760 1435 1 SM
760 1435 1 SM
760 1435 1 SM
Arif Billah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
email: [email protected]
Abstrak
Artikel ini berusaha mengungkapkan tentang pentingnya pembinaan
keagamaan untuk membentuk kepribadian anak jalanan yang identitasnya
sebagai muslim yang kemudian ditunjukkan baik dalam perilaku dan
kebiasaan. Banyak orang menganggap bahwa anak jalanan sebagai anak-
anak menjadi seperti kehidupan orang dewasa, bekerja dalam waktu yang
panjang untuk mendapatkan uang dalam kondisi yang berbahaya baik
untuk perkembangan fisik dan kesehatan mereka. Begitu pula berdampak
terhapat hilangnya kesempatan mereka untuk mengenyam pendidikan.
Penanaman keagamaan untuk anak jalanan secara perilaku lahiriyah
seperti berjalan, makan, minum, berkomunikasi dengan orang tua, teman
dan yang lainnya adalah hal-hal yang penting. Sebagai contoh perilaku
kepribadian adalah tulus, tidak iri hati, dan perilaku terpuji lainnya.
Pembinaan keagamaan yang ditujukan kepada anak-anak jalanan
dimaksudkan untuk memupuk pandangan hidup yang stabil berdasarkan
nilai-nilai keislaman yang kemudian dapat digunakan untuk berpikir,
berperilaku berdasarkan norma Islam ataupun kepribadian yang
berdasarkan pendidikan pemikiran Islam yang memiliki faktor-faktor
dasar yang berbeda.
1
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)
Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk yang dilahirkan dalam keadaan
lemah dan tidak berdaya, namun dengan demikian ia telah mempunyai
potensi bawaan yang bersifat laten. Dalam perkembangannya manusia
dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, dan salah satu sifat hakiki
manusia adalah mencapai kebahagiaan, dan untuk mencapai kebahagiaan
itu manusia membutuhkan agama (Ismail, 2001:219). Sejak dilahirkan
anak membawa fitrah beragama, fitrah ini baru berfungsi setelah melalui
proses bimbingan dan latihan. Fitrah dapat bermakna potensi untuk
beragama, keinginan beragama, juga potensi untuk tidak beragama.
Agama adalah aturan-aturan dari Tuhan Yang Maha Esa, petunjuk
kepada manusia agar dapat selamat dan sejahtera/bahagia hidupnya di
2
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)
9
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 6, No.1, Juni 2014: 88-113
Metode Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library
research). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis
9
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)
Pembahasan
Istilah bahasa pembinaan berarti usaha, tindakan dan kegiatan
yang diadakan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh
hasil yang lebih baik (Depdiknas,1990:37). Pembinaan juga dapat berarti
suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang
telah ada sesuai dengan yang diharapkan. Dari definisi tersebut dapatlah
disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu usaha/kegiatan yang
dilakukan untuk meningkatkan apa yang sudah ada kepada yang lebih
baik (sempurna), baik dengan melalui pemeliharaan dan bimbingan
terhadap apa yang sudah ada (yang sudah dimiliki) serta juga dengan
mendapatkan hal yang belum dimilikinya yaitu pengetahuan dan
kecakapan yang baru.
Pembangunan di bidang agama diarahkan agar semakin tertata
kehidupan beragama yang harmonis, semarak dan mendalam. Serta
ditujukan pada peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap
9
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 6, No.1, Juni 2014: 88-113
9
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)
9
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 6, No.1, Juni 2014: 88-113
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa diarahkan agar dapat menjiwai
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dilaksanakan
9
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)
9
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 6, No.1, Juni 2014: 88-113
aqidah, syariah dan akhlak. Dasar-dasar ini terpadu menjadi satu dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang lain (Zuhairini,
1995: 42).
Materi aqidah (tauhid) membahas tentang kepercayaan kepada
ke-Esaan Allah SWT dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ke-
Esaan Allah SWT itu (rukun iman), berdasarkan dalil naqliyah maupun
aqliyah (ratio) menurut kemampuan akal manusa yang dilandasi dengan
iman (Matdawam,1995:6). Pada prinsipnya di dalam aqidah yang
terpenting bukanlah pengetahuan tentang Allah, tetapi hubungan antara
seseorang hamba dengan Allah yang akan timbul sikap dedikasi (rasa
pengabdian, penyerahan). Dalam hal ini Islam merupakan anak tangga
yang terakhir dan tertinggi karena ketegasannya tentang monotheisme
yang mulus.
Doktrin tauhid (aqidah) bagi kehidupan manusia menjadi sumber
kehidupan jiwa dan pendidikan kemanusiaan yang tinggi. tauhid akan
mendidik jiwa manusia untuk mengikhlaskan seluruh hidup dan
kehidupannya kepada Allah semata. Tujuan hidupnya ialah Allah dan
harapan yang dikejarnya ialah keridhaan Allah. Oleh sebab itu membawa
konsekuensi pembinaan karakter yang agung, menjadi manusia yang
suci, jujur dan teguh memegang amanah.
Tauhid akan membebaskan manusia dari perasaan keluh kesah,
bingung menghadapi persoalan hidup dan akan bebas dari rasa putus asa.
Jadi tauhid memberikan kebahagiaan hakiki pada manusia di dunia dan
kebahagiaan abadi di akherat kelak (Nazaruddin R,1998:42).
9
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)
9
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 6, No.1, Juni 2014: 88-113
hakikat kemanusiaan yang tinggi dengan akhlaq dapat dilihat corak dan
hakikat manusia yang sebenarnya:
Menurut ajaran Islam berdasarkan praktek Rasulullah, pendidikan
akhlaqul karimah (akhlak mulia) adalah faktor penting dalam membina
suatu umat atau membangun suatu bangsa. Suatu pembangunan tidaklah
ditentukan semata dengan faktor kredit dan investasi materiil, betapapun
melimpahnya kredit dan besarnya investasi.
Demikian pula pembangunan tidak mungkin berjalan hanya
dengan kesenangan melontarkan fitnah pada lawan-lawan politik atau
hanya mencari kesalahan orang lain. Yang diperlukan dalam
pembangunan ialah keikhlasan, kejujuran, jiwa kemanusiaan yang tinggi,
sesuainya kata dengan perbuatan, prestasi kerja, kedisiplinan, jiwa
dedikasi dan selalu berorientasi kepada hari depan dan pembaharuan.
Oleh karena itu program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha
ialah pembinaan akhlak mulia. Ia harus ditanamkan kepada seluruh
lapisan dan tingkatan masyarakat, mulai dari tingkat atas sampai ke
lapisan bawah, dari anak kecil sampai orang dewasa.
Dalam pembinaan terhadap anak jalanan memerlukan metode
khusus dimana metode yang akan di gunakan harus menyesuaikan
dengan karakter anak tersebut. Pengajaran yang penting untuk
menstransfer pengetahuan atau kebudayaan untuk anak jalanan melalui
metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilikan ilmu oleh
pelajar, sehingga murid dapat menyerap apa yang telah disampaikan oleh
gurunya dan memilikinya. Bilamana dikaitkan dengan pembinaan agama
Islam, maka batasannya terletak pada metode atau teknik apakah yang
9
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)
1
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 6, No.1, Juni 2014: 88-113
1
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)
1
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 6, No.1, Juni 2014: 88-113
1
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)
1
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 6, No.1, Juni 2014: 88-113
kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini
meliputi sistem nilai yang telah meresap di dalam kepribadian itu, yang
telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadian itu yang
mengarahkan dan memberi corak seluruh kehidupan individu.
Sedangkan dalam pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan.
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian: (1) Fisik;
faktor fisik yang dipandang mempengaruhi kepribadian adalah postur
tubuh (langsing, pendek, gemuk atau tinggi) kecantikan, kesehatan,
keutuhan, tubuh (utuh atau cacat) dan berfungsinya organ tubuh. Kondisi
fisik yang berlainan itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat serta
temperamen yang berbeda-beda. (2) Intelegensi; faktor intelegensi
individu yang tinggi atau normal biasanya mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering
mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
(3) Keluarga; seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang
harmonis dan agamis, maka kepribadian anak cenderung positif. Adapun
anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang adapun anak
yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home,
kurang harmonis, orang tua bersikap keras terhadap anak dan tidak
memperhatikan nilai-nilai agama, amak perkembangan kepribadian
cenderung akan mengalami, distorsi atau, mengalami kelainan dalam
penyesuaian dirinya (maladjusment). (4) Teman sebaya (peer group);
melalui hubungan interpersonal dengan teman sebaya anak belajar
menilai dirinya sendiri dan kedudukannya dalam kelompok. Bagi anak
1
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)
1
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 6, No.1, Juni 2014: 88-113
1
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)
1
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 6, No.1, Juni 2014: 88-113
iman yang kuat dan akhlak yang mulia, dengan pemikiran bahwa iman
adalah pengatur tingkah laku sedangkan akhlak adalah prwujudan dari
iman yang berhubungan dengan sikap dan prilaku sehari-hari.
Menurut al-Ashqar, jika pembinaan agama Islam benar-benar
berhasil maka anak akan mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri
berikut: (1) Selalu menempuh jalan hidup yang didasarkan didikan
ketuhanan dengan melaksanakan ibadah. (2) Senantiasa berpedoman
kepada petunjuk Allah. (3) Merasa memperoleh kekuatan untuk
menyerukan dan berbuat benar dan menyampaikan kebenaran kepada
orang lain. (4) Memiliki keteguhan hati. (5) Mempunyai kemampuan
yang kuat dan tegas. (6) Tabah. (7) Memiliki kelapangan dan
ketentraman hati. (8) Mengetahui tujuan hidup dan (9)Tobat jika
melakukan kesalahan.
Kepribadian manusia juga memiliki dinamika yang unsurnya
secara aktif ikut mempengaruhi aktivitas seseorang. Unsur-unsur tersebut
ialah: (1) Energi rohaniah (psychis energy) yang berfungsi pengatur
aktivitas rohaniah seperti berpikir, mengingat, mengamati dan
sebagainya. (2) Naluri, yang berfungsi sebagai pengatur kebutuhan
primer seperti makan, minum dan seks. Sumber naluri adalah kebutuhan
jasmaniah dan gerak hati. Berbeda dengan energi rohaniah, maka naluri
mempunyai sumber pendorong, maksud dan tujuan. (3) Ego (aku sadar)
yang berfungsi untuk meredakan ketegangan dalam diri dengan cara
melakukan aktivitas penyesuaian dorongan-dorongan yang ada dengan
kenyataan obyektif (realitas). Ego meliki kesadaran untuk menyelaraskan
dorongan yang baik yang baik dan buruk hingga tidak terjadi kegelisahan
1
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)
atau ketegangan batin. (4) Super ego yang berfungsi sebagai ganjaran
batin baik berupa penghargaan (rasa puas, senang, berhasil) maupun
berupa hukuman (rasa bersalah, berdosa, menyesal). Penghargaan batin
diperankan oleh ego-ideal, sedangkan hukuman batin dillakukan oleh hati
nurani.
Dalam kaitannya dengan tingkah laku, maka kepribadian manusia
sebenarnya telah diatur semacam sistem kerja yang menyelaraskan
tingkah laku manusia agar tercapai ketentraman dalam batinnya. Secara
fitrah manusia terdorong untuk melakukan sesuatu yang baik, benar dan
indah. Namun terkadang naluri mendorong manusia untuk segera
memenuhi kebutuhannya yang bertentangan dengan realita yang ada.
Misalnya dorongan untuk makan ingin dipenuhi, tetapi makanan tidak
ada (realitas), maka timbul dorongan untuk mencuri. Jika perbuatan itu
dilakukan, maka Ego (aku sadar) akan merasa bersalah, karena mendapat
hukuman dari Ego-ideal (norma agama) sebaliknya jika dorongan untuk
mencuri tidak dilaksanakan maka Ego akan memperoleh penghargaan
dari hati nurani.
Pemenuhan dorongan pertama akan menyebabkan terjadi
kegelisahan pada Ego, sedangkan pemenuhan dorongan kedua akan
menjadikan Ego tenteram. Dengan demikian, kemampuan Ego untuk
menahan diri tergantung dari pembentukan Ego-ideal. Dalam kaitan
inilah bimbingan dan pendidikan agama sangat berfungsi bagi
pembentukan kepribadian seseorang. Pendidikan moral dan akhlak ini
adalah dalam upaya membekali Ego-ideal dengan nilai-nilai luhur.
Pembentukan Ego-ideal ini terbentuk oleh lingkungan baik di keluarga
1
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 6, No.1, Juni 2014: 88-113
1
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)
Kesimpulan
Pendidikan agama pada pada masa anak-anak dapat dilakukan
dengan metode pembiasaan kepada tingkah laku dan akhlak yang
diajarkan oleh agama. Dalam menumbuhkan kebiasaan akhlak karimah
seperti jujur, adil, sopan santun. Perkembangan kepribadian anak mulai
dari mendapatkan materi pendidikan kepribadian, sampai pada taraf
pembiasaan dan juga selalu memantau prilaku sehari-hari anak sehingga
prilaku yang anak yang baik dapat dipertahankan dan prilaku yang
kurang baik bahkan tidak baik dapat segera diketahui dan diluruskan
dengan demikian akan tercipta kepribadian anak yang sehat dan
harmonis.
Dalam pembiasaan beribadah dalam arti khusus (ibadah wajib)
maupun ibadah umum beserta ilmu-ilmunya seperti diharuskan membaca
al-Qur’an dengan artinya, diajari tajwid, diterangkan makna yang
terkandung, dan tadarus bersama, diadakan kegiatan rutin pengajian,
diajarkan sholat, puasa, dan rukun Islam lainnya dan juga diajarkan
1
Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 6, No.1, Juni 2014: 88-113
Daftar Pustaka
Anshori, Endang Syaifuddin. 1989. Kuliah al-Islam. Yogyakarta: CV
Rajawali.
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam.
Jakarta: Ciputat Pers.
Asrohah, Harun. 2002. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Logos
Wacana Ilmu.
Daradjat, Zakiah. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah.
Jakarta: Ruhama.
. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang.
. 2001. Kesehatan Mental. Jakarta: Toko Gunung
Agung.
Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV. Asy-Syifa’.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1996. Kamus Inggris Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia.
Jalaluddin dan Usman Said. 1996. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Jalaluddin, H. 2002. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Kadir, Muslim A. 2002. Ilmu Islam Terapan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kahmad, Dadang. 2000. Metode Penelitian Agama. Bandung: Pustaka
Setia.
Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: Al
Ma’arif.
. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.
Bandung: Al-Ma’arif.
1
Pola Pembinaan Keagamaan Anak Jalanan... (Sari Famularsih & Arif Billah)