwa yang didapat

secara langsung oleh narasumber, dengan data ini peneliti memperoleh

penjelasan dan pengamatan terhadap informasi yang didapat dan

dijadikan sumber untuk menambah wawasan kajian yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini sumber primer yang didapat berupa informasi dari

informasi yakni melalui wawancara dengan para juru pelihara Candi

Dermo dan arsip-arsip yang diperoleh dari BPCB Jawa Timur.

Selain itu, sumber penelitian ini juga disertai dengan sumber sejarah

lisan yakni yang diperoleh dari observasi dan wawancara dengan para

narasumber yang menjadi saksi sejarah, pelaku sejarah dan orang yang

mengetahui tentang sejarah apa yang akan diteliti sehingga dapat

bermanfaat untuk menambah dan melengkapi sumber tertulis yang sudah

ada sebelumnya.

Pengumpulan sumber untuk memperoleh data adalah prosedur yang

dilakukan untuk menambah data. Berdasarkan sistematika peneliti

menggunakan metode sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan terhadap subjek atau

objek yang akan diteliti dan mencari tau hal apa saja yang bisa

dijadikan untuk sumber data penelitian yang akan dilakukan.

Observasi penelitian ini dilakukan di Candi Dermo yang terletak di

Desa Candinegoro Kec. Wonoayu Kab. Sidoarjo.


20

2. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan sumber yang dilakukan secara

langsung oleh informan atau narasumber yang mengetahui tentang

penelitian yang akan kita lakukan. Wawancara dilakukan dengan

tahap pendekatan dengan para informan untuk melakukan

wawancara, menyiapkan bahan-bahan yang diajukan untuk

wawancara, mengendalikan suasana agar kegiatan wawancara dapat

berjalan dengan lancar. Alat bantu dalam melakukan wawancara

dapat berupa buku catatan, tape recorder, dan kamera dan lainnya.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan bersama beberapa pihak

seperti Juru Pelihara, Para Pengunjung, serta pihak yang terkait

seperti warga sekitar Candi Dermo.

b. Sumber Sekunder

Sumber Sekunder adalah sumber yang didapat dari orang kedua yakni

berupa tulisan atau data berdasarkan peristiwa yang disaksian oleh

pelaku sejarah.

Sumber sekunder yang didapat berupa dokumentasi, foto, buku, jurnal

tentang Candi Dermo yang dapat digunakan untuk menambah data

untuk menunjang hasil penelitian. Selain itu jurnal online dan artikel

juga dapat dijadikan bahan dalam sumber sekunder yang membahas

tentang potensi-potensi dan peningkatan sebagai objek pariwisata

masyarakat sidoarjo yang telah dikumpulkan.

3). Verifikasi atau Kritik Sumber


21

Setelah pengumpulan sumber sejarah, dilakukan verifikasi atau kritik

sumber yakni kritik ekstern, mencari keontentikan (keaslian) yang

menjelaskan asli tidaknya suatu sumber tersebut dan kritik intern yang

menilai memiliki kredibilitas (dapat dipercaya) atau tidak tentang sumber

sejarah yang telah ditemukan.

Menurut Dudung Abdurrahman (1999:59) kritik ekstern dilakukan

dengan cara melakukan pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber

sejarah. Menurut (Hellius Sjamsudin,1996:118) kritik intern berhubungan

dengan isi dari suatu sumber dengan kredibititas dan reabilitas.

Tahapan ini peneliti harus membandingkan isi dari dokumen, buku,

sumber-sumber lainnya dengan peristiwa yang akan diteliti.

4). Interpretasi Sumber

Interpretasi berarti penafsiran terhadap suatu peristiwa, fakta sejarah

yang membentuk suatu fakta sejarah yang nyata, dengan tahapan ini bisa

menjadikan bukti sejarah menjadi fakta yang obyektif dan terbukti

kebenarannya.

Menurut Moh.Ali fakta sejarah ialah segala sesuatu yang menjadi

kenyataan berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ditemukan. Beberapa

macam fakta sejarah antara lain : fakta benda, fakta mental, fakta sosial, dll.

Dalam tahap ini, proses interpretasi juga harus bersifat selektif agar

sumber-sumber sejarah yang kita temukan bisa dijadikan fakta sejarah yang
22

dapat dilibatkan dalam penelitian yang kita teliti, sehingga fakta relevan

dapat mendukung kebenaran sejarah.

5). Historiografi atau Penulisan Sejarah

Tahapan Historiografis atau Penulisan Sejarah merupakan tahapan

terakhir setelah 4 tahapan awal telah ditempuh, dalam proses penulisan

kemampuan sejarawan atas teori dan metodologi akan berpengaruh pada

historiografi yang dihasilkan.

Dalam tahapan ini juga penulis menggabungkan semua fakta yang

didapat menjadi kesatuan yang utuh setelah melakukan penafsiran dan

menjadi karya sejarah dapat dinikmati oleh khalayak serta dapat

menunjukkan eksistensi dari sejarawan.

I. Sistematika Pembahasan

Adapun Sistematika dalam penulisan proposal ini adalah

Bab Pertama berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang

lingkup, tinjauan pustaka, kajian teori, metodologi penelitian dan

sistematika pembahasan.

Bab Kedua berisi pembahasan mengenai sejarah berdirinya Candi

Dermo, Letak dan Lingkungan Candi Dermo, Latar belakang pemugaran

dan Tahapan pemugaran yang dilakukan.


23

Bab Ketiga berisi Pembahasan mengenai Gambaran Umum

Kabupaten Sidoarjo, Sejarah dan Pariwisata Kabupaten Sidoarjo, Candi

Dermo sebagai objek wisata edukasi di Kabupaten Sidoarjo.

Bab Keempat berisi pembahasan mengenai Gambaran Candi Dermo

sebagai rujukan sumber belajar dan keterkaitan Candi Dermo sebagai

sumber belajar sejarah.

Bab Kelima membahas tentang penutup berisi kesimpulan yang

didapat dari bab pertama hingga keempat dan saran yang berupa kritik

membangun untuk lebih baik lagi kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai