Bulan Syaban
Bulan Syaban
Bulan Syaban
ن َ
أ مْط ا ف ِ
ة ف ِ
ر ع م ل
ْ ِ
ِب ْي ِ
ن ِ
مؤ مل
ْ ا ب و ُل ق رو ن ي ِ
ذ ه
ل ا ِ ِ
َلِل
ه اَ ْْلَ ْم ُد
ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َ ْ ُ َْ َ ه
ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى ُُمَ هم ٍد َو َعلَى آلِِو َ ُ م
ه هه
ل لا
َ .دِ ي ِ ِ
ْ ْ قُلُ ْوبُ ُه ْم
ح هو لتِب
.ات إِ ََل يَ ْوِم الْ َم ْوعُ ْوِد َ
ِص
ِ اْل ه ال ا
و ل
ُ ِ وأَصحابِِو اله ِذين آمنُوا وع
م َ َ ْ َ َْ َْ َ
أَهما بَ ْع ُد.
dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam
buku-buku catatan, dan segala (urusan) yang kecil maupun yang
besar adalah tertulis. (AL-QAMAR 52-53)
Bersumber dari Annas bin Malik, dari Nabi SAW, bahwa Beliau
bersab‟da
penentuan)
Lailatul Takfir (malam mengkifaratkan dosa).
(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul
dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, (AN NAJM
38-39)
اللَ ُه هم ََّي َذا امل ِّن َوَال ُُيَ ُّن َعلَْي َ ََّي َذا اِلََال ِل َوا ِإل ْكَرِام ََّي َذا
ِ الال َ
ْي َو َج َار ج ه ر ه ظ ت نَأ ه
ال ِ
إ و لِإ ال ِ
ام ع ِ ِ
َْ َ
َْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ الطَ ْو
ن إل او ل
.ْي ِِاملست ِج ِْيين ومأْمن اخلائ
ف
َ ْ َ َ َ ََ َ ْ ْ َْ ُ
وما ر ُمَ َوأ ا ي
ًّ ِ
ق ش ِ
اب ت ِ
الك ِ
ُمأ ِف ِ كَ د ن
ْ ِ
ع ِن ِ ت ب ت ك
َ ت ن
ْ ك
ُ نْ ِ
اللَ ُه هم إ
ًُ ْ ْ َ َ ّ َ َ َ
ْ َ
ابِ َالكت ِ اللهه هم ِِف أُِم فَامح،أَو م ْقتَ ًّرا علَي ِِف ال ِرْزِق
ّ ُ ُْ ْ ُ َ ه
َوا ْكتُ ْب ِِن ِعْن َد َك َسعِْي ًدا،َش َق َاوِِت َو ِح ْرَم ِاّن َواقْتِتَ َار ِرْزقِي
ِ
ب ا تِك ِف ِ قُّ اْل ل
ُو ق
َو ت ل
ْ ُق هنإِف
َ اتِ ر ي خ ل
ْ ِ
ل ا ق
ً ه
َم ْرُزْوقًا ُم َوف
َ َ َ َ َْ َ َ َ ْ َ
ت ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
ُ ُْ َ ُ َ َ َ ُ ُ َْ َ ُْ َ ّ َ َ َ املُْن َز
ب ث يو اء ش ي ا م هللا و ح "ُي ل س ر امل ي ب ن ان س ل ى ل
َ ع ل
صلهى هللاُ َعلَى َسيِّ ِد ََن ُُمَ هم ٍد َو َعلَى آلِِو ََ و "اب ِ و ِعْن َده أ ُُّم
ِ َالكت
ُ َ
ْي م ِ ِ وصحبِ ِو وسلهم واْلم ُد
ِ ََلِل ر ِب العال
َْ َ ّ َ َْ َ َ َ َ ْ َ َ
Artinya, “Wahai Tuhanku yang maha pemberi, engkau tidak
diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai
Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan
selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan,
lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat
aman orang-orang yang takut.
Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh
sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka
hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan
kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang
mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena
Engkau telah berkata–sementara perkataan-Mu adalah benar–di
kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, „Allah
menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya
Lauh Mahfuzh.‟ Semoga Allah memberikan shalawat kepada
Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para
sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT.”
Dalam kitab Zubdatul Wa'idhin dijumpai keterangan bahwa suatu
ketika Jibril mendatangi Nabi Muhammad saw dan
menyampaikan firman Allah, ''Barang siapa yang bertobat kira-
kira setahun sebelum meninggal dunia, maka diterimalah
tobatnya itu.'' Kemudian Rasul berkata, ''Wahai Jibril, setahun
bagi umatku itu tidaklah sebentar. Dalam waktu yang lama itu,
mungkin mereka lalai, berpanjang angan-angan. Apa mungkin
mereka terpelihara dari dosa?''
Malaikat Jibril meninggalkan Nabi Muhammad saw. Sebentar
kemudian ia kembali lagi. ''Ya Muhammad, Tuhan telah berfirman
kepadamu, 'Barang siapa yang sebulan sebelum kematian mau
bertobat, maka tobatnya akan diterima','' kata Jibril.
''Wahai Jibril, waktu sebulan itu bagi umatku juga terlalu lama,''
kata Nabi saw. Jibril pergi lagi dan tidak lama kemudian kembali.
''Ya Muhammad, Tuhan berfirman kepadamu, 'Barang siapa
bertobat kira-kira satu jam sebelum meninggal, maka tobatnya
akan diterima'.''
''Satu jam masih terlalu lama bagi umatku,'' jawab Nabi saw. Jibril
pergi dan tidak lama kemudian sudah kembali lagi. ''Wahai
Muhammad, Allah menyampaikan salam kepadamu. Lalu
berfirman, 'Barang siapa sepanjang hidupnya bergelut dengan
kemaksiatan, dan belum kembali kepada-Ku sebelum meninggal
dunia, kira-kira setahun atau sebulan, sehari atau satu jam,
sampai rohnya ditenggorokan, ia tidak dapat berkata atau
mengajukan alasan dan menyesal dalam hatinya, maka akan
Kuampuni dia'.''
Itulah rahmat Allah. Itulah kebijaksanaan Nya. Jika seseorang
mau sungguh-sungguh bertobat, Dia akan mengampuninya.
Namun, janganlah kita lalu menganggap enteng pertobatan itu
sehingga kita menunda-nunda terus. Kita tidak tahu kapan ajal
menjemput. Boleh kita rencanakan bertobat pada hari lusa,
namun bagaimana jika Malaikat Izrail datang esok pagi.
Allah maha bijaksana, namun demikian janganlah memandang
mudah masalah tobat ini. Manusia adalah tempat salah dan
dosa. Jika tobat ditunda-tunda terus, kekotoran hati akan
bertambah. Akhirnya, kita jauh dari hidayah. Kalau jauh dari
hidayah, seseorang semakin malas untuk bertobat.
Oleh karena itu, rasa takut terhadap dosa harus ditanamkan
dalam hati. Kesadaran bahwa dosa itu berdampak buruk pada
jiwa harus benar-benar direnungkan. Apabila perasaan itu sudah
mengakar dalam hati, kita akan terdorong untuk melakukan tobat
dan pasti tidak akan menundanya. Waallahu a'lam. (Al Imam)