Bap 1
Bap 1
Bap 1
Lembah Napu
Bab I Pendahuluan
Organisme tanah cukup baik sebagai bioindikator tanah karena memiliki respon yang
sensitip terhadap praktek pengelolaan lahan dan iklim, berkorelasi baik terhadap sifat tanah
yang menguntungkan dan fungsi ekologis dapat menggambarkan rantai sebabakibat yang
menghubungkan keputusan pengelolaan lahan terhadap produktivitas.
Tetapi pengukuran organisme tanah memerlukan banyak kriteria supaya dapat digunakan
sepenuhnya sebagai indikator pengelolaan lahan yang sesuai, termasuk populasinya,
keragaman,struktur jaringan dan stabilitas komunitas.
Karakterisasi biologi dapat diduga melalui karakteteristik tanah lainnya. Beberapa faktor
yang mempengaruhi enzim fosfatase dan fitase menurut Saparatka (2003) antara lain :
kelembaban tanah, suhu, aerasi dan struktur, pH, kandungan koloid anorganik dan koloid
organik. Adanya vegetasi juga mempengaruhi aktivitas enzim fosfatase dan fitase. Penelitian
Fitriatin (2007), melaporkan bahwa populasi bakteri pelarut fosfat pada tanah Ultisols lebih
banyak di bandingkan pada tanah Andisols. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik tanah yang
berbeda mempengaruhi populasi mikroba tanah. Untuk itu, Rao (1994) merumuskan perbedaan
jumlah populasi mikroba tanah ke dalam beberapa kelas. Hal ini dapat menjadi dasar penilaian
potensi dalam menunjang pertanian yang berkelanjutan.
Saparatka, N. 2003. Phosphatase activities (ACP, ALP) in Agroecosystem Soils. Doctoral thesis.
Swedish University of Agricultural Sciences. Uppsala. dissepsilon.slu.se/archive/00000286/0
1/Agraria_396_Docutech_Tryckfil [Diakses 15 Desember 2005]
Firtiatin, B.N., Joy, B. dan Subroto, T. 2007. Karakterisasi Aktivitas Fosfatase Mikroba Tanah dan
Daya Katalisisnya terhadap Mineralisasi P Organik. Laporan Penelitian. Program Insentif Riset Dasar
KMNRT
Rao, S. 1994. Mikroorganisme Tanah Dan Pertumbuhan Tanaman. Ed 2. UIPress, Jakarta.
Keragaman biologis tanah juga dapat dipengaruhi oleh jenis penggunaan lahan. Coleman
et al. (2005) menyatakan bahwa biodiversitas tinggi dari mikroba terdapat pada tanah-tanah
dengan vegetasi yang berbeda. Hasil penelitian Fitriatin (2006) menunjukkan bahwa aktivitas
enzim fosfatase pada rhizosfir lebih besar dibadingkan di daerah nonrhizosfir. Hal ini
menunjukkan adanya aktivitas mikroorganisme di daerah rhizosfir ini lebih banyak dan
memberikan kontribusi yang positif terhadap tanaman sebagai faktor-faktor dominan biologi
tanah.
Coleman, David C., William B. Whitmanb, Linking species richness, biodiversity and ecosystem
function in soil systems. 2005. International Symposium on Impacts of Soil Biodiversity on
Biogeochemical Rocesses in Ecosystems. Taipei, Taiwan. 2004. Pedobiologia 49 479—497.
Fitriatin, B.N. 2006. Analisis aktivitas fosfatase mikroba tanah dari rhizosfir tanaman pangan dan
jati pada Ultisols. Laporan Penelitian. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Karakteristik sumberdaya lahan dapat diidentifikasi baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan perangkat teknologi remote sensing dan sistem informasi geografis. Namun
demikian, untuk memperoleh akurasi data hasil maka interpretasi dikombinasikan dengan
pendekatan fisiografis survei pemetaan lahan. Hasil survey dapat menghasilkan karakteristik
sumber-daya lahan dan potensinya yang sesuai kondisi aktual lokasi studi.
Muhammad Amir Solihin dkk, (2017) dengan penelitian Sebaran Mikroba Tanah pada Berbagai Jenis
Penggunaan Lahan Di Kawasan Bandung Utara.
Bandung Utara memiliki multifungsi daerah. Dengan demikian, pengelolaan sumber daya lahan
berdasarkan karakteristik lahan yang ada adalah penting. Salah satu potensi biofisik tanah yang penting
adalah tanahmikroorganisme. Luas lokasi studi adalah 14.492 Hektar. Metode penelitian adalah
penelitian survey yang analisis karakterisasinya menggunakan interpretasi penginderaan jauh, informasi
geografis analisis sistem, dan analisis populasi mikroorganisme tanah. Hasil penelitian menunjukkan
variasi dari potensi keanekaragaman hayati beberapa jenis mikroorganisme tanah di lokasi kajian.
Potensi tanah tinggi mikroorganisme seluas 5.020,23 Hektar (34,64%), potensi sedang seluas 2.309,86
Hektar (15,94%) daerah dan potensi rendah seluas 2.362,76 Hektar (16,30%) daerah. Potensi biofisik
tersebut penting untuk pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis pertanian organik di Kawasan
Bandung Utara.
Septia, E. D., & Parlindo, F. (2019) dengan penelitian Keanekaragaman dan Sebaran Mikroba Endofit
Indigenous Pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L.)
Permintaan yang tinggi terhadap komoditas Kedelai seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat
pada produk-produk olahannya. Kenyataan tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas
kedelai dalam negeri. Riniarsi (2016) melaporkan bahwa produktivitas kedelai tahun 2016 bahkan
mengalami penurunan sebesar 3.95% dibandingkan tahun sebelumnya. Faktor yang menyebabkan
penurunan produksi kedelai salah satunya karena penyakit yang disebabkan oleh virus tanaman. Seiring
dengan tren pengurangan bahan kimia sintetis pada praktik budidaya tanaman, aplikasi mikroba endofit
indigenous menjadi solusi alternatif dalam pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman mikroba endofit indigenous pada berbagai bagian
jaringan tanaman kedelai dan menguji virulensinya secara in vitro. Penelitian ini menggunakan metode
eksplorasi. Hasil eksplorasi cendawan endofit indigenous berjumlah 11 isolat dan bakteri berjumlah 3
isolat. Cendawan endofit indigenous berhasil diisolasi dari seluruh jaringan tanaman, kecuali polong.
Keragaman cendawan endofit indigenous tertinggi terdapat pada jaringan akar dan batang, yaitu
masing-masing berjumlah 4 isolat. Identitas cendawan endofit indigenous yang berhasil diidentifikasi
antara lain adalah Fusarium sp., Verticilllum sp., Alternaria sp., Aspergillus sp., dan Penicillium sp.
Adapun 6 isolat lainnya tidak dapat terindentifikasi. Bakteri endofit indigenous hanya terisolasi dari
jaringan polong, akar, dan tanah. Seluruh bakteri merupakan golongan bakteri Gram negatif.
Berdasarkan hasil Uji Hipovirulensi, terhadap 7 isolat cendawan endofit indigenous yang masuk dalam
kategori hipovirulen dan 4 isolat lainnya bersifat virulen. Sedangkan semua isolat bakteri endofit
indigenous yang diuji menunjukkan kategori virulen.
KURNIA, D. W. (2022). Dengan penelitian Sebaran Kualitas Tanah pada Tingkat Kelerengan dan
Penggunaan Lahan yang Berbeda di Sub-Das Bompon Magelang
Kurnia 2022 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran indeks kualitas tanah pada tingkat
kelerengan dan penggunaan lahan yang berbeda di Sub-DAS Bompon dan mencari sifat tanah yang
berpengaruh signifikan terhadap nilai IKT pada kondisi tingkat kemiringan dan penggunaan lahan yang
berbeda. Metode pengambilan cuplikan tanah dilakukan dengan cara transek yakni memotong garis
kontur secara melintang dan membujur. Pemilihan titik sampel dilakukan dengan mempertimbangkan
keragaman penggunaan lahan. Indeks kualitas tanah dihitung dengan metode total dataset dengan non-
linear scoring dari Soil Quality Institute. Analisis data dilakukan dengan uji Anova dan LSD dengan taraf
signifikansi sebesar 5%. Hasil menunjukkan bahwa faktor penggunaan lahan memberikan pengaruh
nyata terhadap sifat-sifat tanah seperti berat volume, indeks kemantapan agregat, daya hantar listrik, C-
organik, N-tersedia, P-tersedia, K-tersedia, C-Mikroba, dan indeks kualitas tanah dibandingkan faktor
kemiringan lereng. Nilai indeks kualitas tanah pada lahan sawah sebesar 0,76 sedangkan kebun campur
dan lahan tegalan sama yaitu 0,73. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa parameter yang paling
berpengaruh terhadap indeks kualitas tanah pada ketiga penggunaan lahan yaitu C-Mikroba tanah,
Kalium Tersedia, Bahan Organik Tanah, dan Nitrogen Total Tanah
widiasmadi 2023 Penelitian ini bertujuan untuk mengontrol kesehatan dan kesuburan tanah secara alami.
Penelitian ini dilakukan pada lahan inseptisol yang dimanfaatkan untuk perkebunan dengan mengamati
pola sebaran tingkat konduktifitas Electrolit tiap kedalaman tanah melalui aktivitas mikroba. Dimana
penyebarannya melalui dua jenis biohole, yaitu biohole horizontal dan vertikal. Penelitian ini mengamati
dalam periode waktu melalui sensor mikrokontroler terhadap perubahan perparameter tanah seperti:
tingkat keasaman tanah, laju infiltrasi, tingkat konduktivitas elektrolit dan tingkat porositas yang diamati
dari tingkat laju infiltrasi tanah. Menggunakan metode simulasi dengan dua (2) jenis biohole, maka dapat
dilihat peningkatan EC di setiap kedalaman pada periode waktu tertentu. Metode ini menggunakan
teknologi Smart Biosoildam (Biodam) yang dapat disimulasikan menyamai dengan proses sebenarnya
(real time). Dari pengamatan grafik dan standar EC terlihat bahwa kemampuan tanah dalam
menyediakan unsur hara pada zona pertumbuhan akar dapat dijadikan informasi untuk menetapkan
jadwal dan pola sebaran tanam baik pada masa pertumbuhan vegetatif maupun masa pertumbuhan
generatif. Sehingga dapat diketahui jarak tanam dan jarak biohole yang efektif agar mampu memberikan
nutrisi pada masa vegetatif dan generatif. Penyebaran nutrisi dapat dipantau melalui sensor yang
mengubah parameter analog pada mikro prosesor menjadi informasi digital yang dikirimkan melalui wifi
secara real time. Simulasi kesuburan tanah pantai pasir berdasarkan jumlah populasi mikroba= 108/cfu.
Variabel 1: Nilai kesuburan tanah dari nilai electrolyte conductivity/EC pada kedalaman 26 cm dari 450
uS/cm menjadi 1138 uS/cm pada hari ke 35 dan dari 1138 uS/cm turun menjadi 990 uS/cm pada hari ke
40. Varibale 2: Nilai kesuburan tanah dari nilai konduktivitas elektrolit/EC pada kedalaman 24 cm dari 450
uS/cm hingga 868 uS/cm pada hari ke 35 & dari 868 uS/cm turun menjadi 742 uS/cm pada hari ke-40.
Esterina, H. (2021). Dengan penelitian Keragaman Makrofauna dan Total Mikroba Tanah Pada
Pertanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) di Kawasan Food Estate Humbang Hasundutan
Esterina 2021 Makrofauna tanah memiliki peran penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Pada aspek lain, mikroba tanah mengambil bagian dalam proses dekomposisi bahan organik dan
penyedia unsur hara bagi tanaman.
Tujuan-- Untuk mengukur keragaman dan populasi Makrofauna Tanah dan Total Mikroba di dalam tanah
pada pertanaman bawang merah di Kawasan Food Estate Humbang Hasundutan.
Bahan dan Metode-- Penelitian dilaksanakan pada pertanaman Bawang Merah di Kawasan Food Estate
pada bulan September-Oktober 2021. Sampel penelitian diambil berdasarkan peta sebaran CPCL
dengan berbagai kode lahan pada pertanaman bawang merah di Kawasan Food Estate Humbang
Hasundutan. Pengambilan sampel makrofauna tanah dilakukan dengan metode Pitfall Trap, Kuadrat dan
Hand Sorting sedangkan mikroba tanah menggunakan metode Neuman.
Hasil-- Ditemukan makrofauna tanah dengan 3 filum, 5 kelas, 7 ordo, 10 famili dan 12 spesies. Nilai
kepadatan populasi yang tertinggi dan terendah ditemukan pada lokasi VII yaitu 310.3 Ind/m2, dan lokasi
V yaitu 87.93 Ind/m2. Total bakteri dan jamur tertinggi ditemukan pada lokasi VII sebanyak 103.106
CFU/g dan 80.106 CFU/g, sedangkan total bakteri dan jamur terendah ditemukan pada lokasi V
sebanyak 62.106 CFU/g dan 31.106 CFU/g. Rentang kepadatan populasi makrofauna tanah berada
diantara 87.93 - 310.3 Ind/m2.
Kesimpulan-- Nilai kepadatan makrofauna tanah dan total mikroba tanah tertinggi pada lokasi VII
sedangkan nilai kepadatan makrofauna tanah dan total mikroba tanah terendah pada lokasi V.
Solihin, M. A., & Fitriatin, B. N. (2017). Sebaran mikroba tanah pada berbagai jenis penggunaan lahan di
kawasan Bandung Utara. soilrens, 15(1).
KURNIA, D. W. (2022). Sebaran Kualitas Tanah pada Tingkat Kelerengan dan Penggunaan Lahan yang
Berbeda di Sub-Das Bompon Magelang (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Esterina, H. (2021). Keragaman Makrofauna dan Total Mikroba Tanah Pada Pertanaman Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.) di Kawasan Food Estate Humbang Hasundutan (Doctoral dissertation,
Universitas Sumatera Utara).
Septia, E. D., & Parlindo, F. (2019). Keanekaragaman dan Sebaran Mikroba Endofit Indigenous Pada
Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Agriprima: Journal of Applied Agricultural Sciences, 3(1), 1-
14.