Hubungan Ibadah, Akhlak Dan Muamalah
Hubungan Ibadah, Akhlak Dan Muamalah
Hubungan Ibadah, Akhlak Dan Muamalah
KEMUHAMMADIYAHAN
Disusun oleh :
KELOMPOK 3
2022/2023
1
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 12
B. SARAN ......................................................................................................12
C. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... …13
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana
terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan
agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal
pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang
dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan
kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi
pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan,
mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.
Menurut Fazlur Rahman secara eksplisit dasar ajaran Alquran adalah moral
yang memancarkan titik beratnya pada monoteisme dan keadilan social, dapat
dilihat misalnya pada ajaran tentang ibadah yang penuh dengan muatan
peningkatan keimanan, ketaqwaan yang diwujudkan dalam akhlak yang mulia.
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai
manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling
utama adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta.
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para Rasul-Nya.
Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan
Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya
Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
[Adz-Dzaariyaat : 56-58].
2. Pengertian Muamalah
Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang
berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan. Kata-
kata semacam ini adalah kata kerja aktif yang harus mempunyai dua buah pelaku,
5
yang satu terhadap yang lain saling melakukan pekerjaan secara aktif, sehingga
kedua pelaku tersebut saling menderita dari satu terhadap yang lainnya.
Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan
dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian
muamlah;
Sedangkan dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu muamalah
adalah semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia dalam hal
tukar menukar maupun dalam hal utang piutang.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah Ayat 280 yang berbunyi
Artinya : Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu,
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
3.Pengertian Akhlak
6
Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka
kebiasaannya itu disebut akhlak .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang
mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata –
mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang
sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil
perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang
menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian.
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu
kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua
yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam
diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang
baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna,
mana yang cantik dan mana yang buruk.
Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak “Dasar pendidikan akhlak bagi seorang
muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, Karena akhlak
tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang beraqidah
dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula
sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah.
7
ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menjelaskan yang seharusnya dilakukan
manusia kepada yang lainya, yang disebut dengan akhlak. Dengan akhlak yang baik
seseorang akan bisa memperkuat aqidah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik
dan benar. Ibadah yang dijalankan dinilai baik apabila telah sesuai dengan
muamalah. Muamalah bisa dijalankan dengan baik apabila seseorang telah
memiliki akhlak yang baik.
Contohnya :
Jika berjanji harus ditepati yaitu apabila seorang berjanji maka harus ditepati. Jika
orang menepati janji maka seseorang telah menjalankan aqidahnya dengan baik.
Dengan menepati janji seseorang juga telah melakukan ibadah. Pada dasarnya
setiap perbuatan yang dilakukan manusia arus didasari denga aqidah yang baik.
Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh
perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam
kehidupan mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan
ridha allah dan atau membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari allah.
Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang berhubungan dengan aqidah. Jujur
dapat terwujud apabila seseorang telah memegang konsep-konsep yang
berhubungan dengan aqidah. Dengan dijalankanya konsep-konsep aqidah tersebut
maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik. Sehingga orang akan takut dalam
melakukan perbuatan dosa.
Syari’ah adalah sebutan terhadap pokok ajaran Allah dan Rasulnya yang
merupakan jalan atau pedoman hidup manusia dalam melakukan hubungan vertical
kepada Pencipta, Allah SWT, dan juga kepada sesama manusia.
8
Ada dua pendekatan dalam mendefinisikan Syari’ah, yaitu antara lain:
Dari segi tujuan, Syari’ah memiliki pengertian ajaran yang menjaga kehormatan
manusia sebagai makhluk termulia dengan memelihara atau menjamin lima hal
penting, yaitu:
Tiga hal pemeliharaan itu akan menjadi ukuran dari lima hukum Islam, seperti
wajib, sunnat, haram, makruh, dan mubah.
Ibadah wajib berpedoman pada sumber ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah, yaitu
harus ada contoh (tatacara dan praktek) dari Nabi Muhammad SAW. Konsep
ibadah ini berdasarkan kepada mamnu’ (dilarang atau haram). Ibadah ini antara lain
meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan masalah mu’amalah (hubungan
kita dengan sesame manusia dan lingkungan), masalah-masalah dunia, seperti
makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi,
berlandaskan pada prinsip “boleh” (jaiz) selama tidak ada larangan yang tegas dari
Allah dan Rasul-Nya.
“Bila dalam urusan agama (aqidah dan ibadah) Anda contohlah saya. Tapi, dalam
urusan dunia Anda, (teknis mu’amalah), Anda lebih tahu tentang dunia Anda.”
Dalam ibadah, sangat penting untuk diketahui apakah ada suruhan atau contoh tata
cara, atau aturan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Apabila hal itu tidak
ada, maka tindakan yang kita lakukan dalam ibadah itu akan jatuh kepada bid’ah,
dan setiap perbuatan bid’ah adalah dhalalah (sesat). Sebaliknya dalam mu’amalah
yang harus dan penting untuk diketahui adalah apakah ada larangan tegas dari Allah
dan Rasul-Nya, karena apabila tidak ada, hal tersebut boleh saja dilakukan.
9
Dalam hal ini, Dr. Kaelany juga menjelaskan adanya dua prinsip yang perlu kita
perhatikan, yaitu:
Pertama: Manusia dilarang “menciptakan agama, termasuk system ibadah dan tata
caranya, karena masalah agama dan ibadah adalah hak mutlak Allah dan para
Rasul-Nya yang ditugasi menyampaikan agama itu kepada masyarakat. Maka
menciptakan agama dan ibadah adalah bid’ah. Sedang setiap bid’ah adalah sesat.
Kedua: Adanya kebebasan dasar dalam menempuh hidup ini, yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan masalah mu’amalah, seperti pergaulan hidup dan kehidupan
dalam masyarakat dan lingkungan, yang dikaruniakan Allah kepada umat manusia
(Bani Adam) dengan batasan atau larangan tertentu yang harus dijaga. Sebaliknya
melarang sesuatu yang tidak dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya adalah bid’ah.
Dalam menjalankan keseharian, penting bagi kita untuk mengingat dua prinsip di
atas. Ibadah tidak dapat dilakukan dengan sekehendak hati kita karena semua
ketentuan dan aturan telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, serta contoh
dan tatacaranya telah diajarkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya. Melakukan
sesuatu dalam ibadah, yang tidak ada disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah
berarti melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Allah SWT, dan ini
sungguh merupakan perbuatan yang sesat.
Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh seorang anak, saling
membutuhkan, saling membantu dan lain-lain, dapat mengembangkan potensi diri
dan kepercayaan pada diri anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua
untuk membantu anak menginternalisasi nilai-nilai moral dapat terwujud dengan
baik.
Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh adanya keharmonisan
hubungan atau relasi antara ayah dan ibu serta anak-anak dengan saling
menghormati dan saling memberi tanpa harus diminta. Pada saat ini orang tua
berprilaku proaktif dan sebagai pengawas tertinggi yang lebih menekankan pada
tugas dan saling menyadari perasaan satu sama lainnya. Sikap orang tua lebih
banyak pada upaya memberi dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai
10
rujukan setiap kegiatan anak dengan diiringi contoh teladan, secara praktis anak
harus mendapatkan bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan dari orang tuanya,
sehingga dapat mengantarkan seorang anak menjadi berkepribadian yang sejati
sesuai dengan ajaran agama yang diberikan kepadanya. Lingkungan keluarga
sangat menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan, sebab di sinilah anak
pertama kali menerima sejumlah nilai pendidikan.
Tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua dirasakan oleh
anak dan akan menjadi dasar peniruan dan identifikasi diri untuk berperilaku. Nilai
moral yang ditanamkan sebagai landasan utama bagi anak pertama kali diterimanya
dari orang tua, dan juga tidak kalah pentingnya komunikasi dialogis sangat
diperlukan oleh anak untuk memahami berbagai persoalan-persoalan yang tentunya
dalam tingkatan rasional, yang dapat melahirkan kesadaran diri untuk senantiasa
berprilaku taat terhadap nilai moral dan agama yang sudah digariskan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari,. 2007. Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal
Jama’ah. Pustaka Imam Syafi’i.
Kaelany HD, 2009. Islam Agama Universa. Jakarta: Midada Rahma Press.
13