k3 Menyeluruh

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

Syarat-syarat Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di tempat kerja

tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3


(tiga). Pada pasal tersebut disebutkan 18 (delapan belas) syarat :

1. Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.


2. Mencegah, mengurangi & memadamkan kebakaran.
3. Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
5. Memberi P3K Kecelakaan Kerja.
6. Memberi APD (Alat Pelindung Diri) pada tenaga kerja.
7. Mencegah & mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, radiasi, kebisingan & getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan keracunan.
9. Penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Menyediakan ventilasi yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara & proses kerja.
14. Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia, binatang, tanaman & barang.
15. Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan & penyimpanan barang
17. Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.
18. Menyesuaikan & menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang resikonya bertambah
tinggi.

Pengertian / Definisi LOTO (Lockout Tagout) ialah suatu prosedur untuk menjamin
mesin/alat berbahaya secara tepat telah dimatikan dan tidak akan menyala kembali selama
pekerjaan berbahaya atapun pekerjaan perbaikan / perawatan sedang berlangsung sampai
dengan pekerjaan tersebut telah selesai.

Ilustrasi LOTO

Prosedur Umum LOTO (Lockout Tagout) antara lain


1. Mengidentifikasi Sumber Energi.
2. Mengisolasi dan mematikan Sumber Energi.
3. Mengunci dan Memberi Tanda Bahaya pada Sumber Energi.
4. Memastikan Efektivitas Isolasi Sumber Energi.
Gambar Peralatan LOTO (Lockout Tagout)

Peralatan Pengunci Berbagai Macam Sumber Energi LOTO

Gambar Tanda /Label LOTO (Lockout Tagout)

Label / Tanda (Tag) LOTO (Lockout Tagout)

Gambar Penerapan LOTO (Lockout Tagout) di Tempat


Kerja
Penerapan LOTO (Lockout Tagout) pada Valve (Kran) Perpipaan

Penerapan LOTO (Lockout Tagout) Pada Panel Listrik


Contoh Penerapan Stasiun LOTO di Tempat Kerja

Pengertian, Dasar Hukum dan Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

Pengertian Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO Committee 1995


ialah penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat setinggi-tingginya
dari kesehatan fisik, mental dan sosial tenaga kerja di semua
pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang
disebabkan kondisi kerjanya, perlindungan tenaga kerja terhadap
resiko faktor-faktor yang mengganggu kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan kerja sesuai kemampuan
fisik dan psikologisnya, dan sebagai kesimpulan ialah penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaannya.

Ilustrasi

Dasar Hukum Kesehatan Kerja


1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga) dan pasal 8
(delapan).
2. Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja.
3. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
4. Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
5. Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
6. Permenaker No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar
Jamsostek.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosa dan Pelaporan
Penyakit Akibat Kerja.
8. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No 1 Tahun 1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang
Makan.
9. Surat Edaran Dirjen Binawas tentang Perusahan Catering Yang Mengelola Makanan Bagi
Tenaga Kerja.

Ruang Lingkup Kesehatan Kerja


1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.
o Sarana dan Prasarana.
o Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter Perusahaan dan
paramedis Perusahaan).
o Organisasi (pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja, pengesahan penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja).
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
o Awal (Sebelum Tenaga Kerja diterima untuk melakukan pekerjaan).
o Berkala (sekali dalam setahun atau lebih).
o Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu berdasarkan tingkat resiko
yang diterima).
o Purna Bakti (dilakukan tiga bulan sebelum memasuki masa pensiun).
3. Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K).
4. Pelaksanaan Gizi Kerja.
o Kantin (50-200 tenga kerja wajib menyediakan ruang makan, lebih dari 200 tenaga
kerja wajib menyediakan kantin Perusahaan).
o Katering pengelola makanan bagi Tenaga Kerja.
o Pemeriksaan gizi dan makanan bagi Tenaga Kerja.
o Pengelola dan Petugas Katering.
5. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi.
o Prinsip Ergonomi:
 Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.
 Efisiensi Kerja.
 Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja
 Faktor Manusia dalam Ergonomi.
o Beban Kerja :
 Mengangkat dan Mengangkut.
 Kelelahan.
 Pengendalian Lingkungan Kerja.
6. Pelaksanaan Pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dan Penyakit Akibat Kerja)
Tahap Terjadinya Kebakaran

Kejadian kebakaran pada umumnya menimbulkan banyak kerugian baik itu korban jiwa
maupun kerugian harta benda. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya kebakaran sulit untuk
dikendalikan (dipadamkan). Untuk menghindari kerugian yang dimaksud, maka perlu kita
kenali sifat-sifat terjadinya (tahap-tahap) kebakaran tersebut.

Tahap-tahap kebakaran tersebut antara lain :


1. Tahap Kebakaran Muncul
o Reaksi 3 (tiga) unsur api (panas, oksigen dan bahan mudah terbakar).
o Dapat padam dengan sendirinya apabila api tidak dapat mencapai tahap kebakaran
selanjutnya.
o Menentukan tindakan pemadaman atau untuk menyelamatkan diri.
2. Tahap Kebakaran Tumbuh
o Api membakar bahan mudah terbakar sehingga panas meningkat.
o Dapat terjadi flashover (ikut menyalanya bahan mudah terbakar lain di sekitar api
karena panas tinggi).
o Berpotensi menimbulkan korban terjebak, terluka ataupun kematian bagi petugas
pemadam.
3. Tahap Kebakaran Puncak
o Semua bahan mudah terbakar menyala secara keseluruhan.
o Nyala api paling panas dan yang paling berbahaya bagi siapa saja yang terperangkap
di dalamnya.
4. Tahap Kebakaran Reda (Padam)
o Tahap kebakaran yang memakan waktu paling lama di antara tahap-tahap
kebakaran lainnya.
o Penurunan kadar O2 (oksigen) atau bahan mudah terbakar secara signifikan yang
menyebabkan padamnya api (kebakaran).
o Terdapatnya bahan mudah terbakar yang belum menyala berpotensi menimbulkan
nyala api baru secara.
o Berpotensi menimbulkan backdraft (ledakan yang terjadi akibat masuknya pasokan
oksigen secara tiba-tiba dari kebakaran ruang tertutup yang dibuka mendadak saat
kebakaran berlangsung).

Gambar di bawah mengilustrasikan tahap-tahap


kebakaran dari muncul api sampai kebakaran reda
(padam):
Tahap - Tahap Kebakara

5 Cara (Metode) Memadamkan Api / Kebakaran

Untuk dapat memadamkan api (kebakaran) terdapat beberapa metode/cara berdasarkan teori
terbentuknya api (segitiga api) yaitu diantaranya ialah dengan metode pendinginan, isolasi,
dilusi, pemisahan bahan mudah terbakar dan pemutusan rantai reaksi api.

Metode prinsip pemadaman api/kebakaran

Ilustasi Pemadaman Api


1. Pendinginan
o Menghilangkan unsur panas.
o Menggunakan media bahan dasar air.
2. Isolasi
o Menutup permukaan benda yang terbakar untuk menghalangi unsur O2 menyalakan
api.
o Menggunakan media serbuk ataupun busa.
3. Dilusi
o Meniupkan gas inert untuk menghalangi unsur O2 menyalakan api.
o Menggunakan media gas CO2.
4. Pemisahan Bahan Mudah Terbakar
o Memisahkan bahan mudah terbakar dari unsur api.
o Memindahkan bahan-bahan mudah terbakar jauh dari jangkauan api.
5. Pemutusan Rantai Reaksi
o Memutus rantai reaksi api dengan menggunakan bahan tertentu untuk mengikat
radikal bebas pemicu rantai reaksi api.
o Menggunakan bahan dasar Halon (Penggunaan Halon sekarang dilarang karena
menimbulkan efek rumah kaca).

Tata Cara Penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) / Tabung


Pemadam Kebakaran

Pengertian (Definisi) APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ialah alat yang ringan serta
mudah dilayani untuk satu orang gunamemadamkan api/kebakaran pada mula terjadi
kebakaran (definisi berdasarkan Permenakertrans RI No 4/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan).

Tata cara (Prosedur) penggunaan APAR (Alat Pemadam


Api Ringan) / Tabung Pemadam Kebakaran :
1. Tarik/Lepas Pin pengunci tuas APAR / Tabung Pemadam.
2. Arahkan selang ke titik pusat api.
3. Tekan tuas untuk mengeluarkan isi APAR / Tabung Pemadam.
4. Sapukan secara merata sampai api padam.
Bagian-bagian APAR

Hal yang perlu diketahui dalam penggunaan APAR :


1. Perhatikan arah angin (usahakan badan/muka menghadap searah dengan arah angin)
supaya media pemadam benar-benar efektif menuju ke pusat api dan jilatan api tidak
mengenai tubuh petugas pemadam.
2. Perhatikan sumber kebakaran dan gunakan jenis APAR yang sesuai dengan klasifikasi sumber
kebakaran.

Dasar Hukum Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di


Tempat Kerja

Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar hukum


pelaksanaan. Di antaranya ialah Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dan Permenaker No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3). Rangkuman dasar-dasar hukum tersebut antara lain :
Ilustrasi

UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :


1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem


Manajemen K3 :
Setiap perusahaan yang memperkerjakan seratus tenaga kerja atau lebih dan atau yang
mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran
lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).

Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) :
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 orang atau lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari seratus orang tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar akan terjadinya
peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radioaktif.

3 Tujuan Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di


Tempat Kerja

Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki bebrapa tujuan dalam


pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Di dalamnya terdapat 3 (tiga) tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :
Ilustasi

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

Dari penjabaran tujuan penerapan K3 di tempat kerja berdasarkan Undang-Undang nomor 1


Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja di atas terdapat harmoni mengenai penerapan K3 di
tempat kerja antara Pengusaha, Tenaga Kerja dan Pemerintah/Negara. Sehingga di masa yang
akan datang, baik dalam waktu dekat ataupun nanti, penerapan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) di Indonesia dapat dilaksanakan secara nasional menyeluruh dari Sabang
sampai Meraoke. Seluruh masyarakat Indonesia sadar dan paham betul mengenai pentingnya
K3 sehingga dapat melaksanakannya dalam kegiatan sehari-hari baik di tempat kerja maupun
di lingkungan tempat tinggal. Aamiin.

Pengertian (Definisi) Bahaya dan 5 Faktor Bahaya K3 di Tempat Kerja

Pengertian (definisi) bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (PAK) -
definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007.

Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain : faktor bahaya
biologi(s), faktor bahaya kimia, faktor bahaya fisik/mekanik, faktor bahaya biomekanik serta
faktor bahaya sosial-psikologis. Tabel di bawah merupakan daftar singkat bahaya dari faktor-
faktor bahaya di atas :
Ilustrasi

1. Jamur.
2. Virus.
Faktor Bahaya Biologi 3. Bakteri.
4. Tanaman.
5. Binatang.

1. Bahan/Material/Cairan/Gas/Debu/Uap Berbahaya
2. Beracun.
3. Reaktif.
4. Radioaktif.
Faktor Bahaya Kimia 5. Mudah Meledak.
6. Mudah Terbakar/Menyala.
7. Iritan.
8. Korosif.

1. Ketinggian.
2. Konstruksi (Infrastruktur).
3. Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat.
4. Ruangan Terbatas (Terkurung).
5. Tekanan.
Faktor Bahaya Fisik/Mekanik 6. Kebisingan.
7. Suhu.
8. Cahaya.
9. Listrik.
10. Getaran.
11. Radiasi.

1. Gerakan Berulang.
2. Postur/Posisi Kerja.
Faktor Bahaya Biomekanik 3. Pengangkutan Manual.
4. Desain tempat kerja/alat/mesin.

Faktor Bahaya Sosial-Psikologis 1. Stress.


2. Kekerasan.
3. Pelecehan.
4. Pengucilan.
5. Intimidasi.
6. Emosi Negatif

6 Kelas (Klasifikasi) Kebakaran Menurut NFPA (National Fire


Protection Association) AmerikaKebakaran diklasifikan
(dikelompokkan) berdasarkan sumber penyebab api yang muncul
dalam kejadian kebakaran. Klasifikasi (kelas) kebakaran secara
umum merujuk pada klasifikasiInternasional yaitu klasifikasi (kelas)
kebakaran menurut NFPA (National Fire Protection Association)
Amerika.

Sumber terakhir sampai dengan artikel ini disusun, NFPA membagi klasifikasi (kelas)
kebakaran menjadi 6 (enam) kelas yaitu : Kebakaran Kelas A, Kebakaran Kelas B,
Kebakaran Kelas C, Kebakaran Kelas D, Kebakaran Kelas E dan Kebakaran Kelas K.

Klasifikasi (kelas) kebakaran berguna untuk menentukan media pemadam efektif untuk
memadamkan api/kebakaran menurut sumber api/kebakaran tersebut, serta berguna untuk
menentukan tingkat keamanan jenis suatu media pemadam sebagai media pemadam suatu
kelas kebakaran berdasarkan sumber api/kebakarannya.

Klasifikasi (kelas) kebakaran berdasarkan NFPA berikut


dengan media pemadam efektifnya antara lain :
Kelas Kebakaran Pemadam

Kertas, Kain, Plastik,


Kayu
Padat Non Air, Uap Air, Pasir, Busa, CO2, Serbuk
Logam Kimia Kering, Cairan Kimia

Metana, Amoniak,
Solar

Gas/Uap/Cairan CO2, Serbuk Kimia Kering, Busa


Kelas Kebakaran Pemadam

Arus Pendek

CO2, Serbuk Kimia Kering, Uap Air


Listrik

Aluminium, Tembaga,
Besi, Baja

Serbuk Kimia sodium Klorida, Grafit


Logam

Bahan-Bahan
<Belum Diketahui Secara Spesifik>
Radioaktif

Radioaktif

Lemak dan Minyak


Masakan

Cairan Kimia, CO2


Bahan Masakan

Jenis-Jenis APD (Alat Pelindung Diri)

Pengertian (Definisi) Alat Pelindung Diri (APD) ialah kelengkapan wajib yang digunakan
saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga kerja
itu sendiri maupun orang lain di tempat kerja.

Macam-macam (jenis-jenis) APD antara lain :


Macam-macam APD

Alat Pelindung Kepala

Alat Pelindung Mata dan Muka

Alat Pelindung Pendengaran

Alat Pelindung Pernafasan


Alat Pelindung Tangan

Alat Pelindung Kaki

APD Pelindung Jatuh (Ketinggian)

Alat Pelindung Tubuh (Badan)


Pelampung

Rompi Nyala

Sabuk Pengaman

Jas Hujan
Pengertian (Definisi) Api dan Kebakaran

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Api dan Kebakaran

Pengertian (Definisi) Api ialah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3
(tiga) unsur yaitu panas, oksigen dan bahan mudah terbakar yang menghasilkan panas dan
cahaya.

Ilustrasi 3 (tiga) unsur api dapat dilihat sebagaimana pada gambar segitiga api berikut.

Segitiga Api

Sedangkan pengertian (definisi) Kebakaran ialah nyala api baik kecil maupun besar pada
tempat, situasi dan waktu yang tidak dikehendaki yang bersifat merugikan dan pada
umumnya sulit untuk dikendalikan.

Kebakaran juga termasuk dalam salah satu kategori kondisi/situasi darurat di lingkungan
Perusahaan baik dari luar maupun dalam lokasi tempat kerja

Struktur Susunan Organisasi Unit Tim Tanggap Darurat K3

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Struktur Organisasi K3

Keadaan Darurat didefinisikan sebagai keadaan sulit yang tidak diduga (terduga) yang
memerlukan penanganan segera supaya tidak terjadi kecelakaan/kefatalan.

Definisi Unit Tanggap Darurat ialah unit kerja yang dibentuk secara khusus untuk
menanggulangi keadaaan darurat di tempat kerja.
Unit kerja tersebut dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan OHSAS 18001:2007
klausul 4.4.7 Emergency Preparedness and Response (Persiapan Tanggap Darurat). Bagian
dari perencanaan untuk memenuhi klausul OHSAS 18001:2007 4.4.7 tersebut antara lain :

Mendefisinikan Potensi Keadaan Darurat


1. Kebakaran yang tidak mampu dipadamkan Regu Pemadam Kebakaran Perusahaan dalam
waktu singkat.
2. Peledakan spontan pada tangki, bin, silo, dsb.
3. Kebocoran gas/cairan/bahan material berbahaya lainnya dalam sekala besar dan tidak bisa
diatasi dalam waktu singkat.
4. Bencana alam di lingkungan Perusahaan (Banjir, Gempa Bumi, Angin Ribut, Gunung Meletus,
dsb).
5. Terorisme (Ancaman Bom, Perampokan, dsb).
6. Demonstrasi/Unjuk Rasa/Huru-hara di dalam/di luar lingkungan Perusahaan.
7. Kecelakaan / Keracunan Massal.

Mendefinisikan Tugas dan Fungsi Unit Tanggap Darurat


1. Menentukan dan menanggulangi keadaan darurat Perusahaan.
2. Melaksanakan latihan tanggap darurat bersama serta melibatkan seluruh karyawan secara
berkala.
3. Melaksanakan pertemuan rutin/nonrutin kinerja Unit Tanggap Darurat.

Mendefinisikan Peran, Wewenang dan Tanggung Jawab


Unit Tanggap Darurat
Peran Wewenang dan Tanggung Jawab

1. Menentukan dan memutuskan Kebijakan Tanggap Darurat Perusahaan


2. Mengajukan anggaran dana yang berkaitan dengan sarana dan prasarana
tanggap darurat Perusahaan.
Ketua 3. Mengundang partisipasi seluruh karyawan untuk melangsungkan latihan
tanggap darurat di lingkungan Perusahaan.
4. Menjadwalkan pertemuan rutin maupun nonrutin Unit Tanggap Darurat.
5. Menyusun rencana pemulihan keadaan darurat Perusahaan.

1. Membuat laporan kinerja Unit Tanggap Darurat.


2. Melakukan pemantauan kebutuhan dan perawatan sarana dan prasarana
tanggap darurat Perusahaan.
Wakil 3. Melaksanakan kerja sama dengan pihak terkait yang berkaitan dengan
tanggap darurat Perusahaan.
4. Membantu tugas-tugas Ketua apabila Ketua berhalangan.

Regu Pemadam 1. Melangsungkan pemadaman kebakaran menggunakan semua sarana


Kebakaran pemadam api di lingkungan Perusahaan secara aman, selamat dan efektif.
2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana pemadam
api di lingkungan Perusahaan kepada Koordinator, Wakil maupun Ketua
Peran Wewenang dan Tanggung Jawab

Unit Tanggap Darurat.

1. Memimpin prosedur evakuasi secara aman, selamat dan cepat.


2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana evakuasi
di lingkungan Perusahaan kepada Koordinator, Wakil maupun Ketua Unit
Regu Evakuasi Tanggap Darurat.
3. Melaporkan adanya korban tertinggal, terjebak ataupun teruka kepada
Regu P3K, Koordinator maupun wakil Unit Tanggap Darurat.

1. Melaksanakan tindakan P3K.


2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana P3K di
lingkungan Perusahaan kepada Koordinator, Wakil maupun Ketua Unit
Regu P3K Tanggap Darurat.
3. Melaporkan kepada Koordinator ataupun wakil Unit Tanggap Darurat
bilamana terdapat korban yang memerlukan tindakan medis lanjut pihak
ke tiga di luar Perusahaan.

1. Mengakomodasi kebutuhan umum tanggap darurat (makanan, minuman,


Logistik
pakaian, selimut, pakaian, dsb).

1. Mengakomodasi sarana transportasi darurat dari dalam/luar lingkungan


Transportasi
Perusahaan.

1. Memantau perkembangan penanganan kondisi darurat dan menjembatani


Komunikasi komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat.
Internal 2. Memastikan alur komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat dapat
dilangsungkan secara baik dan lancar.

1. Memantau seluruh informasi internal dan mengakomodasi


Komunikasi informasi/pemberitaan untuk pihak luar.
Eksternal 2. Menghubungi pihak eksternal terkait untuk kepentingan tanggap darurat
(Kepolisian/Warga).

1. Melaksanakan tindakan keamanan internal maupun eksternal selama


Keamanan
berlangsungnya tanggap darurat Perusahaan.

Download Struktur Unit Organisasi Tim Tanggap


Darurat K3 (Emergency Response Team) - Ms. Office
Visio
Struktur Organisasi Unit Tanggap Darurat.vsd (270 Kb)
Struktur Unit Organisasi Tim Tanggap Darurat K3 (Emergency Response Team)

Pengertian (Definisi) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Dasar-Dasar K3

Terdapat beberapa pengertian/definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dari berbagai


macam sumber di antaranya ialah pengertian dan definisi K3 menurut Filosofi, pengertian
dan definisi K3 menurut Keilmuan serta pengertian dan definisi K3 menurut standar OHSAS
18001:2007.
Ilustrasi

Berikut adalah pengertian dan definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) tersebut :

Filosofi (Mangkunegara) :
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia
pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.

Keilmuan :
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan
dan pencemaran lingkungan.

OHSAS 18001:2007 :
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang dapat
berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.

Pengertian/definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di atas merupakan


pengertian/definisi K3 yang secara umum digunakan dan diajarkan. Namun di luar referensi
di atas masih banyak referensi lain mengenai pengertian/definisi K3 diantaranya menurut
ILO (International Labour Organization - PBB) ataupun OSHA dimana bisa didapat melalui
penelusuran menggunakan mesin pencarian internet

Piramida Kecelakaan Kerja

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Dasar-Dasar K3


Piramida Kecelakaan Kerja menggambarkan statistik urutan (rangkaian) kejadian yang
terjadi menuju 1 (satu) kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen). Lebih jelasnya dapat
dijabarkan dalam teori piramida kecelakaan kerja sebagai berikut :

Setiap terdapat 1 (satu) kejadian kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen) maka di dalam 1
(satu) kejadian fatal tersebut terdapat 10 (sepuluh) kejadian kecelakaan ringan dan 30 (tiga
puluh) kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerusakan aset/properti/alat/bahan serta 600
(enam ratus) kejadian nearmiss (hampir celaka) sebelum terjadinya 1 (satu) kejadian
kecelakaan fatal bersangkutan.

Dari teori piramida kecelakaan kerja tersebut menggambarkan bahwa, guna mencegah
kecelakaan fatal di tempat kerja, maka harus terdapat upaya untuk menghilangkan
(mengurangi) kejadian-kejadian nearmiss di tempat kerja sehingga probabilitas menuju
kejadian kecelakaan fatal dan kejadian-kejadian lain sebelum menuju adanya 1 (satu)
kejadian fatal dapat dikurangi atau hilang. Ilustrasi piramida kecelakaan kerja sebagaimana
ada pada gambar di bawah :

Piramida Kecelakaan Kerja

Pengertian, Tujuan dan Manfaat Penerapan 5R (5S) di Tempat Kerja

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Budaya 5R

Pengertian (definisi) 5R (5S) ialah suatu cara (metode) untuk mengatur/mengelola tempat
kerja menjadi tempat kerja yang lebih baik secara berkelanjutan.

Penerapan 5R bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas di tempat kerja.


Ilustrasi 5S (5R)

Adapun manfaat penerapan budaya 5R (5S) di tempat


kerja antara lain :
1. Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tempat kerja yang lebih efisien.
2. Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan menjadi luas/lapang.
3. Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja yang bagus/baik.
4. Menambah penghematan karena menghilangkan berbagai pemborosan di tempat kerja.

Budaya 5R (5S) saat ini sudah banyak diterapkan pada banyak perusahaan (organisasi),
terbukti melalui penerapkan budaya 5R (5S) tersebut banyak perusahaan-perusahaan yang
tumbuh berkembang menjadi perusahaan maju dan berdaya saing tinggi. Budaya 5R (5S)
merupakan investasi awal bagi sebuah perusahaan untuk menuju kesuksesan berkelanjutan

Form Izin Kerja K3

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Form dan Laporan K3

Izin Kerja diperlukan khusus untuk pekerjaan non-rutin yang mengandung bahaya/resiko K3
tinggi. Tujuan dari izin kerja ialah untuk memantau seluruh potensi bahaya dari
area/situasi/aktivitas operasional di tempat kerja serta untuk memastikan segala
area/situasi/aktivitas pekerjaan berbahaya/beresiko tinggi sudah terdapat pengendalian
sehingga aman untuk dilangsungkan perkerjaan bersangkutan.
Pengurusan izin kerja dilaksanakan oleh tenaga kerja bersangkutan (ataupun kontraktor,
pemasok, tamu, dsj) dengan petugas/pengawas K3 serta Kepala/Manajer Area bersangkutan.

Pekerjaan yang termasuk diatur dalam izin kerja antara


lain :
1. Izin Kerja Pekerjaan Panas (Las, Gerinda, dsb).
2. Izin Kerja bekerja di ketinggian ekstrim (Pekerjaan Konstruksi/Perbaikan di atas 2m).
3. Izin Kerja Pekerjaan Listrik Tegangan Tinggi (Arus Besar).
4. Izin Kerja bekerja di ruang terbatas (terkurung).
5. Izin Kerja Pekerjaan Tangki dan Perpipaan.
6. Izin Kerja Pekerjaan dengan Alat Berat (Crane, Excavator, Backhoe, Shovel, dsj).
7. Izin Kerja Pekerjaan Galian.

Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Dasar-Dasar K3

Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu bentuk kerugian baik itu bagi korban
kecelakaan kerja maupun bagi Perusahaan/Organisasi. Upaya pencegahan kecelakaan kerja
diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian yang timbul serta untuk meningkatkan
kinerja keselamatan kerja di tempat kerja.

Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja (H.W. Heinrich), maka terdapat
berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja, antara lain :

Ilustrasi

1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja :


o Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
o Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman di tempat kerja.
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :
o Pelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
o Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga kerja.
o Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi yang berkaitan dengan
peningkatan penerpan K3 di tempat kerja.
3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :
o Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
o Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat kerja.
o Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 di tempat kerja oleh tenaga kerja

Pengertian (Definisi), Contoh, Penyebab dan Pencegahan Penyakit


Akibat Kerja (PAK)

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Dasar-Dasar K3

Pengertian (definisi) Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani
maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah oleh aktivitas kerja ataupun kondisi lain
yang berhubungan dengan pekerjaan.

Beberapa contoh penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : silicosis (karena paparan debu
silica), asbestosis (karena paparan debu asbes), low back pain (karena pengangkutan manual),
white finger syndrom (karena getaran mekanis pada alat kerja), dsb.

Ilustrasi PAK

Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : Biologi (Bakteri, Virus
Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan Berbahaya/Radioaktif) ; Fisik
(Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya) ; Biomekanik (Postur, Gerakan Berulang,
Pengangkutan Manual) ; Psikologi (Stress, dsb).

Untuk mencegah penyakit akibat kerja dapat dilakukan


berbagai upaya antara lain :
1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
3. Pelayanan Kesehatan.
4. Penyedian Sarana dan Prasarana serta perbaikan tempat kerja yang lebih nyaman.

Pengertian (Definisi) Insiden, Kecelakaan Kerja dan Nearmiss

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Dasar-Dasar K3

Dalam standar OHSAS 18001:2007 dijabarkan beberapa definisi (pengertian) mengenai


Insiden, Kecelakaan Kerja dan juga Nearmiss (hampir celaka). Ketiga istilah di atas memiliki
pengertian, arti dan definisi berbeda sebagaimana hal berikut di bawah :

Pengertian (Definisi) Insiden ialah kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dimana
cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian) dapat terjadi. Termasuk
insiden ialah keadaan darurat.

Pengertian (Definisi) Kecelakaan Kerja ialah insiden yang menimbulkan cedera, penyakit
akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian).

Pengertian (Definisi) Nearmiss ialah insiden yang tidak menimbulkan cedera, penyakit
akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian).

Pengertian (Definisi) Keadaan Darurat ialah keadaan sulit yang tidak diduga (terduga)
yang memerlukan penanganan segera supaya tidak terjadi kecelakaan/kefatalan

3 Kewajiban Pengusaha (Pengurus) Terhadap Penerapan K3


(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Dasar-Dasar K3

Kewajiban Pengusaha (Pengurus) Terhadap Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan


Kerja) di tempat kerja tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 14 dimana terdapat 3 (tiga) kewajiban pengusaha (pengurus)
terhadap penerapan K3 antara lain :
Ilustrasi

1. Menulis dan memasang semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau Ahli K3 di
tempat kerja yang dipimpinnya.
2. Memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan
lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai
pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.
3. Menyediakan (APD) Alat Pelindung Diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang dipimpin
maupun orang lain yang memasuki tempat kerja disertai petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja merupakan tanggung-jawab bersama-
sama. Dengan saling menunaikan kewajiban di tempat kerja, maka diharapkan tidak ada
sikap saling menyalahkan di tempat kerja terkait permasalahan K3. Perusahaan dan tenaga
kerja sama-sama memiliki kewajiban terhadap penerapan K3 di tempat kerja.

Label (Tanda/Simbol) Kemasan Bahan (Material) Berbahaya / B3

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Label K3

Label (Tanda/Simbol) Kemasan Bahan/Material) Berbahaya / B3 (Bahan Beracun dan


Berbahaya) secara umum merujuk pada Globally Harmonized System - United Nations
(GHS) yang diterbitkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa - Bangsa). Label (plakat) dipasang
per satuan kemasan bahan berbahaya ataupun kemasan paket kumpulan bahan/material
berbahaya. Terdapat 9 (sembilan) Klasifikasi Bahan (Material) Berbahaya / B3 (Beracun dan
Berbahaya), antara lain :
Label (Simbol) Kemasan Bahan (Material) Berbahaya / B3

Simbol Kemasan Pencemar Lingkungan

Simbol Kemasan Bahan Beracun


Simbol Kemasan Bahan Mudah Meledak

Simbol Kemasan bahan Mudah Menyala (Terbakar)

Simbol Kemasan Bahan Oksidator


Simbol Kemasan Bahan Mengganggu Pernafasan, Pemicu Kanker

Simbol Kemasan Bahan Pemicu Iritasi (Irritant)

Simbol Kemasan Tabung Gas Bertekanan


Simbol Kemasan Bahan Korosif

Contoh Penerapan Label :

Contoh Penerapan Label Kemasan B3

Contoh Penerapan Label (2) :


Contoh Penerapan Label Kemasan B3

Contoh Pemasangan Label Kemasan Bahan (Material)


Berbahaya / B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) :
Rambu K3 : Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign)

Hebbie Ilma Adzim | Selasa, Desember 03, 2013 | Rambu K3

Kumpulan rambu-rambu K3 : rambu-rambu peringatan bahaya K3 di tempat kerja yang


bermanfaat sebagai manajemen visual di tempat kerja.
Label (Tanda/Simbol) Transportasi Bahan (Material) Berbahaya / B3

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Label K3

Label (tanda/simbol) transportasi bahan/material berbahaya/B3 (Bahan Beracun dan


Berbahaya) secara umum merujuk pada U.S Department of Transportation (DOT) atau
Departement Transportasi Amerika Serikat. Label (plakat) secara umum dipasang pada
kendaraan pengangkut juga pada kemasan paket baik itu transportasi darat, udara dan laut
ataupun transportasi khusus lainnya.

Secara umum terdapat 9 (sembilan) klasifikasi bahan/material berbahaya/B3 (Bahan Beracun


dan Berbahaya) antara lain :
Label (Simbol) Transportasi Bahan (Material) Berbahaya / B3

Plakat Kelas

Kelas 1 – Mudah Meledak :


1. 1.1–Bahaya Peledakan Besar (Seluruh Muatan).
2. 1.2–Bahaya Serpihan Ledakan.
3. 1.3-Bahaya Api Ledakan.
4. 1.4-Bahaya Ledakan Ringan.
5. 1.5-Sensitivitas Ledakan Kecil.
6. 1.6-Sensitivitas Ledakan Sangat Kecil.
Plakat Kelas

Kelas 2 – Gas :
1. 2.1–Gas Mudah Terbakar.
2. 2.2–Gas Bertekanan (Tidak Mudah Terbakar).
3. 2.3–Gas Beracun.
4. 2.2–Gas Korosif (Hanya di Kanada).

Kelas 3 – Cairan/Uap Mudah


Terbakar
Plakat Kelas

Kelas 4 – Padatan Mudah


Terbakar :
1. 4.1–Padatan Mudah Terbakar.
2. 4.2–Spontan Mudah Terbakar.
3. 4.3–Berbahaya Jika Terkena Air.

Kelas 5 – Oksidator :
1. 5.1–Oksidator.
2. 5.2–Oksidator Organik.
Plakat Kelas

Kelas 6 – Beracun :
1. 6.1–Bahan Beracun.
2. 6.2–Menyebabkan Infeksi.

Kelas 7 – Radioaktif

Kelas 8 – Korosif

Kelas 9 – Bahaya Lain :


1. Bahan berbahaya yang tidak termasuk kategori di atas.
Plakat Kelas

Transportasi dengan muatan lebih


dari dua karakter bahaya pada satu
muatan transportasi dengan
besaran muatan yang hampir/sama
besar.

Contoh Pemasangan Label :

Label (Simbol) Bahan (Material) Berbahaya Pada Paket Kemasan

Label (Simbol) Bahan (Material) Berbahaya Pada Paket Kemasan Drum

Contoh Penempatan Plakat :


Contoh Penempatan Plakat Simbol Bahan (Material) Berbahaya / B3 Pada Kendaraan
Pengangku

5 Hierarki Pengendalian Resiko/Bahaya K3

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Dasar-Dasar K3

Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian memerlukan langkah


pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahaya-nya menuju ke titik yang aman.

Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan, kehandalan


dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya. Dan pada urutan hierarki setelahnya,
tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun seperti diilustrasikan pada gambar di
bawah :
Hierarki Pengendalian Resiko

Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai dengan tingkat
resiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman). Hierarki pengendalian tersebut antara lain
ialah eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD) yang
terdapat pada tabel di bawah :

Hierarki Pengendalian Resiko K3

Eliminasi Eliminasi Sumber Bahaya

Substitusi Substitusi Alat/Mesin/Bahan Tempat Kerja/Pekerjaan Aman


Mengurangi Bahaya
Modifikasi/Perancangan Alat/Mesin/Tempat Kerja
Perancangan
yang Lebih Aman

Prosedur, Aturan, Pelatihan, Durasi Kerja, Tanda


Administrasi
Bahaya, Rambu, Poster, Label Tenaga Kerja Aman Mengurangi
Paparan
APD Alat Perlindungan Diri Tenaga Kerja

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja)

Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Dasar-Dasar K3

Kerugian kecelakaan kerja diilustrasikan sebagaimana gunung es di permukaan laut dimana


es yang terlihat di permukaan laut lebih kecil dari pada ukuran es sesungguhnya secara
keseluruhan. Begitu pula kerugian pada kecelakaan kerja kerugian yang "tampak/terlihat"
lebih kecil daripada kerugian keseluruhan.

Dalam hal ini kerugian yang "tampak" ialah terkait dengan biaya langsung untuk
penanganan/perawatan/pengobatan korban kecelakaan kerja tanpa memperhatikan kerugian-
kerugian lainnya yang bisa jadi berlipat-lipat jumlahnya daripada biaya langsung untuk
korban kecelakaan kerja. Kerugian kecelakaan kerja yang sesungguhnya ialah jumlah
kerugian untuk korban kecelakaan kerja ditambahkan dengan kerugian-kerugian lainnya
(material/non-material) yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut. Kerugian-kerugian
(biaya-biaya) tersebut antara lain :

Biaya Langsung Kerugian Kecelakaan Kerja :


1. Biaya Pengobatan & Perawatan Korban Kecelakaan Kerja.
2. Biaya Kompensasi (yang tidak diasuransikan).

Biaya Tidak Langsung :


1. Kerusakan Bangunan
2. Kerusakan Alat dan Mesin
3. Kerusakan Produk dan Bahan/Material
4. Gangguan dan Terhentinya Produksi
5. Biaya Administratif
6. Pengeluaran Sarana/Prasarana Darurat
7. Sewa Mesin Sementara
8. Waktu untuk Investigasi
9. Pembayaran Gaji untuk Waktu Hilang
10. Biaya Perekrutan dan Pelatihan
11. Biaya Lembur (Investigasi)
12. Biaya Ekstra Pengawas(an)
13. Waktu untuk Administrasi
14. Penurunan Kemampuan Tenaga Kerja yang Kembali karena Cedera
15. Kerugian Bisnis dan Nama Baik

Perbandingan jumlah biaya di atas diilustrasikan pada


gambar di bawah berikut :
Gunung Es Kecelakaan Kerja

Anda mungkin juga menyukai