KONAS Undangan Anggota PGLII
KONAS Undangan Anggota PGLII
KONAS Undangan Anggota PGLII
Nomor : 03.07.23/KONAS/PP.PGLII/2023
Lampiran : 1 (satu) set
Perihal : Undangan Konsultasi Nasional dan HUT ke-52
Kepada Yth.
1. Pimpinan Sinode Anggota PGLII
2. Pimpinan Yayasan Kristen anggota PGLII
Di tempat
Syalom,
Dalam rangka mensyukuri ulang tahun ke-52, Persekutuan Gereja- Gereja dan Lembaga- Lembaga
Injili (PGLII) akan menyelenggarakan Konsultasi Nasional (Konas) dengan tema “PGLII Menyambut
Pemilu 2024 Sebagai Pemilu Damai dan Bermartabat” yang akan dilaksanakan pada:
Melalui surat ini, dalam penuh sukacita kami mengundang Bapak/ Ibu untuk menghadiri Konas ini.
Pendaftaran dapat dilakukan melalui googleform di https://forms.gle/WsHuogouGJho9bEZ7.
Untuk pendaftaran dan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Panitia di nomor 0852 1117 8184
(Sekretariat PGLII Pusat).
Demikian surat undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasama Bapak Ibu, kami
mengucapkan terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.
Hormat kami
PANITIA PELAKSANA
KONSULTASI NASIONAL DAN HUT KE-52
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DAN LEMBAGA-LEMBAGA INJILI INDONESIA
Latar Belakang
Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 menjadi momen penting dalam keberlanjutan demokrasi di Indonesia.
Pemilu yang dijadwalkan pada tanggal 14 Februari itu akan memilih anggota DPRD kabupaten/ kota, DPRD
provinsi, DPR dan DPD, sekaligus memilih pasangan presiden-wakil presiden secara langsung. Ada 20.462
kursi yang diperebutkan untuk kursi DPR dan DPRD seluruh Indonesia, yang berarti ratusan ribu orang
mencalonkan diri dan berkompetisi, mengupayakan suara dari puluhan juta pemilih. Pemilihan legislatif
(pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) yang dilaksanakan bersamaan ini berdampak pada situasi kampanye
cukup pelik, dengan berbagai upaya persuasi nan massif, disertai dampak dalam ritme kehidupan
masyarakat.
Tidak itu saja, pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak yang juga berlangsung pada bulan November,
menjadikan tahun 2024 sebagai tahun politik, tahun dimana tersedianya kesempatan bagi warga negara
sebagai pemilih untuk berpartisipasi dalam keterwakilan politik juga transisi kekuasaan. Partisipasi
masyarakat pada pemilu merupakan bentuk kedaulatan rakyat, yang dalam proses demokrasi seyogyanya
berujung pada peningkatan kesejahteraan bangsa. Karenanya, sungguh disesalkan jika pemilu diupayakan
hanya sebagai perebutan kekuasaan belaka, mewajarkan cara-cara kontraproduktif bagi kemajuan
demokrasi itu sendiri, salah satunya dengan politik identitas.
Istilah politik identitas mengacu pada penggunaan identitas sosial, seperti suku, agama sebagai faktor yang
mempengaruhi preferensi politik seseorang. Politik identitas telah menjadi perhatian dalam pemilihan-
pemilihan di banyak negara belakangan ini, demikian pula dalam Pemilu 2024, isu ini tetap relevan untuk
diantisipasi. Dalam konteks tertentu, politik identitas dapat memberikan ruang bagi kelompok-kelompok
minoritas untuk menyuarakan kepentingan dan memperjuangkan persamaan hak.
Namun, melihat pemilu di tahun 2014 dan 2019, terutama fragmentasi pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017,
politik identitas tidak lagi sekedar tentang mengakomodir kepentingan kelompok terpinggirkan. Politik
identitas dimanfaatkan secara ekstrem bahkan memperdalam pembelahan sosial, hingga merusak kesatuan
dalam masyarakat. Diskusi politik berkualitas terabaikan, digantikan dengan pertarungan identitas nan keras,
yang oleh industri buzzer digaungkan lebih dahsyat, menjadikan provokasi melalui hoax, black campaign
bertubi-tubi disiarkan dan beredar di media sosial. Akhirnya, pembahasan isu-isu substansial yang relevan
dengan kehidupan masyarakat, seperti perekonomian, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan tergerus.
Menghindari retorika yang memecah-belah dan mempromosikan dialog adalah langkah penting dalam
memastikan pemilu yang berpusat pada substansi kebijakan dan kepentingan masyarakat secara
keseluruhan. Selain itu, pendidikan politik dan pemahaman yang lebih baik tentang konsep-konsep
demokrasi serta beriorientasi kesejahteraan dapat membantu mengurangi penekanan berlebihan pada
politik identitas. Masyarakat perlu didorong untuk memilih berdasarkan pemahaman yang lebih luas tentang
isu-isu politik, bukan hanya berdasarkan faktor identitas yang sempit.
Umat Kristen sebagai warga negara dengan hak memilih (juga dipilih), semestinya menjadikan pemilu 2024
sebagai kesempatan untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap calon yang diyakini dapat mewakili
Terms of Reference - 2
kepentingan dengan sungguh. Secara praktis, dalam menjalankan hak suara mereka, masyarakat (umat
Kristen) harus tetap mengutamakan prinsip-prinsip demokrasi, dialog, dan penilaian yang bijaksana terhadap
calon berdasarkan visi dan rencana mereka untuk memajukan negara dan masyarakat secara keseluruhan,
bukan hanya terakomodirnya kepentingan kelompok atau bahkan kepentingan pribadi saja.
Keterlibatan umat Kristen dalam pembangunan demokrasi di Indonesia, tentu tidak hanya pada pemilu saja.
Dalam spektrum lebih luas, prinsip-prinsip demokrasi yang melibatkan kebebasan berpendapat, hak asasi
manusia, kebebasan pers, partisipasi masyarakat sipil yang aktif, pengawasan publik dan institusi yang kuat
juga harus ditegakkan untuk mencapai demokrasi yang berkelanjutan. Demokrasi yang selaras dengan nilai-
nilai firman Allah, yang diupayakan dengan keterwakilan dalam legislatif maupun kepemimpinan eksekutif,
memiliki tantangan sendiri untuk menjaga agar selaras dengan apa yang diinginkan rakyat sesuai dengan cita-
cita bangsa dan negara.
Persekutuan Gereja- Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII), sebagai Lembaga Gerejawi Aras
Nasional yang salah satu tujuannya ialah, “Berperan dalam peningkatan kesejahteraan bangsa, penegakan
keadilan berdasarkan hukum, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan menjunjung Bhinneka
Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”
(Anggaran Dasar pasal 5), memandang perlu untuk memberikan edukasi politik bagi umat Kristen serta
pembekalan keimanan bagi calon-calon anggota legislatif.
Bagi umat, sebab peran sebagai warga negara dalam berdemokrasi, terutama pada pemilu, perlu dibangun
dengan perspektif kebangsaan dan Injil yang utuh. Bagi calon anggota legislatif, untuk menguatkan serta
memperkaya motivasi keterlibatan berpolitik sebagai praktek keimanan mengupayakan kesejahteraan orang
banyak dalam pemenuhan panggilan ilahi. Hal ini penting dilakukan untuk meneguhkan, memaksimalkan
peran umat Kristen sebagai “garam dan terang” dalam dinamika bangsa dan negara, sebagai gereja yang
“membaca tanda- tanda zaman”.
Melihat fakta politik identitas pada pemilu sebelumnya, juga pentingnya mengedukasi umat Kristen terkait
pemilu dan masa depan Indonesia, PGLII akan menyelenggarakan Konsultasi Nasional yang dirangkaikan
dengan Hari Ulang Tahun ke-52 PGLII. Diharapkan, kegiatan ini dapat membangun kesadaran umat Tuhan
untuk terlibat pada pemilu 2024 dalam keutuhan bangsa, tidak meninggalkan perpecahan berlarut.
a. Membangun pemahaman tentang pemilu sebagai bagian demokrasi dalam upaya kemajuan negara
dan bangsa.
b. Memahami pentingnya peran umat Kristen dalam Pemilu 2024, seiring tanggung jawab sebagai
warga gereja dan warga negara.
c. Mengetahui signifikansi Pemilu 2024, mengingat akan terpilihnya presiden dan wakil presiden non
petahana, yang akan menentukan situasi politik dan arah kebijakan pemerintahan selanjutnya.
a. Terbangunnya kesadaran umat Kristen untuk berperan pada pemilu 2024 dalam hikmat dan
wawasan terbarukan.
b. Gereja menyuarakan dan menjadi bagian pemilu 2024 yang damai, dimana kampanye tidak berisi
kebencian hingga memecah keutuhan bangsa. Hal ini menjadi nuansa mengantarkan pemilu dengan
asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
c. Calon anggota DPR, DPD atau DPRD tingkat provinsi, kabupaten/kota meyakini bahwa keberadaan
mereka sebagai wakil rakyat merupakan pelayanan keimanan dalam mendorong kebijakan yang
mensejahterakan rakyat.
Terms of Reference - 3
Bentuk Kegiatan:
Peserta:
Kegiatan ini akan dihadiri pimpinan gereja-gereja, perwakilan aras nasional, pejabat pemerintah, pimpinan
lembaga-lembaga, pimpinan sekolah-sekolah tinggi teologi dan undangan lainnya.
Pelaksanaan:
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 2-3 Agustus 2023, bertempat di MDC Hall, Wisma 76, Jakarta.
Panitia Pelaksana :
Rencana Biaya:
Jadwal Acara:
IBADAH
Ibadah Pembukaan
08.00 - 09.30
Pelayan Firman: Pdt. Dr. Daniel Ronda
KONSULTASI NASIONAL
19.00 - 19.15 Sambutan oleh Pdt. Dr. Ronny Mandang, M.Th. (Ketua Umum PGLII)
19.15 - 19.45 Pengarahan oleh Pdt. Ronny Sigarlaki (Sekretaris Majelis Pertimbangan PGLII)
IBADAH
Ibadah
07.00 - 08.00
Pengkhotbah: Pdt. Dr. Elly Soeparno
Terms of Reference - 5
KONSULTASI NASIONAL
13.00 Selesai