Materi - Anti Radikalisme

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

MATERI ANTI RADIKALISME

Ebook ini HANYA BOLEH didownload oleh Member Situs


www.ebooksoalcpns.com

Ebooksoalcpns.com
RADIKALISME

Pengertian radikalisme

Pengertian Radikalisme, dan Pendidikan Anti radikalisme Radikalisme berasal dari bahasa latin,
radix, yang berarti “akar”. Radikalisme adalah paham yang menghendaki adanya perubahan dan
perombakan besar untuk mencapai kemajuan. Dalam perspektif ilmu sosial, radikalisme erat
kaitannya dengan sikap yang mendambakan perubahan terhadap status quo dengan cara
menggantikannya dengan sesuatu yang sama sekali baru dan berbeda. Radikalisme merupakan
respon terhadap kondisi yang sedang berlangsung yang muncul dalam bentuk evaluasi,
penolakan, atau bahkan perlawanan terhadap ide, asumsi dan nilai. Menurut Zahratul Mahmudati
radikalisme adalah pemikiran atau sikap yang ditandai oleh empat hal yang sekaligus menjadi
karakteristiknya, yaitu: pertama, sikap tidak toleran dan tidak menghargai pendapat atau
keyakinan orang lain. Kedua, sikap fanatik, yakni sikap yang membenarkan diri sendiri dan
menyalahkan orang lain. Ketiga, sikap eksklusif, yakni sikap tertutup dan berusaha berbeda
dengan kebiasaan orang banyak. Keempat, sikap revolusioner, yakni kecenderungan untuk
menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan (Zahratul Mahmudati: 2014, 30). Istilah
radikalisme ini murni produk Barat yang sering dihubungkan dengan fundamentalisme dalam
Islam. Dalam tradisi barat fundamentalisme Islam sering ditukar dengan istilah lain seperti,
“ekstrimisme Islam” sebagai mana disebutkan oleh Gilles Kepel atau “Islam radikal” menurut
Emmanuel Siven, dan ada juga dengan istilah “integrisme”, “revivalisme”, atau “Islamisme”
(Rohimin: 2006, 15). Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan gejala “kebangkitan
Islam” yang diikuti dengan militansi dan fanatisme yang terkadang sangat ekstrim.
Dibandingkan dengan istilah lain, “Islam radikal” yang paling sering digunakan. Radikalisme
musuh besar bangsa ini.Kehadiran gerakan-gerakan radikal telah menyebabkan terganggunya
keutuhan bangsa dan menenggelamkan nilai-nilai luhur yang menjadi warisan pendiri
bangsa.Pada akhirnya dapat menghancurkan bangsa dan negara.Sungguh tindakan radikal adalah
perbuatan keji dan berbahaya.Maka wajar apabila agama-agama mengutuk terjadinya tindakan
radikal dan terorisme.Karena orang-orang yang bergabung dengan gerakan tersebut cenderung
tidak mampu menerima faham atau kelompok yang berbeda faham dengan kelompok mereka.

Sejarah awal radikalisme

Menurut Ensiklopedia Britanica, istilah radikalisme pertama kali digunakan oleh Charles James
Fox, yang pada tahun 1797 mendeklarasikan "reformasi radikal". Gerakan ini terdiri dari
perluasan hak pilih secara drastis ke titik hak pilih universal. Istilah radikal kemudian mulai
digunakan sebagai istilah umum yang mencakup semua pihak yang mendukung gerakan
reformasi parlementer.

Di Prancis sebelum 1848 istilah radikal menunjuk seorang republik atau pendukung hak pilih
universal. Memasuki abad ke-19, pemaknaan radikalisme berubah karena pengaruh bahwa
manusia bisa mengontrol lingkungan sosial mereka melalui tindakan kolektif, sebuah posisi yang
dipegang oleh apa yang disebut radikal filosofis.

Ebooksoalcpns.com
Ini membuat radikalisme lekat dengan para kaum Marxis atau kelompok ideologi lain, yang
notabene mendukung agenda perubahan sosial politik secara mendasar dan keras melalui
revolusi.

Di Amerika, radikalisme berarti ekstremisme politik dalam bentuk apa pun, baik kiri maupun
kanan. Komunisme dianggap sebagai radikal kiri, sementara fasisme dianggap sebagai radikal
kanan. Berbagai gerakan pemuda di Amerika Serikat, yang secara luas disebut radikal, dikaitkan
dengan kecaman terhadap nilai-nilai sosial dan politik tradisional.

Istilah radikalisme di Indonesia

Radikalisme adalah paham yang berpotensi mengancam bangsa. tujuan dan target pemerintah
terkait penggunaan istilah radikalisme adalah:

1. Radikalisme ditujukan pada kelompok tertentu yang notabene bermaksud mengganti


Pancasila dan UUD 1945 dengan sistem lain.
2. Radikalisme digunakan untuk menyebut aktivitas politik kelompok tertentu yang bersifat
ekstrem, yang bukan saja tak segan menggunakan cara-cara kekerasan, memaksakan
kehendak, melainkan lebih jauh bahkan tak jarang juga melakukan praktik terorisme.
3. Radikalisme merujuk pada kelompok yang sebenarnya justru memiliki sikap dan nilai-
nilai antidemokrasi.

Ciri-Ciri Radikalisme

Menurut Masduqi (2012), seseorang atau kelompok yang terpapar paham radikalisme ditandai
dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompok lain yang tak sependapat.
Klaim kebenaran selalu muncul dari kalangan yang seakan-akan mereka adalah Nabi
yang tak pernah melakukan kesalahan ma’sum padahal mereka hanya manusia biasa.
Oleh sebab itu, jika ada kelompok yang merasa benar sendiri maka secara langsung
mereka telah bertindak congkak merebut otoritas Allah.
2. Radikalisme mempersulit agama Islam yang sejatinya samhah (ringan) dengan
menganggap ibadah sunnah seakan-akan wajib dan makruh seakan-akan haram.
Radikalisme dicirikan dengan perilaku beragama yang lebih memprioritaskan persoalan-
persoalan sekunder dan mengesampingkan yang primer.
3. Berlebihan dalam beragama yang tidak pada tempatnya. Dalam berdakwah mereka
mengesampingkan metode gradual yang digunakan oleh Nabi, sehingga dakwah mereka
justru membuat umat Islam yang masih awam merasa ketakutan dan keberatan.
4. Kasar dalam berinteraksi, keras dalam berbicara dan emosional dalam berdakwah. Ciri-
ciri dakwah seperti ini sangat bertolak belakang dengan kesantunan dan kelembutan
dakwah Nabi.
5. Kelompok radikal mudah berburuk sangka kepada orang lain di luar golongannya.
Mereka senantiasa memandang orang lain hanya dari aspek negatifnya dan mengabaikan
aspek positifnya. Berburuk sangka adalah bentuk sikap merendahkan orang lain.
Kelompok radikal sering tampak merasa suci dan menganggap kelompok lain sebagai
ahli bid’ah dan sesat.

Ebooksoalcpns.com
6. Mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda pendapat. Kelompok ini mengkafirkan
orang lain yang berbuat maksiat, mengkafirkan pemerintah yang menganut demokrasi,
mengkafirkan rakyat yang rela terhadap penerapan demokrasi, mengkafirkan umat Islam
di Indonesia yang menjunjung tradisi lokal, dan mengkafirkan semua orang yang berbeda
pandangan dengan mereka sebab mereka yakin bahwa pendapat mereka adalah pendapat
Allah.

Sedangkan menurut Rubaidi (2007), ciri-ciri gerakan radikalisme dalam agama ditandai dengan
hal-hal sebagai berikut:

1. Menjadikan Islam sebagai ideologi final dalam mengatur kehidupan individual dan juga
politik ketatanegaraan.
2. Nilai-nilai Islam yang dianut mengadopsi sumbernya di Timur Tengah secara apa adanya
tanpa mempertimbangkan perkembangan sosial dan politik ketika Al-Quran dan hadits
hadir di muka bumi ini, dengan realitas lokal kekinian.
3. Karena perhatian lebih terfokus pada teks Al-Quran dan hadits, maka purifikasi ini sangat
berhati-hati untuk menerima segala budaya non asal Islam (budaya Timur Tengah)
termasuk berhati-hati menerima tradisi lokal karena khawatir mencampuri Islam dengan
bid'ah.
4. Menolak ideologi Non-Timur Tengah termasuk ideologi Barat, seperti demokrasi,
sekularisme dan liberalisasi. Sekali lagi, segala peraturan yang ditetapkan harus merujuk
pada Al-Quran dan hadits.
5. Gerakan kelompok ini sering berseberangan dengan masyarakat luas termasuk
pemerintah. Oleh karena itu, terkadang terjadi gesekan ideologis bahkan fisik dengan
kelompok lain, termasuk pemerintah.

Faktor Penyebab Radikalisme

Menurut Azyumardi (2012), terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab atau sumber
masalah tumbuhnya paham radikalisme pada seseorang adalah sebagai berikut:

1. Pemahaman keagamaan yang literal, sepotong-sepotong terhadap ayat-ayat Al-Quran.


Pemahaman seperti itu hampir tidak umumnya moderat, dan karena itu menjadi arus
utama (mainstream) umat.
2. Bacaan yang salah terhadap sejarah umat Islam yang dikombinasikan dengan idealisasi
berlebihan terhadap umat Islam pada masa tertentu.
3. Deprivasi politik, sosial dan ekonomi yang masih bertahan dalam masyarakat.
Kelompok-kelompok ini dengan dogma eskatologis tertentu bahkan memandang dunia
sudah menjelang akhir zaman dan kiamat, sehingga sekarang sudah waktunya bertaubat
melalui pemimpin dan kelompok mereka.
4. Masih berlanjutnya konflik sosial bernuansa intra dan antar agama dalam masa
reformasi.Melalui internet, selain menggunakan media kertas, kelompok radikal juga
memanfaatkan dunia maya untuk menyebarkan buku-buku dan informasi tentang jihad.

Ebooksoalcpns.com
Selain itu, menurut Hikam (2016), terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi masuknya
paham radikalisme di Indonesia, yaitu:

a. Faktor Geografi
Letak geografi Republik Indonesia berada di posisi silang antara dua benua merupakan
wilayah yang sangat strategis secara geostrategic tetapi sekaligus ,rentang terhadap
ancaman terorisme internasional. Dengan kondisi wilayah yang terbuka dan merupakan
negara kepulauan, perlindungan keamanan yang konprenshif sangat diperlukan.

b. Faktor Demografi
Penduduk Indonesia adalah mayoritas beragama Islam dan mengikuti berbagai aliran
pemikiran (schools of thought) serta memiliki budaya yang majemuk. Oleh karena itu hal
ini berpotensi untuk dieksploitasi dan dimanipulasi oleh kelompok radikal.

c. Faktor Sumber Kekayaan Alam


Sumber daya kekayaan Indonesia yang melimpah, tapi belum dimanfaatkan demi
kesejahteraan rakyat juga berpotensi dipergunakan oleh kelompok radikal untuk
mengkampanyekan ideologi. Hal ini dilakukan mereka melalui isu-isu sensitif seperti
kemiskinan, ketidakadilan, kesenjangan ekonomi dan ketidakmerataan kesejahteraan
antar penduduk dan wilayah.

d. Faktor Ideologi
Kondisi politik pasca reformasi yang masih belum reformasi dan seimbang telah
memberikan peluang bagi proses pergeseran dan bahkan degradasi pemahaman ideologi.
Munculnya berbagai ideologi alternatif dalam wacana kiprah politik nasional serta
ketidaksiapan pemerintah menjadi salah satu penyebab masuknya pemahaman radikal.
Belum lagi, pemerintah yang belum mampu menggalakkan kembali sosialisasi nilai-nilai
dasar dan ideologi nasional Pancasila dalam masyarakat, ditambah lagi karut marut dalam
bidang politik adalah beberapa faktor penyebab utamanya.

e. Faktor Politik
Problem dalam kehidupan politik yang masih mengganjal adalah belum terwujudnya
check and balances sebagaimana yang dikehendaki oleh konstitusi, terutama dalam
rangka sistem pemerintahan Presidensil. Hal ini berakibat serius bagi pemerintah yang
selalu mendapat intervensi partai politik di Parlemen sehingga upaya pemulihan
kehidupan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat terganggu. Ketidakseimbangan antara
harapan rakyat pemilih dengan kinerja pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
menciptakan ketidakpercayaan publik yang tinggi. Hal ini membuka peluang bagi upaya
Destabilisasi politik melalui berbagai cara dan saluran termasuk media massa dan
kelompok penekan (Preasure Grups).

f. Faktor Ekonomi
Kemiskinan, pengangguran kesenjangan antara kaya-miskin dan kesenjangan antara kota
dan desa, serta antar daerah. Pengaruh ekonomi global yang belum kunjung pulih dan
stabil, bagaimanapun juga, membuat ekonomi Indonesia yang tergantung dengan
fluktuasi ekonomi pasar global masih belum bisa berkompetisi dengan pesaing-
pesaingnya baik di tingkat regional maupun internasional.

Ebooksoalcpns.com
g. Faktor Sosial Budaya
Bangsa Indonesia yang majemuk kemudian kehilangan jangkar jati dirinya sehingga
mudah terbawa oleh pengaruh budaya cosmopolitan dan pop (popular culture) yang
ditawarkan oleh media (TV, Radio, Jejaring Sosial dan sebagainya). Kondisi anomie dan
alienasi budaya dengan mudah menjangkit kawula muda Indonesia sehingga mereka
sangat rentang terhadap pengaruh negatif seperti hedonism dan kekerasan.

h. Faktor Pertahanan dan Keamanan


Kelompok teroris di Indonesia masih terus melakukan kegiatan propaganda ideologi dan
tindak kekerasan. Hal ini dapat dilihat pada aksi di beberapa daerah di Indonesia.
Ketidaksiapan aparat keamanan dalam berkoordinasi dengan para penegak hukum masih
cukup mengkhawatirkan dalam hal penanggulangan terorisme di waktu-waktu yang akan
datang.

Pencegahan Radikalisme

Program yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi paham


radikalisme dilakukan melalui cara yang dikenal dengan deredikalisasi. Deradikalisasi adalah
suatu upaya mereduksi kegiatan-kegiatan radikal dan menetralisir paham radikal bagi mereka
yang terlibat teroris dan simpatisannya serta anggota masyarakat yang telah terekspose paham-
paham radikal teroris. Deradikalisasi mempunyai makna yang luas, mencakup hal-hal yang
bersifat keyakinan, penanganan hukum, hingga pemasyarakatan sebagai upaya mengubah yang
radikal menjadi tidak radikal. Oleh karena itu deradikalisasi dapat dipahami sebagai upaya
menetralisasi paham radikal bagi mereka yang terlibat aksi terorisme dan para simpatisasinya,
hingga meninggalkan aksi kekerasan. Deradikalisasi dilakukan melalui proses meyakinkan
kelompok radikal untuk meninggalkan penggunaan kekerasan. Program ini juga bisa berkenaan
dengan proses menciptakan lingkungan yang mencegah tumbuhnya gerakan-gerakan radikal
dengan cara menanggapi root cause (akar-akar penyebab) yang mendorong tumbuhnya gerakan-
gerakan ini.

Menurut Azyumardi (2012), deredikalisasi dilakukan dengan enam pendekatan, yaitu


rehabilitasi, reedukasi, resosialisasi, pembinaan wawasan kebangsaan, pembinaan keagamaan
moderat, dan kewirausahaan. Adapun penjelasan pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Rehabilitasi
Program rehabilitasi dilakukan dengan dua cara, yaitu;
• pembinaan kemandirian untuk melatih dan membina para mantan napi
mempersiapkan keterampilan dan keahlian, serta
• pembinaan kepribadian untuk melakukan pendekatan dengan berdialog kepada
para napi teroris agar mindset mereka bisa diluruskan serta memiliki pemahaman
yang komprehensif serta dapat menerima pihak yang berbeda dengan mereka.
Proses rehabilitasi dilakukan bekerjasama dengan berbagai pihak seperti polisi, lembaga
Pemasyarakatan, Kementerian Agama, Kemenkokersa, ormas, dan lain sebagainya.
Diharapkan program ini akan memberikan bekal bagi mereka dalam menjalani kehidupan
setelah keluar dari lembaga Pemasyarakatan.
b) Reedukasi adalah penangkalan dengan mengajarkan pencerahan kepada masyarakat
tentang paham radikal, sehingga tidak terjadi pembiaran berkembangnya paham tersebut.
Sedangkan bagi narapidana terorisme, redukasi dilakukan dengan memberikan

Ebooksoalcpns.com
pencerahan terkait dengan doktrin-doktrin menyimpang yang mengajarkan kekerasan
sehingga mereka sadar bahwa melakukan kekerasan seperti bom bunuh diri bukanlah
jihad melainkan identik dengan aksi terorisme.

c) Resosialisasi adalah program yang dilakukan dengan cara membimbing mantan


narapidana dan narapidana teroris dalam bersosialisasi, berbaur dan menyatu dengan
masyarakat. Deradikalisasi juga dilakukan melalui jalur pendidikan dengan melibatkan
perguruan tinggi, melalui serangkaian kegiatan seperti publik lecture, workshop, dan
lainnya. Mahasiswa diajak untuk berpikir kritis dan memperkuat nasionalisme sehingga
tidak mudah menerima doktrin yang destruktif.

d) Pembinaan wawasan kebangsaan adalah memoderasi paham kekerasan dengan


memberikan pemahaman nasionalisme kenegaraan, dan kebangsaan Indonesia.

e) Pembinaan keagamaan adalah rangkaian kegiatan bimbingan keagamaan kepada mereka


agar memiliki pemahaman keagamaan yang inklusif, damai, dan toleran. Pembinaan
keagamaan mengacu pada moderasi ideologi, yaitu dengan melakukan perubahan
orientasi ideologi radikal dan kekerasan kepada orientasi ideologi yang inklusif, damai,
dan toleran.

f) Pendekatan kewirausahaan dengan memberikan pelatihan dan modal usaha agar dapat
mandiri dan tidak mengembangkan paham kekerasan. Kewirausahaan memiliki peran
yang besar dalam pelaksanaan deradikalisasi. Dunia usaha mampu menciptakan lapangan
kerja, mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan
meningkatkan produktivitas. Selain itu, dunia usaha juga memiliki peranan penting untuk
menjadikan masyarakat lebih kreatif dan mandiri.

Ebooksoalcpns.com

Anda mungkin juga menyukai