Hukum Acara Perdata (Uts)
Hukum Acara Perdata (Uts)
Hukum Acara Perdata (Uts)
PERDATA
HUKUM ACARA PERDATA 2
P E N D A H U L U A N
PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN
P E M B U K T I A N
P U T U S A N
PENDAHULUAN
PENGERTIAN
HUKUM ACARA PERDATA 4
• Sudikno Mertokusumo
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yg
mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya
hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.
• Retnowulan Sutantio
Hukum Acara Perdata disebut juga hukum perdata
formil yaitu kesemuanya kaidah hukum yg menentukan
dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yg
diatur dalam hukum perdata materiil
Hukum Acara Perdata : Process Recht : Formeel Recht :
SIFAT
HUKUM ACARA PERDATA 5
PENGAJUAN
GUGATAN DAN PERMOHONAN
GUGATAN DAN PERMOHONAN 10
• Ada 2 perkara yg diajukan yg diajukan ke
pengadilan yaitu Gugatan dan permohonan
GUGATAN PERMOHONAN
• Terdapat pihak • Diajukan o/ seorang
penggugat & pihak pemohon/lebih scr
tergugat bersama-sama
• Terdapat suatu • Tidak ada suatu
sengketa atau sengketa atau konflik
konflik • Hasil akhirnya disebut
• Hasil akhirnya penetapan
disebut putusan
KEWENANGAN MUTLAK dan
KEWENANGAN RELATIF 11
1. Mempunyai Hak
2. Beralasan
3. Ada Kepentingan
Asas Pengajuan Gugatan 16
PEMERIKSAAN
DI PERSIDANGAN
18
Penggugat mengajukan Didaftar Penetapan & Penunjukann
gugatan & melunasi Kepaniteraan PN Majelis Hakim o/ Ketua PN
biaya perkara
Majelis Hakim :
Penyerahan Surat Panggilan Sidang 1. Menetapkan tgl. Hari sidang;
& Salinan Surat Gugatan 2. Memanggil para pihak pd
kpd Para Pihak o/ Juru Sita. hari sidang dgn membawa
saksi-saksi & bukti-bukti.
Ps. 126 HIR; Ps. 150 Rbg → memberi peluang pemanggilan kedua.
1. Jika gugatan tdk bersandarkan hukum, yaitu apabila peristiwa2 sbg dasar
tuntutan tdk membenarkan tuntutan, mk gugatan akan dinyatakan tdk
diterima. Putusan tdk diterima ini bermaksud menolak gugatan diluar pokok
perkara, shg di kmd hr penggugat masih dpt mengajukan lg gugatannya.
2. Jika gugatan tdk beralasan, yaitu apabila tdk diajukan peristiwa2 yg
membenarkan tuntutan, mk gugatan akan ditolak. Penolakan mrpk putusan stl
hakim mempertimbangkan pokok perkara, shg tdk terbuka lg kesempatan u/
mengajukan gugatan tsb u/ kedua kalinya kpd hakim yg sama (nebis in idem).
• Dalam putusan verstek, kalau tergugat hadir pd sidang pertama tp tdk hadir pd
sidang berikutnya, mk perkaranya diperiksa scr contradictoir.
PERDAMAIAN 22
• Ps. 121 ayat 2 HIR; Ps. 145 ayat 2 Rbg → tergugat dpt
menjawab baik scr tertulis maupun lisan.
• Bentuk/isi Jawaban :
1. Pengakuan → membenarkan isi gugatan
penggugat, baik sebagian maupun seluruhnya.
2. bantahan (verweer) → pd hakekatnya bertujuan
agar gugatan penggugat ditolak. Bantahan ada 2
macam :
a. Tangkisan/Eksepsi → suatu sanggahan/bantahan dr pihak tergugat
thd gugatan penggugat yg tdk langsung mengenai pokok perkara,
yg berisi tuntutan batalnya gugatan.
b. Sangkalan → sanggahan yg berhubungan dgn pokok perkara.
EKSEPSI 24
3. Nebis In Idem
a. Apa yg digugat sudah pernah diperkarakan
b. Sudah ada putusan inkracht
c. Subjek perkara sama
d. Objek perkara sama
e. Materi pokok perkara sama
Lanjutan… 26
4. Gugatan Prematur
Masih terdapat hal yang menangguhkan gugatan
6. Dikesampingkan
a. Apa yang digugat telah dipenuhi
b. Sudah dihapus sendiri oleh penggugat
c. Telah melepaskan diri
d. Daluarsa
SURAT KUASA 27
INTERVENIENT
1. VOEGING (MENYERTAI)
2. VRIJWARING (PENANGGUNGAN)
3. TUSSENKOMST (MENCAMPURI/MENENGAHI)
GUGATAN CLASS ACTION 30
PEMBUKTIAN
ARTI 34
• “Membuktikan” mengandung beberapa pengertian :
1. Dalam arti logis → memberi kepastian yg bersifat mutlak, krn
berlaku bagi setiap orang & tdk memungkinkan adanya bukti
lawan.
2. Dalam arti konvensionil → memberi kepastian yg bersifat
nisbi/relatif, baik berdasarkan perasaan belaka maupun
pertimbangan akal.
3. Dalam hukum acara perdata mempunyai arti yuridis
→ memberi dasar-dasar yg cukup kpd hakim yg memeriksa
perkara guna memberi kepastian ttg kebenaran peristiwa yg
diajukan
→ hanya berlaku bagi pihak-pihak yg berperkara atau yg
memperoleh hak dari mereka
→ tdk menuju kpd kebenaran mutlak
→ mrpk pembuktian historis
TUJUAN 35
AKTA OTENTIK
AKTA
AKTA
SURAT DIBAWAH TANGAN
BUKAN AKTA
Saksi-saksi
• Dasar Hukum : Ps. 139-152, 168-172 HIR; Ps. 165-179 Rbg; Ps. 1895, 1902-1912 BW
• Kesaksian adalah kepastian yg diberikan kpd hakim di persidangan tentang peristiwa yg disengketakan dgn jalan
pemberitahuan secara lisan & pribadi o/ orang yg bukan salah 1 pihak dlm perkara, yg dipanggil di persidangan 39
• Ps. 139 HIR, 165 Rbg, 1909 BW → setiap orang yg bukan salah 1 pihak dapat bertindak sbg saksi, kecuali :
I. segolongan orang yg dianggap tdk mampu bertindak sbg saksi :
a. tidak mampu secara mutlak (absolut)
1. keluarga sedara & keluarga semenda menurut keturunan yg lurus dr salah 1 pihak → Ps. 145 (1) sub 1 HIR, 172
(1) Sub 1 Rbg, 1910 alinea 1 BW
2. suami/istri salah 1 pihak, meski sudah cerai → Ps. 145 (1) sub 2 HIR, 172 (1) Sub 3 Rbg, 1910 alinea 1 BW
b. tidak mampu secara nisbi (relatif)
1. anak-anak dibawah 15 th → Ps. 145 (1) sub 3 jo. (4) HIR, 172 (1) Sub 4 jo. 173 Rbg, 1912 BW
2. orang gila → Ps. 145 (1) sub 4 HIR, 172 (1) Sub 5 Rbg, 1912 BW
II. Segolongan orang yg a/ permintaan mereka sendiri dibebaskan memberi kesaksian →
hak ingkar (verschoningsrecht) → Ps. 146 HIR, 174 Rbg, 1909 alinea 2 BW :
a. saudara pa & pi serta ipar pa & pi dr salah 1 pihak
b. keluarga sedarah menurut keturunan yg lurus & saudara pa & pi dr suami/istri
salah 1 pihak
c. semua orang yg krn martabat, jabatan/hubungan kerja yg sah wajib
mempunyai rahasia sehubungan dgn martabat, jabatan/hubungan kerja yg sah itu
• Ps. 169 HIR, 306 Rbg, 1905 BW → azas “unus testis nullus testis” → satu saksi bukan saksi
• Ps. 171 (2) HIR, 308 (2) Rbg, 1907 BW → keterangan yg diberikan o/ saksi harus tentang peristiwa atau kejadian yg dialaminya
sendiri
• Kewajiban seorang saksi : menghadap, bersumpah, memberi keterangan
• Sifat kesaksian sbg alat bukti : tidak memaksa
Persangkaan 40
• Dasar Hukum : Ps. 164, 173 HIR; Ps. 284, 310 Rbg; Ps. 1866, 1915 -
1922 KUHPerdata.