Makalah Pondasi Dangkal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt. Berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis
mampu menyelesaikan tugas besar tentang "Perhitungan Daya Dukung Pondasi Dangkal Dan Pondasi
Dalam”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Rekayasa Fundaasi Dan
Bangunan Geoteknik.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Fitri Yalina, ST, MT. selaku asisten
dosen mata kuliah yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menjalankan tugas ini
dan seluruh pihak terkait lainnya.
Laporan ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik
dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 17 Juli 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Lingkup Pembahasan
1.4. Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Umum
2.1.1. Definisi
2.1.2. Fungsi dan Kegunaan Pondasi
2.1.3. Klasifikasi Pondasi
2.1.4. Pertimabangan Pemilihan Tipe Pondasi
2.2. Daya Dukung Pondasi Dangkal
2.2.1. Kapasitas Daya Dukung Pondasi Dangkal

BAB III METODE PERANCANGAN

3.1. Karakteristik Tanah Dasar


3.1.1. Data Karakteristik Tanah Dasar
3.1.2. Menghitung Tahanan Konus, qc rata rata
3.1.3. Analisis Data dan Perhitungan Pembebanan Pondasi Dangkal

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pondasi adalah komponen struktur terendah dari bangunan yang meneruskan beban
bangunan ke tanah atau batuan yang berada di bawahnya (Hardiyatmo, H.C, 2002). Pondasi yang
direncanakan harus mampu menahan beban struktur bangunan diatasnya, tanpa mengalami
keruntuhan geser (shear failure) dan penurunan (settlement) yang berlebih, selain itu pondasi juga
mampu menahan gaya tarik (uplift). Pemilihan jenis pondasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
faktor tersebut antara lain adalah kondisi tanah di sekitar struktur bangunan, batasan-batasan
akibat konstruksi diatasnya, kondisi lingkungan di sekitar lokasi struktur bangunan, waktu dan
biaya pekerjaan konstruksi. Terdapat dua klasifikasi pondasi yaitu pondasi dangkal dan pondasi
dalam. Kedua jenis pondasi ini memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Pondasi
dangkal yang biasanya digunakan pada bangunan dengan beban relatif kecil dan menengah adalah
pondasi setempat (spread footing). Pondasi ini merupakan pembesaran dimensi pada dasar kolom
atau pelat yang berfungsi untuk menyalurkan beban ke lapisan tanah yang lebih luas. Pada
umumnya pondasi dangkal sering digunakan untuk menahan beban aksial, lateral dan momen
pada suatu bangunan. Tetapi selain itu pondasi dangkal juga dapat menahan beban tarik, biasanya
pondasi dangkal yang menerima beban tarik difungsikan sebagai angkur pada suatu bangunan
atau akibat dari momen guling pada suatu bangunan. Kapasitas daya dukung pondasi dangkal dan
bidang keruntuhan tanah yang terjadi dipengaruhi oleh karakteristik jenistanah. Jenistanah yang
digunakan pada penelitian ini adalah tanah lempung (clay) dan tanah pasir (sand).

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah melakukan analisis kapasitas daya dukung
pondasi dangkal akibat beban tarik pada tanah lempung dan pasir dengan menggunakan metode
analitik dan dibandingkan dengan metode numerik. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah
menganalisis perbandingan nilai daya dukung pondasi dangkal akibat beban tarik pada tanah
lempung dan pasir dengan dipengaruhi lebar pondasi, bentuk pondasi, kondisi tanah, kedalaman
yang bervariasi dan variasi soil model
1.3. Lingkup Pembahasan
2. Jenis pondasi dangkal yang digunakan adalah pondasi telapak berbentuk persegi
(rectangular foundations) dan pondasi telapak berbentuk bulat (circular foundations).
2. Variasi dimensi pondasi (B) = Diasumsikan dengan
3. Variasi kedalaman pondasi yang digunakan (Df) = 0,5 m, 1 m, 1,5 m, 2 m, 2,5 m, 3 m, 3,5 m
dan 4 m. Atau dalam rasio Df/B = 0,5, 1, 1,5, 2, 2,5, 3, 3,5 dan 4 untuk lebar pondasi 1 meter,
rasio Df/B = 1/3, 2/3, 3/3, 4/3, 5/3, 6/3, 7/3 dan 8/3 untuk lebar pondasi 1,5 meter.
4. Penempatan beban terpusat berada tegak lurus di tengah penampang pondasi pada arah
vertikal.
5. Jenis tanah yang digunakan adalah jenis tanah pasir dan lempung.
6. Pengaruh muka air tanah ketika ada muka air tanah dan tidak ada muka air tanah.
7. Elevasi muka air tanah ketika ada muka air tanah sama dengan elevasi permukaan tanah.
8. Hanya satu lapisan tanah dan dianggap homogen.
9. Nilai parameter tanah ditentukan oleh penulis.
1.3. Sistematika Penulisan
Sistematika pada penulisan penelitian ini disajikan sesuai dengan format pedoman pembuatan
laporan tugas besar yang diterbitkan oleh Universitas Sangga Buana. Tugas Besar terdiri dari 5
(lima) bab, yang secara garis besar dapat ditulis sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dari topik yang diambil, rumusan masalah,
maksud dan tujuan dari penulisan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan-
batasan masalah serta sistematika pembahasan yang akan digunakan dalam penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini membahas mengenai dasar-dasar teori tentang tanah, daya dukung pondasi dangkal
akibat beban tarik atau teori-teori lainnya yang berkaitan pada penelitian ini.
BABIII METODE PERANCANGAN
Bab ini berisi mengenai pembahasan metode penelitian yang akan dilakukan dari awal hingga
menghasilkan output yang didapatkan. Dalam bab ini juga disajikan bagan alir dari metode
penelitian ini.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang uraian dan pembahasan hasil analisis kapasitas daya dukung pondasi
dangkal dengan metode analitik dan numerik serta pembahasan akibat dari variasi-variasi pada
pondasi yang dilakukan
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang
telah dilakukan dan saran dari penulis.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Umum

2.1.1. Definisi

Secara umum, pondasi merupakan struktur bangunan yang letaknya berada di bagian
paling bawah dan berguna untuk menopang beban seluruh struktur bangunan. Sebagai bagian
dari struktur paling bawah, pondasi merupakan salah satu bagian utama dalam menopang
beban bangunan di atasnya. Gampangnya, pondasi yang kuat akan menjadi modal utama
bangunan yang kokoh.

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia mayoritas daerahnya dilewati garis
Pegunungan Sirkum Mediterania dan pengunungan Sirkum Pasifik terbentuk karena adanya
proses patahan. Pegunungan Sirkum Mediterania terbentuk akibat terjadinya zona orogenic,
yaitu tempat lempeng tektonik saling mendorong dan mengangkat kerak bumi ke atas. Jadi
secara umum, hamper semua wilayah di Indonesia merupakan daerah rawan gempa.

2.1.2. Fungsi dan kegunaan Pondasi

Adapun fungsi pokok dari pondasi ini adalah melanjutkan beban yang bekerja pada
bangunan tersebut ke lapisan tanah yang berada di bawah pondasi. Pondasi adalah bagian dari
suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya
sendiri kepada kedalaman tanah dan batuan yang terletak dibawahnya (Bowles, 1997).

2.1.3. Klasifikasi Pondasi

1. Pondasi Dangkal

a. Pondasi Telapak (spread footing)

Pondasi telapak digunakan sebagai tumpuan kolom yang berdiri sendiri. Pondasi ini
terbuat dari beton bertulang yang dibentuk menyerupai 5 papan atau telapak dan
memiliki ketebalan tertentu. Untuk bangunan bertingkat, pondasi telapak cocok untuk
diterapkan.

b. Pondasi Memanjang (continuous footing)

Pondasi memanjang atau lebih dikenal dengan pondasi batu kali digunakan untuk
menopang sederetan kolom-kolom yang jaraknya berdekatan atau digunakan untuk
menopang dinding memanjang. Bahan untuk pondasi ini bisa digunakan batu pecah
atau batu kali atau pasangan bata dan cor beton tanpa tulangan.

c. Pondasi Rakit (raft foundation)

Pondasi rakit digunakan apabila suatu bangunan terletak pada tanah lunak atau pada
tanah yang dirasa mempunyai daya dukung tanah rendah. Pondasi ini juga biasa
digunakan pada bangunan yang memiliki basement.

2. Pondasi Transisi

a. Pondasi Sumuran (pier foundation)

Pondasi sumuran atau kaison diartikan sebagai pondasi yang tersusun atas pipa beton
yang ditanam dalam tanah membentuk sumur kemudian dicor di tempat
menggunakan bahan batu belah dan beton sebagai isinya. Pondasi ini dapat
diterapkan pada lahan-lahan konstruksi yang kedalaman lapisan tanah kerasnya
berkisar 3-5 meter. Peck, dkk (1953) dalam Hardiyatmo, H.C. (2002:80) memberi
perbedaan antara pondasi sumuran dengan pondasi dangkal menurut nilai kedalaman
(Df) dibagi lebarnya (B). Untuk pondasi sumuran Df/B > 4, dan untuk pondasi
dangkal Df/B ≤ 1.

3. Pondasi Dalam

a. Pondasi Tiang (pile foundation)

Pondasi tiang digunakan untuk menopang bangunan jika permukaan tanah keras
terletak sangat dalam. Pondasi tiang cocok diterapkan pada bangunan-bangunan
tingkat tinggi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat beban horisontal,
dapat juga mendukung bangunan dalam menahan gaya uplift. Gambar 2.2
menunjukkan panjang maksimum dan beban maksimum untuk jenis-jenis pondasi
tiang yang umum diterapkan di lapangan. Dalam mendesain pondasi tiang untuk
suatu konstruksi mutlak diperlukan :

 Data tentang tanah dasar. Dalam hal ini perlu melakukan pengujian Sondir
dan Boring untuk mendapatkan data tanah.

 Daya dukung tiang tunggal dan tiang kelompok.

 Analisa gesekan negatif kulit tiang (negative skin friction), karena termasuk
beban tambahan.

Ada beberapa maksud digunakannya pondasi tiang, antara lain :


 Untuk memindahkan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah
lunak, ke tanah pendukung yang kuat.

 Untuk memindahkan beban ke tanah yang labil sampai kedalaman tertentu


sehingga pondasi mampu mendukung dengan cukup beban tersebut oleh
gesekan kulit tiang dengan tanah di sekelilingnya.

 Untuk mengangkerkan suatu konstruksi yang disebabkan oleh gaya uplift


akibat pressure hidrostatis atau momen penggulingan.

 Untuk menahan gaya lateral dan gaya yang arahnya diagonal.

 Untuk memadatkan tanah yang dominan pasir, sehingga kapasitas dukungnya


bertambah.

 Untuk mendukung pondasi yang lapisan tanahnya mudah tergerus air.

Tiang pancang (spun pile) merupakan struktur bawah pondasi yang berfungsi
untuk meneruskan, memindahkan atau mentransferkan beban-beban dari struktur atas
ke lapisan tanah keras yang dalam. Secara umum kebanyakan tiang pancang dalam
pelaksanaan di lapangan langsung dipancangkan ke dalam tanah. Tiang pancang
dipancangkan tegak lurus ke dalam tanah, tetapi jika diperlukan untuk menahan beban
horisontal maka tiang pancang bisa dipancangkan miring (batter pile).

Menurut Sardjono (1996:1) pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk


pondasi bangunan dimana tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai
daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk menopang berat bangunan dan
bebannya, atau apabila tanah keras mempunyai daya dukung yang cukup untuk
memikul berat bangunan dan bebannya letaknya sangat dalam. Berikut macam-
macam tiang pancang berdasarkan cara pemindahan beban:

 Point bearing pile (end bearing pile) Point bearing pile adalah tiang pancang
dengan tahanan ujung yang meneruskan beban bangunan melalui ujung
pondasi ke tanah keras.

 Friction pile Friction pile adalah tiang pancang yang meneruskan beban
bangunan ke tanah melalui gesekan kulit tiang (skin friction) dengan tanah
disekelilingnya.

2.1.4. Pertimbangan Dalam Pemilihan Tipe Pondasi


Faktor-faktor dalam Pemilihan Tipe Pondasi dapat dilihat dari berbagai aspek,mulai dari
faktor jenis tanah,bangunan yang akan dibuat dan faktor-faktor lain yang akan dijelaskan
sebagai berikut :

1. Fungsi bangunan, dimana bangunan penting akan dibuat dengan keamanan lebih terjamin
daripada yang kurang penting.

2. Beban yang harus dipikul

3. Keadaan tanah dasar.

4. Biaya pembuatan pondasi ddibandingkan dengan biaya pembuatan bangunannya.

5. Jenis-jenis keadaan tanah dasar yang mempengaruhi tipe pondasi.

2.2. Daya Dukung Pondasi Dangkal

Sebuah pondasi dangkal harus direncanakan mampu mendukung beban rencana


sedemikian rupa sehingga tidak terjadi keruntuhan pada sistem pondasi-tanah dan tidak pula
terjadi penurunan yang berlebihan. Dengan demikian terdapat dua kriteria yang harus
dipenuhi dalam merencanakan sebuah pondasi dangkal, yaitu:

1. Pondasi harus mampu mendukung beban hingga nilai keamanan tertentu.

2. Pondasi harus tetap ditempat dan tidak bergerak hingga batas toleransi tertentu.

Nilai keamanan (faktor keamanan = safety factor) yang biasanya diadopsi untuk sebuah
pondasi adalah 3. Sedangkan batas toleransi pergerakan ( pergeseran dan/atau penurunan)
bervariasi tergantung kepada jenis dan fungsi bangunan yang didukung oleh sistem pondasi-
tanah.
Gambar 1.1 – Tampak Perspektif 3D Pondasi dangkal dan Parameter Untuk
Perencanaan

Gambar 1.2 – Tampak Samping 2D Pondasi dangkal dan Parameter Untuk


Perencanaan

Untuk membuat gambaran umum dalam penjabaran daya dukung pondasi dangkal
pada bagian ini, maka perlu diperhatikan Gambar 2.1 yang memuat simbol-simbol yang
digunakan. Simbol-simbol ini mempunyai arti yang tetap dalam bab ini selama tidak diberi
keterangan tersendiri. Khusus untuk Gambar 2.1.(b) akan sering muncul dalam bentuk yang
serupa, hal ini di karenakan teori tentang daya dukung pondasi pada awalnya dikembangkan
dalam dua dimensi (dimensi bidang), baik dalam bentuk bujur sangkar, persegi panjang
maupun bulat. Simbol-simbol tersebut adalah:

B = lebar terkecil dari dasar pondasi


D = kedalaman dasar pondasi diukur dari muka tanah
L = panjang dasar pondasi ( L selalu lebih besar dari B )
Q = beban terpusat
q = intensitas beban ( beban terpusat per satuan luas dasar pondasi)

Pada awalnya, kedalaman pondasi dangkal (D) dibatasi lebih kecil atau sama dengan lebar
pondasi (B). Namun pada perkembangan teori kapasitas daya dukung pondasi dangkal,
pondasi yang kedalaman penanamannya kurang dari 4 kali lebarnya (D < 4B) masih di
katagorikan sebagai pondasi dangkal atau tata cara perhitungan pondasi dangkal dengan teori
kapasitas daya dukung batas masih berlaku.

2.2.1. Kapasitas Daya Dukung Pondasi Dangkal

1. Teori Terzaghi (1943)

Teori yang menjabarkan tentang perhitungan kapasitas daya dukung pondasi dangkal
awalnya dikembangkan secara baik oleh Terzaghi (1943). Teori yang dikembangkan ini
pada beberapa referensi lebih dikenal dengan Teori kapasitas daya dukung batas (ultimate
bearing capacity). Perhitungan kapasitas daya dukung batas pondasi dangkal menurut
teori ini didasarkan pada asumsi bentuk permukaan bidang keruntuhan geser dibawah
pondasi menurus kaku seperti pada Gambar 2.2. Bidang runtuh tersebut dapat
digambarkan berdasarkan pergerakan butiran material tanah yang terdesak akibat tekanan
(beban) diatas pondasi. Daerah keruntuhan dibawah pondasi berdasarkan bentuknya
kemudian dibagi menjadi tiga zone, zone I adalah bentuk segitiga tepat dibawah pondasi,
zine II berbentuk lengkung spiral logaritmik sebagai daerah peralihan dan zone III
berbentuk segitiga sebagai daerah tekanan pasive.

Gambar 1.3 – Bidang keruntuhan dalam tanah dibawah pondasi dangkal.

Selanjutnya dengan melakukan analisis kesetimbangan gaya-gaya pada sistem pondasi-


tanah tersebut kapasitas daya dukung batas selanjutnya dituliskan dalam bentuk :

qu =cNc(sc)+q’Nq +1⁄2γBNγ (sγ)

Dengan,

c = nilai kohesi tanah dibawah dasar pondasi


q’ =γ'D
γ' = berat volume tanah efektif diatas dasar pondasi
Nc, Nq, Nγ = faktor kapasitas daya dukung tanpa satuan (non-dimensional) yang
didapatkan hanya dari nilai sudut geser dalam tanah, φ.
sc, sγ adalah faktor bentuk dari denah dasar pondasi seperti pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 – Faktor Bentuk Untuk Rumus Daya Dukung Terzaghi

Bentuk Pondasi
Faktor
Bentuk Menerus Bujur Sangkar Lingkaran
(L>>B) (L=B) (Dia=B)
sc 1,0 1,3 1,3
sγ 1,0 0,8 0,6

Tabel 1.2. Setelah dihitung ulang oleh Bowles (1988) dari grafik yang dikeluarkan
Terzaghi). Pada tabel tersebut juga dicantumkan beberapa nilai faktor-faktor daya
dukung untuk beberapa nilai sudut geser dalam tanah. Selanjutnya nilai-nilai tersebut
digambarkan ke dalam grafik seperti pada Gambar 1.4.
Tabel 1.2 – Nilai faktor daya dukung dihitung dari rumus Terzaghi
Gambar1.4 – Nilai faktor daya dukung dihitung dari rumus Terzaghi
BAB III
PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN

3.1. Karakteristik Tanah Dasar


Penyelidikan tanah diperlukan dalam perencanaan fondasi bangunan. Perencanaan
fondasi menyesuaikan dengan kondisi tanah ( susunan lapisan tanah & daya dukung ), untuk
menjamin keamanan bangunan terhadap penurunan tanah, pergeseran tanah serta bencana
alam lain seperti gempa bumi dan angin putting beliung.
Penyelidikan tanah yang di maksud adalah penyelidikan yang menggunakan Mesin Bor
atau Bor Dalam (Deep Boring) dan Cone Penetrometer Test (CPT)/Sondir . Bor Dalam untuk
mendapatkan NSPT dan susunan perlapisan tanah ( Lempung-Lanau-Pasir-Kerikil-Batuan)
dan UDS. Sedangkan Sondir untuk mendapatkan informasi kekerasan lapisan tanah
(konsistensi), dari nilai perlawanan qonus dan hambatan lekat tanah. Dengan penyelidikan
tanah yang baik akan memberikan informasi perlapisan tanah dibawahnya ( stratifikasi tanah),
baik daya dukung tanah serta sifat fisik dan mekanik tanah yang cukup , untuk perencanaan
fondasi bangunan terbaik, memenuhi syarat teknik dan ekonomis.
Fondasi bangunan , berfungsi penahan seluruh beban (beban hidup dan beban mati)
yang berada di atasnya dan gaya-gaya dari luar serta meneruskan beban menuju lapisan tanah
pendukung di bawahnya (Bearing Capasity).
Pemilihan jenis fondasi tergantung pada jenis lapisan tanah yang ada di
bawahnya ,daya dukung ( Bearing Capasity ) dan beban bangunan diatasnya. . Apabila lapisan
tanahnya keras , maka daya dukungnyapun cukup kuat untuk menahan beban diatasnya
( bangunan ).
Metode untuk menghitung daya dukung tanah, menggunakan persamaan empiris,
berdasar teori-teori berdasar hasil uji lapangan. Metode tersebut adalah metode Terzaghi &
Peck,Meyerhof dan Schmertmann . Metode metode tersebut mempunyai anggapan/ asumsi
yang berbeda. Metode tersebut mempunyai rumusan yang berbeda dan anggapan-anggapan
yang berbeda pula dan mempunyai keterbatasan dalam penggunaanya. Dari 3 metode tersebut
akan menghasilkan nilai daya dukung yang hampir sama atau sangat berbeda. Hasil dari
analisis ini bertujuan untuk memperoleh nilai daya dukung tanah yang optimal di suatu
kawasan. Sehingga mendapatkan perbandingan besaran nilai daya dukung tanah dari metode
tersebut untuk perencana fondasinya.
3.1.1. Data Karakteristik Tanah Dasar
Gambar 3.1 – Data 2 Hasil Penyelidikan Tanah
Gambar 3.2 – Data 2 Hasil Sondir Tabel 3.1 – Hasil Field Soil Test – Sondir

Kedalaman qc
z (m) (kg/cm2) Jenis Tanah
0.2 2 0.00 - 1.60 m Lanau kepasiran,
0.4 4 coklat muda, lembab, plasistas
0.6 4 rendah, kepadatan

0.8 4 lembek,terdapat < 5% gravel,


bulat, tidak menyudut, berupa
1 18
butiran batu apung, lunak, putih
1.2 30
kecokelatan, diameter 0.5 - 1.5
1.4 35 cm
1.6 40
1.8 45
2 50
2.2 52
1.60 - 3.60 Pasir kelanauan, pasir
2.4 50
sedang, lepas, coklat muda,
2.6 40
lembab, SM, terdapat 5 - 7 %
2.8 24
gravel, bulat, tidak menyudut,
3 20 berupa butiran batu apung, lunak,
3.2 14 putih kecokelatan, diameter 0.5 -
3.4 14 2 cm
3.6 14
3.8 20 3.60 - 5.00 m Pasir kelanauan,
pasir halus - sedang, lepas, coklat
4 24
muda, lembab & basah, berupa
4.2 35
butiran, batu apung, SM, terdapat
4.4 45
5 - 7 % gravel, bulat, tidak
4.6 60 menyudut, berupa butiran batu
4.8 75 apung, lunak, putih kecokelatan,
5 80 diameter 0.5 - 2 cm
3.1.2. Mengitung Tahanan Konus, qc rata-rata :
D = 1,95 m
B = 1,70 m
Batas atas data : 0.5 x B
: 0,5 x 1,7 m
: 0,85 m ( dari dasar pondasi keatas)
Batas bawah data : 1,1 x B
: 1,1 x 1,7 m
: 1,87 m ( dari dasar pondasi kebawah)

n Konus Batas Atas + n Konus Batas Bawah


qc =
∑n
52+50+40+24+20+14+14+14+20+24+35+45+60+75+80+84+84
=
+84+88+90+110+120+140+150+145+140+105+75+70
27
2052
=
27
= 70.76 Kg/cm²
3.1.2.1. Analisis Data dan Perhitungan Pembebanan Pomdasi Dangkal

Gambar 3.3 – Pondasi Footplate

a. Data
Kedalaman fondasi, Df = 1.95 m
Berat volume tanah, g = 17.60 kN/m3
Sudut gesek dalam, f = 35.50 °
Kohesi, c = 0.01 kPa
Tahanan konus rata-rata (hasil pengujian
qc = 70.76 kg/cm2
sondir),
b. Asumsi
Lebar fondasi arah x, Bx = 1.70 m
Lebar fondasi arah y, By = 1.70 m
Tebal fondasi, h = 0.60 m
Lebar kolom arah x, bx = 0.30 m
Lebar kolom arah y, by = 0.30 m
Posisi kolom (dalam = 40, tepi = 30, sudut = (dalam = 40, tepi = 30, sudut =
as = 40.00
20) 20)
Kuat tekan beton, fc' = 25.00 MPa
Kuat leleh baja tulangan, fy = 390.00 MPa
Berat beton bertulang, gc = 24.00 kN/m3
Gaya aksial akibat beban terfaktor, Pu = 500.00 kN
Momen arah x akibat beban terfaktor, Mux = 15.50 kNm
Momen arah y akibat beban terfaktor, Muy = 14.40 kNm

c. Hitungan Daya Dukung Tanah


 Kapasitas Daya Dukung Tanah Ultimit Tanah Dengan Rumus Terzaghi dan Peck
(1943). Dinyatakan Dengan Rumus :

qu =cNc(sc)+q’Nq +1⁄2γBNγ (sγ)

c = 0.01 °
Df = 1.95 m
g = 17.60 kN/m3
B = By = 1.70 m
L = By = 1.70 m
f = 35.50 °
f = f / 180 * p = 0.62 rad
a = e(3*p / 4 - f/2)*tan f = 4.30
Kpg = 3 * tan2 [ 45° + 1/2*( f + 33°) ] = 83.23
Faktor kapasitas dukung tanah menurut Terzaghi :
Nc = 1/ tan f * [ a2 / (2 * cos2 (45 + f/2) - 1 ] = 60.55
2 2
Nq = a / [ (2 * cos (45 + f/2) ] = Nc * tan f + 1 = 44.19
2
Ng = 1/2 * tan f * [ Kpg / cos f - 1 ] = 44.43
Kapasitas dukung ultimit tanah menurut Terzaghi :
qu = c*Nc*(1+0.3*B/L) + Df*g*Nq + 0.5*B*Ng*(1-
= 1547.27 kN/m2
0.2*B/L)
Kapasitas dukung tanah :
qa = qu / 3 = 515.76 kN/m2
 Kapasitas Daya Dukung Tanah Ultimit Tanah Dengan Rumus Meyerhof (1956).
Dinyatakan Dengan Rumus :
qa = qc / 33 * [ ( B + 0.3 ) / B ]2 * Kd ( dalam kg/cm2)
dengan, Kd = 1 + 0.33 * Df / B harus £ 1.33
B = By = 1.70 m
Df = 1.95 m
Kd = 1 + 0.33 * Df / B = 1.38 > 1.33
Kd = 1.33
qc = 70.76 kg/cm2
qa = qc / 33 * [ ( B + 0.3 ) / B ]2 * Kd = 3.64 3.95
(Kapasitas dukung ijin tanah), qa = 394.71 kN/m2

d. Kapasitas Daya Dukung Yang Dipakai


Dari 2 Data Hasil Rumus Daya dukung diatas, dinyatakan :
(Kapasitas dukung tanah menurut Terzaghi dan
= 515.76 kN/m2
Peck), qa
(Kapasitas dukung tanah tanah menurut
= 394.71 kN/m2
Meyerhof),qa
(Kapasitas dukung tanah yang dipakai), qa = 515.76 kN/m2

e. Kontrol Tegangan Tanah

A = B x * By = 2.89 m2
Tahanan momen arah x,
Wx = 1/6 * By * Bx = 0.82 m3
Tahanan momen arah y,
Wy = 1/6 * Bx * By2 = 0.82 m3
Tinggi tanah di atas foot plat,
z = Df - h = 1.35 m
Tekanan akibat berat foot plat dan
tanah,
q = h * gc + z * g 38.16 kN/m2
Gambar 3.4 – Pembebanan Pondasi FootPlate

Eksentrisitas pada fondasi :

ex = Mux / Pu 0.031 < Bx / 6 = 0.28 m (OK)


ey = Muy / Pu 0.029 < By / 6 = 0.28 m (OK)

Tegangan tanah maksimum yang terjadi pada dasar fondasi :

qmax = Pu / A + Mux / Wx + Muy / Wy + q = 247.69 m


qmax > qa AMAN (OK)

Tegangan tanah minimum yang terjadi pada dasar fondasi :

qmin = Pu / A - Mux / Wx - Muy / Wy + q = 174.66


tak terjadi teg.tarik
qmin < 0 (OK)

Anda mungkin juga menyukai