Implementasi Kebijakan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

RESUME/RINGKASAN

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEBIJAKAN

OLEH :

JAKA KELANA

NIM. 2011041

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA

SEKOLAH TINGGI SATYA NEGARA

2022
“KEBIJAKAN PUBLIK PUSAT PENELITIAN DAN PENERTIBAN LEMBAGA
PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT”.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modul ini dirancang sebagai pola dasar desain pengelolaan forum tatap muka di
kelas, sehingga didalamnya akan ditemui rancangan langkah-langkah dan skenario
yang diantisipasi akan terjadi di kelas. Mengingat modul ini dirancang untuk sebuah
perkuliahan yang memiliki misi tidak hanya memberikan pengetahuan teoritis tetapi
juga kemampuan praktis, maka metode simulasi akan banyak digunakan dalam sesi-
sesi mata kuliah ini. Ide yang mendasari dan dituangkan dalam modul ini muncul
sebagai hasil pergulatan keilmuan dan diskusi dari semua pihak dalam pembelajaran
dan semoga modul ini bermanfaat untuk memunculkan para ahli kebijakan yang
mampu membangun sebuah kebijakan yang kuat secara keilmuan sekaligus memiliki
relevansi praktis dengan situasi yang dihadapi.

B. Tujuan Pembelajaran

Secara terperinci tujuan pembelajaran mata kuliah kebijakan publik secara khusus
adalah :

1) Mahasiswa mampu memahami tentang Kebijakan publik serta pentingnya studi


kebijakan publik.

2) Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan konsep dasar, prinsip


pengembangan, dan mekanisme kebijakan publik.

3) Mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip pengembangan pengambilan


keputusan publik dan analisis keputusan publik.

4) Mahasiswa mampu menyusun prototyfe kebijakan publik dan pemetaan analisis


keputusan yang menyangkut kebijakan publik.
5) Mahasiswa mampu memecahkan berbagai permasalahan publik yang ada di
lingkungan sekitarnya pada berbagai level kehidupan.

C. Peta Konsep

signifikansi studi kebijakan publik. Pertama, kenyataan tuntutan-tuntutan


masyarakat yang semakin banyak dan beragam memerlukan suatu kajian berupa
research and development sebelum kebijakan public ditetapkan. Kedua,
dibutuhkannya kemampuan yang mendalam bagi para pengambil kebijakan
public (policy makers), analisis kebijakan publik (policy analysts) dan juga
penasehat kebijakan public (policy advisers) mendorong arti penting studi dan
pemahaman mengenai kebijakan public saat ini.

Studi kebijakan publik tumbuh begitu pesat, tentunya hal ini memunculkan pemikiran
atau paradigma dari keilmuan tersebut. Adapun penyebab perkembangan yang
pesat ini antara lain :

1) Munculnya Dikotomi Politik Administrasi Wilson (1887) dalam artikelnya


menyebutkan tentang perbedaan “province of politics” dengan “province of
administration” politik segala sesuatu yang berhubungan dengan penentuan tujuan
negara sedangkan administrasi segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan tujuan Negara. Kekahwatiran di kalangan pakar ilmu politik dan
administrasi negara terhadap keterlibatan birokrasi yang terlalu besar di dalam
perumusan kebijakan publik.

2) Pengembangan studi kebijakan seperti yang diharapkan Lasswell adalah


melahirkan kreteria-kreteria kebijakan yang rasional dan mampu mencegah
kepentingan pribadi birokrat dan birokrasinya dalam perumbusan kebijakan.

3) Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas kebijakan yang dibuat.


Tingkat modernitas masyarakat yang semakin tinggi yang dicirikan perkembangan
teknologi Ilmu pengetahuan (multi media) telah meningkatkan rasionalitas
masyarakat.
Kondisi ini terlihat dari pendapat para ahli yang berasal dari profesi dan latar
belakang
berbeda :
1) Para Pakar Politik
Studi kebijakan publik sebagai studi tentang bagaimana peran kelompok-kelompok
kepentingan dan elit politik di dalam proses perumusan kebijakan pemerintah.
Kebijakan publik dilihat sebagai konsensus di antara elit, pejabat pemerintah dan
kelompok-kelompok kepentingan yang berbeda-beda
2) Pakar Ekonomi (terutama Ekonomi Makro)
Studi kebijakan publik sebagai penerapan prinsip-prinsip ekonomi mikro di dalam
pengambilan keputusan pemerintah. Bagaimana mengalokasikan sumberdaya untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu secara efisien?
3) Pakar Sosiologi
Kontribusi sosiologi dalam perkembangan studi kebijakan bisa dilihat dari proposisi
mereka bahwa “pembuatan kebijakan publik adalah suatu proses sosial (Stalling,
1987) proses pembuatan kebijakan publik tidak bisa dijelaskan secara terisolasi dari
lingkungannya karena proses itu merefleksikan interaksi antara pemerintah dan
masyarakat.

Adapun hubungan Studi Kebijakan dengan Studi Administrasi Negara, diantaranya :


1) Kebijakan publik bila diartikan sebagai “tindakan pemerintah untuk memecahkan
masalah-masalah publik, dari pengertian ini kebijakan publik dapat diartikan sebagai
“output” dari birokrasi pemerintahan. Manifestasi dari itu seperti program atau
proyek, peraturan dan perundangan, dan sebagainya.
2) Ilmu administrasi meletakkan “birokrasi pemerintahan” sebagai “fokus” dan “locus”
yang penting.
3) Melalui konsep birokrasi pemerintahan kaitan antara studi kebijakan dan
administrasi negara bisa dikembangkan.
4) Studi administrasi negara lebih menekankan kajian-kajiannya mengenai struktur
dan proses dari administrasi, sedangkan studi kebijakan lebih menekankan pada
keluaran dan tindakannya.
5) Kedua studi ini menempatkan birokrasi sebagai pusat perhatian, kuatnya
hubungan ini dilihatkan dari besarnya peranan birokrasi pemerintah dalam proses
pembuatan kebijakan.
Secara umum studi kebijakan menjadi 5 (lima) tipe sebagai berikut :
1) Studi tentang sebab-sebab lahirnya kebijakan Merupakan kajian kritis terhadap
sebab-sebab yang mendasari dan mendorong pemerintah/pembuat kebijakan
membuat kebijakan tertentu

2) Studi tentang aktor kebijakan


Studi ini berusaha mengungkap aktor-aktor (elit politik dan ekonomi) yang
bertanggung jawab terhadap munculnya suatu kebijakan. Studi ini memetakan
kelompok-kelompok kepentingan dari suatu kebijakan termasuk kepentingan dan
peranannnya dalam proses kebijakan pemerintah.
3) Studi implementasi Kebijakan
Studi ini mempersoalkan proses implementasi kebijakan pemerintah. Studi ini
berusaha mengungkap proses implementasi dan faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dan kegagalan implementasi suatu kebijakan
4) Studi evaluasi Kebijakan
Adalah studi tentang dampak dari suatu kebijakan pemerintah. Dampak yang bisa
diharapkan dan yang tidak diharapkan, yang menguntungkan atau yang merugikan.
Studi ini mencakup proses implementasi atau dampak. Namun studi evaluasi disini
dipisah untuk memberi penekan pada kajian tentang dampak dari suatu kebijakan
pemerintah.
5) Analisis Kebijakan
Studi ini mempersoalkan jenis dan instrumen kebijakan yang bisa memaksimalkan
pencapaian tujuan atau yang secara efektif bisa memecahkan masalah publik yang
ada. Kebijakan apa yang perlu dilakukan pemerintah agar tujuan yang ingin dicapai
terwujud secara efisien dan efektif.
BAB II
PENTINGNYA STUDI KEBIJAKAN PUBLIK

A. Pengantar
Saat ini kebijakan publik merupakan salah satu cabang ilmu yang berkembang cukup
pesat sejalan dengan kebutuhan masyarakat khususnya sektor public. Kebijakan
public merupakan cabang studi yang bersifat multidisiplin dan membutuhkan
kontribusi-kontribusi ilmu dalam kenyataan sehari-hari. Mempelajari kebijakan publik
pada dasarnya adalah berusaha menggambarkan, menganalisis dan menjelaskan
secara cermat berbagai sebab dan akibat dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah. Dengan mempelajari kebijakan publik maka kita dapat memahami isi
kebijakan publik/kebijakan pemerintah, menilai dampak dari kekuatan-kekuatan
lingkungan, menganalisa akibat dari pengaturan berbagai kelembagaan, proses-
proses politik , meneliti akibat kebijakan publik terhadap sistem politik dan evaluasi
dampak kebijakan terhadap negara. Kebijakan publik merupakan salah satu kajian
yang menarik di dalam ilmu politik. Meskipun demikian, konsep mengenai kebijakan
publik lebih ditekankan pada studi-studi mengenai administrasi negara. Artinya
kebijakan publik hanya dianggap sebagai proses pembuatan kebijakan yang
dilakukan oleh negara dengan mempertimbangkan beberapa aspek. Secara umum,
kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai sebuah kebijakan atau keputusan yang
dibuat oleh pihak berwenang (dalam hal ini pemerintah) yang boleh jadi melibatkan
stakeholders lain yang menyangkut tentang publik yang secara kasar proses
pembuatannya selalu diawali dari perumusan sampai dengan evaluasi. Dari sudut
pandang politik, kebijakan publik boleh jadi dianggap sebagai salah satu hasil dari
perdebatan panjang yang terjadi di ranah negara dengan aktor-aktor yang
mempunyai berbagai macam kepentingan. Dengan demikian, kebijakan publik tidak
hanya dipelajari sebagai proses pembuatan kebijakan, tetapi juga dinamika yang
terjadi ketika kebijakan tersebut dibuat dan diimplementasikan.

B. Ruang Lingkup Kebijakan Publik

Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor atau bidang
pembangunan, seperti kebijakan publik di bidang pendidikan, pertanian, kesehatan,
transportasi, pertahanan, dan sebagainya. Di samping itu, dilihat dari hirarkinya,
kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional, maupun lokal, seperti Undang-
Undang, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah
Propinsi, Peraturan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Keputusan Bupati/Walikota.

Adapun ruang lingkup kebijakan Publik secara khusus adalah :

1. Studi tentang perilaku elite politik dan birokrasi

2. Peran Kelompok Kepentingan dalam Proses Kebijakan.

3. Shared Concern dan Shared Problems antar actor politik yang terlibat dalam
proses pembuatan, implementasi, dan evaluasi kebijakan.

C. Penggolongan Studi Kebijakan Publik

1. Studi Tentang Sebab Lahirnya Kebijakan. Fokus pada kajian kritis terhadap sebab
yang mendasari dan mendorong pemerintah membuat suatu kebijakan.

2. Studi Tentang Aktor Kebijakan

Berupaya mengungkapkan actor-aktor yang bertanggungjawab terhadap munculnya


suatu kebijakan pemerintah, memetakkan Stakeholders, termasuk peran dan
kepentingan mereka dalam proses pemerintahan.

3. Studi Implemnetasi

Berupaya mengungkapkan factor-faktor yang mendukung atau menyebabkan


keberhasilan maupun kegagalan kebijakan yang telah diambil.

4. Studi Evaluasi

Berupaya melihat dampak dari pelaksanaan satu kebijakan.

5. Analisis KebijakanStudi ini menyoal kebijakan dan instrument-instrumen yang

digunakan oleh pemerintah.

D. Pentingnya Studi Kebijakan Publik

Studi kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting, yakni untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, meningkatkan profesionalisme praktisi, dan untuk tujuan politik
(Dye 1981, Anderson, 1979).
1) Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
Studi ini berusaha mencari variabel-variabel yang dapat mempengaruhi isi dari
sebuah kebijakan publik. Misalnya, studi untuk mengidetifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi dikeluarkannya undang-undsang anti terorisme di Indonesia.
Sebaliknya, studi kebijakan publik dapat menempatkan kebijakan publik sebagai
independent variable, sehingga berusaha mengidintifikasi apa dampak dari sutau
kebijakan publik. Sebagai contoh studi untuk menganalisis apa dampak dari
kebijakan menaikan harga bahan bakar minyak yang dilakukan oleh pemerintah.
2) Membantu para praktisi dalam memcahkan masalah-masalah publik.
Dengan mempelajari kebijakan publik para praktisi akan memiliki dasar teoritis
tentang bagaimanana membuat kebijakan publik yang baik dan memperkecil
kegagalan dari suatu kebijakan publik. Sehingga ke depan akan lahir kebijakan
publik yang lebih berkualitas yang dapat menopang tujuan pembangunan.
3) Berguna untuk tujuan politik.
Suatu kebijakan publik yang dibuat melalui proses yang benar dengan dukungan
teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik dari lawan-lawan politik.
Sebaliknya kebijakan publik tersebut dapat meyakin kepada lawan-lawan politik yang
tadinya kurang setuju. Kebijakan publik sepertii itu tidak akan mudah dicabut hanya
karena alasan kepentingan sesaat dari lawan-lawan politik. Mempelajari kebijakan
publik pada dasarnya adalah berusaha menggambarkan, menganalisis dan
menjelaskan secara cermat berbagai sebab dan akibat dari tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah. Dengan mempelajari kebijakan publik maka kita dapat
memahami isi kebijakan public atau kebijakan pemerintah, terutama menilai dampak
dari kekuatan-kekuatan lingkungan, menganalisa akibat dari pengaturan berbagai
kelembagaan, proses-proses politik, meneliti akibat kebijakan publik terhadap sistem
politik dan evaluasi dampak kebijakan terhadap negara.
Sebagai contoh pentingnya Kebijakan (Policy) di dalam implementasi Ilmu Teknologi.
Kebijakan memastikan semua layanan dipergunakan sebagai mestinya sesuai
dengan aturan dan norma yang ada. Ada beberap hal yang diatur dalam kebijakan
yang berkaitan dengan IT misalnya adalah: Privacy, Accessibility, Usability, Security,
Standard, dan Interoperability.
1) Privacy, yaitu kebijakan ini mengatur privasi dan kerahasiaan dari pemakai.
Misalnya perlindungan terhadap penyadapan, spam (kiriman berita yang tidak
diinginkan), dan pembocoran data-data pribadi (seperti nomor KTP, alamat rumah,
nomor NPWP, dan sebagainya). Kebijakan ini juga mengatur siapa saja yang berhak
menggunakan data-data pribadi tadi dan untuk keperluan apa saja.
2) Accessibility, yaitu mengatur bagaimana aset informasi dapat diakses dan
dipergunakan oleh pengguna yang berhak. Accessibility juga mengatur bagaimana
informasi bisa diakses oleh orang-orang dengan limitasi tertentu, misalnya limitasi
bahasa tertentu atau kemampuan fisik tertentu (tuna netra/tuna rungu/dll).
3) Usability, dimana Kebijakan ini mengatur supaya informasi dapat diakses dan
dipergunakan dengan mudah, dan disesuaikan dengan kebutuhan semua pemakai.
4) Security, dimana kebijakan ini mengatur keandalan sistem dari bermacam-macam
bentuk serangan, dengan tetap menjaga tingkat kerahasiaan, keutuhan (integritas),
ketersediaan (availability), dan data yang tetap penuh terlindung.
5) Standards, dimana kebijakan ini mengatur bagaimana data/informasi diakses
dengan suatu mekanisme yang sama, terdefinisi dengan jelas, dan konsisten.
6) Interoperability, dimana kebijakan ini mengatur interkoneksi antar sistem yang
berbeda untuk mempermudah kolaborasi dan penggunaan standar yang mendorong
pemakaian teknologi yang sejenis. (Winarno, Budi. 2007 : 35).

Sejalan dengan perkembangan ilmu, setidak-tidaknya ada tiga dasar signifikansi


studi kebijakan publik :
Pertama, kenyataan tuntutan-tuntutan masyarakat yang semakin banyak dan
beragam memerlukan suatu kajian berupa research and development sebelum
kebijakan public ditetapkan.
Kedua, dibutuhkannya kemampuan yang mendalam bagi para pengambil kebijakan
public (policy makers), analisis kebijakan publik (policy analysts) dan juga penasehat
kebijakan public (policy advisers) mendorong arti penting studi dan pemahaman
mengenai kebijakan public saat ini. Keterbatasan dan berbagai bentuk konstrain
yang
dihadapi pengambil keputusan (birokrat dan administrator public, misalnya. Seperti
SDM dan juga keterbatasan waktu untuk mengkaji secara mendalam proposal
kebijakan publik menghasilkan perlunya pemahaman kebijakan public dikuasai
secara mendalam.
Ketiga, perkembangan global yang bermuara pada kempetisi dan implementasi
model pasar yang berkembang pesat membutuhkan perlunya kebijakan public
disusun secara strategic dalam rangka menghadapi berbagai persoalan yang
melingkupi, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Studi kebijakan publik menurut Thomas R. Dye, sebagaimana dikutip Sholichin Abdul
Wahab (Suharno, 2010: 14) sebagai berikut: “Studi kebijakan publik mencakup
menggambarkan upaya kebijakan publik, penilaian mengenai dampak dari kekuatan-
kekuatan yang berasal dari lingkungan terhadap isi kebijakan publik, analisis
mengenai akibat berbagai pernyataan kelembagaan dan proses-proses politik
terhadap kebijakan publik; penelitian mendalam mengenai akibat-akibat dari
berbagai kebijakan politik pada masyarakat, baik berupa dampak kebijakan publik
pada masyarakat, baik berupa dampak yang diharapkan (direncanakan) maupun
dampak yang tidak diharapkan.”

pendapat dari Anderson (1978) dan Dye (1978) menyebutkan beberapa alasan
mengapa kebijakan publik penting atau urgen untuk dipelajari, yaitu:
a) Alasan Ilmiah Kebijakan publik dipelajari dengan maksud untuk memperoleh
pengetahuan yang luas tentang asal-muasalnya, proses perkembangannya, dan
konsekuensi-konsekuensinya bagi masyarakat. Dalam hal ini kebijakan dapat
dipandang sebagai variabel terikat (dependent variable) maupun sebagai variabel
independen (independent variable). Kebijakan dipandang sebagai variabel terikat,
maka perhatian akan tertuju pada faktor-faktor politik dan lingkungan yang
membantu menentukan substansi kebijakan atau diduga mempengaruhi isi kebijakan
publik. Kebijakan dipandang sebagai variabel independen jika focus perhatian tertuju
pada dampak kebijakan, tertuju pada sistem politik dan lingkungan yang
berpengaruh terhadap kebijakan publik.
b) Alasan professional
Studi kebijakan publik dimaksudkan sebagai upaya untuk menetapkan pengetahuan
ilmiah dibidang kebijakan publik guna memecahkan masalah-masalah sosial sehari-
hari.
c) Alasan Politik
Mempelajari kebijakan publik pada dasarnya dimaksudkan agar pemerintah dapat
menempuh kebijakan yang tepat guna mencapai tujuan yang tepat pula.
E. Pendekatan dalam Studi Kebijakan

1 Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok ini memiliki asumsi bahwa individu-individu yang memiliki
kepentingan yang sama akan bergabung dan membentuk sebuah kelompok
sehingga mampu mempengaruhi pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan.
Kelompok-kelompok yang mewakili aspirasi individu lainnya akan bersaing dan
saling mencari pengaruh untuk mencapai kebijakan yang diinginkan. Contohnya
adalah pembentukan koalisi diantara partai politik sehingga koalisi besar akan
memiliki pengaruh kuat dalam suatu pemerintahan. Dampak positif dari model ini
adalah adanya sebuah wadah misalkan partai politik untuk menyalurkan aspirasi
individu yang tergabung didalamnya, sedangkan dampak negatifnya adalah adanya
overlapping atau tumpang tindih dalam sebuah kelompk yang bersatu, selain itu
persaingan tidak sehat acap kali terjadi dalam model ini.

2. Pendekatan Proses Fungsional

Pendekatan model fungsional adalah pendekatan yang dilakukan dalam studi


kebijakan publik dimana dilakukan dengan cara memusatkan perhatian kepada
berbagai kegiatan fungsional yang terjadi dalam proses kebijakan. Harold Laswell
mengemukakan beberapa kategori analisis fungsional yang dapat digunakan
sebagai dasar bagi pembahasaan teori fungsional :

(1) Intelegensi: Bagaimana informasi tentang masalah-masalah kebijakan mendapat


perhatian para pembuat keputusan kebijakan dikumpulkan dan diproses.

(2) Rekomendasi: Bagaimana rekomendasi-rekomendasi atau alternatif-alternatif


untuk memngatasi suatu masalah tertentu?

(3) Aplikasi: Bagaimana undang-undang atau peraturan-peraturan sebenarnya


diberlakukan atau diterapkan?

(4) Penilaian: Bagaiamana pelaksanaan kebijakan, keberhasilan atau kegagalan itu


di nilai. ?
(5) Terminasi: Bagaiamana peraturan-peraturan atau ungdang-undang semula
dihentukanatau dilanjutkan dalam bentuk yang berubah atau dimodifikasi.?

Pendekatan fungsioanl memiliki beberapa keuntungan yaitu tidak adanya dengan


lembaga – lembaga pemerintah ataupun peraturan politik khusus, serta memberikan
keuntungan untuk analisis komparasi kebijakan publik.Namun model ini juga memiliki
kelemahan yaitu pengabaian terhadap politik pembentukan kebijakan dan pengaruh
variabel- variabel lingkungan karena merupakan porses intelektual.

3. Pendekatan Kelembagaan

Pendekatan kelembagaan diasumsikan bahwa sebuah kebijakan publik diambil,


dilaksanakan, dan dipaksakan secara otoritatif oleh lembaga yang ada dalam
pemerintahan, misalnya parlemen, kepresidenan, pemerintah daerah, kehakiman,
partai politik dan sebagainya. Kebijakan publik model ini memiliki beberapa
karakteristik yaitu pemerintah mampu memberikan legitimasi atas kebijakan yang
dikeluarkan, kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mampu bersifat universal
artinya menjangkau semua lapisan masyarakat, terakhir adalah kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah mampu memonopoli paksa semua masyarakat, adalam
artian mampu menjatuhkan sanksi bagi pelanggar kebijakan. Model ini juga memiliki
kelemahan yaitu dalam ilmu politik tidak memberikan curahan perhatian kepada
hubungan antar lembaga– lembaga pemerintahan dan substansi dari kebijakan
publik.

4. Pendekatan Peran Serta Warga Negara

Peran serta warga negara didasarkan pada harapan-harapan yang tinggi tentang
kualitas warga negara dan keingginan mereka untuk terlibat dalam kehidupan
public.menurut teori ini,dibutuhkan warga negara yang memiliki struktur-struktur yang
memiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai dan fungsi-fungsi demokrasi.
Setiap warga negara harus memiliki cukup kebebasan untuk berperan serta dalam
masalah-masalah politik, mempunyai sifat kritis yang sehat dan harga diri yang
cukup dan lebih penting adalah perasaan mampu. Beberapa penelitian berkenaan
dengan peran serta warga negara mengungkapkan bahwa para pembuat kebijkan
lebih responsive terhadap warga negara yang mempunyai peran serta. Disamping
itu,mereka cenderung menerima tuntutan–tuntutan pilihan-pilihan agenda-agenda
yang diusulkan oleh kelompok warga negara yang berperan serta dalam
memecahkan masalah.

5. Pendekatan Psikologis
Pendekatan diberikan pada hubungan antara pribadi dan faktor-faktor kejiwaan yang
mempengaruhi tingkah laku orang-orang yang terlibat dalam proses pelaksanaan
kebijakan. Psikologi banyak memberi kontribusi untuk memahami pembuatan
keputusan. Para psikolog seperti Mayo dan Maslow banyak memberi kontribusi
untuk perkembangan teori manajemen. Tetapi, meskipun fakta bahwa
perkembangan awal dan pendekatan kebijakan banyak berhubungan dengan
penggabungan pandangan psikologi ke dalam kebijakan publik, pengaruh psikologi
terhadap studi pembuatan kebijakan tidak sebesar pengaruh terhadap manajemen.
Dengan munculnya manajerialisme dalam sektor publik, diharapkan bahwa pengaruh
psikologi terhadap studi kebijakan publik akan bertambah. Pengabaian konteks
psikologis dari analisis kebijakan ini menghalangi pemahaman kita tentang
pembuatan keputusan.

6. Pendekatan Proses
Pendekatan proses, yaitu untuk mengidentifikasi tahap-tahap dalam proses dalam
kebijakan publik dan kemudian menganalisisnya.

7. Pendekatan Subtantib
Pendekatan substantif, yaitu spesialis substantif dalam suatu bidang tertentu,
misalnya menganalisa determinan dari perumusan kebijakan lingkungan,
implementasi, atau perubahan.

8. Pendekatan Logis-positivis
Pendekatan logical positivis, yaitu pendekatan prilaku behavioral approach atau
pendekatan keilmuan scientific approach.

9. Pendekatan Ekonomentrik
Pendekatan ekonometrik, disebut dengan pendekatan pilihan public (the public
choice approach) atau pendekatan ekonomi politik.

10. Pendekatan Fenomenologik/Pospositivis


Pendekatan fenomologik (postpositivist) adalah kekecewaan yang semakin
meningkat dengan menggunakan metode-metode keilmuan.

11. Pendekatan Partisipatori


Pendekatan partisipatori adalah, inklusi perhatian yang besar dan nilai-nilai dari
berbagai stakcholders dalam proses pembuatan keputusan kebijakan.

12. Pendekatan Normatif/Preskriptif


Pendekatan normatif atau preskriptif, adalah seorang analis perlu mendefinisikan
tugasnya sebagai analis kebijakan sama seperti orang yang mendefinisikan “end
state” dalam arti bahwa preskripsi ini bisa diinginkan dan bisa dicapai.

13. Pendekatan Ideologik


Pendekatan ideologik, adalah secara eksplisit mengadopsi pandangan konservatif
atau pandangan liberal, Thomas Sowell menamakan pendekatan ideologi ini “visi”
(visions) dan mengidentifikasi dua perspektif yang bersaing. Yaitu pertama “visi yang
dibatasi” the constrained vision merupakan suatu gambaran manusia egosenttrik
dengan keterbatasan moral, kedua. “visi yang tidak dibatasi” the unconstrained vision
memberikan suatu pandangan tentang sifat manusia di mana pemahaman dan
disposisi manusia adalah mampu untuk memperoleh keuntungan-keuntungan sosial.

14. Pendekatan Historis/Sejarah


Pendekatan historis /sejarah, adalah makin meningkatkan perhatian mereka kepada
evolusi kebijakan publik melintasi waktu. Bedasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa Model kebijakan adalah representasi sederhana mengenai
aspek-aspek yang
terpilih dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan-tujuan tertentu.Model
adalah wakil ideal dari situasi-situasi dunia nyata.Model adalah menyederhanakan
dari realitas yang diwakili. Model dapat dibedakan atas model fisik dan model
abstrak. Model memiliki fungsi antara lain: Membantu kita untuk memperoleh
pemahaman tentang peroperasinya sistem alamiah atau system buatan manusia.
Model membantu kita menjelaskan sistem apa, dan bagaimana sistem tersebut
beroperasi, membantu kita dalam menjelaskan permasalahan dan memilah-milah
elemen-elemen tertentu yang relevan dengan permasalahan, membantu kita
memperjelas hubungan antara elemen-elemen tersebut, membantu kita dalam
merumuskan kesimpulan dan hipotesis mengenai hakekat hubungan antar elemen.
Selain fungsi yang di miliki model, model kebijakan juga memiliki jenis yaitu model
pluralis, elitis, sistem, rasional, inskrementalis, dan institusional. Sedangkan untuk
pendeakatan kebijakan juga memiliki berbagai macam yaitu pendekatan kelompok,
proses fungsional, kelembagaan, peran serta warga negara, psikologis, proses,
subtantip, logis-positivis,
ekonomentrik, Fenomenologik/Pospositivis, partisipatori, Normatif/Preskriptif,
ideologik,Historis. Saat ini kebijakan publik merupakan salah satu cabang ilmu yang
berkembang cukup pesat sejalan dengan kebutuhan masyarakat khususnya sektor
public. Kebijakan public merupakan cabang studi yang bersifat multidisiplin dan
membutuhkan kontribusi-kontribusi ilmu dalam kenyataan sehari-hari. Mempelajari
kebijakan publik pada dasrnya adalah berusaha menggambarkan, menganalisis dan
menjelaskan secara cermat berbagai sebab dan akibat dari tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah. Dengan mempelajari kebijakan publik maka kita dapat
memahami isi kebijakan publik/kebijakan pemerintah, menilai dampak dari kekuatan-
kekuatan lingkungan, menganalisa akibat dari pengaturan berbagai kelembagaan,
proses-proses politik , meneliti akibat kebijakan publik terhadap sistem politik dan
evaluasi dampak kebijakan terhadap negara. Kebijakan publik merupakan salah satu
kajian yang menarik di dalam ilmu politik. Meskipun demikian, konsep mengenai
kebijakan publik lebih ditekankan pada studi-studi mengenai administrasi negara.
Artinya kebijakan publik hanya dianggap sebagai proses pembuatan kebijakan yang
dilakukan oleh negara dengan mempertimbangkan beberapa aspek. Secara umum,
kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai sebuah kebijakan atau keputusan yang
dibuat oleh pihak berwenang (dalam hal ini pemerintah) yang boleh jadi melibatkan
stakeholders lain yang menyangkut tentang publik yang secara kasar proses
pembuatannya selalu diawali dari perumusan sampai dengan evaluasi. Dari sudut
pandang politik, kebijakan publik boleh jadi dianggap sebagai salah satu hasil dari
perdebatan panjang yang terjadi di ranah negara dengan aktor-aktor yang
mempunyai berbagai macam kepentingan. Dengan demikian, kebijakan publik tidak
hanya dipelajari sebagai proses pembuatan kebijakan, tetapi juga dinamika yang
terjadi ketika kebijakan tersebut dibuat dan diimplementasikan.
BAB III

KONSEP KEBIJAKAN PUBLIK

A. Pendahuluan
Kebijakan adalah sebuah kegiatan pemahaman manusia mengenai pemecahan
masalah. Kebijakan dibuat untuk dapat membuat solusi akan problematika manusia
yang bermacam-macam. Pemerintah merupakan lembaga tinggi negara yang
merupakan pengambil alih kebijakan bagi rakyatnya, akan tetapi kadang kala
kebijakan tersebut dapat diterima dan kadang kala pun ditolak oleh masyarakat.
Kebijakan publik merupakan salah satu kajian yang menarik di dalam ilmu politik.
Meskipun demikian, konsep mengenai kebijakan publik lebih ditekankan pada studi-
studi mengenai administrasi negara. Artinya kebijakan publik hanya dianggap
sebagai proses pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh negara dengan
mempertimbangkan beberapa aspek. Secara umum, kebijakan publik dapat
didefinisikan sebagai sebuah kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh pihak
berwenang (dalam hal ini pemerintah) yang boleh jadi melibatkan stakeholders lain
yang menyangkut tentang publik yang secara kasar proses pembuatannya selalu
diawali dari perumusan sampai dengan evaluasi.

ada beberapa ilmuwan politik atau tokoh-tokoh politik yang mencoba untuk
mendefinisikan arti kebijakan publik. Salah satu tokoh awal yang mencoba untuk
mendefinisikan kebijakan publik adalah Thomas R. Dye. Thomas R. Dye
mendeskripsikan kebijakan publik sebagai segala sesuatu yang dipilih oleh
pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.[Dalam Michael
Howlett dan Ramesh, 1995 : 4] Definisi tersebut memang dirasa terlalu sempit untuk
mendeskripsikan mengenai kebijakan publik. Ada dua makna yang bisa diambil dari
definisi Thomas R. Dye tersebut :

Pertama, Dye berargumen bahwa kebijakan publik itu hanya bisa dibuat oleh
pemerintah, bukan organisasi swasta.
Kedua, Dye menegaskan kembali bahwa kebijakan publik tersebut menyangkut
pilihan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Dalam hal tersebut,
pilihan yang diambil oleh pemerintah merupakan sebuah kesengajaan untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Salah satu contohnya ketika pemerintah
tidak menaikkan pajak yang dianggap sebagai sebuah kebijakan publik juga. Selain
itu, James Anderson mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang
ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah, meskipun kebijakan tersebut
dapat dipengaruhi oleh para aktor dan faktor dari luar. Hal terpenting selain definisi
yang sudah disebutkan diatas adalah mengenai proses pembuatan kebijakan publik.
Laswell menjelaskan beberapa tahapan atau proses dalam pembuatan sebuah
kebijakan publik. Adapun urutannya adalah intelligence (mengumpulkan dan
memproses berbagai pendapat dari proses pembuatan kebijakan), promotion
(memilih beberapa pilihan yang ada), prescription (menentukan aksi), Invocation
(persetujuan adanya sangsi sangsi), application (diimplementasikan), termination
(penghentian), dan appraisal (penilaian atau evaluasi).[ Dalam Michael Howlett dan
Ramesh, 1995 : 10] Dari hal tersebut, diperlukan model yang lebih jelas mengenai
kejelasan dari aktor-aktor yang terlibat dan institusi yang ikut dalam proses
pembuatan kebijakan, serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses
pembuatan kebijakan. Oleh karenanya, setiap pembuat kebijakan harus dapat
memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan tersebut, sehingga
dalam membuat kebijakan sesuai dengan prinsip dasar dan tujuannya.

B. Pengertian Kebijakan

Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang
pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai
tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang membuat kebijakan-kebijakan itu mempunyai
kekuasaan untuk melaksanakannya.

Solichin Abdul Wahab mengemukakan bahwa istilah kebijakan sendiri masih terjadi
silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka untuk memahami
istilah kebijakan, Solichin Abdul Wahab (2008: 40-50) memberikan beberapa
pedoman sebagai berikut :

a) Kebijakan harus dibedakan dari keputusan

b) Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari administrasi

c) Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan

d) Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan


e) Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai

f) Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit maupun
implisit

g) Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu

h) Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi dan yang


bersifat intra organisasi

i) Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga-lembaga


pemerintah

j) Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif. Menurut Budi


Winarno (2007 : 15), istilah kebijakan (policy term) mungkin digunakan secara luas
seperti pada “kebijakan luar negeri Indonesia”, “kebijakan ekonomi Jepang”, dan
atau mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang lebih khusus, seperti
misalnya

Irfan Islamy sebagaimana dikutip Suandi (2010: 12) kebijakan harus dibedakan
dengan kebijaksanaan. Policy diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda artinya
dengan wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan
pertimbangan-pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup aturan-
aturan yang ada didalamnya.
James E Anderson sebagaimana dikutip Islamy (2009: 17) mengungkapkan bahwa
kebijakan adalah “ a purposive course of action followed by an actor or set of actors
in dealing with a problem or matter of concern” (Serangkaian tindakan yang
mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau
sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu). Konsep kebijakan
yang ditawarkan oleh Anderson ini menurut Budi Winarno (2007: 18) dianggap lebih
tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan
bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu konsep ini juga
membedakan secara tegas antara kebijakan (policy) dengan keputusan (decision)
yang mengandung arti pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada.
Richard Rose sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007:17) juga menyarankan
bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit
banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensi bagi mereka yang
bersangkutan daripada sebagai keputusan yang berdiri sendiri. Pendapat kedua ahli
tersebut setidaknya dapat menjelaskan bahwa mempertukarkan istilah kebijakan
dengan keputusan adalah keliru, karena pada dasarnya kebijakan dipahami sebagai
arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan untuk melakukan
sesuatu.

C. Definisi Kebijakan Publik


Para sarjana menekankan aspek kebijakan umum (public policy, beleid),
menganggap bahwa setiap masyarakat mempunyai beberapa tujuan bersama. Cita-
cita bersama ini ingin dicapai melalui usaha bersama, dan untuk itu perlu ditentukan
rencana-rencana yang mengikat, yang tertuang dalam kebijakan (policies) oleh pihak
yang berwenang, dalam hal ini pemerintah. Ada banyak definisi mengenai apa itu
kebijakan publik. Definisi mengenai apa itu kebijakan publik mempunyai makna yang
berbeda-beda, sehingga pengertian-pengertian tersebut dapat diklasifikasikan
menurut sudut pandang masing-masing penulisnya. Berikut ini beberapa definisi
tentang kebijakan publik:

1) Chandler dan Plano ( 1988 )


Kebijkan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-
sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah.
Kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus
menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam
masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan
secara luas. Pengertian kebijakan publik menurut Chandlerdan Plano dapat
diklasifikasikan kebijakan sebagai intervensi pemerintah. Dalam hal ini pemerintah
mendayagunakan berbagai instrumen yang dimiliki untuk mengatasi persoalan
publik.

2) Thomas R. Dye ( 1981 )


Kebijakan publik dikatakan sebagai apa yang tidak dilakukan maupun apa yang
dilakukan oleh pemerintah (“ is whatever government choose to do or not to do”).
Pokok kajian dari hal ini adalah negara. Pengertian ini selanjutnya dikembangkan
dan diperbaharui oleh para ilmuwan yang berkecimpung dalam ilmu kebijakan publik.
Definisi kebijakan publik menurut Thomas R. Dye ini dapat diklasifikasikan sebagai
keputusan (decision making), dimana pemerintah mempunyai wewenang untuk
menggunakan keputusan otoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan sesuatu
terjadi, demi teratasinya suatu persoalan publik.

3) David Easton ( 1969 )


Kebijakan publik diartikan sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh
masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini hanya pemerintah
yangdapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut
merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk
dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat. Definisi kebijakan publik menurut
Easton ini dapat diklasifikasikan sebagai suatu proses management, yang
merupakan fase dari serangkaian kerja pejabat publik. Dalam hal ini hanya
pemerintah yang
mempunyai andil untuk melakukan tindakan kepada masyarakat untuk
menyelesaikan masalah publik, sehingga definisi ini juga dapat diklasifikasikan
dalam bentuk intervensi pemerintah.

4) Anderson ( 1975 )
Kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-
badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan tersebut
adalah :
a) Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-
tindakan yang berorientasi pada tujuan.
b) Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.
c) Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah jadi
bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan.
d) Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan
pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam
arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.
e) Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada
peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa. Definisi kebijakan
publik menurut Anderson dapat diklasifikasikan sebagai proses management,
dimana didalamnya terdapat fase serangkaian kerja pejabat publik ketika pemerintah
benar-benar berindak untuk menyelesaikan persoalan dimasyarakat. Definisi ini juga
dapat diklasifikasikan sebagai decision makingketika kebijakan publik yang diambil
bisa bersifat positif ( tindakan pemerintahmengenai segal sesuatu masalah ) atau
negatif (keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu ).

5) Woll ( 1966 )
Kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah
di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Adapun pengaruh dari tindakan pemerintah
tersebut adalah :
a) Adanya pilihan kebijakan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang
lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk mempengaruhi
kehidupan masyarakat.
b) Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini
menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan
personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi
kehidupan masyarakat.
c) Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Definisi kebijakan publik menurut Woll ini
dapat diklasifikasikan sebagai intervensi pemerintah ( intervensi sosio kultural ) yaitu
dengan mendayagunakan berbagai instrumen untuk mengatasi persoalan publik.
Definisi ini juga dapat diklasifikasikan sebagai serangkaian kerja para pejabat publik
untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat.

6) Jones ( 1977 )
Jones menekankan studi kebijakan publik pada dua proses,
yaitu :
a) Proses-proses dalam ilmu politik, seperti bagaimana masalah-masalah itu sampai
pada pemerintah, bagaimana pemerintah mendefinisikan masalah itu, dan
bagaimana tindakan pemerintah.
b) Refleksi tentang bagaimana seseorang bereaksi tehadap masalah-masalah,
terhadap kebijakan negara, dan memecahkannya. Menurut Charles O. Jones
( 1977 ) kebijakan terdiri dari komponen-komponen :
a) Goal atau tujuan yang diinginkan.
b) Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan.
c) Program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan.
d) Decision atau keputusan, yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan,
membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program.
e) Efek, yaitu akibat-akibat dari program ( baik disengaja atau tidak, primer atau
sekunder ).
Jones memandang kebijakan publik sebagai suatu kelanjutan kegiatan pemerintah di
masa lalu dengan hanya mengubahnya sedikit demi sedikit. Definisi ini dapat
diklasifikasikan sebagai decision making, yaitu ketika pemerintah membuat suatu
keputusan untuk suatu tindakan tertentu. Klasifikasi ini juga dapat didefinisikan
sebagai intervensi negara dengan rakyatnya ketika terdapat efek dari akibat suatu
program yang dibuat oleh pemerintah yang diterapkan dalam masyarakat.

7) Heclo ( 1972 )
Heclo menggunakan istilah kebijakan secara luas, yakni sebagai rangkaian tindakan
pemerintah atau tidak bertindaknya pemerintah atas sesuatu masalah. Jadi lebih
luas dari tindakan atau keputusan yang bersifat khusus. Definisi ini dapat
diklasifikasikan sebagai decision making yaitu apa yang dipilih oleh pemerintah untuk
mengatasi suatu masalah publik, baik dengan cara melakukan suatu tindakan
maupun untuk tidak melakukan suatu tindakan.

8) Henz Eulau dan Kenneth Previt ( 1973 )


Merumuskan kebijakan sebagai keputusan yang tetap, ditandai oleh kelakuan yang
berkesinambungan dan berulang-ulang pada mereka yang membuat kebijakan dan
yang melaksanakannya. Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai decision making
yaitu ketika pemerintah memilih untuk membuat suatu keputusan ( to do ) dan harus
dilaksanakan oleh semua masyarakat.

9) Robert Eyestone
Secara luas kebijakan publik dapat didefinsikan sebagai hubungan suatu unit
pemerintah dengan lingkungannya. Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai
democratic governance, dimana didalamnya terdapat interaksi negara dengan
rakyatnya dalam rangka mengatasi persoalan publik.
10) Richard Rose
Kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak
berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan
daripada sebagai suatu keputusan tersendiri. Kebijakan ini dipahami sebagai arah
atau pola kegiatan dan bukan sekedar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu.
Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai intervensi negara dengan rakyatnya dalam
rangka mengatasi persoalan publik, karena melalui hal tersebut akan terjadi
perdebatan antara yang setuju dan tidak setuju terhadap suatu hasil kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah.

11) Carl Friedrich


Memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkup tertentu, yang memberikan
hambatan-hambatan dan kesempatan kesempatan terhadap kebijakan yang
diusulkan untuk
menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau
merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. Definisi ini dapat
diklasifikasikan sebagai intervensi pemerintah ( intervensi sosio kultural ) dengan
mendayagunakan berbagai instrumen ( baik kelompok, individu maupun
pemerintah ) untuk mengatasi persoalan publik.

12) James Anderson


Kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh
seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan.
Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai intervensi pemerintah ( intervensi sosio
kultural ) yaitu dengan mendayagunakan berbagai instrumenuntuk mengatasi
persoalan publik.

13) Amir Santoso


Pada dasarnya pandangan mengenai kebijakan publik dapat dibagi kedalam dua
kategori, yaitu :
a) Pendapat ahli yang menyamakan kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan
pemerintah. Semua tindakan pemerintah dapat disebut sebagai kebijakan publik.
Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai decision making dimana tindakan-tindakan
pemerintah diartikan sebagai suatu kebijakan.
b) Pendapat ahli yang memberikn perhatian khusus pada pelaksanaan kebijakan.
Kategori ini terbagi dalam dua kubu, yakni :
(1) Mereka yang memandang kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan
pemerintah yang mempunyai tujuan dan maksud-maksud tertentu dan mereka yang
menganggap kebijakan publik sebagai memiliki akibat-akibat yang bisa diramalkan
atau dengan kata lain kebijakan publik adalah serangkaian instruksi dari para
pembuat keputusan kepada pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan-tujuan
dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Definisi ini dapat diklasifikasikan
sebagai decision making oleh pemerintah dan dapat juga diklasifikasikan sebagai
interaksi negara dengan rakyatnya dalam mengatasi persoalan publik.
(2) Kebijakan publik terdiri dari rangkaian keputusan dan tindakan. Kebijakan publik
sebagai suatu hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat-akibat
yang bisa diramalkan (Presman dan Wildvsky). Definisi ini dapat diklasifikasikan
sebagai decision making dimana terdapat wewenang pemerintah didalamnya untuk
mengatasi suatu persoalan publik. Definisi ini juga dapat diklasifikasikan sebagai
intervensi antara negara terhadap rakyatnya ketika negara menerapkan kebijakan
pada suatu masyarakat.

14) Hoogerwerf
Obyek dari ilmu politik adalah kebijakan pemerintah, proses terbentuknya, serta
akibat-akibatnya. Kebijakan umum (public policy) di sini menurut Hoogerwerf ialah,
membangun masyarakat secara terarah melalui pemakaian kekuasaan.

15) Mustopadidjaja AR
Kebjakan publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk mengatasi
permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu , atau untuk mencapai
tujuan tertentu yang dilakukan oleh instansi yang berkewenangan dalam rangka
penyelenggaraan Negara dan Pembangunan Banyak para ahli yang memberikan
pengertian tentang kebijakan publik sesuai dengan pendekatan teori yang
digunakannya, sehingga tidak heran jika ada perbedaan bagi yang membaca dalam
memberikan kesimpulan. Istilah “kebijakan atau policy” biasanya digunakan untuk
menunjuk perilaku seseorang atau sejumlah aktor dalam suatu bidang tertentu
(misalnya: pejabat, suatu kelompok, lembaga pemerintah). sedangkan untuk istilah
kebijakan publik, banyak sekali pengertian yang telah diungkapkan oleh pakar
tentang kebijakan publik.

16) Sulaiman (1998: 24)


Adalah sebagai suatu proses yang mengandung berbagai pola aktivitas tertentu dan
merupakan seperangkat keputusan yang bersangkutan dengan tindakan untuk
mencapai tujuan dalam beberapa cara yang khusus. dengan demikian, maka konsep
kebijakan publik berhubungan dengan tujuan dengan pola aktivitas pemerintahan
mengenai sejumlah masalah serta mengandung tujuan

17) N. Dunn (2000:132)


Kebijakan publik (Public policy) adalah “Pola ketergantungan yang kompleks dari
pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk
bertindak yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah” .

18) Inu Kencana, 1999:106).


Kebijakan publik merupakan semacam jawaban terhadap suatu masalah karena
merupakan upaya memecahkan, mengurangi dan mencegah suatu keburukan serta
sebaliknya menjadi penganjur inovasi dan pemuka terjadinya kebaikan dengan cara
terbaik dan tindakan terarah. Dapat dirumuskan pula bahwa pengetahuan tentang
kebijakan publik adalah pengetahuan tentang sebab-sebab, konsekuensi, dan kinerja
kebijakan dan program publik Menelusuri pengertian kebijakan, pertama kebijakan
dalam bahasa Indonesia berasal dari kata bijaksana yang artinya:
(1) selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuan), arif, tajam
pikirannya
(2) pandai dan ingat-ingat dalam menghadapi kesulitan (cermat; teliti).
Pengertian kebijakan sendiri adalah :
(1) kepandaian, kemahiran
(2) rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak (tentang
pemerintahan dan organisasi); penyertaan cita-cita, tujuan, prinsip dan maksud.
Sementara itu pengertian publik yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti
negara atau pemerintah. Serangkaian pengertian tersebut diambil makna bahwa
pengertian kebijakan publik menurut Santosa adalah : “Serangkaian keputusan yang
dibuat oleh suatu pemerintah untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan juga
petunjuk-petunjuk yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut terutama dalam
bentuk peraturan-peraturan atau dekrit-dekrit pemerintah” (Santosa, 1988:5).

D. Ciri-Ciri Kebijakan Publik

Menurut Suharno (2010: 22-24), ciri-ciri khusus yang melekat pada kebijakan publik
bersumber pada kenyataan bahwa kebijakan itu dirumuskan. Ciri-ciri kebijakan publik
antara lain:

1) Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan daripada
sebagai perilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan. Kebijakan-kebijakan
publik dalam system politik modern merupakan suatu tindakan yang direncanakan.

2) Kebijakan pada hakekatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling berkait dan
berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-pejabat
pemerintah dan bukan merupakan keputusan yang berdiri sendiri. Kebijakan tidak
cukup mencakup keputusan untuk membuat undang-undang dalam bidang tertentu,
melainkan diikuti pula dengan keputusan-keputusan yang bersangkut paut dengan
implementasi dan pemaksaan pemberlakuan.

3) Kebijakan bersangkut paut dengan apa yang senyatanya dilakukan pemerintah


dalam bidang tertentu.

4) Kebijakan publik mungkin berbentuk positif, munkin pula negatif, kemungkinan


meliputi keputusan-keputusan pejabat pemerintah untuk tidak bertindak atau tidak
melakukan tindakan apapun dalam masalah-masalah dimana justru campur tangan
pemerintah diperlukan.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan :

Istilah kebijakan sendiri masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang
perdebatan para ahli. Maka untuk memahami istilah kebijakan, diberikan beberapa
pedoman sebagai berikut : Kebijakan harus dibedakan dari keputusan; Kebijakan
sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari administrasi; Kebijakan
mencakup perilaku dan harapan-harapan; Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan
ataupun adanya tindakan; Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan
dicapai; Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit maupun
implisit; Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu;
kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi dan yang
bersifat intra organisasi; Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran
kunci lembaga-lembaga pemerintah; Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan
secara subyektif.
Soal beserta jawabannya :

1. Kebijakan publik dapat di artikan sebagai ?


output dari birokrasi pemerintahan.
2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan kelompok dalam studi kebijakan ?
Pendekatan kelompok ini memiliki asumsi bahwa individu-individu yang
memiliki kepentingan yang sama akan bergabung dan membentuk sebuah
kelompok sehingga mampu mempengaruhi pemerintah dalam mengambil
sebuah kebijakan.
3. Sebutkan 3 ruang lingkup kebijakan publik secara khusus ?
1. Studi tentang perilaku elite politik dan birokrasi
2. Peran Kelompok Kepentingan dalam Proses Kebijakan.
3. Shared Concern dan Shared Problems antar actor politik yang terlibat
dalam proses pembuatan, implementasi, dan evaluasi kebijakan.
4. Menurut david easton (1969) kebijakan publik diartikan sebagai ?
pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang
keberadaannya mengikat.
5. Sebutkan 3 alasan apa saja menurut pendapat dari anderson (1978) dan dye
(1978) mengapa kebijakan publik penting atau urgen untuk di pelajari ?
1) Alasan Ilmiah
2) Alasan professional dan
3) Alasan Politik
6. Kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai ?
Sebuah kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh pihak berwenang(dalam
hal ini pemerintah) yang boleh jadi melibatkan stakeholders lain yang
menyangkut tentang publik yang secara kasar proses pembuatannya selalu di
awali dari perumusan sampai dengan evaluasi.
7. Ruang lingkup kebijakan publik mencakup sektor atau bidang pembangunan
apa saja?
Kebijakan publik di bidang pendidikan, pertanian, kesehatan, transportasi,
pertahanan, dan sebagainya.
8. Sebutkan ruang lingkup kebijakan publik secara khusus ?
1. Studi tentang perilaku elite politik dan birokrasi
2. Peran kelompok kepentingan dalam proses kebijakan
3. Shared concern dan shared problems antar actor politik yang terlibat
dalam proses pembuatan, implementasi, dan evaluasi kebijakan.
9. Sebutkan Studi kebijakan publik memiliki 3 manfaat penting yakni untuk ?
Pengembangan ilmu pengetahuan, meningkatkan profesionalisme, praktisi
dan untuk tujuan politik.
10. Sebutkan 3 dasar signifikasi studi kebijakan publik ?
1. Kenyataan-kenyataan tuntutan masyarakat yang semakin banyak.
2. Dibutuhkannya kemampuan yang mendalam bagi para pengambil
kebijakan public.
3. Perkembangan global yang bermuara pada kompetisi dan implementasi
model pasar yang berkembang pesat membutuhkan perlunya kebijakan
publik.
11. Apa yang dimaksud dengan pendekatan fungsional ?
Pendekatan yang dilakukan dalam studi kebijakan publik dimana dilakukan
dengan cara memusatkan perhatian kepada berbagai kegiatan fungsional
yang terjadi dalam proses kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai