Pengantar Geologi Rekayasa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

 PENGANTAR GEOLOGI REKAYASA, 1 SKS (TGM2101)

Deskripsi Singkat Mata Kuliah:

Mata kuliah Pengantar Geologi Rekayasa merupakan mata kuliah pengantar yang membahas
aspek geologi yang berkaitan dengan hal keteknikan seperti geologi teknik, struktur geologi,
mekanika tanah dan batuan, lereng, terowongan dan kekuatan material lahan untuk tapak
pondasi kontruksi bangunan.

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Ir. R. Andy Erwin Wijaya, S.T., M.T., IPM.

PENILAIAN :

Nilai Huruf Nilai Bobot Rentang Nilai


A 4 81-100
A- 3,5 76-80,99
B+ 3,25 71-75,99
B 3 61-70,99
B- 2,75 56-60,99
C+ 2,5 51-55,99
C 2 41-50,99
C- 1,75 31-40,99
D 1 21-30
E 0 <21

 AnnouncementsForum
 Kuliah ke-1

- Kontrak kuliah

Perkuliahan dilaksanakan sebanyak 16 kali tatap muka termasuk UTS dan UAS

Variabel Penilaian:

• UTS (30%)

• TUGAS (30%)
• UAS (40%)

- Pendahuluan (definisi , ruang lingkup)

Geologi Rekayasa (Geologi Teknik) : Cabang Ilmu yang membahas aspek geologi yang
berkaitan dengan hal keteknikan seperti kekuatan batuan, tanah, kontruksi bangunan,
terowongan, lereng dan sebagainya

Geologi Teknik adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji gejala geologi dari aspek
kekuatan dan/atau kelemahan geologi, diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan
infrastruktur terutama pada tahap desain dan tahap konstruksi bangunan-bangunan. Aplikasi
ilmu geologi teknik merupakan hal yang sangat penting pada beberapa bidang lain, seperti:

•1. Bidang Pertambangan

•2. Bidang Perminyakan (Petroleum)

•3. Bidang Lingkungan dan,

•4. Teknik Sipil

 Kuliah ke-2

Geologi

Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang atau masa
lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkungan dan kehidupan fosil yang
terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah semua jenis batuan, tanah dan air
dalam tanah/batuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Studi bidang geologi ini juga
bermanfaat untuk pencarian bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan mineral maupun
dapat sebagai konsultan bidang geologi teknik.
Geologi sebagai ilmu pengetahuan bumi, karena yang dipelajari segala sesuatu yang
berkenaan dengan gejala-gejala yang ada di bumi baik asal, proses hasil.

Geologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bumi baik mengenahi
susunannya, komposisi, sejarah, proses terjadinya maupun bentuknya.

Cabang – cabang ilmu geologi antara lain:

 Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari tentang kristal mineral batuan


 Petrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan
 Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fosil
 Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air tanah
 Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentang alam
 Volkanologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gunung api
 Geologi Teknik adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan geologi dalam
lapangan Teknik Sipil dan sebagainya
 Kuliah ke-3

Batuan

Menurut para Geologiwan, Batuan adalah susunan mineral dan bahan organis yang bersatu
membentuk kulit bumi , dan batuan adalah semua material yang membentuk kulit bumi yang
dibagi atas:

 Batuan yang terkonsolidasi (consolidated rock)


 Batuan yang tidak terkonsolidasi (unconsolidated rock)

Definisi secara umum:

Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak mempunyai
komposisi kimia tetap. Tetapi, batuan tidak sama dengan tanah.

Tanah dikenal sebagai material yang “ mobile” , rapuh dan letaknya dekat dengan permukaan
bumi

Menurut para ahli Geoteknik

Istilah batuan hanya untuk formasi yang keras dan padat dari kulit bumi yang merupakan
suatu bahan yang keras dan koheren atau yang telah terkonsolidasi dan tidak dapat digali
dengan cara biasa, misalnya dengan cangkul dan belincong

Menurut ASTM

Batuan adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa massa yang
berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen.

 Kuliah ke-4
Geomorfologi

Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal (terbentuknya) topografi sebagai
akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta terbentuknya material-material
hasil erosi. Melalui geomorfologi dipelajari cara-cara terjadi, pemerian, dan pengklasifikasian
relief bumi. Relief bumi adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam
ukuran ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan-pergerakan
pada kerak bumi.

Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M. Davis. Davis
menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi (morphology of landforms)
dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu struktur, proses, dan tahapan. Struktur di sini
mempunyai arti sebagai struktur-struktur yang diakibatkan karakteristik batuan yang
mempengaruhi bentuk permukaan bumi. Proses-proses yang umum terjadi adalah proses
erosional yang dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat-sifat lainnya dari batuan.
Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui tahapan-tahapan mulai dari tahapan muda
(youth), dewasa (maturity), tahapan tua (old age)

Pada tahapan muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya destruksional, pada tahap
dewasa perkembangan selanjutnya ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem drainase dengan
jumlah panjang dan kedalamannya yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak
lagi. Proses selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang
mengikis, meratakan, dan merendahkan permukaan bumi sehingga dekat dengan ketinggian
muka air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian pembentukan proses (tahapan-tahapan)
geomorfologi tersebut menerus dan dapat berulang, dan sering disebut sebagai Siklus
Geomorfik.

Selanjutnya dalam mempelajari geomorfologi perlu dipahami istilah-istilah katastrofisme,


uniformiaterianisme, dan evolusi.

ñ Katastrofisme merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala-gejala morfologi


terjadi secara mendadak, contohnya letusan gunung api.

ñ Uniformitarianisme sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukkan morfologi cukup


berjalan sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu membentuk bentuk-bentuk yang
sekarang, bahkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lalu juga terjadi pada
masa sekarang, dan seterusnya (James Hutton dan John Playfair, 1802).

ñ Evolusi cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan perlahan-lahan
membentuk dan mengubah menjadi bentukan-bentukan baru.

1. Proses-Proses Geomorfik

Proses-proses geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat proses-
proses perubahan muka bumi. Secara umum proses-proses geomorfik tersebut adalah sebagai
berikut :

a. Proses-proses epigen (eksogenetik) :


 Degradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi
(termasuk transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin,
dan glasier.
 Aggradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi
(termasuk transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin,
dan glasier.
 Akibat organisme (termasuk manusia)

b. Proses-proses hipogen (endogenetik)

 Diastrophisme (tektonisme)
 Vulkanisme

c. Proses-proses ekstraterrestrial, misalnya kawah akibat jatuhnya meteor.

1.1 Proses Gradasional

Istilah gradasi (gradation) awalnya digunakan oleh Chamberin dan Solisbury (1904) yaitu
semua proses dimana menjadikan permukaan litosfir menjadi level yang baru. Kemudian
gradasi tersebut dibagi menjadi dua proses yaitu degradasi (menghasilkan level yang lebih
rendah) dan agradasi (menghasilkan level yang lebih tinggi).

Tiga proses utama yang terjadi pada peristiwa gradasi yaitu :

6. Pelapukan, dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam suatu tempat,
terjadi di permukaan, dan dapat merombak batuan menjadi klastis. Dalam proses ini
belum termasuk transportasi.
7. Perpindahan massa (mass wasting), dapat berupa perpindahan (bulk transfer) suatu
massa batuan sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-kadang (biasanya)efek dari
air mempunyai peranan yang cukup besar, namun belum merupakan suatu media
transportasi.
8. Erosi, merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan masa batuan.
Oleh suatu agen (media) pemindah. Secara geologi (kebanyakan) memasukkan erosi
sebagai bagian dari proses transportasi.

Secara umum, series (bagian/tahapan) proses gradisional sebagai berikut landslides (dicirikan
oleh hadirnya sedikit air, dan perpindahan massa yang besar), earthflow (aliran batuan/tanah),
mudflows (aliran berupa lumpur), sheetfloods, slopewash, dan stream (dicirikan oleh jumlah
air yang banyak dan perpindahan massa pada ukuran halus dengan slope yang kecil).

a. Pelapukan batuan

Pelapukan merupakan suatu proses penghancuran batuan manjadi klastis dan akan tekikis
oleh gaya destruktif. Proses pelapukan terjadi oleh banyak proses destruktif, antara lain :

9. Proses fisik dan mekanik (desintegrasi) seperti pemanasan, pendinginan, pembekuan;


kerja tumbuh-tumbuhan dan binatang , serta proses-proses desintegrasi mekanik
lainnya
10. Proses-proses kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti : oksidasi, hidrasi,
karbonan, serta pelarutan batuan dan tanah. Proses dekomposisi ini banyak didorong
oleh suhu dan kelembaban yang tinggi, serta peranan organisme (tumbuh-tumbuhan
dan binatang).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan antara lain :

11. jenis batuan, yaitu komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan
12. kondisi iklim dan cuaca, apakah kering atau lembab, dingin atau panas, konstan atau
berubah-ubah.
13. kehadiran dan kelebatan vegetasi
14. kemiringan medan, pengaruh pancaran matahari, dan curah hujan.

Proses pelapukan berlangsung secara differential weathering (proses pelapukan dengan


perbedaan intensitas yang disebabkan oleh perbedaan kekerasan, jenis, dan struktur batuan).
Hal tersebut menghasilkan bentuk-bentuk morfologi yang khas seperti:

15. bongkah-bongkah desintegrasi (terdapat pada batuan masif yang memperlihatkan


retakan-retakan atau kekar-kekar),
16. stone lattice (perbedaan kekerasan lapisan batuan sedimen yang
membentuknya), mushroom (berbentuk jamur),
17. demoiselles (tiang-tiang tanah dengan bongkah-bongkah penutup),
18. talus (akumulasi material hasil lapukan di kaki tebing terjal),
19. exfoliation domes (berbentuk bukit dari batuan masif yang homogen, dan mengelupas
dalam lapisan-lapisan atau serpihan-serpihan melengkung).

b. Perpindahan massa (mass wasting)

Gerakan tanah sering terjadi pada tanah hasil pelapukan, akumulasi debris (material hasil
pelapukan), tetapi dapat pula pada batuan dasarnya. Gerakan tanah dapat berjalan sangat
lambat hingga cepat. Menurut oleh Sharpe (1938) kondisi-kondisi yang menyebabkan
terjadinya perpindahan masa adalah :

ñ Faktor-faktor pasif

- faktor litologi : tergantung pada kekompakan/rapuh material

- faktor statigrafi : bentuk-bentuk pelapisan batuan dan kekuatan (kerapuhan), atau


permeabel-impermeabelnya lapisan

- faktor struktural : kerapatan joint, sesar, bidang geser-foliasi

- faktor topografi : slope dan dinding (tebing)

- faktor iklim : temperatur, presipitasi, hujan


- faktor organik : vegetasi

ñ Faktor-faktor aktif

- proses perombakan

- pengikisan lereng oleh aliran air

- tingkat pelarutan oleh air atau pengisian retakan

1.2 Proses Diastromisme dan Vulkanisme

Diastromisme dan vulkanisme diklasifikasikan sebagai proses hipogen atau endapan karena
gaya yang bekerja berasal dari dalam (bagian bawah) kerak bumi. Proses-proses diastropik
dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :

 orogenik (pembentukkan pegunungan)


 epirogenik (proses pengangkatan secara regional).

Vulkanisme termasuk pergerakan dari larutan batuan (magma) yang menerobos ke


permukaan bumi. Akibat dari pergerakan (atau penerobosan) magma tersebut akan
memberikan kenampakan yang muncul di permukaan berupa badan-badan intrusi, atau
berupa deomal folds (lipatan berbentuk dome) akibat terobosan massa batuan tersebut),
sehingga perlapisan pada batuan di atasnya menjadi tidak tampak lagi atau telah terubah.

2. Satuan Morfologi

Bentuk-bentuk pada permukaan yang dihasilkan oleh peristiwa-peristiwa geomorfik


berdasarkan kesamaan dalam bentuk dan pola aliran sungai dapat dikelompokkan ke dalam
satuan yang sama. Tujuan dari pengelompokkan ini adalah untuk dapat memisahkan daerah
konstruksional dengan daerah detruksional. Kemudian masing-masing satuan dapat dibagi
lagi menjadi subsatuan berdasarkan struktur dan tahapan (untuk konstruksional) serta
berdasarkan deposisional (untuk destruksional).

2.1 Sungai

Pada hakekatnya aliran sungai terbentuk oleh adanya sumber air (hujan, mencairnya es, dan
mata air) dan adanya relief dari permukaan bumi. Sungai-sungai juga mengalami tahapan
geomorfik yaitu perioda muda, dewasa, dan tua.

Sungai muda dicirikan dengan kemampuan untuk mengikis alurnya, dimana hal ini dapat
terjadi jika gradien sungai cukup terjal. Sungai muda biasanya sempit, dengan tebing terjal
yang terdiri dari batuan dasar. Gradien sungai yang tidak teratur (seragam) disebabkan oleh
variasi struktur batuan (keras-lunak). Sungai pada stadium dewasa akan mengalami
pengurangan gradien sungai sehingga kecepatan aliran dan daya erosi (pengikisan)
berkurang, sehingga mulai terjadi pengendapan. Sungai demikian disebut dengan graded.
Jika sungai utama mengalami graded berarti telah tercapai kedewasaan awal, dan jika
cabang-cabang sungai tersebut juga telah mengalami graded maka telah mencapai
kedewasaan lanjut, dan jika alur-alur sungai juga telah mengalami graded, maka sungai
tersebut telah mencapai perioda tua.

Pada umumnya aliran sungai dikendalikan oleh struktur batuan dasar, kekerasan batuan, dan
struktur geologi, serta beberapa hal lainnya membentuk pola-pola aliran sungai, antara lain :

22. Pola dendritik, dengan pola aliran menjari dan menyebar seperti dahan-dahan pohon,
mengalir ke semua arah, dan menyatu di induk sungai. Umum terdapat pada daerah
dengan struktur batuan yang homogen atau pada lapisan endapan sedimen yang
horizontal.
23. Pola aliran rektangular, dibentuk oleh cabang-cabang sungai yang berbelok, berliku-
liku, dan menyambung dengan membentuk sudut-sudut tegak lurus, yang umumnya
dikendalikan oleh pola kekar dan sesar yang berpola berpotongan secara tegak lurus.
Umum terdapat pada daerah batuan kristalin, serta perlapisan batuan keras yang
horizontal.
24. Pola aliran trelis, berbentuk pola trali pagar. Sungai-sungai yang lebih besar
cenderung mengikuti singkapan dari batuan lunak. Pola ini umum pada daerah yang
terlipat dan miring kuat.
25. Pola aliran radial, dengan pola sentrifugal dari suatu puncak, misalnya aliran sungai
pada pegunungan kubah atau gunung api muda.
26. Pola aliran anular, merupakan aliran dimana sungai-sungai besarnya mengalir
melingkar mengikuti struktur dan batuan yang lunak, dan umum terbentuk pada
daerah kubah struktural yang telah terkikis dewasa. Pola aliran anular dengan
demikian merupakan variasi dari pola aliran trelis.

Pada sungai yang telah mencapai stadium dewasa terdapat dataran banjir yang terbentuk dari
pengendapan material klastis yang diendapkan pada daerah di dekat sungai membentuk point
bar. Pada sisi kiri kanan sungai sering terbentuk akumulasi yang tebal sedimen sepanjang
sungai dan membentuk tanggul alam (natural levees). Jika arus aliran sungai makin
melemah, material klastis yang terbawa oleh aliran sungai akan terendapkan pada tekuk
lereng, sisi dalam meander, pertemuan antara dua aliran sungai, dan perubahan gradien. Jika
endapan aluvial sungai yang telah terbentuk kemudian terkikis kembali oleh aliran sungai
akan terbentuk undak-undak sungai, dan merupakan peremajaan sungai pada masa dewasa
atau tua.

Jika aliran sungai dari mulut lembah di daerah pegunungan dan kemudian memasuki wilayah
dataran, maka material klastis yang dibawanya akan terendapkan dan kemudian menyebar
meluas dengan sudut kemiringan makin melandai. Fraksi kasar akan terakumulasi di dekat
mulut lembah dan fraksi halus akan terdapat pada dataran, dan dikenal dengan kipas aluvial.
Kipas aluvial dapat terjadi pada kaki-kaki gunung api, kaki tebing dari gawir, dll.
Selanjutnya material klastis yang terbawa oleh aliran sungai hingga laut, dan membentuk
delta. Bentuk-bentuk delta dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain bentuk sungai, gradien
sungai, besarnya beban, kuat arus laut, arah arus laut, dsb.

2.2. Dataran dan Plateau

Dataran dan plateau adalah wilayah-wilayah dengan struktur yang relatif horizontal. Dataran
mempunyai relief rendah dengan lembah-lembah dangkal, sedangkan plateau mempunyai
relief yang tinggi dengan lembah-lembah yang dalam. Secara umum beberapa jenis dataran,
antara lain :

27. Dataran pantai (coostal plains) yang terbentuk oleh timbulnya dasar laut
28. Interior plains, yang mirip dengan dataran pantai tetapi yang terletak sudah jauh dari
laut
29. Dataran danau (lake plains), terbentuk oleh timbulnya dasar danau karena
pengeringan danau
30. Dataran lava (lava plains) dan plateau lava (lava plateau), terbentuk oleh aliran lava
encer
31. Dataran endapan glasial (till plains), terdiri dari endapan glacial yang menutupi
topografi tidak rata
32. Dataran aluvial (alluvial plains), yang terbentuk dari endapan aluvial dari kipas
aluvial di kaki pegunungan hingga jauh ke dataran banjir dan dataran pantai.

Plateau pada stadium muda merupakan daerah dengan lapisan horizontal dan kebanyakan
telah terkikis dalam oleh aliran sungai. Daerah plateau dapat lebih tinggi terhadap sekitarnya
dan dibatasi oleh gawir atau dapat pula lebih rendah dari pegunungan disekitarnya. Plateau
dewasa mempunyai kenampakan umum mirip dengan pegunungan biasa namun
kecenderungan lapisan batuannya horizontal. Plateau tua umumnya merupakan daerah
dataran yang luas yang telah mengalami pengikisan dengan perlapisan yang horizontal.
Bukit-bukit sisa erosi, yang juga berstruktur horizontal disebut mesa (dengan ketinggian 150-
200 m). Dimensi yang lebih kecil dinamakan butte, dan jika lebih sempit dan tinggi seperti
pilar-pilar disebut dengan pinnacles atau needles.

2.3 Pegunungan kubah (dome mountains)

Kubah diartikan sebagai struktur dari suatu daerah yang luas dengan sifat lipatan regional
dengan sudut kemiringan yang kecil. Ada beberapa sebab terjadinya kubah, antara lain oleh
intrusi garam atau diapir, intrusi lakolit, dan intrusi batuan beku seperti batolit.

Dalam tahapan muda pegunungan kubah akan dikikis oleh sungai-sungai namun belum
dalam, bentuk kubah masih utuh, pengikisan dimulai di puncak dengan membentuk cekungan
erosi. Kadang-kadang inti kubah yang keras tampak di dasar cekungan erosi kubah. Pada
tahapan dewasa, pengikisan di puncak makin meluas dan mendalam. Undak-undak gawir
terbentuk sesuai dengan banyaknya lapisan-lapisan yang resistan, serta punggungan-
punggungan dengan lapisan miring (hogbacks) terbentuk. Pada tahapan tua, mempunyai
bentuk akhir dari pengikisan kubah akan membentuk peneplane. Pola aliran annular hampir-
hampir hilang. Kubah besar dan tinggi dihasilkan oleh intrusi-intrusi batolit; yang lebih kecil
dihasilkan oleh intrusi lakolit, dan berbentuk kubah landai yang dihasilkan oleh sill. Kubah-
kubah kecil dapat dihasilkan oleh intrusi garam atau diapir lempung.

Punggungan-punggungan lapisan miring (hogbacks) dapat terbentuk oleh beberapa kejadian


antara lain kubah, antiklin, sesar, intrusi, dan sebagainya. Faltion merupakan hogbacks yang
terletak terdekat dengan inti kubah yang keras seperti batuan kristalin dengan ujung atas
umumnya runcing.

Inti kubah yang terdiri dari batuan kristalin sering memberi arti sebagai sumber mineral
logam; pertambangan sering dijumpai kubah-kubah garam tentunya memberi makna sebagai
sumber garam. Jika tidak berpotensi akan mineral, inti kubah yang bertekstur kasar sering
merupakan daerah hutan dan sekaligus merupakan daerah tadah hujan. Juga lereng-lereng
terjal dari hogbacks sebaiknya merupakan daerah hutan untuk mencegah longsoran dan untuk
tujuan konservasi air.

2.4 Pegunungan Lipatan (Folded Mountains)

Istilah pegunungan lipatan digunakan untuk suatu jenis pegunungan dengan struktur lipatan
yang relatif sederhana. Pada tahapan muda morfologinya masih menggambarkan adanya
lingkungan antiklin dan sinklin. Bila erosi melanjut maka pengikisan sungai lateral dapat
menajam ke hulu dan juga sepanjang puncak antiklin. Pada tahapan dewasa pengikisan di
puncak antiklin dapat melanjut, melebar ke arah dalam sepanjang puncak antiklin dan
akhirnya terbentuk lembah antiklin dengan kenampakan morfologi terhadap struktur geologi
menjadi terbalik (interved relief), bukit-bukit antiklin (anticlinal ridges), dan lembah-lembah
sinklin (sinclinal ridges), serta bukit-bukit yang terbentuk oleh lapisan-lapisan yang miring
searah disebut bukit-bukit homoklin (homoclinal ridges). Pada tahapan tua, daerah
pegunungan lipatan oleh pengikisan menjadi peneplane dan sungai mengalir di dataran
tersebut seolah tanda mengindahkan adanya lapisan lunak ataupun keras.

Daerah pegunungan lipatan umumnya berbukit-bukit terjal, dengan lembah-lembah yang


panjang, adanya perulangan antara lembah lebar dan lembah sempit akibat perbedaan
kekerasan batuan, adanya gawir terjal dan pegunungan landai pada hogbacks atau homoclinal
ridges.

Daerah pegunungan lipatan yang terdiri dari batuan-batuan sedimen sering pula mengandung
nilai-nilai ekonomis seperti batugamping, batulempung, batupasir kuarsa, gipsum, dan
sebagainya.

2.5 Pegunungan Patahan (Block Mountains)

Pegunungan ini merupakan hasil deformasi oleh sesar. Pada tahapan muda pegunungan
patahan memperlihatkan gawir-gawir terjal yang memisahkan antara satu blok pegunungan
dengan blok yang lain atau antara blok pegunungan dengan blok lembah. Umumnya bidang
gawir tajam relatif rata, belum tersayat oleh lembah-lembah. Bentuk blok dapat persegi,
berundak, atau membaji tergantung kepada pola sesar.

Pada tahapan dewasa menyebabkan adanya pengikisan pada bagian muka atau punggungan
blok dengan beberapa kenampakan bagian muka dari blok masih lebih terjal dari pada bagian
punggungan, masih terlihat adanya kelurusan garis dasar sesar, adanya triangular facets yang
merupakan sisa-sisa bidang sesar setelah terkikis, adanya dataran aluvial berupa kipas aluvial
yang terletak berjajar dalam garis lurus sepanjang kaki bidang muka dan blok, serta
munculnya mata air. Pada tahapan tua, daerah pegunungan patahan menjadi mendatar dan
kehilangan bentuk simetrinya, dengan daerah aluvial yang meluas.

2.6 Gunung Api

Pertumbuhan gunung api merupakan salah satu dari bentuk konstruksional, dimana
pembentukannya dapat terjadi melalui letusan, longsoran, injeksi kubah lava, dan sebagainya
diselingi dengan erosi. Pada umumnya proses erosi berjalan lebih lambat dari proses
pembentukan gunung api. Disamping itu gunung api dapat pula mengalami proses konstruksi
lain seperti sesar dan lipatan.

Gunung api yang telah mencapai tahapan dewasa oleh letusan baru dapat segera menjadi
muda kembali. Perubahan-perubahan bentuk oleh kegiatannya dapat terjadi seperti
pembentukan kubah lava, aliran lava, aliran lahar, pembentukan kerucut porositer,
pembentukan kaldera.

Bentuk-bentuk gunung api dipengaruhi oleh letusan dan aliran lava. Pada letusan gunung api
akan menghasilkan tufa dan breksi vulkanik membentuk cinder cones. Compasite
cones terbentuk jika kegiatan erupsi letusan dan aliran lava terjadi secara bergantian. Kerucut
gunung api sederhana mempunyai kawah (crater), pada letusan-letusan yang berulang pada
titik yang berbeda dalam suatu kawah dapat menghasilkan kawah ganda (nested craters), dan
pada letusan dahsyat dapat menghasilkan kaldera (kawah yang sangat besar, berdinding
terjal, dan umumnya mempunyai dasar kawah yang rata). Gunung api baru dapat tumbuh di
dasar kaldera, dan disebut gunung api sekunder.

Gunung api di dalam tahapan tua sudah tidak memperlihatkan bentuk kerucut lagi. Hanya
sisa diatrema saja yang kadang-kadang terlihat mencuat diantara dataran, dan
disebut volcanic necks

3. Analisis Morfologi

Analisis pada suatu daerah (secara regional) dapat dilakukan pada foto udara atau pada peta
topografi. Analisis morfologi dapat dilakukan dengan pemisahan-pemisahan unsur-unsur
morfologi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Analisis dilakukan dengan
memperhatikan tujuan semula, mungkin berupa tujuan-tujuan ilmiah atau tujuan-tujuan
aplikasi. Analisis morfologi yang lazim diadakan adalah: elevasi, sudut lereng, pola kontur,
bentuk bukit, pola bukit, bentuk aliran, pola aliran, kerapatan sungai, luas DAS, tekuk
lereng/gradien, dan lain-lain.

Dalam melakuan pemerian geomorfologi pada suatu daerah (wilayah) dapat dilakukan secara
empiris atau deskriptif. Pemerian empiris dilakukan dengan mengemukakan apa adanya;
seperti bukit, lembah, atau pegunungan dan diuraikan menurut bentuk, ukuran, posisi, dan
warna. Contohnya sederet perbukitan yang terdiri dari batugamping dan batulempung,
dengan lebar wilayah perbukitan tersebut lebih kurang 5 km dan panjang 20 km, dengan
puncak-puncaknya setinggi 900-1250 m dpl ... dst. Sedangkan pemerian secara deskriptif
(explanation) dilakukan dengan menggunakan istilah-istilah yang lebih tepat karena
mengandung arti genetik dari permasalahan morfologi dan sekaligus mengandung arti
bentuk, ukuran, komposisi, lokasi, dan sebagainya. Contoh : terdapat sederet pegunungan
lipatan selebar 5 x 20 km membentuk bukit-bukit hogback dan lembah-lembah homoklin,
terdiri dari batugamping dan batulempung, … dst.

Pada pengamatan melalui peta topografi, analisis dilakukan terhadap pola kontur (tata letak,
bentuk-bentuk lengkungan dan kelurusan, kerapatan garis kontur, dan pola-pola kontur yang
khas).

Daerah di muka bumi yang mempunyai kesamaan dalam bentuk-bentuk dan pola aliran
sungai dimasukkan ke dalam satuan yang sama. Satuan morfologi pada orde satu dapat
dikelompokkan sebagai pegunungan dan dataran. Pada orde kedua, pegunungan dapat
diuraikan lagi sebagai pegunungan plateu, pegunungan kubah, pegunungan lipatan,
pegunungan kompleks, dan gunung api. Sedangkan dataran, pada orde kedua dapat diuraikan
lagi sebagai dataran pantai, dataran banjir, dataran danau, dataran aluvial, dan dataran glasial.

4. Penerapan Geomorfologi Sebagai Salah Satu Alat Dalam Eksplorasi

Sebelum pelaksanaan kegiatan (survei) lapangan, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu


pengenalan bentang alam (landform) melalui analisis foto udara atau analisis peta topografi
(berdasarkan pola kontur). Kegiatan ini akan sangat membantu untuk memberikan gambaran
(interpretasi awal) tentang sejarah geologi, struktur, dan litologi regional daerah yang akan
diobservasi.

McKinstry (1948) dalam tulisannya membahas tentang penggunaan petunjuk geomorfik


dalam pekerjaan eksplorasi, dan mengelompokkan tiga petunjuk dalam pencarian endapan
mineral, yaitu :

33. Beberapa endapan mineral akan memperlihatkan suatu bentuk topografi yang khas.
34. Topografi suatu daerah dapat memberikan suatu struktur geologi dimana suatu
endapan mineral dapat terakumulasi.
35. Dengan mempelajari sejarah geomorfik suatu daerah memungkinkan untuk dapat
memperkirakan kondisi-kondisi fisik dimana mineral-mineral terakumulasi atau
terkayakan.

Tidak semua tubuh bijih mempunyai ekspresi permukaan (topografi) yang khas, namun ada
beberapa diantaranya dapat diprediksikan dari kenampakan permukaan (topografi) seperti
singkapan bijih, gossan, atau mineral-mineral residual, serta kenampakan struktur geologi
seperti fractures, sesar, dan zona-zona breksiasi. Sebagai contoh : sebaran Pb-Zn di Broken
Hill Australia membentuk suatu punggungan yang menyolok, urat-urat kuarsa masif di Santa
Barbara Meksiko memperlihatkan bentuk yang menyolok karena cenderung lebih resistan
terhadap pelapukan dari batuan-batuan di sekitarnya. Menurut Schmitt (1939), ekspresi
topografi merupakan suatu akibat dari laju oksidasi, termasuk daya tahannya terhadap
pelapukan dan erosi.

Pada endapan residual, konsep-konsep geomorfologi yang dapat diterapkan antara lain :
36. Pelapukan dan erosi merupakan proses yang mutlak dan selalu terjadi di muka bumi.
37. Hasil pelapukan suatu batuan mungkin dapat menghasilkan suatu konsentrasi
endapan mineral ekonomis.
38. Produk dari tahap akhir siklus morfologi pada umumnya tertinggal membentuk suatu
endapan residual yang insitu.
39. Tahapan-tahapan awal dari siklus geomorfik pada umumnya bersifat mengikis,
mengerosi, tertransport, dan terendapkan pada suatu tempat.

Sedangkan pada endapan placers (residual, kolovial, eluvial, aluvial, dan endapan pantai),
konep-konsep geomorfologi yang dapat diterapkan antara lain ; masing-masing tipe endapan
placers merupakan hasil dari siklus geomorfik yang terbatas, dan diendapkan pada kondisi
topografi tertentu, dan mempunyai ekspresi topografi yang khas.

 Kuliah ke-5

Sifat Batuan

Sifat batuan yang terdapat di alam :

 Heterogen
 Diskontinu
 Anisotrop

Heterogen

 Mineralogis : jenis mineral pembentuk berbeda-beda


 Butiran padatan : ukuran dan bentuk berbeda-beda
 Void : ukuran, bentuk dan penyebaran berbeda-beda

Diskontinu

 Massa batuan yang mengandung unsur struktur geologi yang mengakibatkan


ketidakmenerusan seperti : kekar, sesar, retakan, fissure, bidang perlapisan.
 Struktur geologi ini cenderung memperlemah kondisi massa batuan

Anisotrop

 Mempunyai sifat-sifat yang berbeda pada arah yang berbeda


 Kuliah ke-6

Struktur geologi

Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari batuan yang mengalami deformasi dan
merupakan lapisan bagian atas dari bumi.

 Kata structure berasal dari bahasa latin yang berarti membangun.


 Deformasi atau deformation adalah proses yang merubah bentuk atau ukuran dari
batuan yang diakibatkan oleh stress dan meninggalkan hasil yang permanen (strain).
 Deformation = Distorsi + Dilatasi +Translasi + Rotasi
 Kondisi deformasi : 1. Brittle 2. Ductile
 Metoda untuk mempelajari geologi struktur :
 Outcrop / singkapan = Field (lapangan)
 Laboratorium = Pemodelan Fisik
 Teoritical = Pemodelan Numerik
 Skala observasi (micro-meso-macroscopic, regional, global)

Metoda analisis data struktur geologi

–Analisis Deskripsi

–Analisis Kinematika

–Analisis Dinamika

 Analisis deskripsi : merupakan hasil langsung observasi lapangan, laboratorium


untuk unsur struktur (karakter fisik, orientasi, dll.) : Skala observasi dan Unsur
struktur terdiri atas geometrik dan fisik
 Analisis Kinematika : menganalisa perubahan pada batuan akibat deformasi termasuk
pergerakan dan perubahan bentuk (strain).
 Analisis Dinamika : menginterpretasi gaya, stress dan mekanika yang mengakibatkan
struktur geologi.

Teknik dalam struktur geologi : orientasi data, Pemetaan & Penampang geologi, urutan
stratigrafi, metoda graphis, geofisika

Analisis Dinamika
Tujuan dari analisis dinamika adalah :

–Menginterpretasi gaya (F) yang menyebabkan deformasi

–Menjabarkan sifat-sifat gaya yang menghasilkan stress

–Mengevaluasi hubugan antara stress, strain dan kekuatan batuan.

 Translasi, rotasi, distorsi dan dilation adalah respon batuan terhadap stress yang
disebakan oleh gaya (F)
 Gaya (F) adalah suatu vektor yang mempunyai besaran dan arah.
 Hukum Newton I dan II (F = m x a); m =r/V (r = density)
 Jenis gaya : Body dan Surface Force
 Body force = bekerja pada massa batuan yang tidak dipengaruhi oleh gaya
disekitarnya contohnya gaya gravitasi dan elektromagnetik
 Surface force = gaya yang bekerja pada suatu permukaan

Geologi Struktur:

Bidang Kontak

 Bidang ketidakselarasan
 Intrusi (dike, sill, batolit, lakolit)

Struktur Primer

 Bidang Perlapisan
 Struktur Sedimen

Struktur Sekunder

 Kekar, Sesar dan Perlipatan


 Cleavage, Foliasi dan Lineasi
 Kuliah ke-7

Penyelidikan Geologi Teknik

Penyelidikan geologi teknik adalah untuk mengetahui kondisi geologi secara umum
berdasarkan satuan tanah permukaan dan batuan. Penyusunan satuan tersebut dengan cara
pengelompokan berdasarkan sifat-sifat fisik dan keteknikan yang hampir sama tentang jenis
litologi, cara terjadinya, sifat fisik tanah secara umum, sehingga macam tanah dan batuan
dapat dikelompokkan menjadi beberapa satuan tanah dan satuan batuan.

Urutan penyelidikan geologi teknik yaitu :


1. Persiapan

2. Penyelidikan Pendahuluan

3. Penyelidikan detail

4. Maintanance

Dalam penelitian lapangan biasanya digunakan berbagai teknik dan cara seperti pemetaan
geologi dan geologi teknik, pengunkapan batuan, pemboran inti & pengunkapan inti
pemboran, pengukuran geofisis, pengambilan contoh untuk penelitian di laboratorium,
percobaan di lapangan, galian-galian percobaan. Data yang dikumpulkan dalam batuan antara
lain berat jenis, porositas, permeabilitas, elastisitas, gaya tekan dan lain-lain.

Peristilahan material bangunan sering terjadi masalah, oleh karena itu sebagai konsultan
bidang geologi teknik harus memahami istilah-istilah atau batasan-batasan yang benar
menurut bidang teknik sipil. Adapun perbedaan pengertian dalam bidang geologi dan teknik
sipil antara lain tentang tanah dan batuan.

Obyek:

Mekanika tanah dan mekanika batuan

Dalam Keteknikan

a. Tanah merupakan kumpulan alamiah butiran mineral yang dapat dipisah kandungan
mekanika dengan mudah, misal: agitasi air

b. Batuan merupakan kumpulan alamiah butiran mineral yang dihubungkan dengan tenaga
kohesif kuat dan tetap

Peran ahli geologi dan teknik sipil dapat digambarkan sbb:

GEOLOGI : Pengunkapan jenis-jenis batuan, sifat mekanik & perkiraan pada struktur bawah
tanah, bentuk lapangan dan hidrologi juga proses endogen, eksogen yang dapat berpengaruh
terhadap bangunan.

GEOLOGI TEKNIK : interpretasi

TEKNIK SIPIL : penyusunan konsep, perencanaan & konstruksi

Dalam pembangunan bangunan Teknik Sipil, seorang ahli geologi harus dapat memberikan
analisa geologi mengenai suatu tempat. Ini sangat penting karena mengingat bangunan yang
akan dibangun pada suatu daerah harus memperhitungkan faktor daya dukung tanah, ataupun
aspek geologis lainnya (daerah gempa, daerah patahan, dan sebagainya). Secara umum
seorang ahli geologi dalam suatu proyek Teknik Sipil hendaknya dapat :

1. Menerangkan dengan tepat situasi teknik geologis


2. Menentukan sejauh mana bawah-tanah (underground) akan bereaksi terhadap suatu
bangunan.

Untuk dapat melakukan hal tersebut dibutuhkan adanya suatu Penyelidikan Geologi Teknik.
Dalam standar internasional (British) kita mengenal kode etik mengenai investigasi lapangan,
yakni BS 5930 : 1981 dimana di dalamnya berisi definisi serta aturan investigasi lapangan
(tujuan, cakupan, prosedur pengerjaan dan metode yang digunakan).

Suatu eksplorasi lapangan minimal haruslah mengikuti prosedur lapangan berikut :

a. Investigasi awal, dengan menggunakan informasi dan data yang ada.

b. Survey Geologi Lapangan secara mendetail

c. Mengaplikasi survey geologi tersebut sebagai gambaran permukaan suatu lapangan

d. Boring, Drilling dan Excavation untuk mendapatkan hasil secara detail pada suatu titik

e. Uji Tanah dan batuan, terutama mengenai sifat mekanisnya.

Penyelidikan Geologi Teknik dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yakni :

Ø Analisis Besar Butir Tanah

Sifat-sifat suatu tanah tertentu banyak tergantung kepada ukuran butirnya. Karena itu
pengukuran besarnya butir tanah merupakan suatu percobaan yang sangat sering dilakukan
dalam bidang mekanika tanah. Besarnya butir juga merupakan dasar untuk klasifikasi atau
pemberian nama pada macam-macam tanah tertentu. Besarnya butir tanah digambarkan
dalam grafik lengkung gradasi atau grafik lengkung pembagian butir. Tanah yang ukuran
butirnya dibagi rata antara yang besar sampai yang kecil dikatakan bergradasi baik, bilamana
terdapat kekurangan atau kelebihan salah satu ukuran butir tertentu maka tanah itu disebut
bergradasi buruk, sedangkan apabila besar butir hampir sama disebut bergradasi
seragam.Penentuan ukuran butir tanah dilakukan dengan dua cara yaitu untuk ukuran butir
yang kasar dipakai saringan, yaitu tanah dikeringkan dan disaring pada serangkaian saringan
dengan ukuran lubang 3 inci sampai dengan no. 200(200 kawat/inci) yang hampir sama
dengan ukuran pasir hingga lanau, sedangkan untuk ukuran butir yang lebih kecil dari pasir
halus dipakai cara pengendapan, yaitu tanah dicampur dengan air dan diaduk kemudian
dibiarkan berdiri supayabutir-butir mengendap. Butiran-butiran dalam suatu suspensi akan
menurun dengan kecepatan yang tergantung pada ukurannya.

Kecepatan ini menurut hukum Stokes, adalah sebanding dengan pangkat dua dari ukuran
butirnya.

V = ( D/M)2,
Dimana :

V = Kecepatan turun butir,

D = Diameter butir,

M = Konstanta

Butir-butir sebesar D akan turun sejarak H dalam jangka waktu t. Biasanya pengukuran
dimulai setelah satu menit dan diteruskan pada jangka waktu tertentu selama 24 jam. Berat
jenis suatu campuran air dan tanah tergantung konsentrasi butiran yang tergantung di
dalamnya. Dengan cara mengukur berat jenis suspensi berarti dapat menghitung banyaknya
tanah yang ada dalam campuran tersebut.

B = G/(G-1) (Rh – 1 )

P = 1000B/W x 100

Dimana :

B = berat tanah/cm3;

G = berat jenis;

Rh = pembacaan hidrometer;

P = prosentase ;

W = Jumlah berat tanah dalam suspensi

Ø Pemboran Inti atau Pemboran Mesin

Maksud dari pemboran inti dalam kepentingan penyelidikan geologi khususnya geologi
teknik adalah untuk mengetahui kondisi bawah tanah, meliputi dari jenis batuan, sifat fisik,
daya dukung (SPT) dan tingkat permeabilitasnya (K). Untuk jenis tanah dapat diambil contoh
tanah tidak terganggu (US) untuk diketahui sifat mekanika tanahnya. Secara komprehensip
data tersebut dapat digambarkan dalam log bor geologi.

Ø Pemboran geologi teknik.

Dasar teori pemboran geologi teknik ada 2 jenis yaitu pemboran mesin dan bukan mesin.
Pemboran mesin adalah semua jenis pemboran yang menggunakan penggerak dari tenaga
mesin. Sistim pemboran mesin ini batang bor diputar secara mekanis dan putarannya
diteruskan ke mata bor pada dasar lubang bor. Inti batuan yang terpotong akan tertinggal
dalam tabung inti dan diangkat kepermukaan untuk dianalisa, diuji dan di simpan dalam
kotak contoh
Secara umum penggunaan pemboran mesin ini adalah metode yang umum dilakukan dalam
penyelidikkan tanah/batuan. Mata bor ada bermacam-macam penggunaanya tergantung jenis
tanah/batuan, alat bor dan kapasitas pemboran yang dikehendaki.

Dalam teknik pemboran yang benar, seluruh inti bor dapat terambil dan pengujian setempat
juga dapat dilaksanakan.Kegunaannya yaitu:

g. penyelidikan bahan tambang/endapan mineral

h. mengetahui struktur geologi suatu daerah

i. penyelidikan tanah dasar(bangunan sipil)

j. pembuatan sumur eksplorasi & eksploitasi air tanah

k. Pembuatan lubang pengeringan air dalam tambang bawah tanah

l. Pembuatan lubang peledakan batuan

Ø Data Penampang Hasil Penyelidikan Geologi

Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang atau masa
lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkungan dan kehidupan fosil yang
terdapat pada batuan.Bidang utama yang dipelajari adalah semua jenis batuan, tanah dan air
dalam tanah/batuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sedankan Geologi teknik
adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan yang berhubungan
dengan bangunan atau rekayasa bidang teknik sipil dan di definisikan sebagai berikut :

1. Geologi teknik adalah suatu cabang geologi sebagai ilmu terapan dalam teknik sipil yang
mempergunakan data-data geologi untuk memecahkan persoalan yang berhubungan dengan
konstruksi teknik.

2. Geologi Teknik adalah penerapan ilmu geologi pada praktek rekayasa dengan tujuan agar
faktor-faktor geologis yang mempengaruhi lokasi, desain, konstruksi, pengoperasian dan
pemeliharaan pekerjaan pekerjaan rekayasa telah benar-benar dikenali dan disediakan dengan
cukup.(The American Geological Institute).

Pada dasarnya pengaplikasian ilmu geologi teknik dengan ilmu bidang lain tidak dapat
dipisahkan, mengingat permasalahan lingkungan yang muncul sebagai akibat dari eksploitasi
sumberdaya alam merupakan subyek dan obyek dari ilmu geologi. Itulah mengapa pentingya
peranan geologi di bidang pertambangan terutama dalam penataan lingkungan pasca
penambangan serta rekontruksi bangunan pada saat melakukan operasi petambangan di suatu
daerah.

 Kuliah ke-8
Pelaksanaan Ujian Tengah Semester menunggu informasi dari BAA

 This week

Kuliah ke-9

Geologi rekayasa di bidang pertambangan

Ruanglingkup kajian geologi teknik meliputi kajian terhadap aspek-aspek keteknikan dari
berbagai masalah/kendala (sebagai faktor penghambat,kebencanaan) dan manfaat/potensi
(sebagai faktor pendukung)beberapa faktor, antara lain:

a) Batuan / tanah / material,

b) Struktur geologi

c) Geomorfologi.

Aplikasi Geologi teknik Lingkungan Pada Pertambangan

Geologi Lingkungan sebagai ilmu yang mempelajari bumi, mempunyai peranan penting di
dalam penataan lingkungan daerah pertambangan, yang kajian utamanya adalah membahas
karakteristik fisik dan kimiawi lingkungan pertambangan yang meliputi aspek-aspek
Klimatologi, Geomorfologi, Geologi, dan Hidrogeologi.Secara geografis wilayah Indonesia
yang terletak pada garis equator termasuk ke dalam daerah beriklim tropis basah, yang
umumnya memiliki temperatur hangat, kelembaban udara tinggi, dan curah hujan tinggi.
Iklim demikian menyebabkan wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur,cocok untuk
lahan pertanian dan memiliki hutan yang cukup lebat, tetapi kondisi curah hujan dalam iklim
ini yang cukup tinggi berpotensi besar bagi terjadinya bencana banjir.

Bentuk roman muka bumi (bentang alam) yang sesuai untuk suatu kawasan pertambangan
ditentukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap landscape lapangan yang meliputi relief,
kemiringan lereng, ketinggian daerah (elevasi), pola pengaliran sungai, litologi, dan struktur
geologi yang berkembang. Pembukaan kawasan pertambangan pada daerah dengan
morfologi curam/terjal perlu ditunjang oleh beberapa kegiatan geologi teknik/hidrogeologi
seperti pemeliharaan stabilitas lereng (slope stability) dan penirisan (dewatering), untuk
menghindari terjadinya longsor/runtuhan akibat dibukanya jalan (road cuts) dan sistem
penambangan yang diterapkan.

Dalam suatu operasi pertambangan, perlu dipertimbangkan faktor dampak negatif yang dapat
ditimbulkan oleh pengambilan tanah penutup, batuan dan mineral-mineral
ekonomis.Sebaiknya fasilitas penunjang pertambangan ditempatkan pada daerah-daerah yang
cukup jauh dari bahaya longsor, amblesan dan kerusakan lainnya.Suatu operasi
pertambangan juga perlu dilengkapi dengan unit pengelolaan sisa bahan tambang (air asam
tambang dan tailing) yang cukup berbahaya bagi lingkungan di sekitar pertambangan.Selain
itu, fasilitas penunjang pertambangan semaksimal mungkin dijauhkan dari jalur-jalur yang
dilalui sesar. Penataan lingkungan pertambangan dengan memanfaatkan air permukaan
(sungai, danau, laut) harus direncanakan sebaik mungkin dan tidak mengganggu air
permukaan yang sering dipergunakan oleh penduduk setempat untuk mandi, mencuci,
minum, dan lain sebagainya. Selain itu, skala penambangan yang cukup besar menyebabkan
airtanah terpotong, sehingga penirisan tambang perlu dilakukan secermat mungkin melalui
perhitungan yang matang dan akurat. Penirisan pada tambang terbuka dapat dilakukan
dengan cara pemompaan, sedangkan pada tambang bawah permukaan dengan cara membuat
saluran air (water intersection) pada rekahan-rekahan, kontak sesar, kontak litologi dan
perlapisan batuan, baik dengan pemboran horisontal maupun vertikal untuk kemudian
dialirkan melalui saluran-saluran bawah tanah (drift).

Sebagai contoh, masalah dan manfaat faktor geologi (batuan dan tanah) , Batuan/tanah,
struktur geologi dan geomorfologi sangat bergantungkepada unsur-unsur geotektonik (yang
berkaitan dengan lempengtektonik, yaitu pergerakan lempeng-lempeng kerak bumi yang
bergerak,berpapasan atau bertumbukan). Jika melihat kondisi fisiografi maupun unsur-unsur
tektonik misalnyapada pertambangan batubara.

1. Sistem Penambangan Batubara

Batubara merupakan mineral organik yang dapat terbakar,terbentuk dari sisa tumbuhan purba
yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang
berlangsung selama jutaan tahun yang lalu. Unsur utama batubara terdiri dari karbon (C),
hidrogen (H2) dan oksigen (O2).Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu
tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan). Tahap penggambutan
adalah tahap dimana sisa – sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi
reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada
kedalaman 0,5 – 10 m. Material tumbuhan yang membusuk ini melepaskan H, N, O, dan C
dalam bentuk senyawa CO2, H2O dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri
anaerobic dan fungi diubah menjadi gambut. Sedangkan tahap pembatubaraan adalah proses
perubahan dari lignit menjadi bituminous dan akhirnya antrasit.

Sistem penambangan merupakan suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk membebaskan
atau mengambil endapan bahan galian yang mempunyai arti ekonomis dari batuan induknya
untuk diolah lebih lanjut sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar dengan
memperhatikan keamanan dan keselamatan kerja yang terbaik serta meminimalisasi dampak
lingkungan yang dapat ditimbulkannya Agar dapat tercapai hal-hal yang terdapat dalam
defenisi sistem penambangan di atas, maka cara penambangan yang diterapkan harus dapat
menjamin.

Pengaplikasian ilmu geologi teknik pada bidang pertambangan batu bara sangat di perlukan
seperti halnya pengumpulan data aspek geologi teknik meliputi data primer dan data
sekunder, pengamatan dilakukan langsung di daerah tapak kegiatan dan lokasi sekitarnya
yang diperkirakan terkena dampak kegiatan penambangan bahan galian, diperoleh dengan
cara melakukan :

1. Pengambilan contoh tanah


2. Pemboran tangan

3. Pengujian sumur

4. Mengamati sifat fisik dan keteknikan tanah dan batuan

5. Mengukur ketebalan overburden

6. Mengamati kendala aspek geologi (gerakan tanah,erosi dan sedimentasi).

untuk suatu kawasan pertambangan ditentukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap


lansekap lapangan yang meliputi relief, kemiringan lereng, ketinggian daerah (elevasi), pola
pengaliran sungai, litologi, dan struktur geologi yang berkembang.Pembukaan kawasan
pertambangan pada daerah dengan morfologi curam/terjal perlu ditunjang oleh beberapa
kegiatan geologi teknik/hidrogeologi seperti pemeliharaan stabilitas lereng (slope stability)
dan penirisan (dewatering), untuk menghindari terjadinya longsor/runtuhan akibat dibukanya
jalan (road cuts) dan sistem penambangan yang diterapkan.Dalam suatu operasi
pertambangan, perlu dipertimbangkan faktor dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh
pengambilan tanah penutup, batuan dan mineral-mineral ekonomis.

Pada dasarnya pengaplikasian ilmu geologi teknik dengan ilmu bidanglaintidak dapat
dipisahkan, mengingat permasalahan lingkungan yang muncul sebagai akibat dari eksploitasi
sumberdaya alam merupakan subyek dan obyek dari ilmu geologi. Itulah mengapa pentingya
peranan geologi di bidang pertambangan terutama dalam penataan lingkungan pasca
penambangan serta rekontruksi bangunan pada saat melakukan operasi petambangan di suatu
daerah.

Reklamasi lahan pasca penambangan harus dilakukan baik pada area fasilitas penunjang
pertambangan (jalan, jembatan, bangunan-bangunan, daerah pengendapan tailing, dsb)
maupun area penggalian bahan tambang (daerah bekas eksplorasi maupun
eksploitasi).Reklamasi ini merupakan persyaratan paling penting bagi daerah tambang,
karena tingginya peran pertambangan dalam degradasi lingkungan dan bencana
geologi.Bencana geologi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk menyebut potensi
kerugian yang terjadi akibat interaksi antara manusia dengan alam atau antara manusia
dengan teknologinya (Burton, dkk, 1978, dalam Lundgren, 1986).

Reklamasi pada daerah bekas pemboran eksplorasi, daerah bekas penambangan maupun
lahan tailing yang tidak produktif dapat dilakukan dengan percobaan untuk menanam
tanaman pertanian yang produktif dan berkelanjutan.Namun demikian, perlu dicatat disini
bahwa suksesi rehabilitasi lahan pasca penambangan ini memerlukan waktu yang cukup
lama, terutama daerah pengendapan tailing yang harus menunggu hingga pengendapan
tailing berakhir. Oleh karena itu, pemilihan tanaman yang cepat tumbuh (seperti rumput-
rumputan, beringin, atau tanaman hutan lainnya) akan menjadi lebih berarti pada saat ini,
baru kemudian dilanjutkan dengan program agronomi lainnya secara bertahap. Mengingat
proses reklamasi ini memakan waktu yang cukup lama, maka perlu diimbangi oleh kegiatan
lain yang dapat mencegah meluasnya kerusakan ekosistem di sekitar daerah tambang.
 Tugas PublikasiAssignment

Mark as done

 Kuliah ke-10

Geologi rekayasa di bidang perminyakan

Dalam bidang Perminyakan (Petroleoum geology) aplikasi geologi teknik adalah untuk
mengetahui jebakan jebakan minyak dan gas bumi.Geologi minyak bumi adalah salah satu
cabang ilmu geologi untuk mengetahui keberadaan minyak bumi di bawah tanah, kemudian
mengeksplorasi dan memproduksinya.Secara umum ada dua jenis geologi minyak bumi,
yaitu geologi eksplorasi minyak bumi yang mencakup pencarian minyak bumi dan geologi
produksi minyak bumi.Produksi minyak bumi dalam bidang perminyakan bukan diartikan
untuk membuat minyak bumi, tetapi hanyalah membuat fasilitas untuk mengalirkan minyak
bumi dari bawah tanah ke atas permukaan tanah, dengan menggunakan pemboran dan
pompa-pompa.

Teori keberadaan minyak bumi ada dua buah, yaitu teori organik dan teori anorganik. Teori
organik sekarang ini banyak dianut oleh para ahli geologi, dimana minyak bumi dipercayai
dihasilkan oleh sisa-sisa organisma yang sudah mati berjuta-juta tahun yang lalu.Sedangkan
teori anorganik kebanyakan berkembang di Eropa Timur dan Rusia di mana para ahli
mempercayai bahwa minyak bumi dapat dihasilkan bukan dari bahan organik.Prinsip geologi
minyak bumi yang sekarang umum dipakai adalah teori organik sehingga minyak bumi
sering disebut bahan bakar fosil. Bila teori anorganik terbukti, maka akan muncul lagi
sumber-sumber minyak bumi yang selama ini belum dieksplorasi.

Ada berbagai macam cara : observasi geologi, survei gravitasi, survei magnetik, survei
seismik, member sumur uji, atau dengan educated guess dan faktor keberuntungan.

Survei gravitasi : metode ini mengukur variasi medan gravitasi bumi yang disebabkan
perbedaan densitas material di struktur geologi kulit bumi.

Survei magnetik : metode ini mengukur variasi medan magnetik bumi yang disebabkan
perbedaan property magnetik dari bebatuan di bawah permukaan.

Kedua survei ini biasanya dilakukan di wilayah yang luas seperti misalnya suatu cekungan
(basin).Dari hasil pemetaan ini, baru metode seismik umumnya dilakukan.Survei seismik
menggunakan gelombang kejut (shock-wave) buatan yang diarahkan untuk melalui
bebatuanmenuju target reservoir dan daerah sekitarnya. Oleh berbagai lapisan material di
bawah tanah, gelombangkejut ini akan dipantulkan ke permukaan dan ditangkap oleh alat
receivers sebagai pulsa tekanan (olehhydrophone di daerah perairan) atau sebagai percepatan
(oleh geophone di darat). Sinyal pantulan ini laludiproses secara digital menjadi sebuah peta
akustik bawah permukaan untuk kemudian dapatdiinterpretasikan.
Aplikasi metode seismik :

1. Tahap eksplorasi : untuk menentukan struktur dan stratigrafi endapan dimana sumur nanti
akandigali.

2. Tahap penilaian dan pengembangan : untuk mengestimasi volume cadangan hidrokarbon


dan untukmenyusun rencana pengembangan yang paling baik.

3. Pada fase produksi : untuk memonitor kondisi reservoir, seperti menganalisis kontak antar
fluidareservoir (gas-minyak-air), distribusi fluida dan perubahan tekanan reservoir.

Gambar 1.3 aplikasi metode seismic refraksi

Eksplorasi minyak bumi pada mulanya hanya mempertimbangkan data geologi dan geofisika
saja.Pada dua dekade terakhir, data geokimia organik mulai dipergunakan untuk mendukung
eksplorasi minyak bumi.Geokimia organic adalah ilmu yang mempelajari transformasi bahan
organic akibat pengaruh makhluk hidup maupun lingkungannya selama terendapkan pada
periode geologi tertentu. Selama proses pengendapannya, terdapat sebagian keeil senyawa
organic yang masih dapat dihubungkan dengan senyawa asalnya.

Senyawa inilah yang disebut dengan biomarka. Pengkajian biomarka merupakan bagian dari
pengkajian geokimia organic Biomarka dapat memberikan informasi mengenai asalusul
bahan organik juga sebagai petunjuk lingkungan purba (Albrecht dan Ourisson, 1971)
sehingga lebih lanjut dapat digunakan untuk korelasi antara sumur minyak dengan sumur
rninyak yang lain serta sumur minyak dengan batuan sumber (Philp,1986). Informasi
rnengenai biomarka merupakan variabel penting yang apabila digabungkan dengan informasi
geologi dan geofisika akan menghasilkan gambaran nyata mengenai evaluasi cekungan yang
akan dieksploitasi.

Eksplorasi minyak bumi seeara ilmiah pada mulanya hanya mempertimbangkan data
geofisika.Data geofisika dapat menginformasikan struktur bawah tanah yang mungkin dapat
menampung akumulasi minyak bumi.

Pada tahun 1970-an biomarka sebagai alat pengkajian geokimia organik mulai digunakan
sebagai data yang mendukung proses eksplorasi minyak bumi. Struktur biomarka sangat
berguna untuk mengetahui daerah, sumber dan lingkungan yang mempunyai eiri khas
tertentu, karena biomarka dapat memberikan informasi tentang asal usul senyawa tersebut,
korelasi antara minyak dengan minyak, dan korelasi antara minyak dengan sedimen [Phlip,
1986].

Kepentingan penyelidikan geologi khususnya geologi teknik adalah untuk mengetahui


kondisi bawah tanah, meliputi dari jenis batuan, sifat fisik, daya dukung (SPT) dan tingkat
permeabilitasnya (K). Untuk jenis tanah dapat diambil contoh tanah tidak terganggu (US)
untuk diketahui sifat mekanika tanahnya. Secara komprehensip data tersebut dapat
digambarkan dalam log bor geologi.

1.Pemboran geologi teknik


Dasar teori pemboran geologi teknik ada 2 jenis yaitu pemboran mesin dan bukan mesin.
Pemboran mesin adalah semua jenis pemboran yang menggunakan penggerak dari tenaga
mesin. Sistim pemboran mesin ini batang bor diputar secara mekanis dan putarannya
diteruskan ke mata bor pada dasar lubang bor. Inti batuan yang terpotong akan tertinggal
dalam tabung inti dan diangkat kepermukaan untuk dianalisa, diuji dan di simpan dalam
kotak contoh

Secara umum penggunaan pemboran mesin ini adalah metode yang umum dilakukan dalam
penyelidikkan tanah/batuan. Mata bor ada bermacam-macam penggunaanya tergantung jenis
tanah/batuan, alat bor dan kapasitas pemboran yang dikehendaki.

Dalam teknik pemboran yang benar, seluruh inti bor dapat terambil dan pengujian setempat
juga dapat dilaksanakan.Kegunaannya yaitu:

a. penyelidikan bahan tambang/endapan mineral

b. mengetahui struktur geologi suatu daerah

c. penyelidikan tanah dasar(bangunan sipil)

d. pembuatan sumur eksplorasi & eksploitasi air tanah

e. Pembuatan lubang pengeringan air dalam tambang bawah tanah

f. Pembuatan lubang peledakan batuan

 Kuliah ke-11

Geologi rekayasa di bidang lingkungan

Geologi teknik pada bidang lingkungan pada hakekatnya merupakan ilmu geologi terapan
yang ditujukan sebagai upaya memanfaatkan sumber daya alam dan energi secara efisien dan
efektif untuk memenuhi kebutuhan perikehidupan manusia pada masa kini dan masa
mendatang dengan mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya semaksimal
mungkin (Iqbal, 2011).meliputi bagian permukaan dan bawah permukaan, batuan sebagai
komponen penyusun, serta proses – proses fisik yang membentuk selama waktu geologi
(eksogen dan endogen). Lingkungan yakni total keseluruhan dari suatu keadaan. Lingkungan
meliputi kondisi fisik dan social budaya.Kondisi fisik berupa bentuk lahan, udara, air, dan
gas.Sedangkan social budaya meliputi etika, ekonomi, estetika, dan kenyamanan.

Konsep – konsep Geologi Lingkungan

Dalam Ilmu Geologi Lingkungan tidak pernah terlepas dari pemahaman mengenai bumi
beserta isi dan aktivitasnya.Terdapat 7 Konsep Geologi Lingkungan yang perlu dipahami
oleh planner dalam perencanaan suatu wilayah. Secara umum konsep – konsep tersebut
menjelaskan bahwa bumi pada dasarnya merupakan suatu sistem tertutup; bumi adalah satu-
satunya tempat tinggal paling sesuai dengan kehidupan manusia, akan tetapi SDA yang
dimiliki sangat terbatas; proses – proses fisik yang terjadi dibumi telah merubah keadaan
bentang alam yang kita miliki; banyak proses – proses alam yang terjadi di bumi yang
membahayakan umat manusia, bencana alam itu harus kita kenali dan kita hindari dengan
merawat alam serta meminimalkan penggunaan SDA; perencanaan penggunaan lahan dan air
harus berusaha memperhatikan keseimbangan ekonomi dan estetis; dampak dari penggunaan
lahan cenderung bertumpuk; serta komponen fundamental lingkungan merupakan faktor
geologi, dan pemahaman tentang lingkungan memerlukan beberapa pendekatan melalui ilmu
– ilmu kebumian dan disiplin ilmu yang lain yang berhubungan.

Konsep pertama menjelaskan bahwa bumi pada dasarnya merupakan sistem


tertutup.Maksudnya, di bumi terdapat berbagai macam peristiwa yang terjadi karena aktivitas
– aktivitas setiap bagian dari bumi.Bumi dikatakan sebagai system dengan empat buah
bagian.Yaitu atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan litosfer.Di setiap bagian system itu terjadi
berbagai macam aktivitas yang saling berkaitan.Itulah mengapa bumi disebut sebagai suatu
sistem tertutup.

Konsep kedua, yakni menjelaskan bahwa bumi merupakan satu – satunya tempat yang paling
sesuai dengan kehidupan manusia, akan tetapi sumber daya yang dimiliki sangat terbatas.
Menurut penulis senior dari The Earth and Human Affairs, Leo F. Laporte, dia mempercayai
isi dari konsep kedua termasuk dua kebenaran pokok, pertama bahwa bumi ini tentu saja
satu-satunya tempat tinggal yang bisa kita tempati. Yang kedua, SDA kita terbatas dan
walaupun ada beberapa SDA yang bisa diperbarui, tetapi masih lebih banyak SDA yang tak
bisa diperbarui. Tentunya akan diperlukan tindakan yang tepat untuk bisa memanfaatkannya
dengan baik sekaligus melestarikanya.

Konsep ketiga menjelaskan bahwa proses – proses fisik yang terjadi di bumi mengubah
bentang alam yang kita miliki. Konsep ini memberikan kita suatu pengetahuan tentang
sejarah geologi mengenai proses yang telah terbentuk pada masa lalu yang saat ini kita masih
bisa lihat hasil dari proses – proses itu. Dengan kata lain, sekarang adalah kunci dari masa
lalu, yang di ungkapkan oleh James Hutton (1785). Dengan mampu malihat semua keadaan
bentang alam di bumi ini pada masa kini, kita bisa mengetahui proses – proses yang telah
terjadi pada masa lalu.

Konsep keempat, yakni menjelaskan tentang banyak proses alam yang terjadi di bumi yang
membahayakan umat manusia. Sebagai contoh, aktivitas gunung berapi (meletus), tsunami,
erosi, longsor, gempa bumi, dan lain sebagainya. Semua bencana itu merupakan dampak dari
proses – proses yang terjadi di bumi, karena bumi merupakan suatu sistem yang terus
bergerak. Kita sebagai manusia yang tinggal di bumi harus bisa mengenali bencana alam dan
menghindarinya sebisa mungkin.Juga kita berkewajiban untuk merawatnya serta
menggunakan potensi yang dimiliki bumi secara tepat dan bertanggung jawab.

Konsep kelima, menjelaskan tentang perencanaan penggunaan lahan dan pengairan harus
berusaha memperhatikan keseimbangan antara pertimbangan segi ekonomi dan dari segi
yang lain seperti estetika. Dewasa ini pertimbangan sumber daya alam dan evaluasi
keindahan sebuah kawasan sebelum dilakukannya pembangunan menjadi bagian penting
dalam teori“Environmental impact” atau dampak lingkungan.
Konsep keenam, menjelaskan tentang dampak dari penggunaan lahan yang cenderung
bertumpuk.

konsep ketujuh yang menjelaskan tentang komponen fundamental lingkungan merupakan


faktor geologi, dan pemahaman tentang lingkungan memerlukan beberapa pendekatan
melalui ilmu – ilmu kebumian dan disiplin ilmu yang lain yang berhubungan. Terdapat
perbedaan dalam mempertimbangkan suatu pembangunan sebuah wilayah yang dapat
digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu fisik, biologis, dan fungsi kedayagunaan. Faktor
fisik yaitu pertimbangan keadaan geografis, proses geografis, proses hidrologi, tipe batuan
dan tanah, dan klimatologi. Faktor biologis yaitu, pertimbangan aktivitas mahluk hidup
terutama tumbuhan dan hewan, perubahan keadaan biologis atau proses, spatial analisis
terhadap informasi.Faktor fungsi kedayagunaan yaitu, kegunaan lahan, estetika, keterkaitan
antara aktivitas manusia dengan faktor fisik dan biologis, dan peraturan yang mengatur
lingkungan.

 Kuliah ke-12

Geologi rekayasa di bidang kontruksi bangunan

Geologi Teknik merupakan aplikasi geologi untuk kepentingan keteknikan, yang menjamin
pengaruh faktor-faktor geologi terhadap lokasi, desain, konstruksi, pelaksanaan
pembangunan (operation) dan pemeliharaan hasil kerja keteknikanatau engineering works
(American Geological Institute dalam Attewell & Farmer, 1976). Didalamnya mempelajari
antara lain: mekanika tanah dan batuan, teknik pondasi, struktur bawah tanah. Sebenarnya
pengetahuan ini sudah dimengerti dan dipergunakan beberapa abad yang lalu baik di
indonesia maupun di negeri-negeri lain. Di indonesia misalnya pada pembuatan candi-candi
pada waktu itu sudah dapat memilih batu-batu berkualitas. Pemakaian ilmu geologi untuk
bidang teknik sipi dilakukan oleh ahli teknik sipil inggris bernama William Smith (1839)
dikenal sebagai bapak geologi inggris. Dengan pembuatan terowongan kereta api swiss,
bendungan di california, (1928). Di indonesia kira-kira 50 tahun yang lalu baru mulai ada
kesadaran pentingnya geologi dalam pekerjaan-pekerjaan sipil.

Peristilahan material bangunan sering terjadi masalah, oleh karena itu sebagai konsultan
bidang geologi teknik harus memahami istilah-istilah atau batasan-batasan yang benar
menurut teknik sipil.Ada perbedaan pengertian dalam bidang geologi maupun bidang teknik
sipil tentang tanah dan batuan.Peran Ahli geologi dan teknik sipil digambarkan sebagai
berikut:

Ø Implementasi Geologi Teknik

a. Bendungan/ Dam

b. Terowongan

c. Jembatan
d. Fondasi

a. Konstruksi Bendungan

 Kuliah ke-13

Geologi rekayasa di bidang material tanah dan batuan

Pengenalan umum (permasalahan dan aplikasi rekayasa geoteknik dalam bangunan sipil),
tanah dan proses pembentukannya, sifat indeks (kadar air, berat jenis, berat volume tanah,
analisis ukuran butir, batas-batas Atterberg, Klasifikasi (USCS, AASHTO, BS), Mineral
lempung, identifikasi mineral lempung, interaksi antara air dan mineral lempung, pemadatan
(laboratorium & lapangan), kontrol kepadatan di lapangan, konsep tegangan
efektif. Memahami tanah, batuan sebagai bahan konstruksi teknik sipil, struktur geologi
tanah, sesar, joint dan asal tanah dan batuan. Memiliki kemampuan dalam merancang dan
melakukan penelitian, serta menganalisis dan menginterprestasi data. Materi-materi:

1. Pengertian geologi dan geologi teknik


2. Susunan bumi
3. Batuan dan mineral
4. Batuan beku dan endapan
5. Batuan vulkanik, ubahan dan umur batuan
6. Struktur geologi
7. Bentang alam
8. Erosi dan metode pengukurannya
9. Gerakan tanah/longsor
10. Penanggulangan erosi dan longsor
11. Penyelidikan geologi

 Kuliah ke-14

Geologi rekayasa di bidang fisika

Aplikasi geologi rekayasa di bidang fisika dikenal dengan dengan ilmu geofisika. Secara
garis besar geofisika adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk mengetahui
dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan bumi, atau dapat pula diartikan
mempelajari bumi dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika. Bidang geofisika yang
dikembangkan dalam kelompok keahlian Geofisika Global meliputi keilmuan
yang mencakup: seismologi, geodinamika, pencitraan struktur bumi menggunakan
tomografi, geomagnetic, gunung api dan panas bumi, seismic hazard, deformasi bumi
menggunakan Global Navigation System (GNSS), seismic data. Di
mana geologi mempelajari Bumi dengan pengamatan langsung di permukaan Bumi seperti
jenis batuan, struktur, komposisi dan yang lainnya sedangkan geofisika menggunakan data
yang tidak benar-benar bisa diamati di permukaan Bumi. Beberapa definisi geofisika yaitu:

1. Geofisika adalah: Karakterisasi/ilmu yang mempelajari tentang bawah permukaan


dari geologi, struktur geologi, air tanah, pencemaran, dan fosil/arkeologi manusia di
bawah permukaan bumi, berdasarkan pemetaan secara lateral dan vertikal dari
parameter secara fisika dari permukaan dengan menggunakan teknologi. Banyak dari
teknologi ini digunakan untuk eksplorasi bahan bernilai ekonomis seperti air tanah,
logam, geothermal dan hidrokarbon.
2. Geofisika adalah: Penyelidikan dengan teknologi terhadap kondisi bawah permukaan
di bumi melalui pengukuran, analisis dan interpretasi medan fisik dari permukaan.
Beberapa penelitian digunakan untuk menentukan secara tepat sesuatu yang
terkandung di bawah permukaan dari satuan kedalaman meter hingga investigasi
kedalaman kilometer.

Dari kedua definisi tersebut bahwa Geofisika memiliki maksud yang sama, yaitu ilmu
geofisika dapat menyelidiki bawah permukaan secara tidak langsung.

 Kuliah ke-15

Geologi rekayasa di bidang perencanaan wilayah

Geologi rekayasa untuk teknik sipil dan perencanaan wilayah seperti : siklus geologi, batuan
beku, proses permukaan, batuan sedimen, batuan metamorf; struktur geologi, peta geologi
dan potongan, interpretasi peta geologi, lempeng tektonik, bencana (gempa, gunung api),
batuan di Indonesia, dataran banjir dan aluvium dan karakteristik geologi setempat yang
digunakan untuk dasar perencanaan dan pengembangan wilayah kota maupun desa ataupun
wilayah khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan kesesuaian lahan berdasarkan
faktor-faktor kondisi tersebut di atas.

 Kuliah ke-16

Pelaksanaan Ujian Akhir Semester menunggu informasi dari BAA

Anda mungkin juga menyukai