TEMPLATE Laporan Akhir Penelitian Nina-Istiana K 2023

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DOSEN

EFEKTVITAS MEDIA FASILITASI “TANGGA MANIS” TERHADAP


PERILAKU PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE 2
ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS TAPOS TAHUN 2023

PENGUSUL

Ketua : Nina, SKM. M. Kes 0328128402

Anggota : 1. Istiana Kusumastuti 0431109001


: 2. Ratu Alfiyatul Bariyah 012000000005

Dibiayai oleh : UIMA

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU (UIMA)

TAHUN 2023

i
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN

1. a. Judul Penelitian : Efektvitas Media Fasilitasi “Tangga Manis”


Terhadap Perilaku Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Tapos Tahun 2023
b. Bidang Ilmu Terkait : Kesehatan Masyarakat
c. Target Penelitian : Anak Usia Sekolah Dasar
2. Peneliti
Ketua
a. Nama Lengkap dan Gelar : Nina, SKM. M.Kes
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIDN/NUPN : 0328128402
Anggota
a. Nama Lengkap dan Gelar : Istiana Kusumastuti, S.ST. M.Kes
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIDN/NUPN : 0431109001
3. Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 1.500.000 (Satu Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)

Mengetahui : Peneliti,
Dekan Fakultas,

(Nina, SKM. M.Kes) (Nina, SKM. M.Kes)

Menyetujui,
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Indonesia Maju

(Irma Jayatmi, S.ST, M.Kes)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas Berkat dan Rahmat-Nya,
sehingga tim peneliti memiliki kemampuan dan kesempatan dalam Menyusun Proposal
Penelitian Dosen berjudul “Efektvitas Media Fasilitasi “Tangga Manis” Terhadap Perilaku
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Tapos Tahun 2023”. Melalui proposal ini diharapkan mampu menggambarkan
tujuan dan desain penelitian yang akan tim peneliti laksanakan. Proposal peneliltian ini dapat
terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan yang baik ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Drs. A. Jacub Chatib, selaku Ketua Pengurus Yayasan Indonesia Maju;
2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrachman, MPH selaku Pembina Yayasan Indonesia
Maju;
3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM, selaku Rektor Universitas Indonesia Maju;
4. Ns. Susaldi, S.ST, M.Biomed, selaku Wakil Rektor I Universitas Indonesia Maju;
5. Dr. Rindu, SKM, M.Kes, selaku Wakil Rektor II Universitas Indonesia Maju;
6. Agustina Sari, S.ST. M.Kes selaku Koordinator Program Studi Sarjana (S-1)
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UIMA;
7. Irma Jayatmi, S.ST. M. Kes selaku Ka LPPM serta segenap staf LPPM UIMA
8. Seluruh civitas akademik (Dosen dan Mahasiswa) UIMA
Penulis menyadari masih adanya kekurangan dan kelemahan dalam penulisan proposal
penelitian ini ini, karena itu dengan tangan terbuka dan segala kerendahan hati penulis
menerima saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan tesis ini. Dengan segala
keterbatasan yang ada, semoga hasil tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Oktober 2023

Peneliti

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
DAFTAR TABEL ...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................
RINGKASAN ..........................................................................................................
BAB I LATAR BELAKANG .................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
2.1 Penjelasan terkait variabel yang diteliti ....................................................
2.2 State of The Art ..........................................................................................
2.3 Roadmap Penelitian ..................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................
BAB IV LUARAN DAN TARGET PENELITIAN .............................................
BAB V BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ..................................................
5.1 Anggaran Biaya .........................................................................................
5.2 Jadwal Penelitian .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. ....................................................................................................................
Tabel 2. ....................................................................................................................
Dst ............................................................................................................................

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. ................................................................................................................
Gambar 2. ................................................................................................................
Dst ............................................................................................................................

vi
RINGKASAN

Anak obesitas memiliki risiko 10,25 kali lebih besar mempunyai kadar gula darah
tinggi dibandingkan anak dengan status gizi normal, diketahui rata-rata konsumsi gula pada
anak usai 5-12 tahun adalah 16,85 gula/orang/hari yang didapatkan dari asupan seperti gula
pasir, gula merah, selai, permen, sirup, coklat, jelly/gelatin, madu dan pemanis. Informasi
yang diperoleh dari UPTD Puskesmas Tapos bahwa upaya promosi kesehatan terkait
diabetes melitus baru dilakukan pada kelompok Prolanis dengan metode ceramah atau
menggunakan media promkes dari KEMENKES RI. Studi pendahuluan perilaku
pencegahan DM tipe 2 anak usia sekolah menyatakan bahwa belum pernah mendapatkan
edukasi mengenai pencegahan DM tipe 2 baik di sekolah maupun oleh Petugas Kesehatan.
Penelitian ini menggunakan Eksperimen Semu bertujuan untuk mengetahui efektivitas
media edukasi “Tangga Manis” terhadap perilaku Perilaku Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tapos dengan
pendekatan rancangan desain one group pretest-posttest design dengan sampel penelitian
berjumlah 30 orang anak di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tapos-Depok. Berdasarkan
hasil pengetahuan diketahui bahwa nilai mean selisih antara mean pretest dengan mean
posttest pada output pertama yaitu 38.0000 - 61.3333 = -23.33333 selisih perbedaan tersebut
antara -27.04587 sampai dengan -19.62079, dengan nilai signifikansi pada ouput ke 3
sebesar 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil pretest anak
anak sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media edukasi
“Tangga Manis”. Media edukasi “Tangga Manis” dapat menjadi alternatif alat bantu
sederhana dan dapat diterima untuk edukasi perilaku pencegahan DM tipe 2 dimana
komputer atau alat pengajaran berteknologi tinggi lainnya belum tersedia.
BAB I
LATAR BELAKANG

Dalam pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals;


SDGs), pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi agenda penting mengingat
adanya peningkatan angka kejadian PTM seperti hipertensi, stroke, kanker, anemia, temasuk
Diabetes Melitus (DM). Tahun 2019 Organisasi International Diabetes Federation (IDF)
memperkirakan sedikitnya 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di seluruh dunia menderita
DM atau setara prevalensi 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama. Angka ini
diprediksi terus meningkat mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045
(Infodatin, 2020). Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia dengan jumlah diabetesi
sebanyak 10,3 juta jiwa. Jika tidak ditangani dengan baik, World Health Organization
(WHO) mengestimasikan angka kejadian diabetes di Indonesia akan melonjak drastis
menjadi 21,3 juta jiwa pada 2030. Sebanyak 90% dari total kasus diabetes merupakan
diabetes tipe 2 (Pangestika, Ekawati dan Murni, 2022). Angka kejadian DM di Jawa Barat
tahun 2019 sebanyak 848.455 kasus dan tahun 2020 sebanyak 1.012.622 kasus (Anri, 2022).
Kota Depok tercatat sebagai kota ke-2 dengan penderita DM terbanyak di Indonesia dengan
jumlah mencapai 15% dari total penduduk (Hisni, Widowati dan Wahidin, 2017). Jumlah
penderita DM yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Kota Depok pada tahun 2020
sebanyak 46.149 orang dari estimasi penderita DM sebanyak 50.631 orang (Ariwati et al.,
2023).
Peningkatan kejadian DM saat ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, namun juga
pada anak-anak seiring dengan peningkatan kasus obesitas. Data Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) mengemukakan kasus DM pada anak usia 0-18 tahun naik 700 persen
dalam 10 tahun terakhir yaitu sejak tahun 2009 hingga 2018 telah tercatat 1200 kasus
baru Diabetes Mellitus (Hasanah, 2019). Walau diketahui bahwa anak usia sekolah dengan
rentang usia 6-12 tahun cenderung aktif, banyak beraktifitas di luar rumah dan mempunyai
aktivitas fisik yang tinggi, namun kelompok anak memiliki risiko mengalami masalah
kesehatan dan gizi salah satunya adalah kegemukan. Kegemukan atau obesitas terjadi ketika
anak mengonsumsi makanan yang tinggi energi, tinggi lemak jenuh, tinggi gula, dan tinggi
garam secara berlebihan tetapi, sedikit mengonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, dan
serealia (Natalia dan Kumala, 2018). DM Tipe 2 pada anak seringkali terjadi akibat obesitas
dimana tingginya massa lemak tubuh menyebabkan insulin dalam tubuh tidak dapat bekerja
dengan baik. Perlu adanya pengelolaan hidup teratur untuk mengurangi massa lemak tubuh
serta meningkatkan masa otot dan tulang, untuk itu sangat direkomendasikan untuk anak
hingga remaja melakukan aktivitas fisik sekurang-kurangnya 1 jam sehari seperti berlari,
renang, bersepeda, senam atau kegiatan lainnya yang bersifat meningkatkan massa otot dan
tulang (RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2021).
Data Riskesdas 2018 mencatat peningkatan kasus obesitas sentral (lingkar pinggang
>90cm pada laki-laki dan >80cm pada perempuan) hingga 31% artinya mengalami kenaikan
kasus sekitar 3.4% dibandingkan tahun 2013 (Soelistijo, 2021). WHO melaporkan 42 juta
anak usia dibawah 5 tahun mengalami overweight. Di Asia Tenggara tercatat 14% penduduk
mengalami overweight dengan 3% diantaranya mengalami obesitas. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2018 mencatat 10.8% anak usia 5-12 tergolong gemuk atau berarti 1-
2 orang anak dari 10 anak tergolong gemuk di Indonesia. Tahun 2020 angka obesitas pada
anak di Indonesia diprediksi mencapai 9.1% atau sekitar 60 juta anak. Hal ini disebabkan
antara lain oleh perubahan gaya hidup, pola makan dan minimnya aktivitas fisik (Utami,
2019).
Masalah kegemukan atau obesitas ini meningkatkan risiko penyakit-penyakit
degeneratif seperti stroke, hipertensi, diabetes, jantung koroner, dan penyakit liver (hati)
(Natalia dan Kumala, 2018). Obesitas pada kelompok anak seringkali menimbulkan keluhan
dan masalah kesehatan seperti sesak, gangguan tidur akibat sesak, hambatan pertumbuhan
tungkai kaki, gangguan nafas, berhenti nafas dan keluhan lainnya yang menyebabkan
penurunan kualitas kesehatan anak. Anak-anak obesitas juga diketahui lebih cepat
mengalami pertumbuhan dan kematangan lebih cepat dari anak seusianya pada masa remaja
awal. Anak dengan obesitas akan mengalami pertumbuhan tulang lebih awal selanjutnya
proses ini pun lebih cepat berhenti sehingga tinggi badan akan relatif lebih pendek dari anak
seusianya, begitu pun dengan kematangan seksual, pertumbuhan payudara dan menarche
yang lebih cepat (Utami, 2019). Obesitas yang tidak terkelola dengan baik pada sejak usia
dini akan meningkatkan risiko penyakit degeneratif salah satunya yaitu diabetes melitus
karena kondisi ini menjadi faktor predisposisi timbulnya peningkatan kadar gula darah, hal
ini dikarenakan pada seseorang yang obesitas terjadi peningkatan kadar trigliserida,
pernurunan kadar kolesterol HDL, resistensi insulin, dan peningkatan kadar faktor-faktor
inflamasi, sel-sel beta pulau langerhans menjadi kurang peka terhadap rangsangan atau
akibat naiknya kadar gula dan kegemukan juga akan menekan jumlah reseptor insulin pada
sel-sel seluruh tubuh. Anak obesitas mempunyai risiko 10,25 kali lebih besar mempunyai
kadar gula darah tinggi dibandingkan anak dengan status gizi normal (Pibriyanti dan
Hidayati, 2018). Berdasarkan aspek faktor gaya hidup tidak sehat yang menjadi pemicu
diabetes tipe 2, antara lain jumlah asupan energi yang berlebih, kebiasaan mengonsumsi
jenis makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (tinggi lemak dan gula, kurang serat),
jadwal makan tidak teratur, tidak sarapan, kebiasaan mengemil, teknik pengolahan makanan
yang salah (banyak menggunakan minyak, gula, dan santan kental), serta kurangnya
aktivitas fisik yang diakibatkan kemajuan teknologi dan tersedianya berbagai fasilitas yang
memberikan berbagai kemudahan bagi sebagian besar masyarakat (Pangestika, Ekawati dan
Murni, 2022). Pada kelompok usia anak, salah satu penyebab obesitas yang sekaligus
memicu risiko DM Tipe 2 adalah konsumsi gizi yang tidak seimbang, antara lain gula dan
lemak. Diketahui rata-rata konsumsi gula pada anak usai 5-12 tahun adalah 16,85
gula/orang/hari yang didapatkan dari asupan sumber gula seperti gula pasir, gula merah,
selai, permen, sirup, coklat, jelly/gelatin, madu dan pemanis. Tercatat asupan gula rata-rata
satu orang anak mencapai 23,9 gram gula/hari yang berasal dari jelly/gelatin. Konsumsi gula
anak usia sekolah mencapai 15,3 gram lebih banyak dari jumlah konsumsi gula yang
dianjurkan (Natalia dan Kumala, 2018). Berdasarkan rekomendasi gula harian menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO) jumlah maksimal konsumsi gula harian adalah 50 gram atau
setara dengan 4 sendok makan. Konsumsi harian makanan dan minuman manis yang
berlebih dapat menyebabkan gangguan metabolisme tubuh seperti kerusakan pada gigi,
peningkatan kadar gula dalam darah dan peningkatan berat badan yang merupakan faktor
penyebab resiko penyakit diabetes melitus. (Hidayat et al., 2022).
Dengan risiko komplikasi pada berbagai penyakit serta tingginya tantangan
pengelolaan untuk hidup sehat yang optimal pada individu yang telah terdiagnosa DM tipe
2, maka penting untuk sedini mungkin dilakukan berbagai upaya pencegahan untuk
mengurangi risiko kejadian DM Tipe 2 diantaranya melalui: edukasi, latihan fisik, diet DM,
dan meditasi (Hisni, Widowati dan Wahidin, 2017). International Diabetes Federation
(IDF) telah mengembangkan proyek Kids and Diabetes in Schools (KiDS) bekerja sama
dengan International Society for Pediatric and Adolescent Diabetes (ISPAD) dan Sanofi
dengan memilih Brazil dan India sebagai negara percontohan karena beban risiko kejadian
DM tipe 1 dan 2 yang cukup tinggi. Tujuan dari proyek ini adalah untuk membina
lingkungan sekolah supaya aman dan mendukung bagi anak-anak dengan DM tipe 1 agar
dapat mengelola hidup dan mencegah diskriminasi serta untuk meningkatkan kesadaran
tentang pencegahan DM tipe 2 pada anak usia sekolah dengan memilih makanan sehat dan
melaksanakan aktivitas fisik (Chinnici et al., 2019).
Pada aspek pendidikan, dibutuhkan media edukasi yang mampu meningkatkan minat
kelompok usia anak untuk mengikuti program promosi kesehatan terkait pencegahan
diabetes melitus. Upaya edukasi gizi pada anak sekolah harus diberikan dengan cara dan
media yang sesuai agar dapat menarik perhatian anak dan juga dapat memudahkan anak
dalam menerima informasi mengenai gizi. Kelompok Anak sekolah dasar identik dengan
metode pembelajaran dengan melihat 4 sesuatu yang menarik perhatiannya dan hal-hal baru
yang belum pernah dilihatnya seperti permainan dan gambar-gambar animasi. Dengan gaya
penyampaian yang tidak harus formal, namun media edukasi dilengkapi dengan audiovisual
yang menarik dan nya dan membuat anak ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan seperti
permainan yang dapat dimainkan dengan teman sebayanya (Reza et al., 2020). Pada usia
sekolah dasar, anak sudah dapat berpikir dan bernalar secara logis serta menarik kesimpulan
dari informasi yang ada, maka pada usia ini pemberian pendidikan kesehatan pada kelompok
usia ini merupakan langkah yang tepat apabila disampaikan menggunakan media yang
menarik perhatian. Bentuk edukasi kesehatan melalui game edukasi dinilai lebih
menyenangkan dibandingkan dengan metode pengajaran di dalam kelas. Permainan yang
sudah banyak digunakan sebagai media edukasi adalah permainan ular tangga. Permainan
ular tangga sebagai media edukasi merupakan adaptasi dari permainan papan india kuno
yang mudah diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan berbagai pembelajaran dengan cara yang
menyenangkan sehingga menghasilkan perubahan sikap yang konstruktif (Paraiso-Galang
dan Gomez, 2019)
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar dapat membangkitkan keinginan
dan minat yang baru serta dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikoligis terhadap siswa (Wike Aprilia
Setyaningrum, 2020). Permainan ular tangga termasuk ke dalam salah satu jenis APE (Alat
Permainan Edukatif). Penggunaan APE dalam dunia pendidikan dapat mengefektifkan
proses belajar-mengajar, memudahkan anak dalam memahami, meningkatkan daya ingat
anak, dan dapat menambah kesegaran dalam mengajar (Fitrizah, Raksanagara dan Agoes,
2020). Media ular tangga dapat merangsang anak untuk menemukan solusi dari
permasalahan dengan menjawab pertanyaan dan mengambil arahan dalam permainan papan
ular tangga (Fitrizah, Raksanagara dan Agoes, 2020).

Media edukasi yang dapat menjadi pilihan antara lain konsep permainan ular tangga.
Permainan ular tangga adalah permainan yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih dengan
menggunakan dadu dan terdapat kotak-kotak serta gambar tangga dan ular. Permainan ini
mengajak peserta didik untuk melakukan dan menemukan sendiri hasil belajar yang akan
dicapai sehingga peserta didik secara aktif melakukan pembelajaran ini. permainan ular
tangga dapat dijadikan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik dan membuat
peserta bersemangat untuk mengikuti proses edukasi yang diberikan. Penggunaan media
pembelajaran ular tangga dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 45%. Hal ini
menunjukkan bahwa media pembelajaran ular tangga itu memberikan pengaruh terhadap
pemahaman siswa. Media pembelajaran ular tangga merupakan media yang efektif untuk
meningkatkan daya serap dan pemahaman peserta didik dalam pembelajaran (Wati, 2021)
Permainan ular tangga merupakan alat bermain yang bersifat edukatif sehingga membuat
anak-anak senang bermain sekaligus dapat mengembangkan kemampuan mengasah logika
dan meningkatkan keterampilan juga melatih anak untuk berkonsentrasi, teliti dan sabar
menunggu giliran, melalui permainan ini dapat membuat anak-anak meyakini bahwa belajar
itu hal yang menyenangkan tidak membosankan dan kemampuan perkembangan anak dapat
berkembang dengan baik (Siregar, 2021). Penelitian Karisman (2018) tentang Pengaruh
Media Pembelajaran Edukatif dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani terhadap
Keterampilan Motorik Dasar Siswa Sekolah Dasar mengemukakan bahwa terdapat pengaruh
dari media pembelajaran edukatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani terhadap
keterampilan motorik dasar siswa sekolah dasar. Melalui permainan edukatif, siswa
menerima pembelajaran tentang tentang tubuh dan kemampuan motorik (Karisman, 2018).
Haryanto dan Adiwiharja (2015) menemukan hasil penelitian bahwa media pembelajaran
ular tangga yang disisipkan edukasi menjadi salah satu media yang dapat memudahkan siswa
dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh pengajar agar pembelajaran berjalan efektif
yang menyenangkan serta menarik (Kurniasih, 2018). Permainan ular tangga juga telah
diadaptasi sebagai media pembelajaran untuk anak-anak dengan DM tipe 1 dan Wanita
dengan diabetes gestasional untuk mengajarkan hubungan antara kadar glukosa plasma,
makanan dan dosis insulin. Permainan ini membuat pasien lebih mudah beradaptasi dan
memotivasi pasien untuk belajar mengenai manajemen diri dan memperkuat pengetahuan
yang telah diajarkan oleh dokter, perawat diabetes dan ahli gizi (Paraiso-Galang dan Gomez,
2019).

Informasi yang diperoleh dari UPTD Puskesmas Tapos diketahui bahwa upaya
promosi kesehatan terkait diabetes melitus baru dilakukan pada kelompok peserta Prolanis
di wilayah kerja puskesmas dengan metode ceramah atau menggunakan media promkes dari
Kementerian Kesehatan RI bersamaan dengan kegiatan promosi kesehatan untuk penyakit
lainnya dengan kata lain tidak spesifik untuk materi tentang diabetes mellitus. Berdasarkan
hasil pendahuluan tentang pengetahuan perilaku pencegahan DM tipe 2 pada 10 orang anak
usia sekolah di wilayah RW 19 Kecamatan Tapos-Depok diketahui bahwa seluruhnya
menyatakan bahwa belum pernah mendapatkan edukasi mengenai pencegahan DM tipe 2
baik di sekolah maupun oleh Petugas Kesehatan. Seluruh anak juga menyampaikan bahwa
tidak mendapatkan informasi terkait perilaku pencegahan diabetes melitus tipe 2 ini dari
keluarga maupun di lingkungan sekolah. Ketersediaan pilihan menu makanan di rumah
maupun jajanan di sekolah juga belum memperhatikan ketentuan terkait batasan jenis,
jumlah dan jadwal makanan yang memicu risiko diabetes melitus tipe 2.
Berdasarkan pemaparan diatas, sebagai bagian dalam upaya menghasilkan metode
fasilitasi yang cocok untuk mengedukasi anak usia sekolah tentang pencegahan DM tipe 2,
maka penulis tertarik untuk Efektivitas Media Fasilitasi “Tangga Manis” Terhadap Perilaku
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Anak Usia Sekolah Dasar Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Tapos Tahun 2023.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan Media Edukasi Kesehatan “Tangga Manis”


1. Definisi Media Edukasi Permainan Ular Tangga
Permainan adalah interaksi antar individu yang bertindak sebagai pemain dengan
mengikuti aturan yang ditentukan untuk mencapai tujuan. Belajar sambal bermain
dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Kelebihan media pembelajaran
permainan adalah adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar, interaksi antar siswa
hingga terciptanya kerjasama kelompok dalam siswa, penggunaan media pembelajaran
dalam kegiatan pembelajaran lebih memudahkan siswa memperoleh pemahaman dan
memotivasi siswa untuk belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh sangat
memuaskan (Wati, 2021) . Permainan digunakan untuk menciptakan suasana belajar
dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang
(segar). Media mengarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif
dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Berbagai
macam manfaat dari penggunaan media ini adalah antara lain: dari segi keterampilan
berbahasa yang dapat distimulasi melalui permainan ini misalnya kosakata naik-turun,
maju mundur, ke atas-ke bawah, dan lain sebagainya. Keterampilan sosial yang dilatih
dalam permainan ini di antaranya kemauan mengikuti dan mematuhi aturan permainan,
bermain secara bergiliran. Keterampilan kognitif-matematika yang terstimulasi yaitu
menyebutkan urutan bilangan, mengenal lambang bilangan dan konsep bilangan
(Kurniasih, 2018).
Permainan ular tangga adalah salah satu jenis permainan tradisional yang
mendunia. Permainan ini merupakan jenis permainan kelompok, melibatkan beberapa
orang dan tidak dapat digunakan secara individu. Media pembelajaran dengan
menggunakan permainan ular tangga ini terdiri dari 4 bagian yaitu; kertas petak
permainan, kartu pertanyaan, dadu dan maskot (Kurniasih, 2018). Pengembangan
media pembelajaran dengan permainan ular tangga disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik usia sekolah dengan tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran sebagai
pengantar informasi bagi siswa. Kelebihan media pembelajaran permainan ular tangga
yaitu, (1) Belajar sambal bermain, (2) Proses belajar dilakukan secara berkelompok,
(3) memudahkan proses belajar karena dibantu dengan gambar yang ada dalam
permainan ular tangga, dan (4) tidak memerlukan biaya mahal dalam membuat media
pembelajaran permainan ular tangga(Wati, 2021).

2. Media Edukasi Tangga Manis


Konsep penggunaan media pembelajaran permainan ular tangga dimodifikasi
oleh peneliti, permainan ular tangga yang dikembangkan antara lain”
a. Media dimainkan bersamaan oleh 10-15 orang yang tergabung dalam 3
kelompok
b. Permainan dimulai dari start,
c. Setiap kelompok menunjuk 1 (satu) orang perwakilan untuk menjadi pion
d. Anggota kelompok yang lain bertugas menjawab pertanyaan secara bergilir dari
fasilitator
e. Kelompok yang berhasil menjawab pertanyaan berhak melempar dadu
f. Pion melangkah sesuai mata dadu, siswa kotak (kolom) yang dilewati
g. Fasilitator akan menjelaskan makna gambar yang telah ditempati oleh pion

Spesifikasi produk yang dikembangkan berupa permainan ular tangga dapat membantu
fasilitator dan peserta ajar dalam proses pembelajaran tentang pencegahan diabetes
melitus sejak dini. Bahan-bahan yang dapat dijadikan bahan pembuatan media ini
yaitu antara lain:
a. Spanduk berisi desain Media Ular Tangga
b. Dadu (bisa beli atau membuatnya sendiri).
Kelebihan dari penggunaan media ini adalah sebagai berikut: (a) Media ular tangga ini
sangat efektif untuk mengulang (review) pelajaran yang telah diberikan; (b) Media ini
sangat praktis dan ekonomis serta mudah dimainkan. (c) Dapat meningkatkan antusias
anak dalam menggunakan media pembelajaran ini; (d). Anak akan memperhatikan
fasilitator saat memberikan penjelasan tentang gambar yang diamati; (e) Media ini
sangat disenangi oleh anak karena banyak terdapat gambar yang menarik dan
berwarna-warni. Sedangkan kelemahan media ini adalah: (a) Dimungkinkan
menimbulkan kejenuhan saat fasilitator memberikan penjelasan tentang gambar. b.
Akan menimbulkan kejenuhan pada anak yang menunggu giliran permainan. c.
Keadaan kurang terkontrol akibat kurangnya pengawasan guru dalam proses
permainan; (d) Tanpa pengawasan yang intensif, anak dapat mudah terjebak dalam
permainan ular tangganya saja tanpa bisa menyerap nilai-nilai atau tujuan digunakan
media pembelajaran ini; (e) Media ini tidak cocok digunakan untuk kelas dengan
jumlah peserta ajar yang besar.

B. Pencegahan Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2


1. Definisi Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes Melitus merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa
darah (gula darah) yang melebihi nilai normal secara menahun. Diabetes Melitus
dikelompokkan sebagai berikut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019):
1. DM tipe 1 : DM yang disebabkan tidak adanya produksi insulin sama sekali.
2. DM tipe 2 : DM yang disebabkan tidak cukup dan tidak efektifnya kerja insulin.
3. DM Gestasional : DM yang terjadi saat kehamilan.
4. DM tipe lainnya : DM tipe lain yang disebabkan oleh pemakaian obat, penyakit
lain-lain, dan sebagainya.

2. Faktor Determinan penyebab Diabetes Melitus Tipe 2


Faktor risiko DM tipe-2 terutama adalah obesitas dan riwayat keluarga dengan
DM tipe-2. Faktor risiko lainnya adalah berat badan lahir rendah (kecil masa
kehamilan) dan status gizi buruk (IMT rendah) pada usia 2 tahun. Gambaran klinis
anak dan remaja dengan DM tipe-2 bisa bervariasi dari hiperglikemi tanpa gejala yang
ditemukan pada skrining atau pemeriksaan fisik rutin sampai koma ketoasidosis (25%
pasien) atau status hiperosmolar hiperglikemik yang bisa meningkatkan risiko
mortalitas (Endokrinologi et al., 2015). Secara umum faktor yang mempengaruhi DM
Tipe 2 antara lain ((Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019):
1. Obesitas (kegemukan), terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar
glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT> 23 cm dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
2. Hipertensi, peningkatan tekanan darah pada hipertensi erat kaitannya dengan
tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari
dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat keluarga Diabetes Mellitus, seorang yang menderita DM diduga
mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif.
Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita
DM.
4. Dislipedimia, dalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin
dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
5. Umur, berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena DM adalah > 35
tahun.
6. Riwayat persalinan, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat
badan bayi > 4000 gram.
7. Aktifitas fisik, kurangnya aktifitas fisik mendorong terjadinya penyakit DM.
Penelitian Hu dan Lynch menemukan bahwa aktifitas fisik sedang 40 menit per
minggu secara intensif dapat menurunkan kejadian penyakit DM tipe 2. Aktifitas
fisik yang intensif 2,5 jam per hari dapat menurunkan kejadian DM tipe 2.
8. Asupan gizi, sayur dan buah (serat) yang dibutuhkan sehari-hari untuk mencegah
terjadinya DM tipe 2 sebanyak 20-35 gram perhari.

3. Gejala
(Endokrinologi et al., 2015)
a. Gejala Utama (klasik)
1. Sering Kencing
2. Cepat Lapar
3. Sering haus
b. Gejala Tambahan:
1. Berat badan menurun cepat tanpa penyebab yang jelas.
2. Kesemutan.
3. Gatal didaerah kemaluan wanita.
4. Keputihan pada wanita.
5. Luka sulit sembuh.
6. Bisul yang hilang timbul.
7. Penglihatan kabur.
8. Cepat lelah.
9. Mudah mengantuk.
10. Impotensi pada pria.
4. Pencegahan Diabetes
Mengingat tingginya risiko komplikasi yang diakibatkan DM berikut adalah
langkah pencegahan yang dapat dilaksanakan (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2019):
a. Atur pola makan dengan energi seimbang, disebut dengan Diet DM. Diet DM
dilakukan dengan pola makan sesuai dengan aturan 3J (Jumlah, Jenis dan Jadwal
Makan):
1) Jumlah:
Mengatur jumlah makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan BB
memadai yaitu BB yang dirasa nyaman untuk seorang diabetesi dan
mengatur jumlah makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan hasil
konseling gizi.
2) Jenis:
Jenis makanan utama yang dikonsumsi dapat disesuaikan dengan konsep
piring makan model T, yang terdiri dari kelompok sayuran (ketimun, labu
siam, tomat, wortel, bayam, dll), karbohidrat (nasi, kentang, jagung, ubi,
singkong, dll), dan protein (ikan, telur, tempe, tahu, kacang hijau, kacang
merah, dll). Pengolahan sayur, karbohidrat, protein tidak menggunakan
gula, garam dan lemak yang berlebih. Untuk Jenis makanan selingan
(diantara dua waktu makan ) diutamakan dari kelompok buah-buahan yang
kandungan gulanya relatif aman yaitu pepaya, salak, melon, jeruk,
bengkoang, apel, dll. Serta menghindari buah-buahan musiman dan yang
diawetkan.
3) Jadwal:
Mengatur jadwal makan diatur dengan terdiri dari 3x makan utama dan 2-
3x makanan selingan mengikuti prinsip porsi kecil.
b. Mengonsumsi obat secara teratur sesuai petunjuk dokter.
c. Mengikuti edukasi (penyuluhan dan konseling gizi) secara berkelanjutan.
d. Mengecek kadar glukosa darah secara berkala bertujuan agar diabetesi mampu
mandiri dalam mengontrol kadar glukosa darah.
BAB 3
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Eksperimen Semu dilakukan untuk mengetahui perbedaan


pelaksanaan Fasilitasi Perilaku Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 pada anak usia sekolah
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tapos Tahun 2023 dengan pendekatan rancangan
desain one group pretest-posttest design antara sebelumnya dan sesudahnya dilakukan
promosi kesehatan menggunakan metode fasilitasi dengan media edukasi “Tangga Manis”.
Sampel penelitian berjumlah 30 orang dengan metode total sampling. Populasi Studi
dalam penelitian ini adalah anak anak di wilayah RW 16 Kelurahan Tapos wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Tapos-Depok yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi
respondent dalam penelitian ini adalah:
1. Anak anak usia sekolah berusia antara 9-11 tahun dan
2. Tinggal menetap di RW 16 Kelurahan Tapos, Kecamatan Tapos
3. Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian

Sebagai kelompok responden, peneliti membentuk 3 kelompok yang terdiri atas 30 orang
anak usia sekolah berusia antara 9-11 tahun dan tinggal menetap di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan tapos
1. Uraian Langkah Penelitian
Langkah yang dipersiapkan dimulai dengan melakukan tahapan survey dan observasi
lapangan kemudian melakukan tahap persiapan sampai dengan tahap pelaksanaan.
Uraian tahapan sebagai berikut :
a) Survey Awal
1) Pembuatan surat izin survey pendahuluan ketempat yang dituju yaitu RW
16 Kelurahan Tapos, Kecamatan Tapos-Depok
2) Melaksanakan survey pendahuluan dan observasi lapangan perilaku
pencegahan DM Tipe 2 di wilayah penelitian
3) Survey lapangan dilakukan berdasarkan data primer Puskesmas
Kecamatan Tapos. Penelitian menemukan perilaku konsumsi makanan
dan jajanan manis yang cukup tinggi pada kelompok anak baik pada
makanan pokok, kudapan serta minuman.
b) Tahap Persiapan
1) Mengumpulkan Literatur penelitian terdahulu sebagai bahan referensi
penelitian dari berbagai macam sumber jurnal baik skala internasional
maupun nasional
2) Mengumpulkan data primer terkait tema penelitian di Puskesmas
Kecamatan Tapos
3) Membuat instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian.
Adapun instrument penelitian tsb adalah sebagai berikut:
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 disebabkan oleh √
faktor genetik/keturunan
2 Diabetes merupakan keadaan dimana pankreas √
tidak mampu memproduksi insulin secara optimal
3 Stres berlebihan berisiko meningkatkan Diabetes √
Melitus Tipe 2
4 Usia >40 dan riwayat DM dalam keluarga √
meningkatkan risiko DM Tipe 2
5 Mudah merasa haus, mudah mengantuk dan √
penglihatan terlihat kabur adalah gejala DM
6 Perilaku merokok mampu menurunkan risiko DM √
7 Mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak dan √
gula tinggi mampu menekan risiko DM Tipe 2
8 Obesitas dan dan pola makan yang tidak teratur √
menurunkan risiko komplikasi DM Tipe 2
9 Rutin melakukan cek kesehatan dan kontrol gula √
darah menurunkan risiko komplikasi DM Tipe 2
10 Mengatur pola makan seimbang mampu √
meningkatkan imunitas tubuh
Tabel 3.1
Instrumen Penelitian

c) Tahap Pelaksanaan
1) Pembuatan surat izin penelitian untuk pelaksanaan penelitian
2) Pengajuan Surat izin penelitian untuk pelaksanaan penelitian
3) Melaksanakan Kaji etik penelitian
d) Tahap Pemberian Perlakuan/ Intervensi
Penelitian dilakukan dalam 2 (dua) rangkaian kegiatan sebagai berikut:
1) Membentuk kelompok responden yaitu sebanyak 30 orang anak usia
sekolah di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tapos
2) Pada minggu pertama, peneliti memberikan pre test soal yang telah
disiapkan untuk mengukur pemahaman kelompok responden terhadap
hal-hal yang terkait dengan penelitian
3) Setelahnya,kelompok responden mendapatkan pendidikan kesehatan
dengan menggunakan media edukasi “Tangga Manis” dalam 2 kali
pertemuan selama 2 minggu berturut-turut
4) Minggu ke 3 akan dilakukan pemberian post test kepada kelompok
responden. Pertanyaan dalam kuesioner dibacakan oleh peneliti untuk
membantu sampel menjawab pertanyaan dengan dengan ketentuan (total
skor 10) untuk jawaban yang benar dan (Skor 0) untuk jawaban yang
salah
5) Kriteria efektifitas Media Edukasi “Tangga Manis berdasarkan jumlah
skor kuesioner yang dijumlahkan kemudian di uji dengan menggunakan
SPSS .

e) Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian menggunakan Editing, Coding, Scoring,
Entry, Cleaning, Tabulating. Uji statistik menggunakan Uji Independent T-
Test dengan SPSS, dan saphiro wilk (untuk uji normalitas)
f) Penyajian Data
Data disajikan dalam format tulisan, angka dan tabel dalam format MS Word
yang memudahkan pembaca mengiterpretasikan hasil penelitian.
BAB IV

HASIL PELAKSANAAN PENELITIAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil penelitian selama 3 minggu sejak tanggal 23 September


sampai 11 Oktober 2023 bertempat di RW 16 Kelurahan Tapos, Kecamatan Tapos-
Depok yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tapos-Depok
dengan tahapan:
a. Pada minggu pertama peneliti membentuk kelompok responden dari 30 orang
anak usia sekolah di daerah tersebut kemudian peneliti memberikan pre test
soal yang telah disiapkan untuk mengukur pemahaman kelompok responden
tentang perilaku pencegahan DM tipe 2. Dilanjutkan dengan pelaksanaan
promosi kesehatan dengan metode fasilitasi menggunakan media edukasi
“Tangga Manis” berisi edukasi perilaku pencegahan DM tipe 2 yang dikemas
dengan permainan ular tangga.

Gambar 5.1 Pemberian Pretest Respondent

b. Pada minggu ke 2 kelompok responden mendapatkan pendidikan kesehatan


dengan metode fasilitasi menggunakan media promosi kesehatan interaktif
“TANGGA MANIS” yang berisi edukasi perilaku pencegahan DM tipe 2 yang
dikemas dengan permainan ular tangga. 30 anak dibagi menjadi 3 kelompok
yang terdiri atas 10 anggota. 1 orang berperan menjadi pion grup yang
mewakili grup untuk mengocok dadu dan melangkah sesuai dengan angka
dadu yang dikeluarkan serta melaksanakan petunjuk yang tertulis pada kolom
yang diinjak. Pada sesi ini fasilitator menjelaskan maksud dari setiap gambar
atau perintah yang tertulis dalam kotak sekaligus setiap peserta bisa
mengajukan pertanyaan apabila ada penjelasan yang belum dimengerti.
Sementara 9 orang anggota kelompok lainnya bertugas menjawab pertanyaan
dari fasilitator sesuai dengan giliran. Total pertanyaan yang diajukan adalah 15
soal dan kelompok yang menang adalah yang lebih dulu mencapai kota “Anak
Sehat Cegah Diabetes” atau kotak lain dengan angka urut paling tinggi.
c. Pada minggu ke 3, kelompok kembali mengikuti fasilitasi kesehatan
menggunakan media “TANGGA MANIS” dan diakhir permainan peneliti
kembali menyebarkan kuisioner “post test” untuk mengukur kembali tingkat
pemahaman peserta terkait pencegahan DM tipe 2

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden anak berusia 8-10 tahun di wilayah kerja
di UPTD Puskesmas Tapos diketahui hasil Uji independent sample t test adalah sebagai
berikut :
Tabel 1 Nilai Rata Rata Uji Sample Paired t test
Paired Samples Statistics

Std.
Std. Error
Mean N Deviation Mean

Pair 1 PRETEST 38.00 30 12.42911 2.26923

POSTEST 61.33 30 7.76079 1.41692

Pada tabel di atas diperlihatkan hasil ringkasan deskriptif statistik dari kedua sample
atau data pretest dan postest. Nilai rata-rata pretest dari total 30 responden sebelum
diberikan perlakuan dengan menggunakan media edukasi kesehatan “Tangga Manis”
sebesar 38.00 sedangkan nilai rata-rata posttest setelah diberikan perlakuan dengan
menggunakan media edukasi interaktif “Tangga Manis” sebesar 61.33. Berdasarkan
output SPSS ini diketahui adanya peningkatan nilai rata-rata sebelum diberikan
perlakuan (pretest) dan setelah diberikan perlakuan (posttest).

Tabel 2 Uji Korelasi Sample Paired t test


Paired Samples Correlations

N Correlation Sig
Pair 1 PRETEST & 30 ,601 ,000
POSTEST

pada tabel kedua dari uji sample paired t test menjelaskan hubungan korelasi atau
hubungan antara dua data atau variabel yakni pretest dan posttest dalam hal ini adalah
korelasi person product moment. Pada output ke dua diketahui nilai signifikansi
sebesar 0.000 artinya nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0.005 sebagaimana dasar
pengambilan keputusan dalam uji korelasi karena nilai signifikansi lebih kecil dari
0.005 maka disimpulkan bahwa ada pengaruh antara sebelum respondent diberikan
perlakuan dengan media edukasi interaktif “Tangga Manis” (pretest) dan setelah
respondent mendapatkan perlakuan (posttest).

Tabel 3 Uji Sample Paired Differences

Paired Differences

Mean Std.Deviatio Std. 95% Convident


n Error interval Of The t df Sig (2
mean Diffrence tailed)

lower Upper

Pair 1 - 9.94236 1.81522 -27.04587 -19.62079 - 29 0,000


Pretest – 23.3333 12.8
Postest 3 54

Pada output ke 3 diketahui nilai mean sebesar -23.33333 nilai ini menunjukan
selisih antara mean pretest dengan mean posttest pada output pertama yaitu 38.0000
- 61.3333 = -23.33333 selisih perbedaan tersebut antara -27.04587 sampai dengan -
19.62079. Kemudian untuk nilai signifikansi pada ouput ke 3 sebesar 0,000, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest
anak anak sebelum diberikan perlakuan pendidikan kesehatan menggunakan media
edukasi “Tangga Manis” dan posttest setelah di berikan pendidikan kesehatan
menggunakan instrumen media edukasi interaktif “Tangga Manis”. Sebagaimana
dasar pengambilan keputusan Jika nilai Sig (2 tailed) < 0,05 maka terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil pretest respondent sebelum di berikan perlakuan dengan
media edukasi interaktif “Tangga Manis” dan setelah diberikan perlakuan dengan
menggunakan media edukasi interaktif “Tangga Manis”.
4.2 Pembahasan
Diabetes Mellitus tipe 2 (DM Tipe 2) memiliki pengaruh penting terhadap
mortalitas, morbiditas dan kualitas hidup yang rendah serta berdampak negatif
terhadap sistem pelayanan kesehatan serta peningkatan biaya sosial sehingga
diperlukan strategi dalam upaya pencegahan untuk mengurai risiko sejak dini.
Diantaranya upaya melakukan modifikasi perilaku yang dapat diubah dengan
mengurangi gaya hidup tidak sehat, obesitas, kurangnya aktivitas fisik hingga
kebiasaan dan pola makan yang kurang sehat (Manios et al., 2018). Upaya
pencegahan DM Tipe 2 sejak dini diantaranya dapat diberikan kepada kelompok
anak usia sekolah dasar dengan metode dan media yang disesuaikan. Mengemas
edukasi kesehatan pada kelompok anak dengan media edukasi interaktif merupakan
suatu upaya melaksanakan metode belajar yang menarik perhatian anak sekolah usia
8-10 tahun untuk meningkatkan motivasi dalam belajar(Wike Aprilia Setyaningrum,
2020). Kelompok usia ini akan antusias belajar dengan metode belajar, bermain dan
cerita bergambar sehingga peserta aja antusias dan lebih mudah mempelajari tentang
PHBS terutama kaitannya dengan pencegahan diabetes mellitus (Reza et al., 2020).
Permainan edukasi akan dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain
melalui lingkungan simulasi dan dapat menjadi bagian integral dari pembelajaran
dan dapat pengembangan intelektual serta akan dapat membantu anak dalam
mengembangkan akhlak, intelektual, motivasi, keahlian dan kecakapan. Media
pembelajaran memiliki peran penting dalam menunjang proses pembelajaran.
Menurut (Arsyad, 2013) penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Selain itu dengan menggunakan
media pembelajaran juga dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikoligis terhadap siswa. Monopoli
Penggunaan media pembelajaran dalam bentuk permainan ular tangga yang
menyenangkan dapat digunakan untuk menerapkan paradigma pembelajaran yang
menyenangkan dan memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang akan
disampaikan. Hal ini termasuk salah satu teknik pembelajaran kooperatif dan adaptif
dan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Anshori dan Sukmawati, 2021).
Permainan ular tangga adalah permainan yang sesuai dengan perkembangan kognitif
anak usia 8-11 tahun dimana pada usia tersebut, anak dapat melakukan permainan
yang penuh dengan logika, rasionalitas objektif serta aturan permainan. Selain itu
pembelajaran melalui permainan ini menciptakan suasana yang lebih menyenangkan
dan menarik serta mendorong anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya dan
menghindarkan rasa bosan (Husna dan Ardi, 2020). Permainan ular tangga dinilai
menjadi alternatif media bermain edukatif yang mampu mendorong minta anak untuk
belajar sambil bermain, anak-anak senang bermain sekaligus dapat mengembangkan
kemampuan mengasah logika, meningkatkan keterampilan juga melatih anak untuk
berkonsentrasi, teliti dan sabar menunggu giliran. Melalui permainan ular tangga
membuat anak-anak meyakini bahwa belajar itu hal yang menyenangkan tidak
membosankan dan kemampuan perkembangan anak dapat berkembang dengan baik
melalui informasi yang diperoleh selama mengikuti permainan (Siregar, 2021).
. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai mean selisih antara mean
pretest dengan mean posttest pada output pertama yaitu 38.0000 - 61.3333 = -
23.33333 selisih perbedaan tersebut antara -27.04587 sampai dengan -19.62079,
dengan nilai signifikansi pada ouput ke 3 sebesar 0,000, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan antara hasil pretest sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan menggunakan media edukasi “Tangga Manis” pada anak usia
sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Tapos, Depok. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian The Effect Of Snakes And Ladders Game To Improve Knowledge
And Attitudes of Elementary School Students to Stop Open Defication In Bandung
City yang menunjukkan hasil penelitian edukasi menggunakan media permainan ular
berhasil meningkatkan kenaikan rata-rata pada pengetahuan (0.84), sikap (1.51) dan
praktik pemilihan jajanan (0.42) pada siswa. Berdasarkan uji Wilcoxon diperoleh
nilai p-value untuk masing-masing variabel (p < 0,05) yaitu pengetahuan (p = 0,000),
sikap (p = 0,009), dan praktik (p = 0,001) (Thaha et al., 2022).
Media edukasi “Tangga Manis” dapat menjadi alternatif media edukasi
kesehatan sebagai alat bantu sederhana dan dapat diterima untuk edukasi perilaku
pencegahan DM tipe 2 pada anak usia sekolah di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Tapos dimana komputer atau alat pengajaran berteknologi tinggi lainnya belum
tersedia. Media edukasi ini dapat digunakan oleh petugas Kesehatan, kader
Kesehatan atau orang tua untuk semakin meningkatkan pengetahuan anak tentang
perilaku pencegahan DM tipe 2 sejak dini. Bentuk edukasi kesehatan dengan media
permainan ular tangga yang dijabarkan diatas merupakan bentuk fasilitasi promosi
kesehatan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan anak usia sekolah terkait upaya
pencegahan DM tipe 2. Untuk mendapatkan hasil optimal dalam menumbuhkan
kesadaran menjaga kesehatan sejak dini diperlukan peran serta berbagai pihak selain
individu yaitu lingkungan keluarga dan Masyarakat. Secara individu, upaya
peningkatan perilaku pencegahan DM tipe 2 pada anak usia sekolah dilakukan
dengan memberikan pengetahuan terkait faktor risiko dan upaya penurunan risiko
melalui modifikasi terkait mencegah kelebihan berat badan (obesitas), meningkatkan
aktivitas fisik dan gerak rutin dengan olahraha serta menjaga asupan makanan sehat.
Dukungan keluarga, Masyarakat dan lingkungan sekolah memegang peranan penting
dalan menentukan gaya hidup dan indeks kesehatan keluarga. Pada lingkungan
keluarga, selain memiliki latar belakang genetik yang sama, lingkungan, sikap dan
keyakinan akan masalah kesehatan juga sama. Orang tuga harus dapat menjadi
panutan bagi anak. Pada lingkup lingkungan masyarakat, upaya pencegahan DM tipe
2 dapat didukung dengan menciptakan kenyamanan jalan bagi pejalan kaki,
meningkatkan akses fasilitas Masyarakat dengan ketersediaan ruang olahraga, taman
dan area pejalan kaki. Sedangkan dukungan dari lingkungan sekolah meliputi
ketersediaan makanan sehat, adanya kurikulum pendukung pendidikan kesehatan
dan adanya kegiatan aktivitas fisik seperti pendidikan jasmani. Dengan kolaborasi
dan berbagai peran yang dilaksanakan masing-masing pihak diharapkan upaya
peningkatan perilaku pencegahan DM tipe 2 dapat diperoleh anak sejak dini dan
dalam berbagai lingkungan kehidupannya. Upaya holistik yang dijabarkan
diharapkan mampu menjadi kolaborasi yang membuahkan generasi masa depan yang
memahami dan melaksanakan pencegahan DM tipe 2 sejak dini.
BAB V

STATUS LUARAN PENELITIAN

5.1 Luaran Wajib

Status target capaian Keterangan (url dan nama


(accepted, jurnal,
No Jenis Luaran published, terdaftar atau penerbit, url paten,
granted, atau status keterangan
lainnya) sejenis lainnya)
1 Laporan
Accepted lppm.uima.ac.id
Penelitian
2 Publikasi Ilmiah
https://journals.stikim.ac.id/i
Jurnal Nasional Accepted
ndex.php/jikes
terindeks SINTA

5.2 Luaran Tambahan

Jenis Luaran Status target capaian Keterangan (url dan nama


(Tulis luaran (accepted, jurnal,
No tambahan yang published, terdaftar atau penerbit, url paten,
ditargetkan jika granted, atau status keterangan
ada) lainnya) sejenis lainnya)
1 HAKI Media Accepted https://pdki-
Edukasi “Tangga indonesia.dgip.go.id/
Manis”
2 Pengkayaan bahan Pengkayaan dalam RPS Mata kuliah Fasilitasi
ajar dan Bahan Ajar Kesehatan Masyarakat
BAB VI
KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN

Kendala dalam penelitian ini adalah keterbatasan waktu pelaksanaan penelitian serta
terkait dengan jadwal partisipan belajar di sekolah sehingga waktu penelitian hanya dapat
dilakukan pada hari minggu (di hari libur sekolah) dan membutuhkan kurang lebih 4 minggu
pelaksanaan penelitian. Selain itu dalam proses pelaksanaan pemberian perlakuan edukasi
kesehatan, peneliti harus menjelaskan dengan metode yang menyenangkan dan membuat
kelompok partisipan antusias mengikuti kegiatan dan mengerti atas materi yang diberikan.
Selain itu adanya keterbatasan pengetahuan dan pemahaman bahasa dari kelompok
responden usia sekolah dasar membuat peneliti menyusun kuisioner dengan kalimat positif
dan bahasa yang sederhana untuk mengurangi adanya bias dalam jawaban responden yang
akan mempengaruhi penelitian ini.
BAB VII
RENCANA TINDAK LANJUT PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa untuk menyampaikan edukasi


kesehatan kepada anak usia sekolah dasar diperlukan suatu strategi dan metode yang sesuai
sehingga mampu meningkatkan antusias partisipan untuk menyimak materi, mengikuti
permainan yang difasilitasi oleh peneliti. Melalui penelitian ini dihasilkan laporan kegiatan
dan publikasi artikel penelitian serta luaran berupa hak cipta atas media “Tangga Manis”
yang sekaligus menjadi pengkayaan materi ajar pada mata kuliah Fasilitasi Kesehatan
Masyarakat yang diampu oleh peneliti. Peneliti berharap media edukasi ini dapat menjadi
alternatif media yangterus digunakan oleh petugas Kesehatan, kader maupun orang tua untuk
terus meningkatkan pengetahuan terkait pencegahan DM tipe 2 sejak dini pada anak usia
sekolah.

Tindak lanjut dari penelitian ini adalah menyusun buku monograf sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bacaan untuk penelitian lanjutan ke depannya atau untuk hal-
hal bermanfaat lainnya. Sebagai upaya peningkatan efektvitas media edukasi “Tangga
Manis” perlu adanya pemutakhiran pola permainan, dimana partisipan dapat leluasa
mengulangi permainan walau tanpa didampingi fasilitator yang berpengalaman
DAFTAR PUSTAKA

ANRI, A. (2022) “Pengaruh Indeks Massa Tubuh, Pola Makan, Dan Aktivitas Fisik
Terhadap Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2,” Journal of Nursing and Public Health,
10(1), hal. 7–13. Tersedia pada: https://doi.org/10.37676/jnph.v10i1.2356.
Anshori, F. Al dan Sukmawati, S. (2021) “Penerapan Media Pembelajaran Ular Tangga Pada
Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa,” Jurnal
PELITA, 1(1), hal. 28–36. Tersedia pada: https://pusdig.my.id/pelita/article/view/41.
Ariwati, V.D. et al. (2023) “Pendidikan Kesehatan tentang Diabetes Melitus pada
Masyarakat RT 3 Kelurahan Curug, Kota Depok,” Jurnal ABDIMAS-HIP Pengabdian
Kepada Masyarakat, 4(1), hal. 47–54. Tersedia pada:
https://doi.org/10.37402/abdimaship.vol4.iss1.217.
Chinnici, D. et al. (2019) “Improving the school experience of children with diabetes:
Evaluation of the KiDS project,” Journal of Clinical and Translational Endocrinology,
15(December 2018), hal. 70–75. Tersedia pada:
https://doi.org/10.1016/j.jcte.2018.12.001.
Endokrinologi, U.K.K. et al. (2015) “Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Melitus.”
Tersedia pada: https://www.gendhismanis.id/pengelolaan-diabetes-melitus.html.
Fitrizah, M.K., Raksanagara, A.S. dan Agoes, R. (2020) “the Effect of Snakes and Ladders
Game To Improve Knowledge and Attitudes of Elementary School Students To Stop
Open Defication in Bandung City,” Indonesian Journal of Public Health, 15(2), hal.
173–180. Tersedia pada: https://doi.org/10.20473/ijph.v15i2.2020.173-180.
Hasanah, Y. (2019) “Diabetes Pada Anak,” Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
Faculty of Medicine Universitas Sriwijaya, 1(1), hal. 19–27. Tersedia pada:
https://doi.org/10.32539/confmednatalisunsri.v1i1.3.
Hidayat, A.R. et al. (2022) “Upaya untuk Mencegah Penyakit Diabetes pada Usia Dini,”
Jurnal Forum Kesehatan : Media Publikasi Kesehatan Ilmiah, 11(2), hal. 63–69.
Tersedia pada: https://doi.org/10.52263/jfk.v11i2.229.
Hisni, D., Widowati, R. dan Wahidin, N. (2017) “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Diet Diabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas
Limo Depok,” Ilmu dan Budaya, hal. 6659–6668.
Husna, H.N. dan Ardi, A.K. (2020) “Snake and Ladder Game for Eye Health Promotion: A
Development Research,” 26(8), hal. 251–257. Tersedia pada:
https://doi.org/10.2991/ahsr.k.200523.061.
Karisman, V.A. (2018) “Pengaruh Media Pembelajaran Edukatif Dalam Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Terhadap Keterampilan Motorik Dasar Siswa Sekolah Dasar,”
TEGAR: Journal of Teaching Physical Education in Elementary School, 2(1), hal. 53.
Tersedia pada: https://doi.org/10.17509/tegar.v2i1.10573.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019) “Buku Pintar Kader Posbindu,” Buku
Pintar Kader Posbindu, hal. 1–65. Tersedia pada:
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2019/
03/Buku_Pintar_Kader_POSBINDU.pdf.
Kurniasih, R. (2018) “Media Ular Tangga Jejak Petualang Sebagai Media Pembelajaran
Untuk Anak Usia Dini,” Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), hal.
119–125. Tersedia pada: https://doi.org/10.17509/cd.v5i2.10505.
Manios, Y. et al. (2018) “A school- and community-based intervention to promote healthy
lifestyle and prevent type 2 diabetes in vulnerable families across Europe: Design and
implementation of the Feel4Diabetes-study,” Public Health Nutrition, 21(17), hal.
3281–3290. Tersedia pada: https://doi.org/10.1017/S1368980018002136.
Natalia, S. dan Kumala, M. (2018) “Hubungan kebiasaan akses internet dengan status gizi
pada remaja (11–19 tahun) usia sekolah di Jakarta Barat periode Januari–Desember
2014,” Tarumanagara Medical Journal, 1(1), hal. 2015. Tersedia pada:
http://journal.untar.ac.id/index.php/tmj/article/view/2541.
Pangestika, H., Ekawati, D. dan Murni, N.S. (2022) “Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2” Jurnal ‘Aisyiyah Medika, 7(1), hal. 132–
150.
Paraiso-Galang, C.A.Y. dan Gomez, M.H.S. (2019) “The development and acceptability of
a board game to supplement standard diabetes education at the university of Santo
Tomas hospital,” Phillippine Journal of Internal Medicine, 57(1), hal. 19–28.
Pibriyanti, K. dan Hidayati, K.N. (2018) “Anak perempuan dan obesitas sebagai faktor risiko
kejadian kadar gula darah tinggi pada anak sekolah dasar,” Jurnal Gizi Indonesia (The
Indonesian Journal of Nutrition), 6(2), hal. 90–93. Tersedia pada:
https://doi.org/10.14710/jgi.6.2.90-93.
Reza, V. et al. (2020) Pengaruh Penyuluhan Gizi Melalui Media Permainan Ular Tangga
Dan Cerita Bergambar Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Gizi Seimbang Pada
Anak Sekolah Usia 7-12 Tahun Di Kelurahan Indrakasih Medan Tembung, UIN
Sumatera Utara. Tersedia pada: http://repository.radenintan.ac.id/11375/1/PERPUS
PUSAT.pdf%0Ahttp://business-law.binus.ac.id/2015/10/08/pariwisata-
syariah/%0Ahttps://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-
results%0Ahttps://journal.uir.ac.id/index.php/kiat/article/view/8839.
RSUP Dr. sardjito Yogyakarta (2021) “Sardjito Menyapa Acces To Diabetes Care,” RSUP
Dr. sardjito Yogyakarta, hal. 1–15.
Siregar, P.A. (2021) “Teknik Pengembangan Media Promosi Kesehatan,” in. Medan: UIN
Sumatera Utara, hal. 6.
Soelistijo, S. (2021) “Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Dewasa di Indonesia 2021,” Global Initiative for Asthma, hal. 46. Tersedia pada:
www.ginasthma.org.
Thaha, R.M. et al. (2022) “The Effect of Education Using Snakes and Ladders Board Game
on Healthy Snacks Selection of Elementary School Students,” Open Access
Macedonian Journal of Medical Sciences, 10(E), hal. 465–470. Tersedia pada:
https://doi.org/10.3889/oamjms.2022.8327.
Utami, F.R. (2019) Gambaran Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di PUSKESMAS
Air Putih Samarinda. Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Wati, A. (2021) “Pengembangan Media Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Sekolah Dasar,” Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar ,
2(1), hal. 68–73. Tersedia pada: https://doi.org/10.33487/mgr.v2i1.1728.
Wike Aprilia Setyaningrum (2020) “Pengaruh Pendidikan Gizi Dengan Permainan
Monopoli Gizi (Mamogi) Dan Ular Tangga (Utaga) Tentang Pola Makan Seimbang
Terhadap Pengetahuan, Sikap, Tindakan Anak Sdn 05 Kota Bengkulu Tahun 2020,”
Skripsi, hal. 5–24.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Bukti Dokumen Luaran Penelitian


Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian

Anda mungkin juga menyukai