Bab Ii

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 24

18

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Investasi

Investasi merupakan salah satu indikator penting di dalam kaitannya dengan

pendapatan nasional. Hubungan antara investasi dan pendapatan nasional itu

sedemikian pentingnya, sehingga dapatlah dimengerti mengapa dalam semua

teori ekonomi makro investasi di bahas dalam bagian tersendiri. Teori

konvensional (klasik) tentang investasi pada pokoknya didasarkan atas teori

produktivitas batas (marginal productive) dari faktor produksi modal (kapital).

Berdasarkan teori ini besarnya modal yang akan di investasikan dalam proses

produksi ditentukan oleh produktivitas marginalnya dibandingkan dengan tingkat

bunga, sehingga investasi itu akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas

dari investasi masih lebih tinggi dari pada tingkat bunga yang akan diterima.

Investasi akan dijalankan bilamana pendapatan dari investasi itu (prospected

yield) lebih besar dari tingkat bunga. Bila hendak membandingkan antara

pendapatan dari investasi dengan suku bunga maka tidak boleh dilupakan bahwa

barang-barang modal umumnya mempunyai penggunaan yang panjang dan tidak

hanya sekali pakai, sehingga pendapatan dari investasi (yang akan dibandingkan

dengan bunga) adalah terdiri dari jumlah-jumlah pendapatan yang akan diterima

setiap akhir tahun, selama penggunaan barang modal itu dalam produksi (umur

ekonomis), jumlah pendapatan tiap-tiap tahun selanjutnya dibandingkan dengan


19

tingkat bunga yang berlaku sekarang. Investasi dalam suatu barang modal adalah

menguntungkan bilamana biaya (ongkos) plus bunga lebih kecil dari hasil

pendapatan yang diharapkan dari investasi itu. Dengan demikian unsur-unsur

yang diperhitungkan dalam penentuan investasi adalah : (1) tingkat ongkos biaya

atas barang modal; (2) tingkat bunga; dan (3) tingginya hasil pendapatan yang

diterima. Berubahnya salah satu dari ketiga faktor di atas, akan mengakibatkan

berubahnya perhitungan profitabilitas.

Menurut pandangan dari JM. Keynes, masalah investasi, baik penentuan jumlah

maupun kesempatan untuk melakukan investasi didasarkan atas konsep Marginal

Effeciency of Investment (MEI). Dengan mendasarkan atas konsep pemikiran

tersebut investasi akan dilaksanakan apabila MEI masih lebih tinggi daripada

tingkat bunga.

Secara grafis MEI itu digambarkan sebagai suatu skedul yang menurun, skedul ini

menggambarkan jumlah investasi yang akan terlaksana pada setiap tingkat bunga.

Menurunnya tingkat skedul MEI ini antara lain disebabkan oleh dua hal, yaitu :

- Bahwa semakin banyak jumlah investasi yang terlaksana dalam masyarakat,

makin rendah Efisiensi Marginal Investasi itu.

- Semakin banyak investasi dilakukan, maka ongkos dan barang modal (asset)

menjadi lebih tinggi.

Investasi yang sering dikenal dengan istilah penanaman modal. Kegiatan investasi

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga dapat meningkatkan

perekonomian guna memperbesar dan meningkatkan tingkat produksi dalam suatu

usaha dan meningkatkan kesempatan kerja. Dengan demikian istilah investasi

dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal


20

atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi

untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang

tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2001).

Menurut (Suparmoko, 1993) memberikan arti investasi sebagai pengeluaran atau

pembelanjaan penanam-penanam modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi

untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang

tersedia dalam perekonomian.

Secara garis besar investasi dapat digolongkan menjadi tiga (Sukirno, 2001) yaitu

antara lain.

1) Autonomous investment, yaitu investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat

pendapatan, misalnya investasi pada rehabilitasi prasarana jalan dan irigasi.

Investasi jenis ini biasanya lebih banyak dilakukan oleh sektor pemerintah,

karena investasi ini akan menyangkut banyak aspek sosial budaya yang ada di

masyarakat.

2) Induced investment, yaitu macam investasi yang mempunyai kaitan dengan

tingkat pendapatan, misalnya adanya kenaikan pendapatan yang ada pada

masyarakat di suatu tempat atau negara menyebabkan kenaikan kebutuhan

barang tertentu. Kenaikan atau pertambahan permintaan terhadap barang

sudah tentu akan mendorong untuk melakukan investasi.

3) Investasi yang sifatnya dipengaruhi oleh adanya kenaikan tingkat bunga uang

atas modal yang berlaku di masyarakat.

Dari ketiga investasi yang digolongkan menurut (Sukirno, 2005) investasi di

Provinsi Lampung cenderung lebih dominan pada kelompok Induced Investment


21

yaitu investasi yang mempunyai kaitan dengan tingkat pendapatan. Hal ini

disebabkan karena pada umumnya masyarakat Lampung menanamkan modalnya

hanya untuk mereka yang memiliki pendapatan yang lebih, misalnya investor

berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang berkembang di Lampung.

Keuntungan investasi di suatu industri akan menarik investor lain untuk

berinvestasi karena menginginkan keuntungan. Oleh karena itu, investor dapat

memperkirakan keuntungan dari investasi yang akan dilakukannya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah investasi (Deliarnov, 1995)

yaitu antara lain sebagai berikut.

a) Inovasi dan Teknologi

Adanya temuan-temuan baru menyebabkan cara-cara berproduksi lama

menjadi tidak efisien. Untuk itu perusahaan-perusahaan perlu menemukan

investasi untuk membeli peralatan mesin-mesin yang canggih.

b) Tingkat Perekonomian

Makin banyak aktivitas perekonomian makin besar pendapatan nasional dan

makin banyak bagian pendapatan yang dapat ditabung, yang pada gilirannya

akan diinvestasikan pada suatu usaha yang menguntungkan.

c) Tingkat Keuntungan Perusahaan

Makin besar tingkat keuntungan perusahaan, maka makin banyak bagian laba

yang dapat ditahan dan dapat digunakan untuk tujuan investasi.

d) Situasi Politik

Jika situasi politik aman dan pemerintah banyak memberikan kemudahan-

kemudahan bagi perusahaan, maka tingkat investasi akan tinggi. Salah satu

kegiatan investasi yang dapat diketahui adalah penanaman modal, penanaman


22

modal dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta. Untuk investasi

swasta di Indonesia yang dilakukan dengan kemudahan fasilitas berupa PMA

dan PMDN.

1.1. Investasi Pemerintah

Menurut (Suparmoko, 2002) peranan pemerintah dalam suatu negara dapat dilihat

dari semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam proporsinya terhadap

pendapatan nasional. Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai

indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran

pemerintah. Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah, maka semakin besar

pula pengeluaran pembangunan. Pengeluaran pemerintah dapat dibedakan

menjadi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

1) Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan dan

penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang,

pembayaran bunga utang, subsidi dan pengeluaran rutin lainnya. Melalui

pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka

menjaga kelancaran penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan

pemeliharaan aset negara, pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak

ketiga, perlindungan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu serta

menjaga stabilitas perekonomian. (Mangkoesoebroto, 1994)

2) Pengeluaran pembangunan (Belanja Modal) yaitu pengeluaran yang

digunakan untuk membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial dan

umum dan yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk

pembangunan baik prasarana fisik maupun non fisik yang dilaksanakan

dalam periode tertentu. Anggaran pembangunan secara fisik maupun nonfisik


23

selalu disesuaikan dengan dana yang dimobilisasi. Dana ini kemudian

dialokasikan pada berbagai bidang sesuai dengan prioritas yang telah

direncanakan. Peranan anggaran pembangunan lebih ditekankan pada upaya

penciptaan kondisi yang stabil dan kondusif bagi berlangsungnya proses

pemulihan ekonomi dengan tetap memberikan stimulus bagi pertumbuhan

ekonomi nasional.

1.2. Investasi Swasta

Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk investasi, yaitu

investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi portofolio dilakukan melalui

pasar modal dengan instrument surat berharga seperti saham dan obligasi.

Investasi langsung yang dikenal dengan PMA merupakan bentuk investasi dengan

jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Dibanding

dengan investasi portofolio, penanam modal asing lebih banyak mempunyai

kelebihan. Selain sifatnya yang permanen/ jangka panjang, penanam modal asing

memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka

lapangan kerja baru.

1.3. Penanaman Modal

Penanaman modal pada hakekatnya merupakan kegiatan investasi yang dapat

dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta. Untuk investasi swasta di

Indonesia yang dilakukan dengan kemudahan fasilitas berupa PMA dan PMDN.

Pemerintah juga mengatur undang-undang tentang investasi yang dilakukan oleh

pihak swasta ataupun dalam negeri. Indonesia no 25 tahun 2007 tentang

penanaman modal. Penanaman modal dibagi menjadi 2 yaitu PMA dan juga
24

PMDN. PMA adalah kegiatan menanamkan modal untuk melakukan usaha di

wilayah Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing baik yang

menggunakan modal asing sepenuhnya maupun penanam modal dalam negeri,

sedangkan penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanamkan modal

untuk kegiatan usaha di wilayah Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal

dalam negeri.

1.4. Hubungan investasi pemerintah dengan kesempatan kerja

Menurut (Suryati, 2000) investasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun

swasta, memiliki pengaruh yang cukup besar pada penyerapan tenaga kerja, di

mana terdapat hubungan yang positif antara investasi pemerintah dan investasi

swasta terhadap penyerapan tenaga kerja.

a. Konsep investasi dan ketersediaan tenaga kerja

Investasi yang mampu mendorong pertumbuhan tidak hanya berasal dari

tabungan domestik. Investasi dari luar negeri juga dapat mempengaruhi GDP

dan GNP dengan cara yang berbeda (Mankiw, 2003). Investasi asing

merupakan salah satu cara yang bisa dimanfaatkan oleh sebuah negara untuk

tumbuh dan sekaligus mempelajari teknologi terkini yang telah

dikembangkan dan digunakan di negara-negara kaya. Walaupun sejumlah

keuntungan dari investasi ini kembali kepada investor asing, namun investasi

ini menaikkan persediaan modal, yang kemudian menaikkan produktivitas

dan gaji. Menurut (Pratiwi, 2005) investasi yang mempunyai multiplier effect

berdampak pada peningkatan kesejahteraan, yang diukur melalui kenaikan

pendapatan. Artinya apabila pendapatan meningkat, jumlah barang dan jasa

yang akan dikonsumsi akan meningkat pula. Apabila permintaan barang dan
25

jasa meningkat, maka akan meningkatkan peluang lapangan kerja. Hal ini

akan mengurangi tingkat pengangguran. Berkurangnya pengangguran ini

disebabkan oleh terserapnya angkatan kerja dalam proyek-proyek investasi.

1.5. Hubungan investasi swasta dengan kesempatan kerja

Menurut (Sukirno, 2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat

terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,

meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran

masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi,

yakni:

1) Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga

kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan

nasional serta kesempatan kerja.

2) Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah

kapasitas produksi.

3) Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.

Menurut (Arsyad, 1999) hasil produksi yang optimal di suatu daerah akan

membawa pengaruh terhadap peningkatan kesempatan kerja, dimana dengan

meningkatnya kegiatan ekonomi dan produksi suatu daerah maka daerah tersebut

akan keluar dari lingkaran kemiskinan serta kesejahteraan masyarakat daerah

tersebut akan meningkat pula. Hubungan antara investasi (PMA dan PMDN)

dengan kesempatan kerja menurut Teori Harrod-Domar (Mulyadi, 2000) investasi

tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi.

Tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor produksi, otomatis akan
26

ditingkatkan penggunanya. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi

rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan.

Maka setiap negara berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan

investasi terutama investasi swasta yang dapat membantu membuka lapangan

kerja sehingga dapat meningkatkan kesempatan kerja (Dumairy, 1997).

B. Kesempatan Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja atau jumlah seluruh penduduk

dalam suatu negara dalam memproduksi barang atau jasa. Tenaga kerja yang

masuk dalam usia kerja yaitu antara 15-64 tahun (Suparmoko, 2002). Tiga

golongan yang disebut pencari kerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga

walaupun tidak sedang bekerja mereka dianggap secara fisik maupun sewaktu-

waktu dapat ikut bekerja. Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga

kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Dimana tiap-tiap negara memberi batasan

umur yang berbeda (Mulyani, 2010).

Pengertian bekerja yang digunakan dalam sensus penduduk adalah mereka yang

melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh

pendapatan atau keuntungan dengan lama bekerja paling sedikit 1 jam secara

berkesinambungan dalam seminggu yang lalu. Untuk selanjutnya penduduk yang

bekerja tersebut dinamakan sebagai angkatan kerja yang terserap atau kesempatan

kerja (Mulyani, 2010).

Pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu struktur umur

penduduk dan tingkat partisipasi angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja dalam

suatu negara atau suatu daerah sewaktu-waktu tergatung dari jumlah penduduk
27

usia kerja. Perbandingan anatara angkatan kerja dan penduduk dalam usia kerja

ini disebut tingkat partisipasi kerja (Beni Mulyani, 2010).

Kebutuhan tenaga kerja sangat penting dalam masyarakat karena merupakan salah

satu faktor yang potensial untuk pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

Tenaga kerja menjadi sangat penting peranannya dalam pertumbuhan ekonomi

dan pembangunan karena dapat meningkatkan output dalam perekonomian berupa

produk domestik bruto (PDRB). Karena jumlah penduduk semakin besar maka

semakin besar juga angkatan kerja yang akan mengisi produksi sebagai input.

2.1. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja berarti hubungan antara tingkat upah dan kuantitas tenaga

kerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan, ini berbeda dengan

permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena

barang itu memberikan nikmat (utility) kepada si pembeli. Sementara pengusaha

mempekerjakan seseorang karena memproduksikan barang untuk dijual kepada

masyarakat konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap

tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang

diproduksinya. Permintaan tenaga kerja seperti itu disebut “derived demand “

(Payaman Simanjuntak, 2002).


28

A. Perubahan Tingkat Upah

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi

perusahaan. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik maka akan

terjadi:

1. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang

selanjutnya akan meningkat pula harga per unit barang yang diproduksi.

Biasanya konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi

kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi

mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak produksi barang

yang tidak terjual, terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya,

mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan penurunan

jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala

produksi disebut efek skala produksi atau “ scale – effect.”

2. Apabila upah naik maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan

teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan

kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang modal seperti

mesin dan lain-lain. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena

adanya pergantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut efek

subtitusi tenaga kerja atau “substitution effect“. Baik efek skala produksi

maupun efek subtitusi akan menghasilkan suatu bentukkurva permintaan

tenaga kerja yang mempunyai slope negatif seperti tampak pada kurva

dibawah ini :
29

Gambar 2.2 Kurva Permintaan Tenaga Kerja

Sumber : Ehrenberg dan Smith, (1994)

2.2. Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh

pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu.

Dalam teori klasik sumber daya manusia (pekerja) merupakan individu yang

bebas mengarnbil keputusan untuk bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga bebas

untuk menetapkan jumlah jam kerja yang diinginkannya. Teori ini didasarkan

pada teori tentang konsumen, dimana setiap individu bertujuan untuk.

Memaksimumkan kepuasan dengan kendala yang dihadapinya.

Semakin besar elastisitas tersebut semakin besar peranan input tenaga kerja untuk

menghasilkan output, berarti semakin kecil jumlah tenaga kerja yang diminta.

Sedangkan untuk menggambarkan pola kombinasi faktor produksi yang tidak

sebanding (Variable proportions) umumnya digunakan kurvaisokuan

(isoquantities) yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor

produksi (tenaga kerja dan kapital) yang menghasilkan volume produksi yang
30

sarna. Lereng isokuan menggambarkan laju substitusi teknis marginal atau

marginal Rate of Technical Substitution atau dikenal dengan istilah MRS. Hal ini

dimaksudkan untuk melihat hubungan antara faktor tenaga kerja dan kapital yang

merupakan lereng dari kurva isoquant.

2.3. Indikator Kesempatan Kerja

Adapun indikator dari kesempatan kerja adalah sebagai berikut:

1) Laju pertumbuhan investasi

Menurut (Tambunan, 2001) investasi merupakan suatu faktor krusial bagi

kelangsungan proses pembangunan ekonomi (sustainable development), atau

pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Karena adanya kegiatan produksi

maka terciptalah kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat

yang selanjutnya dapat menciptakan serta meningkatkan permintaan di pasar.

Pendapat tersebut menjelaskan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh

investasi, dimana munculnya investasi akan mendorong kesempatan kerja dan

peningkatan terhadap pendapatan.

2) Laju pertumbuhan penduduk

Banyaknya peluang atau kesempatan kerja yang terisi dapat tercermin dari

besarnya jumlah penduduk yang bekerja, sehingga dengan demikian laju

pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dikatakan dapat

menentukan percepatan laju pertumbuhan ekonomi.

3) Angkatan Kerja (labor force)

Merupakan bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha

untuk terlibat dalam kegiatan produksi barang dan jasa. Kebutuhan akan

tenaga kerja didasarkan pada pemikiran bahwa tenaga kerja dalam


31

masyarakat merupakan salah satu faktor yang potensial untuk pembangunan

ekonomi secara keseluruhan, dimana tenaga kerja yang berpotensi tersebut

akan digunakan dalam menentukan proses pembangunan ekonomi.

C. Konsep Pengangguran

Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja

yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu,

tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan (Sukirno, 2000).

(Nanga, 2001) mendefinisikan pengangguran sebagai keadaan dimana seseorang

yang tergolong dalam kategori angkatan kerja, tidak memiliki pekerjaan dan

secara aktif sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja adalah jumlah orang yang

bekerja dan tidak bekerja, yang berada pada kelompok umur tertentu (15-64

tahun). Pada prinsipnya pengangguran berarti hilangnya output dan kesengsaraan

bagi orang yang tidak bekerja, pemborosan terhadap sumber daya ekonomi dan

meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk kompensasi pengangguran dan

kesejahteraan. (Simanjuntak, 2002) mendefinisikan pengangguran sebagai orang

yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari dalam seminggu

sebelum pencacahan dan sedang berusaha memperoleh pekerjaan.

Menurut (Nanga, 2001), dilihat dari sebab timbulnya, pengangguran dapat

dibedakan menurut penyebabnya sebagai berikut:

1) Pengangguran friksional atau transisi adalah pengangguran yang timbul

karena adanya perubahan dalam syarat-syarat tenaga kerja yang terjadi karena

berkembangnya perekonomian. Pengangguran jenis ini dapat juga disebabkan


32

karena berpindahnya orang-orang dari satu daerah ke daerah lain, dari satu

pekerjaan ke pekerjaan lain, maupun melalui siklus kehidupan yang berbeda.

2) Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi karena adanya

perubahan dalam struktur pasar tenaga kerja sehingga terjadi ketidaksesuaian

antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Salah satu penyebab

pengangguran struktural adalah kemajuan teknologi, sehingga pengangguran

ini sering disebut dengan pengangguran teknologi.

3) Pengangguran alamiah adalah tingkat pengangguran yang terjadi pada

kesempatan kerja penuh atau tingkat pengangguran dimana inflasi yang

diharapkan sama dengan tingkat inflasi actual. Friedman (Nanga, 2001)

mendefinisikan tingkat pengangguran alamiah sebagai tingkat pengangguran

dimana baik tekanan ke atas maupun ke bawah terhadap inflasi dan upah

berada dalam keseimbangan. Pengangguran alamiah terdiri atas

pengangguran friksional dan pengangguran struktural. Para ahli ekonomi

memperkirakannya berkisar antara 4,0 – 6,5 persen.

4) Pengangguran konjungtur dan siklis adalah jenis pengangguran yang terjadi

karena merosotnya kegiatan perekonomian atau karena permintaan agregatif

efektif lebih kecil dibandingkan penawaran agregat. Para ahli ekonomi

menyebut pengangguran ini sebagai demand deficient unemployment.

D. Teori Pengeluaran Pemerintah

1. Pengeluaran Pemerintah Menurut Teori Makro

Dalam teorinya Rostow dan Musgrave menghubungkan perkembangan

pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap awal, tahap menengah, dan tahap

lanjut. Pada awal perkembangan ekonomi, presentasi investasi pemerintah


33

terhadap investasi total investasi besar, sebab pada tahap ini pemerintah harus

menyediakan sarana prasarana transportasi dan sebagainya. Pada tahap, menengah

pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk

meningkatkan pembangunan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada

tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin besar (Mangkoesoebroto, 1995).

Pada tingkat ekonomi lebih lanjut, Rostow mengatakan dalam (Mangkoesoebroto,

1997), bahwa pembangunan ekonomi aktivitas pemerintah beralih dari

penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial, seperti

halnya program kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat,

dan sebagainya.

2. Pengeluaran Pemerintah Menurut Teori Ekonomi Mikro

Tujuan dari teori ekonomi mikro mengenai perkembangan pengeluaran

pemerintah adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan

permintaan akan barang publik dan faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya

barang publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran barang untuk barang

publik menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan melalui anggaran

belanja. Jumlah barang publik yang disediakan tersebut akan menimbulkan

permintaan akan barang lain.

Anggaran yang dilakukan untuk melaksanakan aktivitas pemerintah. Salah satu

aktivitas pemerintah adalah pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran

pembangunan dalam berbagai sektor. Pembangunan yang dilaksanakan

pemerintah direncanakan dalam perumusan anggaran yang akan digunakan dalam

pelaksanaan pembangunan, karena anggaran tersebut merupakan variabel yang

sangat penting dalam pembangunan masyarakat. Alokasi dana pemerintah dalam


34

anggaran (budget) yang bertindak sebagai alat pengatur prioritas pembangunan

dengan mempertimbangkan tujuan yang dicapai. Oleh karena itu usaha

pembangunan harus selalu berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Trilogi

Pembangunan (Suparmoko, 1995). Melihat perkembangan kegiatan pemerintah

dari tahun ke tahun, peranan pemerintah cenderung meningkat. Peningkatan

kegiatan pemerintah ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Adanya kenaikan tingkat penghasilan masyarakat, maka kebutuhan

masyarakat juga meningkat. Hal ini mengakibatkan,meningkatnya kegiatan

pemerintah dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut seperti

kebutuhan akan prasarana transportasi, pendidikan, dan kesehatan umum.

2. Perkembangan penduduk, hal ini membutuhkan peningkatan kegiatan

pemerintah untuk mengimbangi perkembangan penduduk dalam memenuhi

kebutuhan penduduk tersebut.

3. Perkembangan ekonomi, juga dibutuhkan peranan pemerintah yang besar

guna mengisi kegiatan ekonomi.

E. Teori Ekonometrika

1. Regresi Linier Berganda

Widarjono (2008) model regresi sederhana tidak mencerminkan kondisi perilaku

variabel ekonomi yang sebenarnya. Model yang terdiri ataslebih dari satu variabel

independen disebut regresi berganda ( multiple regression). Pertama akan dimulai

bagaimana mendapatkan koefisien berganda dengan metode OLS. Masalah

interval estimasi dan uji hipotesis kembali dibahas untuk estimator dalam regresi

berganda. Dibahas uji serempak pengaruh semua variabel independen terhadap


35

variabel dependen. Berikut ini adalah bentuk umum regresi berganda dengan

jumlah k variabel independen dapat ditulis sbb:

Yi = 𝛃0+ 𝛃1X1i + 𝛃2X2i + 𝛃kX1ki +ei ....................................................................(1)

(Gujarati, 2006) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan

satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan ( The Explained

Variable) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (The Explanatory)

variabel pertama disebut variabel terikat dan variabel kedua disebut variabel

bebas. Jika variabel bebas lebih dari satu maka analisis regresi disebut regresi

linier berganda, disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan

dikenakan pada variabel terikat. asumsi-asumsi pada model regresi linier berganda

adalah sebagai berikut:

1. Model regresinya adalah linier dalam parameter.

2. Nilai rata-rata dari error adalah nol.

3. Variansi dari error adalah konstan (homoskedastik).

4. Tidak terjadi autokorelasi pada error.

5. Tidak terjadi multikolinieritas pada variabel bebas.

6. Error berdistribusi normal.

2. Distibusi lag

(Gujarati, 1995) analisis runtun waktu merupakan analisis sekumpulan data dalam

suatu periode waktu yang lampau yang berguna untuk mengetahui atau

meramalkan kondisi masa mendatang. Hal ini didasarkan bahwa perilaku manusia

banyak dipengaruhi kondisi atau waktu sebelumnya sehingga dalam hal ini faktor

waktu sangat penting peranannya. Pada analisis regresi, yang menggunakan data

time series model regresi tidak hanya variable X pada waktu t, tetapi juga variable
36

bebas X waktu (t-1) yang disebut dengan variable lag. Dalam kegiatan ekonomi,

terkadang suatu variabel tidak langsung berpengaruh seketika namun yang terjadi

memiliki jarak waktu. Waktu yang diperlukan dalam realisasi tersebut dinamakan

lag. Contohnya kredit perkebunan pemberian kredit dari suatu bank pada

perkebunan karet untuk keperluan investasi, namun pengaruh kredit (X) yang

akan di rasakan oleh produksi (Y) waktu. Mungkin perubahan akan dirasakan oleh

X, akan memerlukan 1 tahun (t-1), 2 tahun (t-2), 5 tahun (t-5), 10 tahun (t-10).

(Supranto, 1995) model regresi dengan menggunakan data runtun waktu tidak

hanya menggunakan pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel tak

bebas dalam kurun waktu yang sama dan selama periode pengamatan yang sama,

tetapi juga menggunakan periode waktu sebelumnya. Waktu yang diperlukan bagi

variabel bebas X dalam mempengaruhi variabel tak bebas Y disebut kelambanan

atau lag.

(Awat, 1995) Model regresi yang memuat variabel tak bebas yang dipengaruhi

oleh variabel bebas pada waktu t, serta dipengaruhi juga oleh variabel bebas pada

waktu t-1, t-2 dan seterusnya disebut model dinamis distribusi lag, sebab

pengaruh dari suatu atau beberapa variabel bebas X

terhadap variabel tak bebas Y menyebar (spread or distributed) ke beberapa

periode waktu dengan Yt = 𝛂 + 𝛃0 Xt + 𝛃1Xt-1 +𝛃2Xt-2 + .... + et. Model regresi

yang memuat variabel tak bebas yang dipengaruhi oleh variabel bebas pada

waktu, serta dipengaruhi juga oleh variabel tak bebas itu sendiri pada waktu t-1

disebut model autoregressive.

(Widarjono, 2009) tidak semua dampak atau hasil dari suatu kebijakan ekonomi

dapat berpengaruh langsung secara instan, tapi memerlukan waktu atau


37

kelambanan (lag). Seperti halnya kebijakan dari bidang investasi, tidak akan

langsung berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja tapi bisa satu tahun atau

lebih memiliki dampak dalam penyerapan tenaga kerja. Model regresi yang

memasukkan tidak hanya nilai sekarang (current) tetapi juga nilai kelambanan

dari variabel independen disebut model kelambanan (distributed-lag model).

F. Penelitian Terdahulu

Tabel 1. Daftar Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil


1. Ari Gunawan Pengaruh Regresi t-hitung > t-tabel
(2006) Produksi Total Linier (14,588>1,725)
dan Investasi Berganda yang berarti
Terhadap (SPSS) hubungan positif
Kesempatan antara produksi
Tenaga Kerja di total dengan
Provinsi Bali penyerapan
(1985-2004) tenaga kerja.
Sedangkan t-
hitung> t-tabel
(1,788<1,725)
yang berarti ada
hubungan positif
antara tingkat
investasi dengan
penyerapan
tenaga kerja. Uji
serempak dengan
tingkat keyakinan
90% diperoleh
hasil F-tabel
(3,49)< f-hitung
(107,024) yang
berarti produksi
total dan
investasi
berpengaruh
secara serempak
terhadap
38

kesempatan kerja
di provinsi Bali.

2. Oki Permata Pengaruh Regresi Hasil pengujian


Sari (2007) Investasi Berganda simultan
Pemerintah dan (SPSS) menunjukkan
Investasi Swasta bahwa investasi
Secara Simultan pemerintah dan
dan Parsial investasi swasta
terhadap berpengaruh
Kesempatan signifikan
Kerja di terhadap
Provinsi Bali kesempatan kerja
tahun 1999- di Provinsi Bali
2009 1999-2009
dengan nilai f-
hitung (22,326) >
F-tabel (4,46).
Pengujian secara
parsial
menunjukkan
bahwa investasi
pemerintah
berpengaruh
positif dan
signifikan yang
ditunjukkan oleh
t-hitung (3,309)>
t-tabel (1,860)
secara investasi
swasta
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kesempatan kerja
dengan nilai t-
hitung (2,473)> t-
tabel (1,860)
dengan niali
koefisien
determinasi (R2)
sebesar 0,828
39

yang
menunjukkan
bahwa
84,8%variasi
naik turunnya
kesempatan kerja
di Provinsi Bali
tahun 1999-2009
dipengaruhi oleh
faktor investasi
pemerintah dan
investasi swasta.
3. Ir. Erlina Analisa Deskriptif Dalam kurun
Situmorang , Kebijakan waktu 2003-
M.Si Investasi dan 2005,
Ketenagakerjaan perekonomian
di Provinsi Provinsi Papua
Papua Barat Barat bertumbuh
lebih tinggi
dibandingkan
pertumbuhan
penyerapan
tenaga kerja. Hal
ini menunjukkan
bahwa hasil
perekonomian
Provinsi Papua
Barat
berkembang
cukup baik,
namun blum
disertai dengan
penyerapan
tenaga kerja yang
baik.
Investor sektor
publik tumbuh
secara fluktuatif
dengan
pertumbuhan
yang sangat
signifikan terjadi
pada kurun waktu
40

2002-2004.
Namun
pertumbuhan
penyerapan
tenaga kerja jauh
lebih rendah dan
tidak linier
dengan
pertumbuhan
investasi sektor
publik.
4. Ayu Wafi Pengaruh Regresi Variabel jumlah
Lestari (2011) Jumlah Usaha, Linier unit usaha kecil
Nilai Investasi, Berganda dan menengah
dan Upah (SPSS) pada (IKM) di
Minimum kabupaten
Terhadap Semarang
Permintaan (UNIT) ,
Tenaga Kerja nilaiinvestasi
Pada Industri pada IKM di
Kecil dan Kabupaten
Menengah di Semarang (INV)
Kabupaten dan nilai Upah
Semarang Minimum
Kabupaten
(UMK)
berpengaruh
signifikan
terhadap variabel
permintaan
tenaga kerja pada
Industri Kecil
dan Menengah di
Kabupaten
Semarang pada
taraf 95%
5. Budi Pengaruh Modal Regresi Belanja modal ,
PrasetiyoWibo dan tenaga Linier investasi swasta
wo Kerja Terhadap Berganda (PMA-PMDN)
Perkembangan berperngaruh
Ekonomi di positif dan
Provinsi signifikan
Lampung tahun terhadap
41

1992-2009 pertumbuhan
PDRB di
Provinsi
Lampung
sedangakan
tenaga kerja
berpengaruh
positif tapi tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
PDRB di provinsi
Lampung.
Sebagai upaya
untuk
meningkatkan
PDRB provinsi
lampung maka
diperlukan
kebijakan
mendorong minat
berinvestasi di
daerah .
pengembangan
usaha sebaiknya
diarahkan pada
kegiatan yang
bersifat padat
kaya agar mampu
menyerap tenaga
kerja sebanyak
mungkin.

Anda mungkin juga menyukai