Dokumen tersebut membahas tentang jenis dan karakteristik perairan menggenang seperti danau, rawa, dan waduk. Danau merupakan perairan alami yang terbentuk karena aktivitas vulkanik atau tektonik, sedangkan rawa terbentuk secara alami di lahan datar atau cekung. Waduk adalah perairan buatan yang dibangun dengan membendung aliran sungai.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan7 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang jenis dan karakteristik perairan menggenang seperti danau, rawa, dan waduk. Danau merupakan perairan alami yang terbentuk karena aktivitas vulkanik atau tektonik, sedangkan rawa terbentuk secara alami di lahan datar atau cekung. Waduk adalah perairan buatan yang dibangun dengan membendung aliran sungai.
Dokumen tersebut membahas tentang jenis dan karakteristik perairan menggenang seperti danau, rawa, dan waduk. Danau merupakan perairan alami yang terbentuk karena aktivitas vulkanik atau tektonik, sedangkan rawa terbentuk secara alami di lahan datar atau cekung. Waduk adalah perairan buatan yang dibangun dengan membendung aliran sungai.
Dokumen tersebut membahas tentang jenis dan karakteristik perairan menggenang seperti danau, rawa, dan waduk. Danau merupakan perairan alami yang terbentuk karena aktivitas vulkanik atau tektonik, sedangkan rawa terbentuk secara alami di lahan datar atau cekung. Waduk adalah perairan buatan yang dibangun dengan membendung aliran sungai.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7
RESUME BIOLOGI PERAIRAN
“JENIS DAN KARAKTERISTIK PERAIRAN MENGGENANG DAN MENGALIR”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Biologi Perairan Dosen Pengampau: Taufik Samsuri, M.Pd
Disusun Oleh: 1. Banu Hardi (21201003)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS TEKNIK DAN TERAPAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA Mataram, Oktober 2023 PERAIRAN MENGGENANG Perairan menggenang (dikenal dengan istilah Lentik) dibedakan menjadi perairan alamiah dan buatan. Berdasarkan proses pembentukkannya perairan alami dibedakan menjadi perairan yang terbentuk karena aktivitas tektonik dan karena aktivitas vulkanik. Beberapa contoh perairan lentik yang alamiah antara lain: danau, rawa, situ, dan telaga, sedangkan perairan buatan antara lain adalah waduk (reservoir). Perairan yang mengalir (dikenal dengan istilah Lotik) mencakup sungai dan selokan. 1. Danau Danau adalah wilayah perairan yang digenangi oleh badan air sepanjang tahun serta terbentuk secara alami. Perairan danau adalah suatu kolom air yang cukup kompleks yang terpisah dari laut dan merupakan daerah terbuka yang relatif dalam. Jumlah danau di Indonesia mencapai 840 danau besar dan kecil. Di Pulau Sumatera terdapat 170 danau dengan jumlah luas maksimum 3.700 km2, di Pulau Kalimantan 139 danau dangan luas maksimum 1.142 km2, di Pulau Jawa dan Bali sebanyak 31 danau luas total 62 km2, di Pulau Sulawesi ada 30 danau dengan luas 1.599 km2, dan di Pulau Papua ada 127 danau dengan luas lebih dari 600 km2 (Giesen, 1991). Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa Sumatera memiliki paling banyak danau dan Sulawesi memiliki luas rata-rata danau yang paling besar. Danau merupakan perairan lentik yang alami, dan terdiri dari danau vulkanik yaitu danau yang terbentuk karena peristiwa letusan gunung berapi, dan danau tektonik yaitu danau yang terbentuk karena peristiwa tektonik misalnya akibat gempa bumi. Danau yang terbentuk akibat gaya tektonik kadang-kadang badan airnya mengandung bahan-bahan dari perut bumi seperti belerang dan panas bumi. Bahan belerang bersifat racun bagi organisme, sedangkan panas bumi dalam batas tertentu menyuburkan tanaman. Danau vulkanik dan tektonik banyak terdapat di Indonesia karena Indonesia wilayahnya merupakan gugusan gunung berapi dan terdapat pada lempeng benua yang labil. Proses pembentukan danau terjadi akibat adanya suatu proses yang disebabkan oleh faktor sebagai berikut: 1. Oleh adanya pengaruh sungai es (glasial). Suatu daerah tertutup sejak zaman purba telah kaya dengan sungai es yang akhirnya membentuk danau glister. Proses terbentuknya danau glister: a. Terangkatnya dasar (lapisan) suatu perairan b. Dengan melalui endapan es (dari reruntuhan es) yang mencair dan membentuk kolom air yang tertutup c. Tertumpuknya lapisan es pada suatu tempat yang disebabkan terhalang oleh gunung sehingga membentuk gundukan es di bawah lembah glister d. Oleh pencairan massa es yang sangat besar yang tertumpuk di suatu lembah. 2. Terdorongnya lapisan tanah sehingga merintangi salah satu sisi lembah dan membentuk suatu kolom air. 3. Larutnya dasar batuan yang menyebabkan tenggelamnya permukaan tanah seperti terjadinya pencucian batu kapur. 4. Bergeraknya lapisan kerak bumi. 5. Akibat kawah gunung api yang sudah tidak aktif. 6. Berbagai macam aktivitas sungai seperti berubahnya saluran yang menimbulkan oxbow, yaitu terhalangnya mulut anak sungai yang mengalir di daerah tersebut. Sumber penyuburan danau dalam perkembangannya dapat berasal dari dalam ekosistem danau itu sendiri (eksitu), yaitu berasal dari organisme yang mati, atau penyuburan juga dapat berasal dari luar ekosistem danau (insitu). Masuknya nutrisi berupa bahan organik maupun anorganik dari luar ke dalam ekosistem danau dapat terjadi secara alamiah, namun sebagian besar adalah karena aktifitas mausia baik secara langsung maupun tidak langsung. Suatu danau dikatakan tercemar apabila ada pengaruh atau kontaminasi zat organik maupun anorganik ke dalam air. Hubungan ini terkadang tidak seimbang karena kebutuhan setiap organisme berbeda-beda, ada yang diuntungkan sehingga dapat berkembang dengan cepat sementara organisme lain terdesak. Perkembangan organisme perairan secara berlebihan merupakan gangguan dan dapat dikategorikan sebagai pencemaran, yang dapat merugikan organisme akuatik lainnya maupun manusia secara tidak langsung. Eutrofikasi biasanya dipandang sebagai kondisi perairan yang tidak diinginkan karena pengaruhnya dapat secara nyata mengganggu manfaat badan air bagimanusia, oleh karenany eutrofikasi juga dipandang sebagai pencemaran lingkungan. Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara eutrofikasi di daerah tropis dan sub-tropis.Kalauada perbedaan, lebih pada besarnya atau waktunya dan bukan substansinya (Thompson, 1987). Perairan danau yang mengalami eutrofikasi adalah danau tersebut memiliki produktivitas dan biomass tinggi, dan sering terjadi ledakan populasi alga. Di dasar perairan sering kekurangan oksigen, Jenis tumbuhan dan binatang terbatas dan pertumbuhan tumbuhan litoral semakin cepat. Mekanisme eutrofikasi mengikuti konsep nutrien pembatas terutama Nitrogen dan Fosfat. Peningkatan jumlah fosfat di danau akan meningkatkan produktivitas. Bila pada danau eutrofik N terbatas maka Cyanophyceae mampu mengikat N dari udara dan mampu menyimpan sejumlah besar Fosfat di dalam selnya. 2. Rawa Lahan rawa terdapat pada hampir seluruh ekosistem kecuali pada ekosistem padang pasir. Istilah"lahan rawa" lebih umum digunakan dalambahasa Indonesia sebagai penggantiistilah "lahan basah", walaupun sebenarnya tidak semua lahan basah dapat dikategorikan sebagai lahan rawa. Sedangkan di Amerika dan Eropa, istilah "lahan basah" menunjukan kondisi yang sebalikya yang mana istilah tersebutlebih umum digunakan sebagai penggantieufimistisuntuk istilah "rawa" (Swamp). Menurut Clarkson and Peters (2010) swamps berarti sebuah lahan yang secara tipical berupa campuran dari gambut dan mineralyang selalu tergenang dan biasanya relatif subur karena mendapat sedimentasi dari limpasan lingkungan sekitarnya. Menurut konfrensi Ramsar lahan rawa adalah "daerah paya, rawa, gambut atau air, yang terjadi secara alami atau buatan, bersifat permanen atau sementara, dengan airyangstatis ataumengalir, segar, payau atau asin, termasuk area air laut yang tidak lebih dari enam meter". Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 Tahun 1991 tentang rawa,dinyatakan bahwa rawaadalah lahan genangan air secara alamiah yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri khusus secara fisik, kimia dan biologis, sedangkan menurut PP yang terbaru tentang rawa no. 73 tahun 2013 ditetapkan pengertian lahan rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang relatif datar atau cekung dengan endapan mineral atau gambut, dan ditumbuhi vegetasi, yang merupakan suatu ekosistem. Lahan rawa adalah sebuah bentuk bentang alam yang terbentuk secara alami ataupun karena dibuat oleh manusiayang memilik peranan penting bagi ekosistem secara global, ekosistem ini dapat ditemui pada dataran rendah maupun dataran tinggi yang membentukcekungan, bahan induktanahnya dapat berupa material mineral maupun bahan organik. Air menjadi determinasi utama ekosistem rawa, keberadaan air menjadi faktor kunci dalam pemanfaatannya, pengelolaannya, serta karakteristiknya. Rawa adalah suatu lahan basah atau genangan air yang tidak dalam dan berdasar lumpur. Bila rawa ini berhubungan dengan sungai, maka alirannya tidak begitu deras. Pada umumya rawa-rawa ini, banyak ditumbuhi oleh semak-semak dan tanaman tingkat rendah. Rawa merupakan genangan air/lahan basah yang sumber airnya sangat dipengaruhi oleh keadaan musim dan lingkungan di sekitarnya. Lahan rawa dapat terbentuk secara alamiah atau buatan, pembentukannya dapat berjalan relatif cepat atau sangat lambat yang memakan waktu ribuah bahkan jutaan tahun. Lahan rawa dapat terbentuk melalui berbagai macam proses, setiap bentang lahan rawa memiliki prosses pembentukan yang khas sesuai dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Menurut National Park Service, US Department of Interior bahwa lahan rawa yang berada didaerah dataran banjir sekitar pantai (Flooding of coastal lowlands) seperti lahan rawa pasang surut terbentuk akibat peningkatan muka air laut yang membawa sedimen dan atau aliran sungai yang bermuara ke laut membawa sedimen yang kemudian mengendap pada daerah sekitar pantai. 3. Waduk Waduk adalah daerah yang digenangi badan air sepanjang tahun serta dibentuk atau dibangun atas rekayasa manusia, sehingga waduk tergolong perairan buatan. Waduk dibangun dengan cara membendung aliran sungai sehingga air sungai tertahan sementara dan menggenangi daerah aliran sungai (DAS). Waduk dapat dibangun di dataran tinggi maupun dataran rendah. Waduk yang dibangun di dataran tinggi atau pada bagian hulu sungai cenderung berbentuk menjari, relatif sempit dan bertebing curam serta dalam. Sebaliknya waduk yang dibangun di dataran rendah atau hilir sungai cenderung berbentuk bulat, relatif luas dan dengan badan air relatif dangkal. Waduk menempati ruang yang lebih kecil bila dibandingkan dengan lautan maupun daratan, namun demikian ekosistem perairan darat ini memiliki peranan yang sangat penting. Waduk dibangun untuk memeuhi bebrapa kebutuhan diantaranya: 1) untuk tujuan irigasi, 2) penyedia energy listrik melalui pembangkit listrik tenaga air (PLTU), 3) merupakan sumber air rumah tangga dan industri yang murah, 4) pengendali banjir, 5) untuk tujuan rekreasi, 6) untuk tujuan kegiatan budidaya perairan dan 7) sebagai media transportasi. Perairan darat merupakan tempat pembuangan yang mudah dan murah. Pada tahap awal setelah pengisian air waduk akan terjadi perubahan dari ekosistem perairan mengalir (sungai) menjadi ekosistem perairan tergenang (waduk). Pada awal penggenangan akan terjadi perubahan kualitas dan kesuburan air. Produksi hayati di daerah tersebut akan melimpah karena adanya perkembangan biologis akibat dari pelepasan unsur-unsur hara tanah dan bahan organik yang terendam air. Ekosistem waduk pada awal penggenangan mempunyai produksi hayati yang sangat berfluktuasi. Keadaan ini akan berlangsung relatif lama. Perairan waduk mencapai keadaan stabil dalam waktu 2- 3 tahun setelah penggenangan. Perubahan dan perkembangan ekosistem yang terjadi perlu dipelajari sebagai dasar untuk menentukan pola pengembangan perikanan di perairan waduk. PERAIRAN MENGALIR Perairan sungai dan selokan termasuk dalam ruang lingkup Limnologi. Badan air ini berbeda satu dengan yang lain. Terdapat perbedaan yang mendasar antara perairan yang menggenang yang tergenang dengan perairan sungai yang mengalir. 1. Sungai Sungai adalah tempat dan wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi oleh garis sempadan (Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991). Sungai mengalir dari hulu dalam kondisi kemiringan lahan yang curam berturut-turut menjadi agak curam, agak landai, dan relatif rata. Arus relatif cepat di daerah hulu dan bergerak menjadi lebih lambat dan makin lambat pada daerah hilir. Sungai merupakan tempat berkumpulnya air di lingkungan sekitarnya yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Daerah sekitar sungai yang mensuplai air ke sungai dikenal dengan daerah tangkapan air atau daerah penyangga. Kondisi suplai air dari daerah penyangga dipengaruhi aktivitas dan perilaku penghuninya (Wardhana, 2001). Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai fungsi serba guna bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Menurut Masduqi, dkk (2009) ada dua fungsi utama sungai secara alami yaitu mengalirkan air dan mengangkat sedimen hasil erosi pada Daerah Aliran Sungai dan alurnya (Self Purification). Kedua fungsi ini terjadi bersamaan dan saling mempengaruhi. Sungai termasuk perairan yang mengalir Keadaan (kecepatan dan arah) arus air di sungai sangat mempengaruhi bentuk kehidupan biota perairan air di sungai tersebut. Selain pengaruhnya terhadap bentuk kehidupan organisme air, arus juga tidak dapat dipisahkan dengan erosi, pengendapan dan pengangkutan unsur hara dan bahan terlarut lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat erosi adalah volume air, kecepatan pergerakan air (arus) dan keadaan saluran. Proses terjadinya erosi biasanya tergerusnya lapisan tanah ikut bersama aliran air. Di samping itu keadaan tanah di sekitar aliran sungai seperti tanah gundul akibat pengolahan pertanian yang lebih menyebabkan terjadinya pencucian tanah. Sehubungan dengan proses tersebut sungai merupakan pemasok dan pengangkut lumpur, bahan tersuspensi dan unsur hara ke laut atau ke danau. Umumnya pengaruh arus (pergerakan air) adalah memproduksi bahan tersuspensi atau bahan terlarut yang menyebabkan kekeruhan frekuensi kekeruhan relatif lebih besar di daerah air mengalir daripada daerah perairan tenang. Kekeruhan ini tergantung dari bahan yang terlarut di dalamnya. Kekeruhan sebagian besar disebabkan oleh lumpur, detritus dan material lainnya. Kekeruhan ini berpengaruh terhadap jumlah jasad nabati, sehingga produktivitasnya sangat rendah. Keadaan lembah di sekitar sungai tersebut menyebabkan kekeruhan yang intensitasnya relatif tinggi. Terjadinya kekeruhan oleh partikel lumpur terutama disebabkan oleh pengelolaan daerah aliran sungai yang jelek. Di dalam suatu sistem Daerah Aliran Sungai, sungai yang berfungsi sebagai wadah pengaliran air selalu berada di posisi paling rendah dalam landskap bumi, sehingga kondisi sungai tidak dapat dipisahkan dari kondisi Daerah Aliran Sungai (PP 38 Tahun 2011). Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia yang ada di dalamnya (Wiwoho, 2005). 2. Selokan Selokan adalah saluran yang menyalurkan air pembuangan dan atau air hujan untuk dibawa ke suatu tempat agar tidak menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan. Selokan umumnya terdapat di pinggir jalan, didesain untuk mengalirkan kelebihan air hujan dan air permukaan dari jalan raya, tempat parkir, sisi jalan, dan atap. Besarnya selokan dihitung atas dasar curah hujan tertinggi, aliran air buangan ataupun air tanah (khususnya di daerah pegunungan), ataupun dari waduk untuk mengalirkan air keperluan irigasi. kalau kekecilan dapat mengakibatkan air dari selokan meluap keluar dari selokan bahkan dapat mengakibatkan banjir. Agar air dalam selokan dapat berjalan dengan lancar perlu dilakukan perawatan selokan secara reguler untuk membuang aliran air dari sampah.