ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN S - RPK - Owyn Lemuel Widagdo
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN S - RPK - Owyn Lemuel Widagdo
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN S - RPK - Owyn Lemuel Widagdo
Disusun Oleh :
Owyn Lemuel Widagdo
2204198
Mengetahui,
(Erik Adik Putra BK, S.Kep., Ns., MSN) (Saktiyon, S.Kep., Ns)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga atas
berkatnya penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul “Asuhan Keperawatan
pasien Tn. S dengan Masalah Utama Risiko Perilaku Kekerasan Pada Kasus
Skizofrenia di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Dr. Soedjarwadi Klaten”.
Proses penyusunan asuhan keperawatan ini telah dibantu dan didukung oleh
berbagai pihak, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hj. Anisa Renang Yulianti, M.Sc, Sp.KL, MARS selaku Direktur Rsjd Dr.
Rm. Soedjarwadi Klaten.
2. Ibu Nurlia Ikaningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB, PhD., NS, selaku
Ketua STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
3. Ibu Ethic Palupi, S.Kep., Ns., MNS, selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik
STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
4. Ibu Indah Prawesti. S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Kaprodi Sarjana
Keperawatan STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
5. Bapak Erik Adik Putra BK, S.Kep., Ns., MSN, selaku penguji akademik
6. Pak Purnomo Hadi, S.Kep., Ns, selaku penguji klinik
7. Dan perawat geranium yang sudah memberikan kesempatan untuk
mendapatkan ilmu dan masukan untuk penulis.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi
perbaikan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca.
A. Latar Belakang
Kesehatan mental adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan
tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan mengahrgai orang lain di sekitar. Kesehatan
mental menjadi komponen integaral dan esensial dari kesehatan. Menurut
World Health Organization (WHO) menyatakan kesehatan mental lebih
dari sekedar tidak hanya adanya gangguan atau cacat mental. Tingkat
kesehatan mental seseorang ditentukan oleh berbagai faktor sosial,
psikologis, dan biologis. Seseorang dapat dikatakan sehat secara mental
ketika ia merasa sejahtera baik secara psikologis, emosional, dan sosial
(Kartikasari et al. 2022).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, bagaimana cara melakukan asuhan
keperawatan pada pasien skizofrenia dengan masalah utama risiko
perilaku kekerasan di Ruang Geranium Rumah Sakit Jiwa Dr. Soedjarwadi
Klaten?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik mahasiswa mampu memahami Asuhan
Keperawatan pasien dengan masalah utama risiko perilaku kekerasan
di Ruang Geranium RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Provinsi
Jawa Tengah.
2. Tujuan Khusus
a Mahasiswa mampu memahami secara teori apa itu risiko
perilaku kekerasan.
b Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan
pada pasien risiko perilaku kekerasan.
c Mahasiswa mampu membuat analisa data, daftar masalah,
pohon masalah asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko
perilaku kekerasan.
d Mahasiswa mampu membuat rumusan diagnosa yang sering
muncul asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko perilaku
kekerasan.
e Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan
pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan.
f Mahasiswa mampu melaksanakan rencana keperawatan yang
telah dibuat pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan.
g Mahasiswa mampu membuat evaluasi dari tindakan yang telah
diberikan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan.
h Mahasiswa mampu megevaluasi sebagai tolak ukur guna
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
utama perilaku kekerasan.
3. Etiologi
Menurut Riska Yunita 2020 terdapat beberapa factor yang dapat
menyebabkan skizofrenia :
a. Keturunan
Angka kesakitan bagi bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan
salah satu orang tua mengalami skizofrenia mencapai angka kejadian
40-60%, untuk anak kembar mengalami kemungkinan yang cukup
dibilang tinggi 61-86%.
b. Metabolisme
Teori ini didasarkan penderita skizofrenia yang memiliki manifestasi
klinis pucat, tidak sehat, ujung ekstremitas agak sianosis, nafsu makan
berkurang, dan berat badan menurun serta dengan penderita stupor
kaatatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini dilakukan
pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.
c. Susunan saraf pusat
Kelainan sistem saraf pusat (SSP) yaitu pada diensefalon atau korteks
otaka, kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh
perubahaan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu
pembuatan sediaan.
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari skizofrenia menurut Yudhantara & Istiqomah
(2018) sebagai berikut:
a. Tanda dan gejala primer antara lain
1) Gangguan proses berfikir
2) Gangguan afek emosi
3) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
4) Emosi berlebihan
5) Hilangnya emosi untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
6) Gangguan kemauan: terjadi kelemahan kemauan, perilaku
negativism atau permintaan, otomatisme merasa pikiran atau
perbuatannya dipengaruhi orang lain.
7) Gangguan psikomotor : stupor atau hyperkinesia, logorea dan
neologisme, stereotipi, ketelep yaitu mempertahankan posisi tubuh
dalam waktu yang lama, dan autism.
a. Tanda dan gejala skizofrenia sekunder
1) Waham dan Halusinasi Istilah ini menggambarkan persepsi
sensori yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari kelima
pancaindra. Halusinasi pendengaran dan penglihatan yang paling
umum sering terjadi.
2) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa rangsangan
(stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-suara atau
bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara
atau bisikan itu.
3) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.
Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur
pikirannya.
5. Klasifikasi
skizofrenia digolongkan menjadi 2 jenis sebagaai berikut :
a. Gejala positif meliputi halusinasi, waham, asosiasi longgar, dan
perilaku yang aneh.
b. Gejala negative meliputi emosi tertahan (efek datar), anhedonia,
avilisi, alogia, dan menarik diri.
Skizofrenia dibagi dalam beberapa jenis anatara lain :
a. Skizofrenia paranoid
Gejala yang paling mencolok yaitu waham primer disertai waham
sekumder dan halusinasi, terdapat gangguan afek emosi dan kamauan,
individu penuh curiga, argumentative, kasar, dan agresif.
b. Skizofrenia hebefrenik
Sering timbul pada remaja 12-25 tahun, gejalaa yang mencolok proses
berfikir, gangguan psikomotor, perilaku kekanak-kanakan, perilaku
kacau, afek datar, gangguan asosiasi banayak terjadi, mempunyai
sikap anaeh, mengabaikan hygiene, penampilan diri, agresif, dan
kontak yang buruk.
c. Skizofrenia katatonik
Biasanya timbul pertama kali umur 15-30 tahun ditandai dengan stress
emosional. Ciri utama individu mengalami gangguan psikomotor
melibatkam mobilisasi, aktivitas berlebih. Pada stupor katatonik
individu menunjukkan ketidakefektifan, berpikir negataif, kelenturan
tubuh berlebihan. Catatonic excitement menunjukkan agitasi yang
ekstrim dan disertai ekolalia dan ekopaksia.
d. Skizofrenia simplek
Sering timbul pada usia pubertas, gejala utama kadang emosi memiliki
kemunduran kemauan, gangguan proses berpikir sukar ditemukan,
waham, halusinasi.
e. Episode skizofrenia akut
Gejala mendadak sekali pasien seperti dalam keadaan bermimpi.
Kesadaran menurun seperti berkabut, timbul keadaan dunia luar
maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan menjadi
mepunyai satu arti tersendiri bagi penderita.
f. Skizofrenia residual
Skizofrenia dnegan gejala bleuler, keadaan ini biasa terjadi apabila
sudah mengalami serangan skizofrenia beberapa kali.
g. Skizofrenia skizo aktif
Skizofrenia muncul bersamaan dengan gejala depresi (skizo depresif)
atau gejala mania (psiko manik) Maramis (2014).
6. Fase Skizofrenia
Fase skizofrenia menurut Yuliyanti (2019) Perjalanan penyakit
skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Fase prodromal
Fase promodal biasanya timbul gejala-gejala non spesifik yang
lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum
onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi
pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi
perawatan diri. Perubahanperubahan ini akan mengganggu individu
serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan
“orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal
semakin buruk prognosisnya.
b. Fase aktif Gejala positif/psikotik
Fase aktif Gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku
katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek.
Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak
mendapat pengobatan gejala-gejala tersebut dapat hilang spontan
suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan
diikuti oleh fase residual.
c. Fase residual
Gejala-gejala fase ini sama dengan fase prodromal tetapi gejala
positif/psikotiknya sudah berkurang. Di samping gejala-gejala yang
terjadi pada ketiga fase di atas, pendenta skizofrenia juga mengalami
gangguan kognitifberupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan
peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan
sosial).
7. Rentang Respon
Rentang respon skizofrenia menurut Muhith (2015) sebagai berikut:
9. Penatalaksanaan
Menurut Maramis (2014) penatalaksanaan skizofrenia adalah :
a. Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut
antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan
perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin
dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan
obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi
pasien. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini,
yaitu :
1) Antispikotik konvensional
Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering
menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat
antipsikotik konvensional antara lain : haloperidol, Mellaril
(thioridazine), Navane (thiothixene), Prolixin (fluphenazine),
Stelazine ( trifluoperazine), Thorazine (chlorpromazine),
Trilafon (perphenazine).
2) Newer Aptycal Antispikotik
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal serta
sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan
antipsikotik konvensional. Beberapa contoh obat ini antara lain :
Risperdal (risperidone), Seroquel (quetiapine), Zyprexa
(olanzopine).
3) Clorazil
Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon
(berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Clozaril memiliki
efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-
kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel
darah putih yang berguna untuk melawan Infeksi.
10. Prognosis
Pemberian antipsikotik atipikal sebagai pengobatan lini awal dapat
meningkatkan prognosis yang lebih baik untuk gangguan psikotik fase
akut. Namun demikian penggunaan antipsikotik tipikal seperti
Haloperidol tetap dipakai sampai sekarang. Pada penderita dewasa muda,
antipsikotik dosis rendah biasanya efektif untuk mengendalikan
halusinasi, waham, gangguan isi pikir dan perilaku aneh. Dosis yang
rendah juga akan mengurangi kemungkinan terjadinya efek samping
gejala ekstrapiramidal (Mar, 2012).
B. KONSEP MEDIS RISIKO PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian Risiko Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukkan
bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau
lingkungan, baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal. Perilaku
kekerasan dapat timbul akibat hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau
membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri (Pardede et al. 2020).
2. Etiologi
Masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh adanya faktor
predisposisi (faktor yang melatar belakangi) munculnya masalah dan
faktor presipitasi (faktor yang memicu adanya masalah).faktor
predisposisi terdpat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
masalah perilaku kekerasan sebagai berikut:
a. Faktor Biologis
1) Teori dorongan naluri (Instinctual Drive Theory)
Teori menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabakan oleh
suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2) Teori Psikomatik (Psycomatic Theory)
Pengalaman marah dapat diakibatkan oleh psikologi terhadap
stimulus eksternal maupun internal, sehingga sistem limbic
memiliki peran sebagai pusat untuk mengekspresikan maupaun
menghambat rasa marah.
b. Faktor Psikologis
1) Teori agresif frustasi (Frustasion Agrresion Theory) Teori
perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi. Hala
ini dapat terjadi keinginan individu untuk mencapai suatau gagal
atau terhambat. Keadaan frustasi dapat mendorong individu
untuk berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan
berkurang melalui perilaku kekerasan.
2) Teori perilaku (Behavioral Theory) Kemarahn merupakan
bagian dari proses belajar. Hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang
diterima saat melakukan kekerasan sering menimbulkana
kekerasan di dalam maupun luar rumah.
3) Learning theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan merupakan hasil belajar
dari individu terhadap lingkungan terdekatnya. Ia mengamati
bagaimana respon ibu saat marah.
c. Faktor sosial budaya
1) Latar Belakang Budaya
Budaya permissive: kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan diterima.
2) Agama dan Kenyakinan
a) Keluarga yang tidak solid antara nilai keyakinan dan
praktek, serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang
rusak.
b) Kenyakinan yang salah terhadap nilai dan kepercayaan
tentang marah dalam kehidupan. Misal yakin bahwa
penyakit merupakan hukuman dari Tuhan.
3) Keikutsertaan dalam Politik
a) Terlibat dalam politik yang tidak sehat
b) Tidak siap menerima kekalahan dalam pertarungan politik.
4) Pengalaman sosial
a) Sering mengalami kritikan yang mengarah pada
penghinaan.
b) Kehilangan sesuatu yang dicintai (orang atau pekerjaan).
c) Interaksi sosial yang provaktif dan konflik
d) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
e) Sulit memperhatikan hubungan interpersonal.
5) Peran sosial
a) Jarang beradaptasi dan bersosialisasi.
b) Perasaan tidak berarti di masyarakat.
c) Perubahan status dari mandiri ketergantungan (pada lansia)
d) Pradigma negatif.
e) Adanya budaya atau norma yang menerima suatu ekspresi
marah
a. Faktor presipitasi
Azizah (2016) faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan seringkali berkaitan dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,
geng sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang
dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan
obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya
pada saat menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan
tahap perkembangan keluarga
7) Penilaian terhadap stressor
8) Penilaian stressor melibatkan makna dan pemahaman dampak
dari situasi stress bagi individu. Itu mencakup kognitif, afektif
fisiologis, perilaku dan respon sosial.
b. Sumber koping
Sumber koping bisa berupa asset ekonomi, kemampuan dan
ketrampilan, Teknik defensive, dukungan sosial dan motivasi.
Hubungan antara individu, keluarga kelompok dan masyarakat
sangat berperan penting pada saat ini. Sumber koping lainnya
termasuk kesehatan energi dukungan spiritual, keyakinan positif,
ketrampilan menyelesaikan masalah dan sosial, sumber daya sosial
dan material dan kesejahteraan fisik.
2. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan
keperawatan jiwa dengan masalah perilaku kekerasan menurut Pardede
(2020) antara lain:
1) Subyektif
a) Mengungkapkan perasaan kesal atau marah
b) Keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
c) Pasien suka membentak dan menyerang orang lain
2) Obyektif
a) Mata melotot/ pandangan tajam
b) Tangan mengepal dan rahang mengatup
c) Wajah memerah
d) Postur tubuh kaku
e) Mengancam dan mengumpat dengan kata-kata kotor
f) Suara keras
g) Bicara kasar, ketus
h) Menyerang orang lain, melukai diri sendiri
i) Merusak lingkungan
j) Amuk
Rentang Respon Risiko Perilaku Kekerasan
Keterangan:
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif
dan melarikan diri/respon melawan dan menentang sampai respon
maladaptif yaitu agresif-kekerasan
a. Asertif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan
orang lain dan memberikan orang lain dan ketenangan.
b. Frustasi: individu gagal mencapai tujuan, kepuasan saat marah dan
tidak dapat menemukan alternative.
c. Pasif: perilaku dimana seseorang tidak mampu mengungkapkan
perasaan sebagai suatu usaha dalam mempertahankan haknya
d. Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati
orang lain dengan ancaman memberi kata-kata ancaman tanpa niat
melukai orang lain. Umumnya pasien masih dapat mengontrol
perilaku untuk tidak melukai orang lain
e. Kekerasan: sering juga disebut dengan gaduh gelisah atau amuk.
Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara
menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai
pada tingkat ringan, dan paling berat adalah melukai / merusak secara
serius. Pasien tidak mampu mengendalikan diri atau hilang kontrol
3. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme orang lain. Mekanisme
koping pasien sehingga dapat membantu pasien untuk mengembangkan
mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya
(Azizah, 2016). Mekanisme koping yang umum di gunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti:
a. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada obyek yang
begitu seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginan yang tidak baik.
c. Depresi
Menekan perasaan orang lain yang menyakitkan atau konflik ingatan
dari kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
Ancaman atau kebutuhan
d. Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan
Stress
dengan apa yang benar-benar di lakukan orang lain.
1. Proses Terjadinya Marah Cemas
Menurut Yusuf & Hanik (2015) proses terjadinya marah dapat dilihat
dalam bagan berikut: Marah
Rasa
bermusuhan
Agresif
Depresi psikomatik mengamuk
1. Proses Terjadinya Amuk
Menurut Yusuf & Hanik (2015) amuk merupakan respons kemarahan
yang paling maladaptive yang ditandai dengan perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, individu dapat merusak
diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Amuk adalah respons marah
terhadap adanya stress, rasa cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus
asa, dan ketidakberdayaan. Respon marah dapat diekspresikan secara
internal atau eksternal. Internal berupa perilaku yang tidak merusak diri
atau asertif sedangkan eksternal berupa perilaku agresif. Respon marah
dapat diungkapkan secara verbal melalui 3 cara yaitu:
a. Mengungkapkan secara verbal
b. Menekan
c. Menantang
2. Penatalaksanaan
Menurut Eko Prabowo (2014) penatalaksanaan perilaku kekerasan
adalah:
a. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan
mempunyai dosis efektif contoh chlorpromazine untuk mengendalikan
psikomotornya.
b. Terapi okupasi
Terima ini disebut terapi kerja, terapi ini merupakan langkah awal
yang harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah
dilakukannya seleksi dan ditentukan program kegiatannya.
c. Peran keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit pasien.
Perawat membantu keluarga dalam melakukan 5 fungsi keluarga
dalam kesehatan. Keluarga mempunyai kemampuan mengatasi
masalah akan dapat mencegah perilaku mal adaktif, menanggulangi
perilaku maladaktif ke perilaku adaktif.
d. Terapi somatic
Terapi somatic diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaktif menjadi perilaku adaktif
dengan melakukan tindakan yang ditunjuk pada kondisi fisik pasien,
terapi adalah perilaku pasien.
e. Terapi kejang listrik
Electronic Convulsive Therapy (ECT) adalah terapi kejang listrik
adalah bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang
grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda
membutuhkan 20-30x terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3x
sehari (seminggu 2x).
C. KONSEP KEPERAWATAN
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses traupetik yang
melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan pasien, keluarga
atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Tindakan
asuhan keperawatan yang dilakukan berupa tindakan generalis meliputi
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan (Makhruzah, 2021).
1. Pengakajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau
mendapatkan data yang akurat dari pasien sehingga akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2021). Tahap pengkajian
terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
pasien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Data pada pengkajian keperawatan jiwa dapat
dikelompokkan menjadi:
Faktor predisposisi
a. Psikoanalisis: merupakan hasil dari dorongan insting
b. Psikologis: adanya tujuan yang tidak tercapai sehingga
menyebabkan frustasi berkepanjangan
c. Biologis: adanya gangguan otak pada sistem limbik, lobus
temporal, lobus frontal, dan neurotransmitter
d. Perilaku: adanya kerusakan otak, retardasi mental, dan gangguan
belajar, penekanan emosi yang berlebihan, perilaku kekerasan
pada usia muda, koping yang tidak efektif, adanya sosialisasi yang
tidak sempurna
e. Sosial kultural: adanya norma yang ketat, budaya masyarakat
terhadap masalah yang terjadi
Faktor presipitasi
a. Internal
1) Kelemahan: kelemahan fisik
2) Rasa percaya menurun
Rasa percaya diri yang menurun membuat orang memiliki
perasaan negatif mengensi diri dalam berespon terhadap suatu
kejadian.
3) Takut sakit
4) Hilang kontrol: mudah marah, emosi
Seseorang dengan hilang kontrol mengakibatkan susah
mengendalikan emosi sehingga dapat mengakibatkan
kekerasan.
b. Eksternal
1) Penganiayaan fisik
Adanya penganiyaan fisik mengakibatkan sesorang mengingat
dan menyimpan dendam sehingga mengakibatkan sesorang
melakukan kekerasan.
2) Kehilangan
Rasa kehilangan akan menyebabkan seseorang merasa cemas
hingga mengalami kecemasan yang berlebihan itulah yang
akan menyebabkan seseorang mengalami gangguan kejiwaan
(Saputri, 2016).
3) Kritik
Kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang
yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor
penyebab dari risiko perilaku kekerasan (Hardiyanti, 2016).
2. Analisa Data
Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
data subjektif dan data objektif.
a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan
1) Pasien tidak memerlukan peningkatan kesehatan tetapi pasien
memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan follow
up secara periodik karena tidak ada masalah serta pasien telah
mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah.
2) Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa prevensi
dan promosi sebagai program antisipasi terhadap masalah.
b. Ada masalah dengan kemungkinan
1) Resiko terjadinya masalah karena sudah ada faktor yang
dapat menimbulkan masalah.
2) Aktual terjadi masalah disertai data pendukung.
3. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan pada perilaku kekerasan (Azizah, 2016), yaitu
sebagai berikut:
a. Perilaku kekerasan
b. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
d. Isolasi sosial
e. Harga Diri Rendah
f. Koping Tidak efektif
4. Pohon Masalah
Azizah (2016) pohon masalah pada kasus perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut:
Perilaku Kekerasan
Core problem
Isolasi Sosial
D. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 14 Agustus 2023 Jam : 08.00 WIB
studi dokumentasi
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 49 tahun
Pendidikan : SMA
Alamat : Klaten
Ruang : Flamboyan
Nomer RM : 1906xxxx
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan
3. ALASAN MASUK
Pasien dari klinik dengan keluhan 3 hari mudah marah, berkata-kata kasar,
teriak-teriak, bingung, suka pergi dari rumah tanpa sepengetahuan orang
rumah tetapi pulang, rajin control tetapi tidak patuh minum obat. (Data dari
pasien dan rekam medis)
4. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya √ Tidak
b. Pengobatan sebelumnya
Berhasil √ Kurang berhasil Tidak berhasil
c. Trauma
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya Fisik - - - -
Aniaya Sosial - - - -
Penolakan - - - -
Kekerasan dalam - - - -
Keluarga
Tindak Kriminal - - - -
Lain-lain - - - -
Jelaskan no. a,b,c:
Pasien tidak pernah putus obat, pasien rajin kontrol tetapi pernah
tidak taat minum obat pasien semenjak sering marah tidak
diperbolehkan naik kendaraan sendiri. Pasien tidak memiliki riwayat
trauma.
Masalah keperawatan: Ketidakpatuhan
d. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
Ada √ Tidak
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ?
Pasien merasa keluarganya tidak berlaku adil kepada dirinya, pasien
pernah dibuli gila oleh anak kecil disekitar rumah pada usia 27tahun.
Masalah Keperawatan: Koping Tidak Efektif
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda Vital:
TD: 125/79 mmHg N: 87 x/menit
S: 36,40C P: 20 x/menit
Ukuran
Berat badan (BB): 60 Kg Tinggi Badan: 165 cm
(Normalweight)
b. Keluhan Fisik
√ Tidak ada Ada
Jealaskan: Pasien mengatakan tidak ada keluhan.
1) Kepala: rambut berwarna hitam dan pendek, tidak ada benjolan,
tidak ada lecet, penglihatan baik, konjungtiva merah muda, sklera
putih, lubang hidung bersih, tidak ada benjolan diarea hidung,
mukosa bibir lembab, gigi utuh, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, telinga pasien simetris, tidak ada gangguan pendengeran
2) Dada: bentuk dada simetris, tidak ada benjolan pada dada, gerakan
dinding dada simetris, tidak ada nyeri tekan
3) Perut: perut tidak buncit, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka lecet
4) Ekstermitas:
a) Atas: jari tangan kanan dan kiri lengkap, kuku pendek, pasien
mengatakan tangan kiri tidak kuat jika menahan beban berat
b) Bawah: jari kaki kanan dan kiri lengkap, kuku pendek,
tampak kaki kotor
2. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
Keterangan:
Perempuan :
Laki-laki :
Meninggal :
Tinggal serumah :
Pasien :.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
c. Konsep Diri
1) Gambaran diri
Pasien mengatakan bersyukur karena anggota geraknya lengkap,
tidak ada kelemahan
2) Identitas diri
Pasien mampu menyebutkan namanya, usia, pasien pernah
pasien bersyukur dilahirkan sebagai seorang laki-laki,
pendidikan pasien mengatkan SMA (Data dari pasien
disinkronkan dengan rekam medis).
3) Peran
Pasien berperan sebagai suami.
4) Ideal diri
Pasien mengatakan berharap ingin punya pasangan lagi dan
mendapatkan pekerjaan agar tidak menyusahkan orang rumah
untuk beli obat, ingin cepat sembuh agar bisa pulang.
5) Harga diri
Pasien mengatakan lebih suka sendiri dan enggan berbaur
Masalah keperawatan: Tidak ada
c. Hubungan Sosial
1) Hubungan yang berarti
Pasien mengatakan semua anggota keluarganya berarti.
2) Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat
Pasien mengatakan tidak mengikuti kegiatan di masyarakat
kalau di rumaha hanya dirumah saja, keluar seperlunya.
3) Hambatan hubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan merasa biasa saja dengan orang lain.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial: menarik diri
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Pasien beragama Islam dan mengatakan yang sedang dialami
merupakan ujian dari Allah
2) Kegiatan ibadah
Sebelum sakit pasien rajin sholat 5waktu, tetapi tidak pernah
mengikuti pengajian
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3. STATUS MENTAL
a. Penampilan
√
Rapi
Penggunaan
Bagaimana pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak biasa
Bagaimana
Jelaskan: Pasien rapi dengan mengenkan seragam dari bangsal
dengan sesuai.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
b. Pembicaraan
√ √
Cepat Keras Gagap
Inkohensi Apatis Tidak mampu memulai pembicaraan
Lambat Membisu
Jelaskan: Pasien dalam melakukan pembicaraan cepat dan nada
suara keras, pasien dapat menjawab setiap pertanyaan dengan baik.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
c. Aktivitas Motorik
√
Lesu Tegang Gelisah
TIK Grimisen Tremor
Agitasi Kompulsif
Jelaskan: Pasien tampak tenang, dan pasien sering melamun
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
d. Afek dan emosi
√
Fight of idea Pengulangan pembicaraan/perservasi
√ Lain-lain
Jelaskan: Pasien dalam keadaan sadar, mampu menyebutkan nama
lengkap, lokasi sekarang dan menyebutkan nama teman-temannya.
Ada gangguan orientasi (disorientasi):
Waktu Tempat Orang
Jelaskan: Pasien mengetahui hari, tanggal, jam, dan saat ini berada di
Rumah Sakit Jiwa Klaten
h. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka menengah
Gangguan daya ingat jangka pendek
Konfabulasi
Jelaskan: Pasien dapat mengingat kejadian jangka pendek yaitu
pasien kegiatannya pagi ini adalah senam dan tensi. Kejadian jangka
menengah yaitu pasien mengatakan dirinya dibawa ke Rumah Sakit
jiwa Klaten menggunakan bis berangkat dari dinas social Banyumas.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
i. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : pasien mampu fokus ketika diwawancarai, pasien juga
mampu berhitung secara sederhana
j. Kemampuan penilaian
√ Ganguan ringan Gangguan bermakna
Lain-lain
Jelaskan: Pasien mengatakan akan mandi dulu baru tidur.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
k. Daya Tilik Diri
√ Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Lain-lain
Jelaskan: Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan supaya tidak
minum obat lagi
Masalah keperawatan: Ketidakpatuhan
4. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
a. Kemampuan pasien memenuhi kebutuhan
1) Perawatan diri
√ Meningkat Menurun
Berlebihan Sedikit-sedikit
- Berat badan
√ Meningkat Menurun
Jelaskan: Pasien mengatakan makanannya enak, makan di
ruang makan, menghambiskan 1 porsi makanan.
2) Tidur
- Apakah ada masalah tidur ?
√ Tidak ada
Ada
Jelaskan: Pasien mengataka untuk tidur pulas, tidak ada
keluhan saat tidur, pasien setiap selesai makan tidur
- Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
√ Segar
Tidak segar
- Apakah ada yang menolong anda untuk mempermudah
tidur ?
√ Tidak ada Ada
- Tidur malam jam: 20.00. Bangun pagi 05.00 WIB, rata-
rata tidur malam 8 jam.
√ Ya Tidak
2)Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri :
Ya √ Tidak
3) Mengatur penggunaan obat :
Ya √ Tidak
Ya √ Tidak
Terapis √ Ya Tidak
5. MEKANISME KOPING
Adaptif Mal Adaptif
Berbicara dengan orang lain Nada bicara tinggi dan keras
Aktifitas konstruktif Tatapan mata tajam
Olahraga
Jelaskan: Koping pasien yang adaptatif pasien bersedia melakukan
wawancara pengkajian, tenang, bersikap kooperatif. Mekanisme koping
maladaptive dari nada bicara pasien sesekali tinggi dan keras, tatapan
pasien tajam.
Masalah keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
8. ASPEK MEDIS
Diagnosa medis: Skizofrenia Paranoid
Terapi medis:
a. Haloperidol 2x5mg
b. Trihexyphenidyl 2x2mg
c. Lorazepam 1x2mg
ANALISA OBAT
Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi
keperawatan
tambahan pada
gangguan ansietas
dan tingkah laku
berat,
kebingungan
Ketidakpatuhan Efek/Akibat
Etiologi
Isolasi Sosial
2. Tgl: 14 Agustus Tgl: 14 Agustus 2023 Tgl: 14 Agustus 2023 Tgl: 14 Agustus 2023
2023 Jam: 08.00WIB Jam: 08.00WIB Jam: 08.00WIB
Jam: 08.00WIB (L.13116) Standar luaran: (I.13498) Standar
D.0121 Keterlibatan sosial intervensi: Promosi 1. Menjalin hubungan
Isolasi social Setelah dilakukan tindakan sosialisasi pertemanan, diskusi,
berhubungan keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi kerjasama yang
dengan jam diharapkank terlibatan kemampuan diterapkan dalam
perubahan status sosial meningkat dengan melakukan interaksi kehidupan
mental ditandai kriteria hasil: dengan orang lain bermasyarakat
dengan: 1. Minat interaksi 2. Motivasi 2. Memberikan
DS: Pasien meningkat berpartisipasi dalam dukungan dalam
memiliki riwayat 2. Verbalisasi isolasi aktivitas baru dan menjalin hubungan
susah untuk menurun kegiatan kelompok bermasyarakat
minum obat 3. Perilaku menarik diri 3. Anjurkan 3. Meningkatkan minat
tetapi rajin untuk menurun berinteraksi dengan interaksi dengan
kontrol orang lain secara orang lain
DO: bertahap.
Pasien
tenang
Pasien
meminum
obat setiap
diberikan
obat dari
perawat jaga
3. Tgl: 14 Agustus Tgl: 14 Agustus 2023 Tgl: 14 Agustus 2023 Tgl: 14 Agustus 2023
2023 Jam: 08.00WIB Jam: 08.00WIB Jam: 08.00WIB
Jam: 08.00WIB (L.12110) Tingkat (I.12361) Standar
D.0114 kepatuhan intervensi: Dukung
Ketidakpatuhan Setelah dilakukan tindakan kepatuhan program 1. Mengetahui
berhubungan keperawatan selama 3x24 pengobatan kepatuhan pasien
dengan jam diharapkan tingkat 1. Identifikasi untuk mengikuti
ketidakadekuatan kepatuhan meningkat kepatuhan program
pemahaman dengan kriteria hasil: menjalani pengobatan
(kurang motivasi) 1. Verbalisasi kemauan program 2. Memberikan
mematuhi program pengobatan yang pengetahuan
pengobatan meningkat sudah di tentukan tentang program
2. Perilaku mengikuti 2. Informasikan pengobatan
program pengobatan program 3. Memberikan
meningkat pengobatan pengetahuan
yang harus kepada pasien
dijalani tentang manfaat
3. Informasikan mengikutu
manfaat yang program
akan diperoleh pengobatan
jika teratur
menjalani
program
pengobatan