1 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

EISSN: 2622-6774

Vol 10 No.2 Juni 2023


http://ejournal.unp.ac.id/index.php/cived/index

Evaluasi Mutu Beton dengan Core Drill Test Berdasarkan SNI 2847-2019
pada Struktur Kolom Bangunan Gedung Laboratorium

Zel Citra1*, Paksi Dwiyanto Wibowo2, Yosie Malinda3, Anom Wibisono4,


Risma Apdeni5
1,2,3,4
Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana, Jakarta Barat, 11650, Indonesia
5
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang, 25132 Indonesia
*Corresponding author, email: [email protected]

Received 12th May 2023; 1st Revision 7th June 2023; Accepted 22th June 2023
DOI: https://doi.org/10.24036/cived.v10i2.122844

ABSTRAK
Kelayakan suatu bangunan harus memenuhi standar kelayakan untuk menahan beban dan
faktor keamanan. Pengujian analisa kelayakan untuk kekuatan atau mutu struktur bangunan
dapat menggunakan metode Non Destructive Test (NDT) dan Destructive Test (DT). Salah
satu metode pengujian terkait mutu beton bisa menggunakan Core Drill Test dimana
pengujian ini termasuk ke dalam kategori Destructive Test (DT). Penelitian dan pengujian
Core Drill ini dilakukan untuk melihat kondisi beton pada bangunan gedung laboratorium
PT. CPI yang terletak di pinggir pantai Ancol. Hasil pengujian dan analisa data untuk mutu
beton struktur kolom sebagian besar belum memenuhi persyaratan minimum kuat tekan beton
struktur khusus berdasarkan SNI-2847-2019. Data dari uji tekan untuk sampel Core Drill
yang diambil pada struktur kolom laboratorium terlihat mutu beton yang memenuhi syarat
SNI-2847-2019 hanya pada CD 1- beton kolom lantai dasar dengan nilai 25,11 Mpa. Struktur
lainnya mulai dari CD2 – beton kolom lantai dasar, CD3 – beton kolom lantai 1, CD4 – beton
kolom lantai 2, dan CD 5 – beton kolom lantai 3 dimana mutu beton di bawah standar SNI
yang mempersyaratkan minimal 21Mpa.

Kata Kunci: Beton; Pengeboran Inti Beton; Uji Destructive; Bangunan Laboratorium

ABSTRACT
The feasibility of a building must meet the standards of load-bearing feasibility and safety
factor. The analysis method for the strength or quality of building structures can use the Non
Destructive Test (NDT) and Destructive Test (DT) methods. One of the test methods related
to concrete quality can use the Core Drill Test where this test is included in the Destructive
Test (DT) category. Core Drill research and testing was carried out to see the condition of
the concrete in the laboratory building of PT. CPI is located on the edge of Ancol beach. The
test results and data analysis for the quality of columnar structure concrete mostly do not
meet the minimum requirements for the compressive strength of special structural concrete
based on SNI-2847-2019. Data from the pressure test for the Core Drill sample taken on the
laboratory column structure shows that the quality of the concrete meets the requirements of
SNI-2847-2019 only on CD 1 - ground floor concrete column with a value of 25.11 MPa.
Other structures starting from CD2 - concrete column on the ground floor, CD3 - concrete
column on the 1st floor, CD4 – concrete column on the 2nd floor, and CD 5 – concrete
column on the 3rd floor where the concrete quality is below the SNI standard which requires
a minimum of 21Mpa.

603
EISSN: 2622-6774
Vol 10 No.2 Juni 2023
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/cived/index

Keywords: Concrete; Core Drill Test; Destructive Test; Laboratory Building


Copyright © Zel Citra, Paksi Dwiyanto Wibowo, Yosie Malinda, Anom Wibisono, Risma Apdeni
This is an open access article under the: https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/
PENDAHULUAN
Setiap bangunan tentunya harus direncanakan memiliki daya layan yang baik, supaya mampu
memenuhi standar keamanan bagi penghuni seperti yang telah direncanakan. Jika bangunan
dirancang tidak sesuai standar peraturan yang dipersyaratkan, maka dapat menimbulkan
korban jiwa jika bangunan tersebut runtuh. Oleh sebab itu maka diperlukan uji kesesuaian
atau kelayakan untuk menentukan kondisi bangunan [1]. Adapun yang mempengaruhi
kelayakan kondisi suatu bangunan adalah sebagai berikut:
1. Kondisi sekitar bangunan
2. Kondisi tanah
3. Bencana alam yang merusak banguan
4. Bahan bangunan
5. Pemeliharaan bangunan
6. Umur bangunan

Keamanan dan kehandalan bangunan dapat dinilai dari seberapa besar bangunan tersebut
dapat menahan beban. Jika konstruksi tidak cukup kuat, maka perlu dilakukan penguatan
struktur agar bangunan tersebut layak untuk digunakan [2].

Dalam metode analisa terhadap kelayakan struktur terutama beton bertulang pada bangunan,
dapat diketahui dengan pengujian Non Destructive Test yaitu tampa merusak benda atau
struktur bangunan yang akan diuji, sedangkan Destructive Test dengan melakukan
pengambilan sampel yang merusak objek atau bangunan yang akan di uji [3]. Dalam kasus
bangunan yang sudah berdiri, pengujian dengan merusak struktur biasanya jarang dilakukan
karena dapat menyebabkan kerusakan elemen bangunan. Adapun jenis-jenis pengujian beton
sebagai berikut [4]; [5]:
1. Hammer Test
Hammer test dipergunakan untuk menentukan kualitas mutu struktur beton.
2. UPVT
Ultrasonic Pulse Velocity Test dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik yang
merambat melalui beton untuk menentukan nilai karakter mutu beton.
3. Covermeter Test
Covermeter Test diperlukan untuk mengidentifikasi tebal selimut beton dan untuk
memvisualisasikan tulangan.
4. Pulse Echo Test
Pulse Echo Test adalah pengetesan untuk melihat kekuatan atau keutuhan beton dengan
menggunakan alat pulse echo.
5. Impact Echo Test
Impact Echo Test dibuat untuk mendeteksi retak pada bagian struktur bangunan dan
dimensi struktur.
6. Brinell Test
Brinell Test adalah pengujian untuk mengetahui kekerasan bahan pada dasar atau
pondasi suatu bangunan.
7. Core Drill
Core drill merupakan sebuah pengujian yang dilakukan yang menggunakan sample
beton dari hasil pengeboran yang dilakukan, sample tersebut nantinya akan diuji

604
EISSN: 2622-6774
Vol 10 No.2 Juni 2023
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/cived/index

dilaboratorium untuk mengetahui kuat tekan pada beton.


8. Half Cell Potential Test
Half Cell Potential Test adalah metode untuk menentukan tingkat korosi baja tulangan.

9. Uji Tingkat Karbonasi Beton


Pengujian Karbonasi Beton merupakan pengujian kandungan karbon pada beton
struktural untuk menentukan umur bangunan.

Pada penelitian ini dilakukan uji kelayakan untuk melihat kondisi beton pada bangunan
gedung laboratorium PT. CPI yang terletak di pinggir pantai Ancol. Penelitian ini perlu
dilakukan karena untuk bangunan di wilayah yang berdekatan dengan perairan khususnya
laut harus terjaga dari pengaruh air laut yang bersifat agresif karena kondisi beton juga dapat
mengalami kerusakan akibat adanya pengaruh lingkungan laut. Selain itu penyelidikan
terhadap kondisi beton bangunan perlu dilakukan karena adanya pengaruh gempa Cianjur
pada bulan mei 2022 dengan kekuatan 5,6SR serta juga untuk melihat kondisi struktur beton
bangunan apakah ada pengaruh dari zat-zat kimia yang ada di laboratorium yang dapat
merusak kualitas beton struktur.

METODE
Penelitian terkait pengujian kualitas atau mutu beton menggunakan Core Drill Test ini
merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Core Drill Test atau yang disebut juga
pemboran beton inti ialah pengetesan terhadap benda uji beton yang berbentuk silinder hasil
pengeboran pada struktur bangunan yang sudah dilaksanakan. Cara umum untuk mengukur
kekuatan beton pada aktual strukturnya adalah dengan cara memotong beton dengan bor
berbentuk bulat yang berputar. Sampel yang diambil (bentuk silinder) selanjutnya dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan pengujian kuat tekan. Tahapan penelitian dapat dilihat pada
flowchart berikut:

Gambar 1. Flowchart penelitian Core Drill Test

605
EISSN: 2622-6774
Vol 10 No.2 Juni 2023
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/cived/index

Standar yang dipakai dalam pengujian adalah [6]:


1. ASTM C 42 Standard Test Method for Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed
Beams of Concrete
2. SNI-1974-2011 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Inti Pemboran
3. SNI 2492-2002 Metode Pengmbilan Sampel Coring

Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan adalah:


1. Mesin Core Drill
2. Alat untuk menutup lubang bekas pengeboran

Gambar 2. Alat Core Drill Test

Metode pemeriksaan awal yang dilakukan sebagai berikut [7]:


1. Alat ditempatkan pada posisi datar diatas permukaan beton atau aspal yang akan diuji.
2. Selanjutnya tambahkan air dengan menggunakan alat sistem pompa.
3. Kemudian air dialirkan melalui selang kecil kedalam bor tersebut, sehingga alat tidak
rusak terutama mata bor yang berbentuk silinder selama proses pengambilan sampel.
4. Setelah semuanya siap, maka alat dihidupkan dengan menarik tali yang ikatkan pada
starter alat.
5. Setelah alat bor menyala, maka mata bor diturunkan secara perlahan-lahan pada titik
yang telah ditandai sampai mencapai kedalaman tertentu, sehingga setelah cukup maka
alat dimatikan dan mata bor dinaikkan.
6. Setelah itu hasil dari pengeboran tersebut diambil dengan menggunakan alat penjapit,
setelah itu dicek dimensinya tebal dan panjang serta amati sampel tersebut apakah
kondisi beton tersebut layak pakai atau tidak.

Metode pengujian atau kerja alat Core Drill Test


Uji dengan pengeboran inti beton adalah dengan cara mengambil sampel silinder beton dari
bagian yang kuat tekannya diragukan. Pengambilan sampel dilakukan dengan alat bor
sehingga diperoleh sampel uji beton berupa silinder [8].
1. Silinder beton yang diperoleh tergantung ukuran diameter mata-bornya, umumnya antara
50mm sampai 150 mm. Namun sebaiknya diameter silinder tidak kurang dari 3 kali
ukuran maksimum agregat betonnya. Jika uji bor inti dipilih maka beberapa hal yang
perlu diperhatikan.
2. Umur beton tidak boleh kurang dari 14 hari.
3. Pengambilan sampel silinder beton dilakukan di bagian yang kuat tekannya diragukan.
Biasanya titik pengambilan sampel dari masing-masing bagian struktur, dari satu bagian
beton diambil satu sampel

606
EISSN: 2622-6774
Vol 10 No.2 Juni 2023
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/cived/index

4. Pengambilan sampel (bagian beton yang diragukan mutunya) diambil 3 titik pengeboran.
5. Pengeboran dilakukan pada bagian yang tidak mengakibat struktur rusak atau runtuh,
misalnya jauh dari posisi sambungan atau overlap tulangan, posisi momen yang besar
atau maksimum, dan tulangan utama.
6. Pengeboran dilakukan dengan posisi tegak lurus terhadap permukaan beton.
7. Lubang bor harus secepatnya diisi dengan beton kekuatan atau mutu minimal sama. Jika
sampel silinder yang diambil dalam kondisi struktur bangunan kering, maka benda uji
silinder beton (hasil bor inti) juga diuji dalam kondisi kering. Begitu juga sebaliknya jika
sampel diambil pada kondisi basah, maka silinder harus direndam minimal 40 jam.
8. Kuat tekan beton pada posisi pengeboran sampel bisa dikatakan tidak berbahaya jika
kuat tekan 3 silinder beton memenuhi 2 (dua) persyaratan sebagai berikut [9]:
a. Kuat tekan rata-rata sampel beton dari 3 silinder betonnya tidak kurang dari 0,85 fc’.
b. Kuat tekan masing-masing sampel beton silinder betonnya tidak kurang dari 0,75 fc’.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian Core Drill Test yang dilakukan pada Gedung Laboratorium PT. CPI, terlebih dulu
buatkan pemodelan struktur bangunan menggunakan software ETABS. Elemen struktur
dimodelkan berdasarkan data pengukuran lapangan. Adapun hasil pemodelan struktur
bangunan ini sebagai berikut:

Gambar 3. Pemodelan Elemen Struktur dengan ETABS

Struktur bangunan yang diambil sampel dengan Core Drill untuk dilakukan pengujian terkait
mutu beton pada struktur kolom sebagai berikut:
1. Struktur kolom lantai dasar 2 sampel (kode: CD1 dan CD2)
2. Struktur kolom lantai 1 (kode: CD3)
3. Struktur kolom lantai 2 (kode: CD4)
4. Struktur kolom lantai 3 (kode: CD5)

Hasil pengambilan sampel dan pengujian beton struktur kolom bangunan laboratorium dapat
dilihat pada tabel 1.

607
EISSN: 2622-6774
Vol 10 No.2 Juni 2023
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/cived/index

Tabel 1. Data Uji Sampel Core Drill

Tabel 2. Hasil Uji Tekan Sampel Core Drill

Data sampel beton yang diambil dengan Core Drill dapat dilihat pada tabel 1 dimana untuk
struktur kolom CD 1, CD 2, CD 3, CD 4 dan CD 5 ukuran diameter inti beton yaitu 45mm
dengan panjang, luas dan berat sampel yang bervariasi. Selanjutnya pada tabel 2 hasil
pengujian tekan pada sampel diperoleh sebagai berikut:
1. Kolom lantai dasar (CD 1) mutu beton = 25,11 Mpa
2. Kolom lantai dasar (CD 2) mutu beton = 13,74 Mpa
3. Kolom lantai 1 (CD 3) mutu beton = 13,98 Mpa
4. Kolom lantai 2 (CD 4) mutu beton = 12,21 Mpa
5. Kolom lantai 3 (CD 5) mutu beton = 13,77 Mpa

Diperoleh rata-rata mutu beton kolom struktur bangunan laboratorium dari hasil pengujian
Core Drill Test yaitu sebesar = 15,76 Mpa. Hasil pengujian Core Drill pada struktur kolom
sebagian besar belum memenuhi persyaratan minimum kuat tekan beton struktur khusus
berdasarkan SNI-2847-2019 yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 4. Grafik Hasil Pengujian Core Drill Test

Grafik pada gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa hasil uji tekan untuk sampel Core Drill
yang diambil pada struktur kolom laboratorium terlihat mutu beton yang sesuai standar hanya
pada CD 1 yaitu beton kolom lantai dasar dengan nilai 25,11 Mpa. Struktur lainnya mulai
dari CD2, CD3, CD4, dan CD 5 mutu beton di bawah standar SNI yang mempersyaratkan
minimal 21 Mpa.

608
EISSN: 2622-6774
Vol 10 No.2 Juni 2023
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/cived/index

KESIMPULAN
Hasil pengujian Core Drill pada struktur kolom sebagian besar belum memenuhi persyaratan
minimum kuat tekan beton struktur khusus berdasarkan SNI-2847-2019. Data dari uji tekan
untuk sampel Core Drill yang diambil pada struktur kolom laboratorium terlihat mutu beton
yang memenuhi syarat SNI-2847-2019 hanya pada CD 1- beton kolom lantai dasar dengan
nilai 25,11 Mpa. Struktur lainnya mulai dari CD2 - beton kolom lantai dasar, CD3 – beton
kolom lantai 1, CD4 – beton kolom lantai 2, dan CD 5 – beton kolom lantai 3 dimana mutu
beton di bawah standar SNI yang mempersyaratkan minimal 21 Mpa.

REFERENSI
[1] Williams, E.A., “National Association of Broadcasters Engineering Handbook”, 2007,
Washington

[2] Khirunnisa, Sarifah., dkk,”Kajian Kuat Tekan Beton di Lingkungan Laut Tropis
Banyuwangi”, Potensi Jurnal, Politeknik Negeri Bandung, Vol 21 No (2), 47-53,
2019, DOI: https://doi.org/10.35313/potensi.v21i2.1583

[3] Wuryanti, Wahyu., “Penilaian Keandalan Struktur Bangunan Gedung Eksisting:


Peraturan dan Implementasinya”, Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7),
2013, Surakarta.

[4] Karundeng, V.S., dkk., “Penerapan Metode Schmidt Hammer Test dan Core Drill
Test untuk Evaluasi Kuat Tekan Beton pada Ruang IGD RSGM UNSRAT Guna Alih
Fungsi Bangunan”, Jurnal Sipil Statik, Universitas Sam Ratulangi Manado, Vol 3 No
(4), 221-227, 2015, ISSN: 2337 – 6732.

[5] Bharoto, S.T., “Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung di Kota
Semarang”, 2010, Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro, Semarang.

[6] Pratama, Egi., dkk, “Pemeriksaan Mutu Beton Terpasang Menggunakan Pengujian
Nondestruktif (NDT) dan Destruktif, Studi Kasus: Bangunan Beton Bertulang 4
Lantai”, Jurnal Pemukiman Vol 17 (1), 2022.

[7] Mulyono, Tri., “Teknologi Beton”, Andi, Yogyakarta, 2005.

[8] Badan Standarisasi Nasional, “Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti”, SNI
03-2492- 2002, Jakarta.

[9] Badan Standarisasi Nasional, “Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan


Gedung”, SNI 2847:2019, Jakarta.

609

Anda mungkin juga menyukai