Makalah Makkiyah Dan Madaniyah
Makalah Makkiyah Dan Madaniyah
Makalah Makkiyah Dan Madaniyah
Dibuat oleh :
PENDAHULUAN
Al-qur’an merupakan firman (kalam) allah swt yang diwahyukan kepada nabi Muhammad
saw. melalui malaikat jibril dengan lafadz dan maknanya. All-qur’an sebagai kitabulloh
menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran islam. Selain itu al-
qur’an juga berfungsi sebagai petunjuk bagi umat mansia dalam mencapai kehidupan dunia
dan akhirat. Sebagai sumber ajaran islam yang paling utama alqur’an merupakan sumber dari
segala ajaran untuk operasionalisasi ajaran islam dan pengembangannya sesuai dengan
kebutuhan dan tantangan yang dihadapi umat islam. Setiap prilaku dan tindakan umat
islam,baik secara individu maupun kelompok harus dilakukan berdasarkan al-qur’an. Oleh
karena itu, sumber ajaran silam berfunngsi sebagai dasar pokok ajaran islam. Sebagai dasar,
maka sumber itu menjadi landasan semua prilaku dan tindakan umat islam sekaligus referensi
tempat orientasi dan komunikasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
Makkiyah diambil dari nama kota makkah tempat islam lahir dan tumbuh. Kata makkiyah
merupakan kata sifat yang disandarkan kepada kota tersebut. Dan sesuatu yang disebut
makkiyah apabila ia mengandung kriteria yang berasal dari mekah atau yang berkenaan
dengannya. Begitu pula dengan madaniyah, ia diambil dari nama kota madinah, tempat
rasululloh berhijrah dan membangun masyarakat islam serta mengembangkan islam ke segala
penjuru dunia.
Sekalipun kemudian dakwah Rasululloh melewati batas-batas wilayah kedua kota tersebut,
namun mekaha dan madinah tetap mempunyai peran yang siginifikan dalam setiap proses
pengembangan islam. Karenanya pengertian makkiah dan madaniyah tidak hanya terbata
pada ruang linngkup tempat atau penduduk yang berdiam di kedua kota tersebut, melainkan
mencakup di dalamnya priode waktu. Dari sini kemudian para ulama dalam mendefenisikan
makkiyah dan madaniyah tidak hanya terpaku pada pengertian yang sangat sempit,
mmelainkan juga memasukkan unsur waktu yang yak terspisahkandari sejarah Rasululloh.
Imam az-zarkasyi dalam bukunya al-burhan fi ulum al-qur’an telah menyebutkan tiga
persepektif defenisi mengenai makkiyah dan madaniyah. Pertama dari persepektif masa
turun didefenisikan bahwa makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasululloh hijrah ke
madinah, walaupun bukan turun di Mekah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang
turun sesudah Rasululoh hijrah ke madinah sekalipun bukan turun di madinah. Ayat-ayat
yang turun setelah peristiwa hijrah disebut Madaniyyah walaupun turun di Mekah atau
arafah.
Kemudian dari persepektif tempat turun, didefenisikan bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat
yang turun di mekah dan sekitarnya seperti mina, arafah dan hudaibiyyah, sedangkan
madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di madinah dan sekitarnya, seperti uhud, quba, dan
sul’a, akan tetapi terdapat celah kelemahan dari defenisi tersebut karena terdapat ayat-ayat
tertentu, yang tidak diturunkan di mekah dan di madinah dan di sekitarnya. Misalnya surat at-
Taubah : 42 diturunkan di tabuk, surat az-zukhruf : 45 di turunkan di tengah perjalanan antara
madinah dan mekah. Kedua ayat tersebut, jika melihat defenisi kedua ini, tidak dapat
dikategorikan ke dalam makkiyah dan madaniyah.
a. Surat makkiyah secara umum gaya bahasanya kuat dan keras pembicaraanya, sebab
kebanyakan yang diajak bicara orang-orang yang berpaling dari kebenaran dan
sombong. Contoh dalam surat al-mudatsir dan al-qomr. Dan adapun madaniyah
secara umum gaya bahasanya lembut dan pembicaraanya halus, sebab yang
menerima kebenaran secara terbuka. Contoh dalam surat al-maidah.
b. Umunya surat-surat makkiyah ayatnya pendek-pendek dan kuat pendalilannya.
Sedangkan madaniyah ayatnya panjang-panjangdan menyebutkan hukum-hukum
secara khusus.
Umumnya surat-surat makkiyah menetapkan tentang tauhid dan akidah yang selamat secara
khusus yang berkaitan dengan tauhid uluhiya dan percaya dengan hari kebangkitan,
sedangkan madaniyah secara umum menerangkan tentang perician ibadah dan mu’amalah
karena yang diajak bicara orang-orang telah terikrar dalam jiwa mereka tauhid dan aqidah
yang selamat.
1. Makkiyah
a) Di dalamnya terdapat ayat sajdah
b) Ayat-ayatnya dimulai dengan kata “kalla”
c) Dimulai dengan ungkapan “ya ayyuhan nas” dan tidak ada ayat dimulai dengan
ungkapan “ya ayyuahl ladzina”, kecuali dalam surat al-hajj karena di penghujung
surat itu terda pat sebuah ayat yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyyuhal ladzina”.
d) Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para nabi dan umat-umat terdahulu
e) Ayat-ayatnya berbicara tentang kisah nabi Adam dan iblis, kecuali surat al-baqarah
f) Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong seperti alif lam mim dan
sebagainya, kecuali surat al-baqarah dan ali-imran.
2. Madaniyah
a) Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had
b) Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum muanafik, kecualai surat al-ankabut
c) Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitabin.
Berdasarkan ttitk tekan tematis, para ulama merumuskan ciri-ciri spesisfk makkiyah dan
madaniyah sebagai berikut.
1. Makkiyah
a. Menjelaskan ajaran monotheisme, ibadah kepada Allah semata, penetapan
risalah kenabian, penetapan hari kebangkitan dan pembalasan, uraian tentang
kiamat dan perihalnya, neraka dengan siksanya, syurga dan kenikmatannya,
dan mendebat kelompok musyrikin dengan argumentasi-argumentasi rasional
dan naqli.
b. Menetapkan fondasi-fondasi umum bagi pembentukan hukum syara’ dan
keutamaan-keutamaan akhlak yang harusdimilki anggota masyarakat. Juga
berisiskan celaan-celaan terrhadap kriminalitas yang dilakukan kelompok
musyrikin, mengonsumsi harta anak yatim secara zalim serta uraian tentang
hak-hak.
c. Menuturkan kisah para nabi dan umat-umat terrdahulu serta perrjuangan
Muhammad dalam menghadapi tantangan-tantangan kelompok musyrikin
d. Banyak terdapat kesamaan bunyi
e. Ayat dan suratnya pendek-pendek dan nada serta perkataannya agak keras
f. Banyak mengandung kata-kata sumpah
2. Madaniyah
a. Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hududd, bangunan rumah
tangga, warisan, keutamaan jihad, kehidupan social, aturan-aturan pemerintah
menangani perdamaian dan peperangan, serta persoalan-persoalan
pembentukan hukum syara’
b. Mengkhitabi ahli kitab yahudi dan nashrani dan mengajaknya masuk islam,
juga menguraikan perbuatan mereka yang telah menyimpangkan kitab Allah
adan menjauhi kebenaran serta perselisihannya setelah datang kebenaran
c. Mengungkap langka-langkah orang-orang munafik
d. Surat dan sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum
dengan terang dan menggunakan ushlub yang terang pula.
Untuk mengetahui dan menentukan makkiyah dan madaniyah, para ulama bersandar pada
dua cara utama: sima’i naqli (pendengaran seperti apa adanya) dan qiyashi ijtihad (bersifat
ijtihad). Cara pertama berdasarkan pada riwayat shahih dari para sahabat yang hidup pada
saat dan menyaksikan turunnya wahyu, atau dari para tabi’in yang menerima dan mendengar
dari para sahabat bagaimana, dimana dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya
wahyu itu.
Cara qiyashi ijtihad didasarkan pada ciri-ciri makkiyah dan madaniyyah. Apabila dalam surat
makkiyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat madani atau mengandung peristiwa
madani, maka dikatakan ayat itu madani. Begitu pula sebaliknya apabila dalam surat
madaniyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat makki atau peristiwa makki, maka
ayat tadi dikatakan sebagai ayat makkiyah. Oleh karena itu, para ahli mengatakan, “setiap
surat yang dalamnya mengandung kisah para nabi atau uamt-umat terrdahulu, maka surat itu
adalah makkiyah.dan seretiap surat di dalamnya mengandung kewajiban atau ketentuan
hukum, maka surat itu adalah madaniyah.
Untuk membedakan makkiyah dana madaniyah, para ulama mempunyai tiga macam
pandangan yangmasing-masing mempunyai dasar-dasarnya sendiri.
Tiga tahap tersebut tampak jelas tanda-tanda kemakkiyahannya karena dalam hal susunan
kalimatnya, masing-masing tampak sebagai kesatuan wawasan yang terjadi dengan
sendirinya.
1. Al-baqarah
2. Al-hujurat
3. Ali-imran
4. Al-hadid
5. An-nisa
6. Al-mujadilah
7. Al-maidah
8. Al-hasyr
9. Al-anfal
10. Al-mumtahanah
11. At-taubah
12. Al-jumu’ah
13. An-nur
14. Al-munafiqun
15. Al-ahzab
16. Ath-thalaq
17. Muhammad
18. Ath-thahrim
19. Al-fath
20. An-nashr
a. Al-fatihah g. Al-qadr
b. Ar-ra’d h. Al-bayyinah
c. Ar-rahman i. Az-zalzalah
d. Ash-shafh j. Al-ikhlas
e. Ath-taghabun k. Al-falaq
f. Al-mutaffifin l. An-nas
Dalam kitab karangan manna’ al-qaththani yang berjudul pengentar studi ilmu al-Qur’an
menebutkan bawha yang terpenting dalam objek kajian par ulama yang diturunkan di mekkah
atau madinah sesrta yang menjadi perselisihan, yaitu:
Contohnya dalam surat al-Hujurat ayat 13. Ayat tersebut diturunkan di mekah pada hari
penaklukan kota mekah tetapi sebenarnya madaniyah karena diturunkan selepas hijrah. Di
samping itu, seruannyapun bersifat umum. Ayat seperti ini oleh oleh para ulama tidak
dinamakan makkiyah dan tidak madaniyah secara pasti. Tetapi mereka mengatakan ayat yag
diturunkan di mekah namun hukumnya mdaniyah.
Misalnya surat al-an’am, ibnu abbas berkata surat ini diturunkan sekaligus di mekah, maka ia
adalah makkiyah, kecuali tiga ayat yang diturunkan di madinah yaitu ayat 151-153. Dan surat
al-hajj adalah makkiyah. Tetapi ada tiga ayat yang madaniyyah yaitu ayat 19-21.
Yang dimaksud ulama disini adalah kebalikan dari sebelumnya dalam surat an-najm ayat 32.
Contohnya ialah dalam surat al-a’la. HR. al-bukhori dan al-bara’ah bin azb yang mengatakan
bahwa: “ bahwa yang oertama kali datang kepada kami dikalangan sahabat nabi adalah
mush’ab bin umair dan ibnu ummi maktum. Keduanya membacakan al-qur’an kepada kami,
setelah itu datanglah ammar, bill dan sa’ad, kemudain datang pua umar bin khattab sebagai
orang nomor yang kedua puluh.baru setelah itu datang nabi, aku melihat penduduk madinah
bergembira setelah aku membaca “Sabbihisma robbikal a’la.
Contohnya ari awal surat at-taubah yaitu ketika rasululloh memerintahkan kepada abu bakar
untuk pergi haji pada tahuan kesembilan dan hal inipun disampaikan kepada kaum
musyrikin bahwa tahun tidak seorangpun orang musyrik boleh berhaji.
Kebanyakan ayat turun pada siang hari , abu qasim an-naisaburi telah menelitinya. Contoh di
bagian surat al-imran dan yang lainnya.
Para ulama memberi contoh ayat yang turun di musim panas tentang ayat kalalah yang
terdapat di akhir surat an-nisa. Contoh lain ialah ayat-ayat yang turun dalam perang tabuk,
yang terjadi pada musim panas seperti yang dinyatakan dalam surat at-taubah ayat 81.
Sedangkan musim dingin mereka mencontohkan dengan ayat-ayat mengenai “tuduhan
bohong” yang terdapat dalam surat an-nur.
1. Untuk menambah keyakinan bahwa al-qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan di
bawah otoritas Allah semata bukan berdasarkan keinginan nabi
2. Untuk mempermudah memahami al-Qur’an
3. Agar bisa memahami nasikh (hukum yang menghapus) dan mansukh (hukum yang
dihapus) jika terdapat dua ayat yaitu madaniyah dan makkiyah yang keduanya
memenuhi syarat nasakh maka ayat mmadaniyah tersebut menjadi nasakh bagi ayat
makkiyah karena ayat madaniyah datang belakangan setelah ayat makkiyah
4. Untuk mengetahui kronologis penurunan syari’ah yang berangsur-angsur
5. Untuk mengetahui perjalanan Rasulullah
6. Untuk mengetahui kesungguhan para sahabat dan generasinya dalam menjaga
otensitas al-qur’an.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Al-Qattan Manna Khalil. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa.
2015.
https://iainpspblog.blogspot.com/2019/10/makalah-makkiyah-dan-madaniyah.html