Jumlah Bacaan Tasbih
Jumlah Bacaan Tasbih
Jumlah Bacaan Tasbih
Tanya :
Ada orang yang berpendapat bahwa membaca tasbih dalam ruku’ dan sujud itu hanya satu kali,
karena dalam HPT juga hanya disebut satu kali. Sementara itu, ada pula yang berpendapat bahwa
membaca tasbih dalam ruku’ dan sujud itu boleh lebih dari satu kali, karena dalam Hadist Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam yang menganjurkan untuk memperbanyak membaca tasbih dan ruku’
maupun dalam sujud. Manakah yang benar? Mohon penjelasannya
(Fajar Muttaqin. Metro, Lampung Tengah.)
Jawab :
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, disini perlu dikutip ugkapan yang terdapat dalam HPT
dan sekaligus dengan dalil-dalilnya. Mengenai bacaan dalam ruku’ dan sujud, HPT menyebutkan :
“Kemudian angkatlah kedua belah tanganmu seperti dalam takbir permulaan lalu rukuklah dengan
bertakbir seraya melempengkan (meratakan) punggungmu dengan lehermu, memegang kedua
lututmu dengan dua belah tanganmu, sementara itu berdoa : “Subha-nakalla-humma rabbana-wa
buhamdikalla-hummaghfirli”.”
Atau berdoalah dengan salah satu doa dari Nabi. Lalu sujudlah dengan bertakbir letakanlah
kedua lututmu dan jari kakimu di atas tanah, lalu kedua tanganmu, kemudian dahi dan hidungmu
dengan menghadapkan ujung jari kakimu ke arah Qiblat serta merenggangkan tanganmu daripada
kedua lambungmu dengan mengangkat sikumu. Dalam bersujud itu, hendaklah kamu berdoa :
“Subhan-nakalla-humma rabbana-wa bihamdikalla-hummaghfirli-“ , atau berdoalah dengan salah
satu doa dari pada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. (HPT cetakan ketiga halaman 77-78).
Dari uraian yang terdapat didalam HPT tersebut dapatlah diambil kesimpulan bahwa bacaan
atau do’a dalam ruku’ dan sujud tidak hanya bacaan “Subhanaka Allahumma wa bihamdika
Allahumma-maghfirly”. Tetapi bisa juga doa yang lain yang dituntunkan oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam. Sebagaimana ditunjukkan dalam hadist-hadist. Dalam HPT tersebut tidak dijelaskan
apakah membacanya itu harus satu kali atau beberapa kali, yang jelas penyebutan hanya satu kali
dalam HPT itu tidaklah berarti bahwa HPT melarang membacanya berulang kali.
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih tegas, berikut ini dikutip dalil-dalil yang dijadikan
dasar oleh HPT untuk bacaan (doa) dalam ruku’ dan sujud tersebut.
1. Hadist Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah
Dari Aisyah ra, ia berkata : “Adalah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dalam ruku’ dan
sujudnya mengucapkan “Subhanaka Allahumma rabbanawa bihamdika Allahummaghfirly.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah).
2. Hadist Riwayat Muslim dari Hudzaifah :
Dari Hudzaifah r.a., ia berkata : “Aku pernah shalat bersama Nabi Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam : Maka didalam ruku’ nya beliau membaca “Subhana rabbiyal-‘adhim” dan
dalam sujudnya: “Subhana tabbiyal a’la” (HR. Muslim da Hudzaifah).
3. Hadist Riwayat Muslim dari ‘Aisyah :
Dari ‘Aisyah r.a,, ia berkata : “Bahwasannya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dalam
ruku’ dan sujudnya beliau membaca “Subbuhun Qudusun Rabbul Malaikati war-Ruh”. (HR.
Muslim dari ‘Aisyah).
Hadist-hadist di atas tidak menegaskan harus berapa kali doa-doa itu dbaca. Di dalam hadist itu
hanya disebutkan sekali. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa membacanya itu harus sau kali, sebab ada
hadist-hadist lain yang memberikan tuntunan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam
membacanya tidak hanya satu kali. Hadist-hadist tersebut adalah Hadist sebagaimana dikemukakan
pula oleh penanya, berikut hadistnya :
1. Hadist Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah
Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata : “Adalah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dalam ruku’ dan
sujudnya banyak membaca “Subhanaka Allahumma wabana wa bihamdika
Allahummaghfirly”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah).
2. Hadist Riwayat Abu Dawud dan an Nasa’i dari Anas
Dari Anas r.a. ia berkata : “Saya tidak melihat seorangpun yang shalatnya mirip dengan
shalat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dari anak ini, yakni Umar bin Abdul ‘Aziz,
maka kami perkirakan dalam ruku’ nya ia membaca tasbih sepuluh kali dan dalam sujudnya
sepuluh kali pula”. (HR. Abu Dawud dan an Nasa’I dan Anas).
Dari Hadist yang terakhir ini menunjukkan bahwa bacaan tasbih dalam ruku’ dan sujud itu
tidak hanya dibaca satu kali tetapi bisa lebih dari satu kali. Mengenai jumlah bacaan tasbih ini, asy-
Syaukani mengatakan bahwa pendapat yang terkuat adalah agar orang yang shalat sendirian
(munfarid) menambah bacaan tasbih itu menurut keinginannya, dengan ketentuan bahwa semakin
banyak maka akan semakin baik.
Hadist-hadist shahih yang menyatakan dipanjangkannya ruku’ dan sujud oleh Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjadi alasan yang memperkuat pendapat ini. Begitu pula imam dalam
shalat berjamaah, ia boleh membaca tasbih dalam ruku’ dan sujud lebihdari satu kali asal saja para
makmum tidak merasa kesulitan dengan dipanjangkannya ruku’ dan sujud itu. Berdasarkan
keterangan-keterangan diatas kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa bacaan tasbih dalam ruku’ dan
sujud itu boleh lebih dari satu kali, tetapi tentu saja tidak berlebih-lebihan sehingga menimbulkan
kesulitan. Wallahu a’lam..