Rey Ilhan Mansiz - 4B - Tugas Auditing

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rey Ilhan Mansiz

Kelas : 4B

NPM : 022121065

PENGERTIAN FRAUD

Fraud adalah tindakan yang melibatkan kecurangan, manipulasi, atau pelanggaran yang disengaja
yang dilakukan oleh individu atau entitas dengan maksud untuk memperoleh keuntungan atau
manfaat yang tidak pantas secara finansial atau mendapatkan keuntungan secara tidak jujur. Dalam
konteks audit, fraud mengacu pada praktik-praktik yang bertujuan untuk mengelabui atau
menyembunyikan informasi dari auditor dengan tujuan memanipulasi laporan keuangan atau
menciptakan persepsi yang salah terkait dengan kinerja atau posisi keuangan suatu perusahaan. Fraud
dalam audit bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah pemalsuan laporan keuangan, di
mana individu atau entitas melakukan manipulasi atau penyajian informasi yang salah dalam laporan
keuangan agar terlihat lebih baik atau lebih buruk dari kinerja atau posisi keuangan sebenarnya.
Contohnya adalah menginflasi pendapatan atau menyembunyikan kerugian yang sebenarnya. Selain
itu, fraud juga bisa melibatkan pengalihan aset, di mana individu atau entitas menyalahgunakan aset
perusahaan, seperti mencuri uang tunai, barang dagangan, atau properti perusahaan untuk keuntungan
pribadi mereka sendiri. Hal ini bisa terjadi melalui berbagai cara seperti penyalahgunaan wewenang
atau penggelapan. Korupsi juga merupakan bentuk fraud dalam audit, di mana individu dalam posisi
kekuasaan menerima atau memberikan suap, hadiah, atau imbalan lainnya dengan maksud untuk
mempengaruhi keputusan atau mendapatkan keuntungan yang tidak pantas secara finansial.
Manipulasi transaksi juga merupakan tindakan fraud dalam audit, di mana individu atau entitas
memanipulasi atau memalsukan transaksi atau catatan akuntansi untuk mengubah angka atau
mengelabui auditor mengenai kinerja atau posisi keuangan perusahaan. Contohnya adalah merekayasa
transaksi palsu atau mengubah nilai aset atau utang. Terakhir, fraud juga dapat melibatkan
penyembunyian informasi, di mana individu atau entitas menyembunyikan atau menghilangkan bukti
atau dokumen penting yang dapat mengungkapkan kecurangan atau ketidakpatuhan. Hal ini bertujuan
untuk menghindari pengungkapan atau pendeteksian oleh auditor. Penting bagi auditor untuk
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam mengidentifikasi dan mengungkap fraud
dalam audit. Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang tepat, termasuk pengumpulan bukti,
analisis data, dan wawancara dengan pihak terkait untuk mengungkapkan tanda-tanda atau indikasi
kecurangan. Mengungkap dan melaporkan fraud merupakan tanggung jawab penting auditor agar
dapat memberikan laporan yang akurat dan dapat diandalkan kepada para pemangku kepentingan
perusahaan.

CONTOH FRAUD

ACFE membagi kasus fraud dalam tiga jenis perbuatan:

1. Asset Misappropriation
Fraud ini didefinisikan sebagai penyalahgunaan atau pencurian aset dan harta
perusahaan atau pihak lain yang terkait perusahaan. Ini merupakan bentuk fraud yang
paling mudah dideteksi karena sifatnya yang dapat diukur.
2. Fraudulent Statements
Tindak kejahatan ini umumnya dilakukan oleh pejabat atau eksekutif perusahaan atau
instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya. Caranya,
dengan merekayasa data transaksi atau laporan keuangan dalam penyajian laporan
keuangannya untuk memperoleh keuntungan.
3. Corruption
Tindakan ini banyak terjadi di negara-negara yang penegakan hukumnya masih lemah
dan tata kelola belum baik. Fraud jenis ini seringkali tidak dapat dideteksi karena para
oknum bekerja sama menikmati keuntungan. Hal itu termasuk menyalahgunakan
wewenang, penyuapan, penerimaan yang tidak sah, dan pemerasan secara ekonomi.

Kasus 1

Manipulasi laporan keuangan merupakan sesuatu yang biasanya dilakukan oleh perusahaan
apabila mereka mengalami masalah keuangan. PT Tiga Pilar Sejahtera (AISA) atau TPS
Food merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi consumer goods. Kasus ini
bermula dari ditemukannya anak perusahaan PT TPS Food yaitu PT Indo Beras Unggul
(IBU) mengepul beras petani bersubsidi untuk diproses dan dikemas ulang menjadi beras
premium. Karena kejadian ini, saham AISA turun signifikan dan membuat perusahaan
berusaha mempercantik laporan keuangan tahun 2017. Dalam Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa (RUPSLB) 2018, pemegang saham mengajukan investigasi terhadap
laporan keuangan 2017 dan menunjuk Ernst & Young Indonesia (EY) untuk melakukan audit
kembali atas laporan keuangan tahun 2017.

Dalam laporan hasil investigasi tersebut ditemukan adanya fraudulent statements yaitu
pencatatan keuangan yang berbeda dengan pencatatan keuangan yang dipergunakan oleh
auditor keuangan dalam melakukan audit laporan keuangan tahun buku 2017. Berikut adalah
temuan dari EY:

 Terdapat dugaan overstatement sebesar Rp 4 triliun pada akun piutang usaha,


persediaan, dan aset tetap Grup TPSF dan sebesar Rp 662 miliar pada Penjualan serta
Rp 329 miliar pada EBITDA Entitas Food.
 Terdapat dugaan aliran dana sebesar Rp 1,78 triliun dengan berbagai skema dari Grup
TPSF kepada pihak-pihak yang diduga terafiliasi dengan Manajemen Lama (“Pihak
Terafiliasi”), antara lain dengan menggunakan pencairan pinjaman Grup TPSF dari
beberapa bank, pencairan deposito berjangka, transfer dana di rekening Bank, dan
pembiayaan beban Pihak Terafiliasi oleh Grup TPSF.
 Terkait hubungan dan transaksi dengan Pihak Terafiliasi, tidak ditemukan adanya
pengungkapan (disclosure) secara memadai kepada para pemangku kepentingan
(stakeholders) yang relevan. Hal ini berpotensi melanggar Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-412/BL/2009 tentang
Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

Rekayasa laporan keuangan yang dilakukan oleh AISA Grup telah menyebabkan banyak
kerugian antara lain adalah memberikan informasi palsu kepada para investor, kredibilitas
perusahaan semakin berkurang dan citra perusahaan dari masyarakat menjadi buruk.

Kasus 2
Salah satu kasus fraud yang menghebohkan seluruh dunia adalah skandal Bernie Madoff.
Bernard "Bernie" Madoff adalah seorang pengelola investasi dan mantan ketua NASDAQ
Stock Exchange. Pada tahun 2008, terungkap bahwa ia telah menjalankan skema Ponzi
terbesar dalam sejarah. Madoff mengaku telah melakukan penipuan dengan total kerugian
diperkirakan mencapai sekitar 65 miliar dolar AS. Ia berhasil memanipulasi dana investor
dengan membuat laporan palsu dan memberikan imbal hasil yang tidak realistis. Skema
Ponzi yang dijalankannya menggunakan dana dari investor baru untuk membayar keuntungan
kepada investor lama, menciptakan ilusi investasi yang sukses. Kasus Madoff menyita
perhatian dunia karena melibatkan banyak investor terkemuka dan institusi keuangan
ternama, termasuk selebritas, lembaga amal, dan dana pensiun. Skandal ini mengakibatkan
kerugian finansial yang besar dan mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap industri
keuangan dan otoritas pengawas. Bernie Madoff dihukum pada tahun 2009 dan dijatuhi
hukuman penjara seumur hidup. Kasus ini menjadi contoh nyata tentang bagaimana seorang
individu bisa melakukan penipuan massal dalam skala global dan mengakibatkan kerugian
yang sangat besar bagi para investor. Kasus Madoff juga mendorong perubahan dalam
regulasi keuangan dan peningkatan pengawasan untuk mencegah terulangnya skema Ponzi
dan praktik curang serupa di masa depan.

Kasus 3

Kasus Volkswagen Dieselgate adalah skandal yang terjadi pada tahun 2015 yang melibatkan
produsen mobil Jerman, Volkswagen. Pada saat itu, terungkap bahwa Volkswagen telah
menggunakan perangkat lunak yang ilegal pada kendaraan diesel mereka untuk memanipulasi
hasil tes emisi. Pada dasarnya, kendaraan diesel Volkswagen dilengkapi dengan "perangkat
pemroses emisi" yang dapat mendeteksi saat kendaraan sedang menjalani tes emisi di
laboratorium. Ketika kendaraan mendeteksi bahwa sedang diuji, perangkat lunak tersebut
mengubah kinerja mesin dan sistem kontrol emisi untuk memenuhi standar emisi yang
ditetapkan. Namun, saat kendaraan digunakan di jalan raya, perangkat tersebut akan
mematikan sistem kontrol emisi sehingga kendaraan menghasilkan lebih banyak polutan
daripada yang seharusnya. Skandal ini terbongkar ketika International Council on Clean
Transportation (ICCT) melakukan penelitian independen yang menunjukkan adanya
ketidaksesuaian antara emisi kendaraan Volkswagen di jalan raya dengan hasil tes emisi
laboratorium. Hasil penelitian tersebut melibatkan sejumlah besar kendaraan Volkswagen
yang terjual di berbagai negara. Skandal Dieselgate menciptakan kehebohan dan kejutan di
seluruh dunia karena Volkswagen adalah salah satu produsen mobil terbesar di dunia dengan
reputasi yang kuat dalam hal inovasi dan teknologi ramah lingkungan. Skandal ini tidak
hanya mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan bagi Volkswagen, tetapi juga
merusak citra dan kepercayaan terhadap merek tersebut. Akibatnya, Volkswagen dihadapkan
pada tuntutan hukum, penarikan kendaraan, dan sanksi yang besar dari berbagai pihak,
termasuk pemerintah dan otoritas pengawas di berbagai negara. Perusahaan ini juga
menghadapi tekanan untuk mengadopsi standar emisi yang lebih ketat dan melakukan
perubahan dalam budaya perusahaan mereka. Kasus Volkswagen Dieselgate menjadi
pelajaran yang penting tentang pentingnya kepatuhan terhadap regulasi, transparansi dalam
pelaporan emisi, dan ketaatan terhadap standar lingkungan. Skandal ini juga telah mendorong
industri otomotif secara keseluruhan untuk memperketat pengujian emisi dan meningkatkan
pengawasan terhadap praktik-praktik yang tidak etis atau melanggar hukum.

Anda mungkin juga menyukai