Isnaini Madaniyah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 107

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN DENGAN

PENAMBAHAN NILAI INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PADA


PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI
HEMODIALISIS DI RSAU DR. M. SALAMUN KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

ISNAINI MADANIYAH
1117118

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021
PERSETUJUAN SIDANG HASIL

Judul Tugas Akhir : Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan dengan


PenambahanNilai Inter-Dialytic Weight Gain (Idwg) Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Terapi Hemodialisis
di RSAU dr. M. Salamun Kota Bandung
Nama Mahasiswa : Isnaini Madaniyah
NPM : 1117118
Program Studi : Sarjana Keperawatan

Menyetujui
Pembimbing I, Pembimbing II,

(Istianah, S.Kep., Ners, M.Kep.) (Rizky Gumilang Pahlawan, S.Kep., Ners)


Program Studi Sarjana Keperawatan
2021

ABSTRAK

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN DENGAN


PENAMBAHAN NILAI INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PADA
PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI
HEMODIALISIS DI RSAU DR. M. SALAMUN KOTA BANDUNG

Madaniyah. I., Istianah, Pahlawan. R.G


Fakultas Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali Bandung
E-mail: [email protected]

Latar Belakang. Penyakit Ginjal Kronis (PGK) adalah penurunan progresif


fungsi ginjal dalam beberapa bulan atau tahun. Sebagian besar orang yang
mengalami PGK melakukan hemodialisis sebagai pengobatan. Semakin tinggi
nilai penambahan berat badan diantara dua waktu dialisis maka semakin besar
jumlah kelebihan cairan dalam tubuh pasien dan semakin tinggi resiko terjadinya
komplikasi.
Tujuan penelitian. Mengetahui hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan
penambahan nilai interdialytic weight gain (IDWG) pada pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSAU dr. M. Salamun Kota
Bandung. Metode penelitian. Penelitian ini menggunakan deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling dengan jumlah sampel
54 responden.
Hasil. Berdasarkan hasil uji statistic dengan uji Chi-square didapatkan nilai p =
0,005<0,05 artinya ada hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan
penambahan nilai interdialytic weight gain (IDWG) pada pasien hemodialisis di
RSAU dr. M. Salamun Kota Bandung.
Simpulan. Terdapat hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan penambahan
nilai interdialytic weight gain (IDWG) pada pasien hemodialisis di RSAU dr. M.
Salamun Kota Bandung.

Kata Kunci: Kepatuhan, Gagal Ginjal Kronis, Hemodialisis, IDWG


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatnya proposal penelitian yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Pembatasan
Cairan dengan Penambahan Nilai Inter-Dialytic Weight Gain (IDWG) Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Terapi Hemodialisis di RSAU dr. M.
Salamun Kota Bandung” yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan di Institut Kesehatan Rajawali
Bandung. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan tugas akhir ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga kendala-kendala yang
dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengungkapkan terimakasih dengan tulus kepada:

1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. Selaku Ketua Insitut Kesehatan Rajawali


Bandung.
2. Istianah, S.Kep., Ners,. M.Kep. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bandung dan selaku Pembimbing
Utama yang telah menuntun, mendidik dan memberikan saran dan
dorongan selama membuat karya tulis ilmiah.
3. Lisbet Octovia Manalu, S.Kep., Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
4. Rizky Gumilang Pahlawan, S.Kep., Ners Selaku Pembimbing pendamping
yang juga telah mengarahkan dan memberikan masukan dalam
penyusunan karya tulis ilmiah.
5. Direktur Rumah Sakit TNI Angkatan Udara dr. M. Salamun Kota Bandung
yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian
tentang Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan dengan Penambahan
Nilai Inter-Dialytic Weight Gain (IDWG) Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
Yang Menjalani Terapi Hemodialisis
6. Semua perawat di unit hemodialisa Rumah Sakit TNI Angkatan Udara
yang telah membantu dan membimbing saya dalam melakukan penelitian
iv
5

7. Kedua orangtua serta adik dan keluarga besar yang telah memberikan doa
dan kasih sayang serta dukungannya baik moral maupun materil.
8. Meisi, Siska, Amel, Aziz, Sabila, Siti Noviatul yang telah membantu
dalam proses penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat saya Alih Galiah, Deasti, Anisa, Dhea, Detri yang selalu
memberikan bantuan dan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini.
10. Mahasiswa Sarjana Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali Bandung
angkatan tahun 2017 yang telah memberikan motivasi dan kebersamaan
dalam perjuangan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan penulisan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Penulis harapkan kritik dan saran dari semua pihak sebagai
pembelajaran untuk dapat menjadi lebih baik lagi.

Bandung, September 2021

Penulis
6

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................... i


ABSTRAK .......................................................................................................................
iii KATA PENGANTAR
.....................................................................................................iv DAFTAR
ISI.....................................................................................................................vi DAFTAR
TABEL ..........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR
.......................................................................................................ix DAFTAR
LAMPIRAN ................................................................................................... x BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.5 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 5
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................
7
2.1 Penyakit Gagal Ginjal Kronis................................................................. 7
2.2 Konsep Hemodialisis ............................................................................ 19
2.3 Konsep Kepatuhan................................................................................ 23
2.4 Manajemen Cairan................................................................................ 25
2.5 Interdialytic Weight Gain (IDWG)....................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................
37
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 37
3.2 Kerangka Penelitian.............................................................................. 37
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................... 38
3.4 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 38
3.5 Populasi dan sampel penelitian ............................................................ 40
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian ............................ 43
3.7 Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 46
vii

3.8 Etika Penelitian..................................................................................... 48


3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 51
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................. 51
4.2 Pembahasan ................................................................................................... 54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 60
5.1 Simpulan ........................................................................................................ 60
5.2 Saran ...................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 62
88

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis ............................................................ 8


Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan......................................................................... 16
Tabel 2.3 Klasifikasi Kenaikan Berat Badan Intradialytic Weight Gain .............. 30
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 39
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian ............................................................................. 43
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Pembatasan Cairan pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RSAU dr. M Salamun
Kota Bandung ....................................................................................................... 51
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penambahan Nilai IDWG pada Pasien Gagal
Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RSAU dr. M Salamun Kota
Bandung ................................................................................................................
52
Tabel 4.3 Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan dengan Penambahan Nilai
IDWG pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di
RSAU dr. M Salamun Kota Bandung ...................................................................
53
9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Kenaikan berat badan ..................................................... 27


Gambar 2.2 Kerangka Teori............................................................................. 36
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 37
10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Kegiata Bimbingan Tugas Akhir


Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Instrument Penelitian
Lampiran 5 : Data hasil penelitian
Lampiran 6 : Pengolahan data hasil penelitian
Lampiran 7 : Riwayat hidup
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Chronic Kidney Disease (CKD) atau yang dikenal Penyakit Ginjal Kronis
(PGK) adalah penurunan progresif fungsi ginjal dalam beberapa bulan atau tahun.
Penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal dan penurunan
Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang dari 60 ml selama minimal 3 bulan
(Infodatin, 2017). Sebagian besar orang yang mengalami penyakit gagal ginjal
kronis melakukan hemodialisis sebagai pengobatan. Penderita gagal ginjal kronis
yang menjalani hemodialisis memerlukan perawatan yang rutin, mengatur pola
makan, dan membatasi cairan. Penyebab pembatasan cairan yang tidak terkontrol
dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi seperti hipertensi, hipotensi
intradialitik, gagal jantung, asites, efusi pleura, gagal jantung kongestif dan dapat
menyebabkan kematian (Tamaura, et al. 2019).

Menurut data dari WHO (2020) penyakit ginjal kronis dari setiap tahun
terus mengalami peningkatan menjadi penyebab kematian ke-13 di dunia hingga
sekarang menjadi penyebab kematian ke-10. Kematian tersebut meningkat dari
813.000 pada tahun 2000 dan menjadi 1,3 juta pada tahun 2019. Kurang lebih 37
juta orang Amerika, atau 15% orang dewasa di negara Amerika menderita
penyakit ginjal. Pada tahun 2017 penyakit ginjal menjadi penyebab kematian ke
sembilan di Amerika Serikat (Advancing American Kidney Health, 2019).
Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar (2018)
menyatakan bahwa penyakit gagal ginjal kronik merupakan penyakit tidak
menular yang menyebabkan kematian tertinggi ke-3 di Indonesia. Prevalensi
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, dengan peningkatan tajam pada
kelompok umur 65-74 tahun. Salah satu terapi pengobatan yang dilakukan pada
pasien gagal ginjal kronis adalah hemodialisa. Prevalensi dengan gagal ginjal
kronis di indonesia pada umur ≥15
tahun berdasarkan diagnosa dokter yaitu sebesar 0,38%. Prevalensi pada laki-laki

1
2

(4,17%) lebih tinggi daripada perempuan (3,52%), prevalensi lebih tinggi terjadi
pada masyarakat perkotaan (3,85%), tidak bersekolah (5,73%), dan tidak bekerja
(4,76%). prevalensi tertinggi di provinsi Kalimantan Utara sebesar 0,64% dan
paling rendah Sulawesi Barat 0,18%. Sedangkan untuk provinsi Jawa Barat berada
pada posisi kedelapan dengan nilai sebesar 0,48%. Hal tersebut provinsi Jawa
Barat berkontribusi cukup besar dalam penyakit gagal ginjal kronis dan terus
mengalami peningkatan. Menurut hasil insidensi dan prevalensi dari data IRR
(Indonesian Renal Registry) pada tahun 2018 pasien aktif yang melakukan
hemodialisa di Jawa Barat berjumlah 33.828 pasien. Menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (2013), prevalensi gagal ginjal kronis dikota Bandung
berdasarkan diagnosis dokter di Jawa Barat sebesar 0,6%. Kota Bandung
menduduki peringkat ke 4 jumlah penderita gagal ginjal kronis setelah Sumedang,
Banjar, dan Cianjur.

Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan


yang ada pada tubuh. Berat badan menjadi indikator terpenting pada pasien yang
menjalani hemodialisa. Peningkatan berat badan secara signifikan dalam rentang
beberapa hari mengindikasikan adanya kelebihan cairan dalam tubuh pasien.
Inilah salah satu faktor yang menyebabkan begitu pentingnya pengukuran berat
badan secara rutin oleh pasien yang menjalani hemodialisa. Perawat memantau
peningkatan berat badan tersebut untuk menentukan berat badan terendah yang
dapat ditoleransi oleh pasien, yang disebut dengan berat badan kering. Saat tubuh
harus menanggung kelebihan cairan diantara dua waktu dialisis, ini lah yang
disebut dengan Interdialitic Weigh Gain (IDWG) (Wibowo, 2020). Interdialytic
Weigh Gain (IDWG) adalah visual metode untuk mengukur tingkat kepatuhan
pembatasan asupan cairan pada pasien yang menjalani hemodialisa hal tersebut
mengacu pada akumulasi jumlah cairan tubuh diantara dua sesi dialisis. (Rahimi,
et al. 2016). Menurut Bayhakki dan Hasneli (2018) IDWG yang dapat ditoleransi
oleh tubuh adalah tidak lebih dari 3% dari berat kering. IDWG dapat
diklasifikasikan berdasarkan persentase kenaikan berat badan pasien, dimana
IDWG dikatakan ringan bila penambahan berat badan <4%, IDWG sedang bila
penambahan berat badan 4-6%, dan IDWG berat jika penambahan >6%. Banyak
faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya IDWG, diantaranya adalah faktor
dari pasien dan
3

keluarga. Beberapa faktor psikososial sangat berhubungan dengan peningkatan


IDWG seperti faktor demografi, masukan cairan, rasa haus, social support, self
efficacy dan stress (Ipema, et al. 2016).

Kepatuhan didefinisikan sebagai sejauh mana perilaku seseorang


melakukan perintah sesuai dengan rekomendasi yang disepakati dari penyedia
layanan kesehatan dalam hal minum obat, mengikuti diet yang direkomendasikan
atau menjalankan gaya hidup perubahan. Ketidakpatuhan terhadap pembatasan
cairan mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan seperti edema paru,
gangguan pernafasan, gangguan kardiovaskular bahkan kematian (Ozen, et al.
2019). Pembatasan asupan cairan pada pasien dengan gagal ginjal kronik
diperlukan perhatian untuk mencegah terjadinya komplikasi. Cairan yang masuk
dan keluar harus seimbang baik melalui urine maupun yang keluar tanpa disadari.
(Guyton, 2007; Mustikasari 2017). Pemasukan cairan dalam 24 jam yang
dianjurkan untuk pasien yang menjalani hemodialisa adalah 600 cc IWL
(Insensible Water Loss) + produksi urin /24 jam. Sebagai contoh seseorang yang
mengeluarkan urin 300 cc/24 jam, maka cairan yang boleh dikonsumsi adalah
600cc+300 cc= 800 cc/ jam (Malawat, 2001; Mustikasari, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian menurut Sepdianto (2017) menunjukkan
bahwa masih banyak pasien yang tidak patuh dalam melakukan diet cairan dengan
banyaknya pasien yang mengalami penambahan nilai interdialytic weight gain
(DWG) dengan 60,7% dalam kategori ringan, 12,4% dalam kategori sedang dan
26,9% dalam kategori bahaya. Pasien tersebut beralasan tidak membatasi cairan
dengan alasan rasa haus yang berlebih. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fazriansyah (2018) menunjukkan kepatuhan pasien dalam mengontrol
pembatasan cairan sebagian responden dalam kategori tidak patuh dan hasil
penambahan berat badan diantara dua waktu hemodialisis interdialytic weight
gain (DWG) sebagian besar responden dalam kategori tidak patuh (87,5%),
sebagian kecil (8,3%) dalam kategori patuh, dan sebagian kecil (4,2%) dalam
kategori cukup patuh. Sedangkan hasil penelitian menurut Aziza (2017)
menyatakan bahwa sebagian (50%) patuh dan sebagian (50%) tidak patuh dalam
melalukan diet cairan. Pada penelitian ini rata-rata pasien mengalami kenaikan
berat badan sedang yaitu
4

antara 4-6% (42,3%). Hal ini mendapatkan hubungan antara kepatuhan


pembatasan cairan dengan penambahan nilai inter-dialytic weight gain (IDWG)
pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2 Juni 2021
pukul 10.00 WIB di ruang Hemodialisa RSAU dr. M. Salamun Kota Bandung
yang mempunyai 20 unit mesin hemodialisa. Pasien yang menjalani terapi
hemodialisa terjadwal dihitung dari bulan Desember 2020 - Mei 2021 adalah 63
orang. Kunjungan pasien per hari untuk menjalani hemodialisa sebanyak 27
pasien. Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala perawat diruang
Unit Hemodialisa mengatakan bahwa rata-rata pasien hemodialisa 70%
mengalami peningkatan berat badan interdialitik berkisar 1-5 kg. Perawat diruang
Hemodialisa selalu mengingatkan untuk mengontrol cairan kepada pasien
hemodialisa namun kenyataan yang didapat dilapangan masih banyak ditemukan
pasien hemodialisis yang mengalami kelebihan cairan dan kelebihan berat badan.

Berdasarkan latar belakang penelitian maka dapat dirumuskan masalah


penelitian dengan judul “Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan dengan
Penambahan Nilai Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada Pasien Gagal Ginjal
Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisis”.

1.2 Identifikasi Masalah


Masalah yang paling sering dihadapi pasien hemodialisa yaitu
peningkatan volume cairan diantara dua waktu dialisis yang dimanifestasi dengan
penambahan berat badan interdialtik. Penambahan berat badan interdialtik
(Interdialytic Weigh Gain) adalah selisih berat badan predialisis dengan berat
badan postdialisis sebelumnya. Interdialytic Weight Gain (IDWG) berhubungan
erat dengan intake cairan pada pasien hemodialisis. Semakin tinggi nilai
penambahan berat badan diantara dua waktu dialisis maka semakin besar jumlah
kelebihan cairan dalam tubuh pasien dan semakin tinggi resiko terjadinya
komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi akibat dari kelebihan berat badan
interdialitik yaitu diantaranya: edema paru, hipertensi, gagal jantung, sesak
nafas, efusi pleura dan sebagainya.
5

Indikator keberhasilan pasien hemodialisa mengelola asupan cairan adalah dengan


mengontrol kenaikan berat badan.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, rumusan masalah
penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan
penambahan nilai interdialytic weight gain (IDWG) pada pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani terapi hemodialisis?”

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kepatuhan
pembatasan cairan dengan penambahan nilai interdialytic weight gain
(IDWG) pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis.
1.4.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi kepatuhan pembatasan cairan pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa.
b. Mengidentifikasi penambahan nilai interdialytic weight gain
(IDWG) pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi
hemodialisis.
c. Menganalisis hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan
penambahan nilai interdialytic weight gain (IDWG) pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis.

1.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan kepatuhan


pembatasan cairan dengan penambahan nilai interdialytic weight gain
(IDWG) pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis.
6

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan ilmu dan pengetahuan tambahan
dalam bidang keperawatan dan dalam penelitian-penelitian selanjutnya terutama
mengenai hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan penambahan nilai
interdialytic weight gain (IDWG), serta sebagai sarana untuk melatih diri dalam
melakukan penelitian dan menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh.
1.6.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti
dalam mengontrol IDWG pada klien yang menjalani hemodialisis dan
memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya
guna mengembangkan ilmu keperawatan.
b. Bagi Pasien
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi klien yang menjalani hemodialisis
dalam memonitoring IDWG.
c. Bagi Perawat
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam
mengembangkan intervensi keperawatan khususnya dalam
meningkatkan kepatuhan pembatasan cairan agar tidak mengalami
penambahan nilai IDWG pada pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis.
BAB II TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Penyakit Gagal Ginjal Kronis


2.1.1 Definisi Gagal Ginjal Kronis
Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease) adalah penurunan progresif
jaringan fungsi ginjal dan tidak dapat dikembalikan atau dipulihkan ketika masa
ginjal yang tersisa tidak dapat lagi menjaga lingkungan internal tubuh, maka
akibatnya adalah gagal ginjal. Penyakit ini disebut Chronic Kidney Disease (CKD)
stadium 5 dan juga disebut penyakit ginjal stadium akhir End Stage Renal Disease
(ESRD) (Black & Hawks, 2014).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap-akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit yang
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogenlain dalam darah). Hal ini
disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, glomerulonefritis kronis,
pielonefritis, dan hipertensi yang tidak dapat dikontrol (Brunner & Suddarth, 2008).
Penyakit gagal ginjal kronis adalah kondisi yang terjadi karena penurunan
kemampuan ginjal dalam mempertahankan keseimbangan didalam tubuh. Penyakit
ginjal kronis merupakan satu dari beberapa penyakit yang tidak menular, dimana
proses perjalanan penyakitnya membutuhkan waktu yang lama sehingga terjadi
penurunan fungsi dan tidak dapat kembali ke kondisi semula. Kerusakan ginjal terjadi
pada nefron termasuk pada glomerulus dan tubulus ginjal, nefron yang mengalami
kerusakan tidak dapat kembali berfungsi normal (Siregar, 2020).

7
8

2.1.2 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis


Tabel 2.1 Klasifikasi gagal ginjal kronis
LFG
Stadium Deskripsi & Manifestasi
(ml/mnt/1.73m2)

Kerusakan ginjal dengan normal atau meningkat


1 ≥ 90
Asimtomatik; BUN dan kreatinin normal
Penurunan ringan GFR
2 60-89 Asimtomatik, kemungkinan hipertensi;
pemeriksaan darah biasanya dalam batas normal
Penurunan sedang GFR
Hipertensi; kemungkinan anemia dan keletihan,
3 45-59
anoreksia, kemungkinan malnutrisi, nyeri tulang;
kenaikan ringan BUN dan kreatinin serum
Penurunan berat GFR
Hipertensi, anemia, malnutrisi, perubahan
metabolism tulang; edema, asidosis metabolic,
4 15-29
hiperkalsemia; kemungkinan uremia; azotemia
dengan peningkatan BUN dan kadar kreatinin
serum
Penyakit Ginjal stadium akhir
5 <15
Gagal ginjal dengan azotemia dan uremia
Sumber: National Kidney Foundation, 2002; LeMone, 2015).

2.1.3 Etiologi Gagal Ginjal Kronis


Yasmara (2016) menyatakan bahwa penyebab gagal ginjal kronik sangat
kompleks. Glomerulonefritis, gagal ginjal akut hipertensi esensial, dan pielonefritis
merupakan penyebab paling sering dari gagal ginjal kronik. Penyakit sistem seperti
diabetes melitus, hipertensi, lupus eritematosus, poliartritis, dan amyloidosis juga
dapat
9

menyebabkan gagal ginjal kronik. Diabetes melitus merupakan penyebab utama dan
lebih dari 30% klien mengalami dialisis sedangkan hipertensi merupakan penyebab
kedua gagal ginjal kronis.
Siregar (2020) juga menyatakan bahwa kerusakan yang terjadi pada ginjal
dapat disebabkan oleh gangguan pre renal, renal, dan post renal. Pasien yang
menderita penyakit seperti diabetes melitus, glomerulonefritis, penyakit imun,
hipertensi, batu ginjal, keracunan, trauma ginjal, dan gangguan kongenital. Penyakit-
penyakit ini sebagian menyerang nefron, mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal
melakukan penyaringan. Kerusakan nefron terjadi secara cepat, bertahap dan pasien
tidak merasakan terjadinya penurunan fungsi ginjal dalam jangka waktu yang lama.

2.1.4 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronis


Potogenesis ESRD melibatkan deteriorasi dan kerusakan nefron dengan
kehilangan bertahap fungsi ginjal karena laju GFR total menurun dan klirens
menurun, maka kadar serum ureum nitrogen dan kreatinin meningkat. Menyisakan
nefron hipertrofi yang berfungsi karena harus menyaring larutan yang lebih besar.
Konsekuensinya adalah ginjal kehilangan kemampuannya untuk mongonsentrasikan
urin yang memadai. Untuk mengekskresikan larutan, sebagian urin dapat keluar, yang
membuat rentan terhadap deplesi cairan. Tubulus perlahan-lahan kehilangan
kemampuannya untuk menyerap kembali elektrolit. Akibatnya adalah pengeluaran
garam, dimana urine berisi sejumlah besar natrium yang mengakibatkan poliuri
berlebih. Oleh karena gagal ginjal berkembang dan jumlah nefron yang berfungsi
menurun, Laju (GFR) total menurun lebih jauh. Dengan demikian tubuh menjadi
tidak mampu membebaskan diri dari kehilangan air, garam, dan produk sisa lainnya
melalui ginjal. Ketika GFR kurang dari 10-20 ml/menit, efek toksin uremia pada
tubuh menjadi bukti. Jika penyakit tidak diobati dengan dialisis atau transflantasi,
hasil dari ESRD adalah uremia dan kematian (Black & Hawks, 2014).
10

2.1.5 Manifestasi Gagal Ginjal Kronis


Pada gagal ginjal kronik setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien dapat memperlihatkan beberapa tanda dan gejala yang berbeda-
beda tergantung pada bagian, tingkat kerusakan ginjal dan usia pasien. Menurut
Brunner & Suddart (2010) gagal ginjal kronik dapat menimbulkan gangguan pada
berbagai organ tubuh antara lain:
a. Kardiovaskular: Hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema
periorbital dan pembesaran vena leher, hipertensi, pericarditis, pericardial
effusion dan pericardial tamponade.
b. Integumen: Pruritus, warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Pernafasan: adanya suara tambahan ronki, dahak kental, sesak nafas,
takipneu, pernafasn tipe kussmaul.
d. Gastrointestinal: Ulserasi dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual,
muntah, konstipasi maupun diare dan perdarahan dari saluran
gastrointestinal.
e. Neurologi: Kelemahan dan keletihan, kejang, disorientasi, kelemahan
pada tungkai dan konfusi.
f. Muskuloskeletal: Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang dan foot
drop.
g. Reproduksi: amenore, atrofi testis, infertilitas, libido menurun.
h. Hematologi: anemia, trombositopenia.

2.1.6 Komplikasi Gagal Ginjal Kronis


Menurut Brunner & Suddarth (2010) komplikasi potensial gagal ginjal kronis
yang menjadi perhatian perawat dan memerlukan pendekatan kolaboratif untuk
perawatan meliputi:
a. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme,
dan asupan berlebihan (diet, obat-obatan, cairan).
11

b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponade perikardial karena retensi


produk limbah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi natrium dan air serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan produksi eritropoietin, penurunan umur sel
darah merah, dan kehilangan darah selama hemodialisis.
e. Penyakit tulang dan metastasis dan kalsifikasi vaskular karena retensi
fosfor, kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang
abnormal, dan peningkatan kadar aluminium.

2.1.7 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis


Menurut Suharyanto (2013) penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat
dilakukan dua tahap yaitu dengan terapi konservatif dan terapi pengganti ginjal.
a. Tindakan konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal
secara progresif.
a) Pengaturan diet Protein, Kalium, dan cairan
(a) Pembatasan protein
Pembatasan protein tidak hanya membatasi kadar BUN, tetapi juga
mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta mengurangi produksi
ion hidrogen yang berasal dari protein. Protein yang dianjurkan
yaitu 60-80 g/hari.
(b) Diet rendah kalium
Hyperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal ginjal
kronis. Kalium yang dianjurkan adalah 40-80 mEq/ hari.
Penggunaan obat obatan yang tinggi akan kalium dapat
menyebabkan hyperkalemia.
12

(c) Diet rendah natrium


Diet natrium yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2 g Na).
Asupan natrium yang terlalu banyak dapat mengakibatkan retensi
cairan edema perifer, edema paru, hipertensi, dan gagal jantung
kongestif.
(d) Pengaturan cairan
Cairan yang diminum penderita gagal ginjal kronis harus diawasi
dan dikontrol secara teratur. Asupan cairan yang bebas dapat
menyebabkan beban sirkulasi menjadi berlebihan, dan edema.
Sedangkan asupan yang terlalu rendah mengakibatkan dehidrasi,
hipotensi, dan gangguan fungsi ginjal.
b) Pencegahan dan pengobatan komplikasi
(a) Hipertensi
Hipertensi dapat dikontro dengan cara pembatasan natrium dan
cairan, pemberian obat anti hipertensi, dan pemberian diuretik.
(b) Hiperkalemia
Hyperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin
intravena.
(c) Anemia
Anemia pada gagal ginjal kronis diakibatkan penurunan sekresi
eritropoeitin oleh ginjal. Pengobatannya adalah pemberian
hormone eritropoeitin, selain dengan pemberian vitamin dan asam
folat, zat besi, dan transfuse darah.
(d) Diet rendah fosfat
Diet rendah fosfat dengan pemberian gel yang dapat mengikat
fosfat didalam usus. Gel yang dapat mengikat fosfat harus
dimakan bersama makanan.
13

(e) Pengobatan hiperurisemia


Obat pilihan untuk mengobati hiperurisemia pada penyakit gagal
ginjal kronis yaitu dnegan pemberian allopurinol. Obat ini
mengurangi kadar asam urat dengan menghambat biosintesis
sebagai asam urat total yang dihasilkan tubuh.
b. Dialisis dan transplantasi
Pengobatan gagal ginjal kronis adalah dengan dialysis dan transplantasi
ginjal. Dialysis dapat digunakan untuk mempertahankan penderita dalam
keadaan klinis sampai tersedia donor ginjal. Dialysis dilakukan apabila
kadar kreatinin serum biasanya diatas 6 mg/100 ml pada laki-laki atau 4
ml-100 ml pada wanita, dan GFR kurang dari 4 ml/menit.

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik Gagal Ginjal Kronis


Pemeriksaan diagnostik digunakan untuk mengidentifikass penyakit gagal
ginjal kronis maupun memonitor fungsi ginjal. Sejumlah pemeriksaan dapat
dilakukan untuk menentukan penyebab gangguan ginjal. Ketika diagnosis ditegakkan,
fungsi ginjal dimonitor terutama melalui kadar sisa metabolik dan elektrolit dalam
darah (LeMone, et al., 2015).
a. Urinalisis dilakukan untuk mengukur berat jenis urine dan mendeteksi
komponen urine yang abnormal. Pada CKD, berat jenis dapat tetap pada
sekitar 1,010 akibat kerusakan sekresi tubulus, reabsorpsi, dan
kemampuan memekartkan urine. Protein abnormal, sel darah, dan bekuan
sel dapat juga ditemukan di urine.
b. Kultur urine diinstruksikan untuk mengidenuifikasi infeksi saluran kemih
yang mempercepat perkembangan CKD.
c. BUN dan kreatinin serum diambil untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan
mengkaji perkembangan gagal ginjal. BUN 20-50 mg/dL
mengindikasikan azotemia ringan, kadar lebih dari 100 mg/dL
mengindikasikan kerusakan ginjal berat. Gejala uremia ditemukan saat
BUN sekitar 200 mg/dL atau
14

lebih tinggi. Kadar kreatinin serum lebih dari 4 mg/dL mengindikasikan


kerusakan ginjal serius.
d. EGFR digunakan untuk mengevaluasi GFR dan stadium penyakit ginjal
kronik. EGFR adalah perhitungan nilai yang ditentukan menggunakan
rumus yang memasukkan kreatinin serum, usia, jenis kelamin, dan ras
pasien (Afro Amerika atau bukan Afro Amerika).
e. Elektrolit serum dimonitor lewat perjalanan CKD. Natrium serum dapat
berada dalam batasan normal atau rendah karena retensi air. Kadar kalium
naik tetapi biasanya tetap di bawah 6,5 mEg/L. Fosfat serum naik dan
kadar kalsium turun. Asidosis mietabolik diidentifikasi dengan pH rendah,
CO, rendah, dan kadar bikarbonat rendah.
f. CBC menunjukkan anemia sedang ke arah berat dengan hematokrit 20%
hingga 30% dan hemoglobinrendah. Jumlah SDM dan trombosit turun.
g. Ultrasonografi ginjal dilakukan untuk mengevaluasi ukuran ginjal. Pada
GGK, ukuran ginjal berkurang karena nefron hancur dan massa ginjal
mengecil.
h. Biopsi ginjal dapat dilakukan untuk mengidentifikasi proses penyakit
penyebab jika ini tidak jelas. Selain itu juga digunakan untuk
membedakan gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Biopsi ginjal dapat
dilakukan pada pembedahan atau dilakukan secara perkutan
menggunakan biopsi jarum.

2.1.9 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis


a. Pengkajian
a) Riwayat
(a) Faktor predisposisi
− Mulut kering
− Letih
15

− Mual
− Cegukan
− Kram otot
− Fasikulasi, kedutan otot
− Infertilitas, penurunan libido
− Amenore
− Impotensi
− Fraktur patologis
(b) Temuan pemeriksaan fisik
− Penurunan haluaran urine
− Hipotensi atau hipertensi
− Perubahan tingkat kesadaran
− Edema perifer
− Aritmia jantung
− Crackle bibasilar
− Gesekan pleuritik
− Ulserasi dan perdarahan gusi
− Fetor uremik
− Nyeri abdomen saat dipalpasi
− Turgor kulit buruk
− Warna kulit perungu kuningan dan pucat
− Kuku jari mudah patah dan kering, rambut tipis dan mudah
rontok (Yasmara, 2016).
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien gagal ginjal kronis
(Brunner and Suddarth, 2008):
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urin, diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
16

b) Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan
memuran mukosa mulut.
c) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan program penanganan.
d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialysis.
e) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.
c. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional
Kelebihan volume cairan 1. Kaji status cairan: 1. Pengkajian merupakan
berhubungan dengan − Timbang berat badan dasar dan data dasar
penurunan haluaran urin, setiap harian. berkelanjutan untuk
diet berlebih dan retensi − Hitung memantau perubahan
cairan serta natrium keseimbangan dan mengevaluasi
cairan. intervensi.
Tujuan: mempertahankan − Kaji turgor kulit dan 2. Pembatasan cairan
berat tubuh ideal tanpa adanya edema. akan menentukan berat
kelebihan cairan. − Kaji adanya distensi tubuh ideal, haluaran
vena leher. urin, dan
− Pantau TD, denyut responsnterhadap
nadi, dan irama. terapi.
2. Batasi masukan cairan 3. Sumber kelebihan
3. Identifikasi sumber cairan yang tidak
potensial cairan: diketahui dapat
medikasi dan cairan diidentifikasi.
yang digunakan untuk
17

pengobatan oral dan 4. Pemahaman


intravena serta meningkatkan
makanan. kerjasama pasien dan
4. Jelaskan pada pasien keluarga dalam
dan keluarga alasan pembatasan cairan.
pembatasan cairan.
Perubahan nutrisi: Kurang 1. Kaji status nutrisi: 1. Menyediakan data
dari kebutuhan tubuh perubahan berat dasar untuk memantau
berhubungan dengan badan, nilai perubahan dan
anoreksia, mual dan laboratorium (BUN, evaluasi intervensi.
muntah, pembatasan diet, kreatinin, protein, 2. Pola diet dapat
dan perubahan memuran besi, dan transferrin). dipertimbangkan
mukosa mulut 2. Kaji pola diet nutrisi. untuk membuat dan
3. Kaji faktor yang menyusun menu
Tujuan: Mempertahankan merubah dalam makanan.
masukan nutrisi yang masukan nutrisi: 3. Menyediakan
adekuat mual, muntah, informasi mengenai
anoreksia, diet yang factor lain yang dapat
tidak menyenangkan, diubah atau
depresi, kurang dihilangkan untuk
memahami meningkatkan
pembatasan, masukan diet.
stomatitis. 4. Mengurangi makanan
4. Anjurkan kepada dan protein yang
pasien jika makan dibatasi dan
makanan yang menyediakan kalori
mengandung tinggi untuk energi.
18

kalori, rendah protein, 5. Untuk memantau


rendah natrium. status cairan dan
5. Timbang berat badan nutrisi.
setiap hari.
Kurang pengetahuan 1. Kaji pemahaman 1. Pemahaman
tentang kondisi dan mengenai penyebab merupakan informasi
program penanganan. gagal ginjal, dasar untuk penjelasan
konsekuensinya dan dan penyuluhan lebih
Tujuan: Meningkatkan penanganannya. lanjut.
pengetahuan mengenai 2. Jelaskan fungsi renal, 2. Pasien akan belajar
kondisi dan penanganan dan konsekuensi tentang gagal ginjal
yang bersangkutan. gagal ginjal sesuai dan penanganan
dengan tingkat setelah mereka siap
pemahaman dan untuk memahami dan
kesiapan pasien untuk belajar.
belajar. 3. Pasien memiliki
3. Sediakan informasi informasi yang dapat
baik secara tertulis digunakan untuk
maupun verbal klarifikasi selanjutnya
dengan tepat. dirumah.
Intoleransi aktivitas 1. Kaji factor yang 1. Menyediakan
berhubungan dengan menimbulkan informasi mengenai
keletihan, anemia, retensi keletihan: anemia, indikasi tingkat
produk sampah dan ketidakseimbangan keletihan.
prosedur dialysis cairan dan elektrolit, 2. Meningkatkan
retensi produk aktivitas dan
sampah, depresi. memperbaiki harga
diri.
19

Tujuan: berpartisipasi 2. Tingkatkan 3. Mendorong latihan


dalam aktivitas yang kemandirian dalam dan aktivitas dalam
ditoleransi. aktivitas perawatan batas-batas yang dapat
diri yang dapat ditoleransi dan
ditoleransi. istirahat yang cukup.
3. Anjurkan aktivitas 4. Istirahat yang adekuat
alternatif sambil setelah dialysis
istirahat. dianjurkan, bagi
4. Anjurkan untuk banyak pasiem yang
istirahat setelah melelahkan.
dialisis.
Sumber: (Suharyanto, 2009)

2.2 Konsep Hemodialisis


2.2.1 Definisi Hemodialisis
Hemodialisis adalah salah satu terapi pada pasien gagal ginjal kronis yang
berfungsi untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak (Smeltzer and Bare, 2010).
Menurut Hadayati, et al. (2016) ; Agustiningsih (2020). Frekuensi hemodialisis yang
diberikan pada umumnya sebanyak 2 kali seminggu dengan setiap hemodialisis
selama
5 jam atau sebanyak 3 kali seminggu dengan setiap hemodialisis selama 4 jam. Waktu
yang dibutuhkan selama hemodialisis berkaitan dengan tingkat kerusakan pada ginjal.
Sedangkan menurut Rosdahl dan Kowalski (2017) hemodialisis adalah suatu proses
yang mengambil alih kerja ginjal yang telah rusak dan sudah tidak berfungsi.
Hemodialisis sudah menjadi prosedur jangka panjang pada gangguan gagal ginjal
kronik. Pada beberapa orang selama bertahun tahun tetap mendapat terapi dialisis
intermiten.
20

2.2.2 Tujuan Hemodialisis


Menurut Rosdahl dan kowalksi (2017) tujuan dari hemodialisis yaitu untuk:
a. Membuang produksi sisa metabolisme protein dari darah
b. Membuang racun atau toksin dalam darah
c. Mengeluarkan cairan yang berlebihan
d. Menghasilkan atau mempertahankan kadar elektrolit yang tepat
e. Mempertahankan keseimbangan asam basa
f. Memasukkan medikasi (mis., antibiotic), elektrolit, atau zat lain

2.2.3 Indikasi Hemodialis


Menurut Yasmara (2016) hemodialisis perlu dilakukan jika ginjal tidak
mampu lagi membuang cukup limbah dan cairan dari darah untuk menjaga tubuh
tetap sehat. Hal ini biasanya terjadi ketika fungsi ginjal hanya tinggal 10-15%.
Indikasi klinis yang membuat dialisis harus dilakukan pada pasien yang mengalami
gagal ginjal krinis. Indikasi tersebut yaitu mencakup:
a. Perikarditis atau pleuritic
b. Ensefalopati uremik atau neuropati progresif (dengan tanda-tanda seperti
kebingungan, asteriksis, tremor, mioklonus multifokal, pergelangan
tangan atau kaki layuh, atau timbul kejang)
c. Seorang yang mengalami perdarahan diatesis signifikan akibat uremia
d. Hipertensi yang kurang responsif terhadap obat antihipertensi
e. Gangguan metabolik persisten yang sukar disembuhkan dengan terapi
medis (seperti hiperkalemia, asidosis metabolik, hiperkalsemia,
hipokalsemia, mual dan muntah persisten).
21

2.2.4 Kontra Indikasi Hemodialisis


Menurut Yasmara (2016) kontraindikasi hemodialisis diantaranya yaitu
sebagai berikut:
a. Pasien yang mengalami perdarahan sangat serius disertai anemia.
b. Pasien yang mengalami hipotensi berat arau syok.
c. Pasien yang mengalami penyakit jantung koroner serius atau insufisiensi
miokard, aritmia serius, hipertensi berat, atau penyakit pembuluh darah
otak.
d. Pasien pasca-operasi besar, 3 hari pasca-operasi.
e. Pasien yang mengalami kondisi perdaranan serius atau anemia.
f. Pasien yang mengalami gangguan mental atau tumor ganas.
g. Perdarahan serebral akibat hipertensi dan anti pembekuan.
h. Hematoma subdural.
i. Tahap akhir uremia dengan komplikasi ireversibel serius.

2.2.5 Komplikasi Hemodialisis


Menurut Agustiningsih (2020) meskipun hemodialisis merupakan terapi
yang bertujuan untuk memperpanjang masa hidup pasien namun hemodialisis dapat
menimbulkan komplikasi yang terdiri dari:
a. Hipotensi
Hipotensi yang terjadi selama hemodialisis bisa disebabkan karena faktor
perpindahan volume cairan, vasokontriksi yang tidak adekuat dan faktor
yang berkaitan dengan jantung.
b. Emboli udara
Komplikasi ini dapat terjadi jika udara dapat memasuki sistem vaskuler
pasien.
22

c. Nyeri Dada
Pada pasien hemodialisis bisa mengalami nyeri dada karena menurunnya
tekanan karbondioksida bersama dengan sirkulasi darah diluar tubuh.
Selain itu nyeri dada juga disebabkan karena adanya emboli udara.
d. Pruritus
Pruritus dapat terjadi karena produk akhir metabolisme yang
meninggalkan kulit selama proses hemodialysis.
e. Kejang
Tidak seimbangnya perpindahan cairan pada cerebral sehingga dapat
menyebabkan kejang. Dalam kondisi uremia yang berat komplikasi ini
kemungkinan besar juga dapat muncul.
f. Kram Otot
Penyebab kram otot menurut tidak diketahui penyebabnya namun
beberapa hal yang diperkirakan menyebabkan kram otot adalah karena
perpindahan cairan dan elektrolit yang meninggalkan cairan ektra sel
terlalu cepat, hipovolemi dan hipotensi yang menyebabkan vasokontriksi
sehingga otot akan mengalami gangguan dalam relaksasi (Beberashvili et
al, 2016)
g. Mual dan muntah
Mual dan muntah bisa terjadi sebagai manifestasi awal dari sindrom
disekuilibrum dan hipotensi sehingga kondisi ini bisa mempengaruhi
terjadinya malnutrisi.
h. Sakit Kepala
Sakit kepala sering terjadi pada 70% pasien yang menjalani hemodialisis.
Sakit kepala pada pasien hemodialisis disebabkan sebagai manifestasi dari
sindrom disekuilibrum.
23

2.3 Konsep Kepatuhan


2.3.1 Definisi Kepatuhan
Kepatuhan (adherence) secara umum didefinisikan sebagai tingkatan
perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan atau
melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan
(WHO, 2003; Hartati, 2016). Dalam konteks terapi kepatuhan pembatasan asupan
cairan merupakan derajat kesesuaian antara intake cairan dengan output sebagaimana
yang telah dianjurkan (Hidayah, 2019). Kepatuhan merupakan gambaran perilaku
yang menunjukan perilaku yang berubah-ubah. Menurut NANDA 2009; Melianna
2019 menyatakan bahwa ketidakpatuhan (noncompliance/ nonadherence) adalah
rencana terapi yang berhubungan dengan kompleksitas, biaya, durasi, pengaruh
budaya, kepercayaan kesehatan, kekuatan motivasi dan nilai spiritual.

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Hemodialisis


Menurut Izzati (2016) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kepatuhan hemodialisa yaitu faktor yang berhubungan dengan pasien meliputi:
a. Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang maka akan semakin banyak
permasalahan yang dialaminya terutama terkait kondisi kesehatannya
yang dialaminya sekarang, hal ini disebabkan terjadinya kemunduran
fungsi seluruh tubuh secara progresif dan terus menerus.
b. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi mempengaruhi kepatuhan pasien
gagal ginjal kronik menjalani hemodialisis.
c. Jenis kelamin
Perempuan cenderung lebih fokus saat menangkap permasaahan dalam
diskusi dan tidak fokus pada diri sendiri, mereka cenderung banyak
24

menjawab dan lebih peka dengan orang lain dibandingkan dengan laki
laki sehingga memungkinkan terdapat perbedaan ketidakpatuhan antara
laki laki dan perempuan.
d. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga mempengaruhi kepatuhan pasien gagal ginjal kronik
karena keluarga mampu berperan dalam mempengaruhi persepsi individu
dan sebagai titik tolak tingkah laku dalam memberikan informasi
mengenai kesehatan pasien.
e. Pendidikan
Pendidikan pasien akan mempengaruhi kepatuhan, semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin besar kemampuannya untuk memanfaatkan
pengetahuan dan ketrampilan. Tetapi memahami instruksi pengobatan dan
pentingnya perawatan mungkin lebih penting daripada tingkat pendidikan
pasien.
f. Lamanya Hemodialisa
Pengaruh lamanya hemodialisa akan berdampak pada fisik pasien, namun
lebih jauhnya emosional, psikologis, dan sosial pasien. Selain itu pasien
juga mengalami perbahan pola hidup yang kompleks.
g. Pengetahuan
Pengetahuan pasien tentang penyakit, motivasi untuk mengelolanya,
kepercayaan (self efficacy) tentang kemampuan yang terlibat dalam
perilaku manajemen penyakit, harapan mengenai hasil pengobatan serta
konsekuensinya. Faktor-faktor ini analog dengan faktor predisposisi
(predisposing factors) (Izzati, 2016).
25

2.4 Manajemen Cairan


2.4.1 Definisi Manajemen Cairan
Manajemen cairan adalah keterampilan dalam mengidentifikasi masalah,
menetapkan tujuan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan Dallam menanggapi
fluktuasi tanda dan gejala, mengambil tindakan dalam menanggapi respon fisiologis
kekurangan cairan tubuh, monitoring serta mengelola gejala (Linberg 2010 ; Isroin,
2016). Manajemen cairan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh pasien untuk
menilai permasalahan, menentukan tujuan, penyelesaian masalah dan penentuan
Tindakan dalam mengatasi gejala dan tanda respon fisiologi akibat kelebihan cairan
atau kekurangan cairan. Tujuan dari memanajemen cairan yaitu untuk
mempertahankan berat badan normal/kering selama melakukan hemodialisa, untuk
mengetahui kebutuhan cairan setiap harinya, dan mengelola serta mengatasi reaksi
yang timbul akibat rasa haus (Siregar, 2020).

2.4.2 Petunjuk bagi Pasien untuk Menjaga Cairan


Beberapa petunjuk bagi pasien untuk menjaga cairan tubuh pada pasien yang
menjalanihemodialisa:
a. Gunakan garam dalam jumlah sedikit.
b. Penggunaan rempah atau bumbu dalam jumlah sedikit.
c. Batasi mengkonsumsi makanan olahan.
d. Hindari makanan yang mengandung penyedap.
e. Ukur cairan sesuai yang dianjurkan.
f. Bagi cairan menjadi tiga bagian setiap harinya.
g. Gunakan gelas kecil saat minum.
h. Saat minum hanya menghabiskan setengah gelas.
i. Kulum es batu bila merasa sangat haus, satu es batu kubus sama dengan
30 ml air (2 sendok makan).
j. Kumur-kumur dan tidak menelan air.
26

k. Rangsang produksi saliva, dengan mengunyah permen karet, rendah gula


dan menghisap irisan jeruk. Minum obat jika perlu.
l. Saat bersosialisasi hindari mengkonsumsi cairan diluar jumlah yang sudah
ditentukkan.
m. Lakukan pekerjaan yang tidak mengakibatkan rasa haus yang berlebihan
(Thomas 2002; Siregar 2020).

2.4.3 Perilaku Pemasukan Asupan Cairan


Menurut Siregar (2020) Asupan cairan seseorang dipengaruhi oleh
kebutuhan fisik, kebiasaan, adat istiadat, sosial ritual, penyakit dan cuaca. Kebutuhan
minum seseorang terjadi untuk mengurangi kekeringan yang terjadi pada mulut,
konsumsi makanan yang menyebabkan rasa haus untuk menikmati rasa, pengalaman
mengkonsumsi cairan dan cuaca sekitar dapat mempengaruhi konsumsi asupan
cairan. Hal tersebut merupakan tanda fisiologis tubuh terhadap kekurangan cairan
tubuh, atau sitematis hypertonicity. Rasa haus menyebabkan munculnya rasa ingin
minum. Asupan natrium dapat menjadi penyebab utama dari sensasi haus osmometrik
pasien yang menjalani hemodialisa. Pasien hemodialisa masih banyak yang
mengkonsumsi cairan tidak sesuai dengan anjuran. Pasien mengetahui bahwa patuh
terhadap pembatasan cairan perlu dilakukan selama hemodialisa, tetapi keinginan
untuk minum menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien.

Menurut Isroin (2016) Asupan cairan dan makanan selama periode


interdialitik dapat meningkatkan volume air ekstraseluler karena fungsi ginjal
menurun dan berhenti sehingga tidak dapat mempertahankan homeostatis tubuh.
Akibatnya, berat badan bisa meningkat beberapa kilogram dan bahkan bisa sampai
overload cairan selama interval antara hemodialisa.
27

Gambar 2.1 Ilustrasi Kenaikan Berat Badan Pasien


Sumber: (Linberg, 2010 ; Isroin, 2016)

Peningkatan angka mortalitas dan mordibitas yang terjadi pada pasien


hemodialisa diakibatkan oleh kelebihan cairan. Menjaga berat badan yang berlebihan
direkomendasikan untuk pasien yang menjalani hemodialisa dengan cara melakukan
diet ketat pembatasan asupan cairan. Pasien hemodialisa dianjurkan untuk
mengkonsumsi cairan sebanyak 600 ml setiap hari, bila ginjal pasien tersebut tidak
memperoduksi urin. Namun bila urin masih diproduksi maka cairan 600 ml ditambah
dengan jumlah urin yang dihasilkan. Kelebihan asupan cairan dapat mengakibatkan
terjadinya kram otot selama proses dialysis, hipotensi, kelelahan, pusing, edema,
asites, hipertrofi ventrikrl kiri, gagal jantung kongestif, hipertensi, sesak nafas, dan
edema paru (Isroin, 2016).
28

2.4.4 Penyebab peningkatan Asupan Cairan


Menurut Siregar (2020) peningkatan cairan harus tetap dimonitor untuk
memastikan jumlah asupan cairan tetap stabil. Peningkatan asupan cairan disebabkan
oleh tiga hal yaitu:

a. Meningkatnya asupan garam (sodium)


Sodium adalah salah satu elektrolit yang mengontrol cairan masuk dan
keluar dari sel. Sodium juga penting untuk mengatur tekanan darah dan
volume, transmisi saraf, kontraksi otot dan keasaman darah dan cairan
tubuh. Nilai sodium yang tinggi berkontribusi terjadinya hipertensi,
edema, gagal jantung, edema paru dan kerusakan lebih lanjut rntuk
fungsi ginjal. Asupan sodium juga memicu mekanisme haus dan jika
mengkonsumsinya terlalu banyak dapat meningkatkan asupan cairanan.
b. Kadar gula darah yang tidak terkontrol
Tubuh memerlukan glukosa sebagai sumber energi tubuh dan otak, yang
disimpan di dalam tubuh dalam bentuk glikogen. Glukosa darah yang
tinggi dapat menyebabkan hiperglikemia yang merupakan gejala dari
diabetes. Kadar glukosa yang tinggi di dalam darah menyebabkan rasa
haus, sehingga membutuhkan pemasukan cairan yang lebih banyak.
Mengontrol gula darah penting dilakukan pada pasien dialisis untuk
memastikan bahwa asupan cairan yang berlebihan tidak terjadi.
c. Asupan cairan yang bebas
Asupan cairan yang bebas dapat menyebabkan peningkatan beban
sirkulasi dan edema sedangkan rendahnya asupan cairan dapat
mengakibatkan dehidrasi. Dehidrasi dapat terjadi apabila berat badan
dibawah berat badan ideal, kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya
hipotensi, kram, hipotensi postural, dan pusing. Sedangkan apabila
kelebihan cairan dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti
peningkatan frekuensi napas, napas dangkal, dyspsnea, mual, kembung,
29

sakit kepala, kelemahan otot, letargi, dan edema perifer. Akumulasi


cairan yang dapat ditoleransi oleh pasien yang menjalani hemodialisa
yaitu berkisar 1-2 kg post hemodialisa.

2.5 Interdialytic Weight Gain (IDWG)


2.5.1 Definisi Interdialytic Weight Gain (IDWG)
Interdialytic Weight Gain (IDWG) adalah peningkatan volume cairan yang
dimanifestasikan dengan peningkatan berat badan sebagai indikator untuk mengetahui
jumlah cairan yang masuk selama periode interdialitik dan kepatuhan pasien terhadap
pembatasan cairan pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis. Pasien pre dan
post hemodialisis cenderung mengalami fluktuasi volume cairan tubuh. Pada pasien
hemodialisis biasanya terjadi fluktuasi atau kelebihan cairan yang disebabkan oleh
penurunan fungsi ginjal dalam mengekresikan cairan dan kurangnya kepatuhan pasien
dalam membatasi asupan cairan. Hal ini menyebabkan banyaknya cairan yang
tertahan di dalam tubuh pasien dan berakibat peningkatan berat badan di antara dua
waktu hemodialisis. Peningkatan berat badan di antara dua waktu hemodialisis
merupakan masalah yang rutin dialami pasien dengan gagal ginjal kronis (Riyanto
2011 ; Aziza,
2017).
Interdialytic Weight Gain (IDWG) merupakan keadaan dimana tubuh
mengalami kelebihan cairan diantara dua waktu dialisis. Penambahan tersebut
dihitung berdasarkan berat badan kering pasien yaitu berat badan post dialisis
(wibowo, 2020).

2.5.2 Klasifikasi Interdialytic Weight Gain (IDWG)


Menurut Bayhakki dan Hasneli (2018) IDWG yang dapat ditoleransi oleh
tubuh adalah tidak lebih dari 3%. IDWG dapat diklasifikasikan berdasarkan
persentase kenaikan berat badan pasien, dimana IDWG dikatakan ringan bila
penambahan berat badan <4%, IDWG sedang bila penambahan berat badan 4-6%,
dan IDWG berat jika penambahan >6%.
30

Tabel 2.3 Klasifikasi Kenaikan Berat Badan

Grafik Kenaikan
a. 2.5.1 Ringan <4%
b. Sedang Defini 4-6%
c. Berat >6%
Sumber: (Bayhakki & Hasneli, 2018)

2.5.3 Pengukuran Interdialytic Weight Gain (IDWG)


Berat badan pasien ditimbang secara rutin sebelum dan sesudah hemodialisis.
IDWG dihitung dalam periode siklus satu minggu menjalani hemodialisis. IDWG
dihitung menggunakan timbangan berat badan dan dicatat dilembar observasi, dimana
dalam satu minggu semua responden menjalani hemodialisa sebanyak dua kali.
IDWG dihitung dengan cara menghitung berat badan pasien setelah post hemodialisis
pada periode hemodialysis pertama (pengukuran I). Periode hemodialisis kedua, berat
badan pasien ditimbang lagi sebelum pre hemodialysis (pengukuran II). Selanjutnnya
menghitung selisih antara pengukuran II dikurangi pengukuran I dibagi pengukuran II
dikali 100% (Sari, 2020)
IDWG = BB pre dialisisis – BB post dialisis 𝑥 100%
BB post dialisis

2.5.4 Faktor- Faktor yang mempengaruhi Interdialytic Weight Gain (IDWG)


Berbagai faktor yang mempengaruhi IDWG antara lain faktor dari pasien itu
sendiri (internal) dan faktor eksternal seperti faktor fisik dan psikososial:
a. Faktor Demografi
a) Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang menggambarkan kondisi dan
juga mempengaruhi kesehatan seseorang. Berdasarkan National
31

Chronic Kidney Disease Fact Sheet (2014); Sunari (2019) ketika


seseorang setelah telah mencapai usia ≥50 tahun mempunyai peluang
menderita gagal ginjal kronis. Usia yang semakin tua dapat
mempengaruhi sistem tubuh mengalami penurunan fungsi. Penurunan
kemampuan fungsi ginjal pada usia 70 tahun akan terjadi penurunan
laju filtrasi glomerulus secara progresif kurang lebih 50% dari
normalnya. Hal tersebut disebabkan karena berkurangnya populasi
nefron dan tidak adanya kemampuan untuk regenerasi (Smeltzer Bare
2008; sepdianto,
2017).
b) Jenis Kelamin
Laki-laki maupun perempuan mempunyai resiko yang sama untuk
terjadinya peningkatan IDWG (Mustikasari, 2017). Total air tubuh
laki- laki membentuk 60% berat badannya, sedangkan total air tubuh
dari perempuan membentuk 50% dari berat badannya. Total air tubuh
dapat memberikan penambahan berat badan yang meningkat lebih
cepat daripada penambahan yang disebabkan oleh kalori. Terkait
dengan hal tersebut, pada pasien hemodialisis penambahan berat badan
diantara dua waktu dialisis pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan (Worden, 2007; Mustikasari, 2017) Hal tersebut
disebabkan karena konsumsi cairan pada laki-laki lebih besar akibat
haus setelah melakukan banyaknya aktifitas dibandingkan perempuan.
Faktor lain juga mendukung karena laki-laki pada umunya cenderung
pekerjaanya lebih berat dibandingkan dengan perempuan hal ini karena
laki-laki merupakan kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan keluarga (Sulistyaningsih, 2011; Sepdianto,
2017).
c) Tingkat Pendidikan
Pendidikan diperoleh melalui jenjang formal atau merupakan salah
satu upaya untuk memperoleh suatu pengetahuan. Tingginya tingkat
pendidikan maka diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengetahuan
32

dan menimbulkan kesadaran responden sendiri terhadap pengobatan


dan perawatan terhadap masalah kesehatann yang dihadapinya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan lebih mudah untuk
diberikan informasi tentang salah satu upaya pendidikan kesehatan
mematuhi pembatasan cairan terhadap pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa (Sulistyaningsih 2011; Sepdianto, 2017).
d) Lama Menjalani Hemodialisa
Semakin lama pasien menjalani hemodialisa biasanya pasien semakin
patuh untuk menjalani hemodialisa karena pasien sudah merasakan
manfaat hemodialisa. Selain itu semakin lama menjalani hemodialisa
pada umunya pasien tersebut sudah sampai pada tahap penerimaan
terhadap kondisi yang menjadikan hemodialisa adalah sebagian salah
satu kebutuhan (Daugirdas, 2007; Sepdianto, 2017). Lama menjalani
hemodialisa menunjukkan bahwa mayoritas pasien hemodialisa
mampu bertahan hidup cukup lama walaupun dengan kondisi ginjal
yang tidak berfungsi dengan baik dan munculnya berbagai masalah
kesehatan yang diakibatkan karena kerusakan ginjal yang dialaminya.
Semakin lama pasien menjalani hemodialisa, maka akan semakin baik
pula kemampuan pasien untuk berfikir dan kritis terhadap penyakit
yang diderita (Hanum dkk, 2015; Sunarni, 2019).
b. Asupan Cairan
Presentase air di dalam tubuh manusia yaitu 60% dimana ginjal yang
sehat dapat mengekskresi dan mereabsorpsi air untuk menyeimbangkan
osmolalitas darah. Sedangkan pada klien dengan penyakit ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis mengalami kerusakan dalam pembentukan
urin sehingga dapat menyebabkan kelebihan volume cairan dalam tubuh
(Haloho, 2017). Cairan tubuh diatur oleh asupan cairan, regulasi
hormonal, dan pengeluaran cairan. Keseimbangan fisiologis ini disebut
homeostasis. Dalam kondisi sehat, tubuh mampu berespon terhadap
gangguan dalam
33

keseimbangan cairan dan elektrolit untuk mencegah atau memperbaiki


kerusakan. Asupan cairan diatur melalui mekanisme haus dan regulasi
hormonal. Rata-rata asupan cairan orang dewasa adalah kira-kira 2200
hingga 2700 ml perhari (Smeltzer and Bare, 2008). Intake cairan
dikatakan berlebih pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis jika intake cairan lebih besar daripada total output cairan.
Intake cairan yang tidak dibatasi dapat mempersulit keseimbangan
volume cairan pada tubuh pasien itu sendiri. Pasien dengan intake dan
output yang seimbang dapat dikatakan memiliki kecukupan cairan, pasien
idealnya mampu mempertahankan kondisi intake cairan yang cukup
(haloho, 2017).
c. Rasa Haus
Pasien hemodialisa meskipun dengan kondisi hipervolemia, sering
mengalami rasa haus yang kuat, rasa haus tersebut menstimulasi klien
untuk meningkatkan intake cairan (Black & Hawks, 2009). Cara
merespon rasa haus normalnya adalah dengan minum, tetapi pasien
hemodialisa tidak diijinkan untuk berespon dengan cara yang normal
terhadap rasa haus yang mereka rasakan. Rasa haus atau keinginan untuk
minum disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya masukan sodium,
kadar sodium yang tinggi, penurunan kadar posatium, angiotensin II,
peningkatan ureaplasma, hipovolemia post dialisis serta faktor
psikologis (Istanti, 2009; Haloho
2019). Pusat kontrol haus terletak di dalam hipotalamus yang berperan
dalam mengintegrasikan input aferen. Secara fisiologis, kehilangan cairan
baik dari intrasel maupun ekstrasel akan merangsang rasa haus, yang
disebut dengan haus osmometrik dan haus volumetric (Smeltzer and Bare,
2008).
d. Dukungan Sosial Keluarga
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan yang konkrit dan praktis
dalam keteraturan untuk menjalani sebuah terapi (Friedman, 2010).
Dukungan sosial keluarga sangat dibutuhkan selama menjalani teapi
34

hemodialisa, terutama dukungan materil dan dukungan emosi. Bentuk


dukungan keluarga tersebut seperti keluarga mengantarkan pasien setiap
kali cuci darah, berperan aktif dalam setiap tindakan untuk penyembuhan
pasien, mendampingi dalam perawatan atau pengobatan, dan meminta
saran petugas untuk pengobatan yang terbaik karena dukungan keluarga
terhadap pasien akan menimbulkan pengaruh yang positif untuk
kesejahteraan fisik (Izzati, 2016)
e. Self Efficacy
Self efficacy yaitu kekuatan yang berasal dari seseorang yang bisa
mengeluarkan energi positif melalui kognitif, motivasional, afektif dan
proses seleksi. Self efficacy dapat mempengaruhi rasa percaya diri klien
dalam menjalani terapinya (hemodialisis). Self efficacy yang tinggi
dibutuhkan untuk memunculkan motivasi dari dalam diri agar dapat
mematuhi terapi dan pengendalian cairan dengan baik sehingga dapat
mencegah peningkatan IDWG. Self-efficacy didefinisikan sebagai suatu
keyakinan seseorang tentang kemampuannya dalam melakukan aktivitas
tertentu yang akan berpengaruh terhadap kehidupannya. Self-efficacy akan
menentukan bagaimana seseorang merasa, berpikir, dan memotivasi
dirinya sendiri untuk bertindak atau berperilaku (Bandura, 2006; Halaho,
2019).
f. Stress
Stress dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit didalam
tubuh. Stress dapat meningkatkan kadar aldosteron dan glukokortikoid,
menyebabkan retensi natrium dan garam (Saiti, 2014; Halaho, 2019).
Respons stress dapat meningkatkan volume cairan sehingga
mengakibatkan tingginya curah jantung, tekanan darah dan perfusi
jaringan menurun (Shoumah, 2013; Halaho, 2019). Cairan merupakan
salah satu stressor utama yang dialami oleh klien yang menjalani
hemodialisis (Novitasari, 2015: Haloho, 2019). Dampak psikologis
pasien gagal ginjal
35

kronis yang menjalani hemodialisa dapat dimanifestasikan dalam


serangkaian perubahan perilaku antara lain menjadi pasif, ketergantungan,
merasa tidak aman, bingung dan menderita (Sulistyaningsih, 2017). Hasil
penelitian Angraini & Putri (2016) menunjukan bahwa stress pada pasien
hemodialisa dapat menyebabkan pasien berhenti memonitoring asupan
cairan, bahkan sampai berhenti melakukan terapi hemodialisis, kejadian
ini secara langsung dapat berakibat pada IDWG.
2.6 Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Interdialytic Weight Gain (IDWG):
1. Faktor Demografi
− Usia
− Jenis Kelamin Penambahan
Interdialytic Weight
− Pendidikan Gain (IDWG)
− Lama Menjalani
Hemodialisa
2. Asupan Cairan
3. Rasa Haus
4. Dukungan keluarga
5. Self efficacy
6. Stress

Gambar 2.2 Kerangka Teori


Sumber: Black & Hawks (2009), Friedman (2010), Haloho (2017), Mustikasari
(2017), Smeltzer and Bare (2008), Sunarni (2019).

36
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam
mengidentifikasi masalah sebelum melakukan pengumpulan data (Nursalam, 2016).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data
variabel independen dan dependen hanya satu kali pada saat itu juga (Nursalam,
2016). Metode penelitian yang digunakan adalah korelasi sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan
penambahan nilai Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSAU dr. M. Salamun Kota Bandung.

3.2 Kerangka Penelitian


Kerangka konsep penelitian merupakan suatu uraian dan visualisasi dengan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang
satu dan variabel yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2018).
Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan penambahan nilai inter-
dialytic weight gain (IDWG) pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi
hemodialisis. Adapun kerangka konsep penelitian ini:

Variabel Independen Variabel Dependen


Kepatuhan pembatasan Penambahan nilai inter-dialytic
cairan weight gain (idwg)

37
38

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Hubungan

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditari kesimpulan (Sugiyono, 2017). Variabel ini terdiri dari
variabel bebas (independent), dan variabel terikat (Dependent).

3.3.1 Variabel Independen


Variabel Independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), variabel ini
dikenal dengan variabel bebas. Variabel independen pada penelitian ini adalah
kepatuhan pembatasan cairan.
3.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen sering disebut variabel
output, kriteria, konsekuen. Variabel dependen sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel dependen pada penelitian ini adalah penambahan nilai IDWG.

3.4 Definisi Operasional Variabel


Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai batasan variabel dalam penelitian
ini, maka perlu dijelaskan mengenai definisi operasional agar pengukuran variabel
menjadi konsisten. Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2016). Definisi
operasional variabel dijabarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
39

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Ukur dan Hasil Ukur Skala
Operasional Operasional Cara Ukur
1. Kepatuhan Hasil Kuesioner Kategori Ordinal
pembatasan jawaban kepatuhan Kepatuhan :
cairan responden pembatasan cairan 1. Tidak Patuh :
terhadap menggunakan Nilai ≤ 30
pertanyaan kuesioner The End 2. Cukup Patuh
yang Stage Renal Nilai 30-42
diajukan Disease Adherence 3. Patuh
mengenai Questionnaire Nilai ≥ 42.
kepatuhan (ESRD AQ). Kim
pembatasan (2010)
cairan. Dengan 13
pertanyaan, 5
pertanyaan negatif
menggunakan skala
likert :
1 = Selalu
2 = Sering
3 = Kadang-
Kadang
4 = Tidak pernah
dan 8 pertanyaan
positif
menggunakan skala
likert :
1 = Tidak Pernah
40

2 = Kadang-kadang
3 = Sering
4 = Selalu
2. IDWG Hasil Timbangan berat Kategori Ordinal
pengukuran badan yang penambahan
berat badan terdapat di Unit BB:
pre dialisis Hemodialisa 1. Ringan : < 4%
dengan 2. Sedang : 4-
membanding 6%
an 3. Berat : >6%
pengukuran
berat badan
post dialisis
sebelumnya.

3.5 Populasi dan sampel penelitian


3.5.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2018). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien dengan gagal
ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisa di RSAU dr. M. Salamun Kota
Bandung dari bulan Desember-Mei yang berjumlah 63 pasien.

3.5.2 Besar Sampel


Besar sampel adalah adanya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk
menentukan batas maksimal dari besarnya sampel dan kebutuhan dari rencana analisis
yang menentukan batas minimal dari besarnya sampel (Notoatmodjo, 2018). Besar
sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin (Nursalam, 2016):
41

n= N

1 + N (d)2

Keterangan (untuk prediksi):

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat signifikansi (p)

Menghitung besar sampel:

Diketahui,

N = 63

d = 0,05

Dengan demikian memasukan nilai-nilai diatas pada rumus, diperoleh:

n= 63

1 + 63 (0,05)2

n= 63
1 + 63 (0,0025)
n= 63
1+ 0,157
n= 63
1,157

n = 54,4 (dibulatkan menjadi 54)

Dengan demikian besar sampel untuk penelitian ini adalah 54 responden.


42

3.5.3 Sampel Penelitian


Sampel merupakan objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2018). Data responden diambil dari pengukuran secara
langsung, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang
telah terdiagnosa gagal ginjal kronis yang sedang menjalani hemodialisa di RSAU dr.
M. Salamun Kota Bandung.
3.5.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2020). Dalam
penelitian ini yang termasuk kedalam kriteria inklusi adalah :
a. Pasien yang didiagnosa dengan gagal ginjal kronis.
b. Dapat ditimbang berat badannya dengan berdiri.
c. Pasien yang kooperatif
d. Pasien yang tidak mengalami gangguan pendengaran.
3.5.3.2 Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Dalam penelitian
ini yang termasuk kedalam kriteria ekslusi adalah:
a. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran.
b. Pasien yang tidak rutin melakukan hemodialisa.
c. Pasien yang mengalami komplikasi berat saat hemodialisa.
d. Pasien yang tidak hadir pada saat penelitian.

3.5.4 Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non random
sampling (non probability). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan accidental sampling yang merupakan teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan,
43

yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan
sebagai sampel (Sugiyono, 2017)

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian


3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu metode yang dilakukan untuk mendapatkan
data dengan berbagai setting seperti interview (wawancara), kuesioner (angket),
observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya (Sugiyono, 2017). Sumber data
penelitian ini diambil melalui data primer dan sekunder, sumber data primer berasal
dari pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan teknik
membagikan atau menyebarkan kuesioner kepatuhan pembatasan cairan dan
menimbang berat badan pasien sebelum dan sesudah melakukan hemodialisa setelah
itu hasilnya dicatat dilembar observasi pengukuran berat badan yang dilakukan
oleh peneliti sendiri. Sedangkan untuk pengambilan data sekunder diperoleh dari
data rekam medik pasien di ruang hemodialisa RSAU dr. M Salamun Bandung.

3.6.2 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2017). Instrumen
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian


No Kuesioner Dimensi Skala Hasil Ukur
1 Kuesioner Total Cara ukur kuesioner Kategori
ESRD-AQ The pertanyaan menggunakan skala Kepatuhan :
End Stage Renal 13 item, 5 Likert : 1. Tidak Patuh :
Disease pertanyaan Nilai ≤ 30
Adherence negatif dan 2. Cukup Patuh
44

Questionnaire 8 5 pertanyaan negatif Nilai 30-42


(2010). pertanyaan menggunakan skala 3. Patuh
Merupakan positif. likert : Nilai ≥ 42.
kuesioner 1 = Selalu
kepatuhan 2 = Sering
pembatasan 3 = Kadang-Kadang
cairan yang 4 = Tidak Pernah
dinilai oleh dan 8 pertanyaan
pasien. positif menggunakan
skala likert :
1 = Tidak Pernah
2 = Kadang-kadang
3 = Sering
4 = Selalu

3.6.3 Uji Validitas dan Reabilitas Penelitian


a. Uji Validitas
Uji validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti
(Sugiyono, 2017). Keputusan uji validitas yaitu bila r hitung (r person) ≥ r
tabel artinya pertanyaan tersebut valid dan bila r hitung (r person) < r
tabel artinya pertanyaan tersebut tidak valid (Riyanto, 2011).
Uji validitas dilakukan di RSUD Sayang Cianjur kepada 24 responden.
Kuesioner kepatuhan pembatasan cairan dengan jumlah 20 pertanyaan.
Setelah itu melakukan interprestasi dengan membandingkan nilai r tabel
dengan nilai r hitung, pada 24 responden dengan tingkat kemaknaan 5%
didapatkan angka r tabel = 0,404. Hasil dari uji validitas pada kuesioner
45

Kepatuhan pembatasan cairan didapatkan r hasil > r tabel, artinya semua


pernyataan sudah valid, kecuali pernyataan P3, P7, P9, P11, P17, P18,
P20.
b. Uji Reabilitas
Uji reabilitas bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga
tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula (Sugiyono, 2017).
Pengukuran reliabilitas meggunakan sofware komputer dengan alpha
cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai alpha
cronbach > 0,60 (Hidayat, 2014). Keputusan uji reabilitas yaitu bila nilai
cronbach’s Alpha ≥ konstanta (0,6), maka pertanyaan realiabel dan bila
nilai cronbach’s Alpha < konstanta maka pertanyaan tidak valid. Hasil uji
reabilitas pada kuesioner pembatasan cairan didapatkan nilai cronbach’s
Alpha 0,812.

3.6.4 Prosedur Penelitian


3.6.4.1 Persiapan Penelitian
a. Mencari fenomena yang terjadi berdasarkan masalah
b. Mengajukan judul penelitian berdasarkan permasalahan yang terjadi di
lapangan kepada pembimbing
c. Memilih tempat penelitian sesuai masalah yang akan diteliti
d. Mengurus perizinan kepada institusi untuk melakukan studi pendahuluan
e. Melakukan studi pendahuluan kepada responden untuk mendapatkan
data
yang diperlukan sebagai sumber penelitian.
f. Menyusun proposal penelitian
3.6.4.2 Tahap Pelaksanaan
a. Mendapatkan izin melakukan penelitian dari :
a) Institut Kesehatan Rajawali Bandung
b) RSAU dr. M. Salamun Kota Bandung
46

b. Mendapat izin untuk melakukan observasi kepada pasien dan


pengambilan data pada pasien yang didiagnosa gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa
c. Menjelaskan maksud penelitian pada responden, selanjutnya melakukan
informed consent dengan menjelaskan maksud, tujuan, manfaat prosedur
penelitian serta hak dan kewajiban menjadi responden untuk
berpartisipasi dalam proses penelitian. Setelah itu peneliti memberikan
kesempatan kepada responden untuk bertanya. Bagi responden yang
bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi

responden.

d. Mengambil kesimpulan dari data yang telah diperoleh berdasarkan


pengolahan dan analisa yang telah dilakukan sebelumnya
3.6.4.3 Tahap Akhir
a. Menyusun laporan hasil penelitian
b. Presentasi hasil penelitian
c. Pendokumentasian hasil penelitian

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


3.7.1 Pengolahan Data
Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu data harus diolah dengan
tujuan mengubah data menjadi informasi. Menurut (Hidayat, 2014) langkah-langkah
proses pengolahan data, dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Penyuntingan Data (editing)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Pengeditan kuesioner
dilakukan langsung pada saat penelitian, bila ternyata masih ada data
atau
47

informasi yang tidak lengkap, maka peneliti langsung meminta


responden untuk melengkapi.
b. Membuat Lembaran Kode (coding)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
Dalam pemberian kode biaanya dibuat daftar kode yang artinya dalam
satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan
arti suatu kode dari suatu variabel.
c. Memasukan data (data entry)
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat label kontigensi.
d. Pembersihan data (cleaning)
Apabila data dari setiap sumber atau responden telah selesai
dimasukkan, maka perlu melakukan cek ulang untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode atau ketidak lengkapan
data. Kemungkinan dilakukan pembetulan atau koreksi. Pada tahap
cleaning juga biasanya untuk mengetahui ada tidaknya nilai yang hilang
atau missing.

3.7.2 Analisis Data


a. Analisis Univariat
Analisis Univariat adalah analisis yang sering dilakukan untuk
menganalisis setiap variable dari hasil penelitian (Dharma 2011).
Analisis univariat yang digunakan pada penelitian ini yaitu untuk
menunjukkan kepatuhan pembatasan cairan dengan penambahan nilai
interdyalitic weight gain (IDWG) pada pasien hemodialisa dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
48

b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2018). Penelitian
ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kepatuhan
pembatasan cairan terhadap penambahan nilai interdyalitic weight gain
(IDWG) pada pasien hemodialisa dengan di uji chi-square karena jenis
data yang dikumpulkan berupa ordinal, tidak berpasangan dan hanya
dilakukan pada satu kelompok. Uji signifikansi dilakukan dengan
menggunakan tingkat kemaknaan 95% atau nilai α = 0,05 (5%) dengan
ketentuan :
1) Bila nilai p≤ α (0,05) maka Ho ditolak, yaitu secara statistik
diartikan
sebagai adanya hubungan.
2) Bila nila p> α (0,05) maka Ho gagal ditolak, yaitu secara statistik
diartikan sebagai tidak ada hubungan.

3.8 Etika Penelitian


Etika penelitian mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap
subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarat. Peneliti
yang sedang dalam melakuakan penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah
(scientific attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian, meskipun penelitian
yang dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan pada subyek penelitian
(Notoadmojo, 2018).
a. Menghormati harkat martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek peneliti untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian
tersebut. Disamping itu, penelitian juga memberikan kebebasan kepada
subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi
(berpartisipasi). Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan
martabat subjek penelitian, peneliti mempersiapkan formulir persetujuan
49

subjek (inform concent). Tujuannya adalah subjek mengetahui maksud


dan tujuan peneliti serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data.
Lembar persetujuan tersebut diberikan kepada responden yang bersedia
untuk diteliti dan harus menandatangani lembar persetujuan. Namun,
jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa
dan tetap menghormati haknya.
b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai
indentitas dan kerahasiaan identitas subjek peneliti cukup menggunakan
coding sebagai pengganti identitas responden.
c. Keadilan dan inklusivitas/ keterbukaan (respect for justice and
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan perlu
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan
menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa
semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang
sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis dan sebagainya.
d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya.
Penelitian hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan
bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat
mencegah
50

atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cedera, stres maupun kematian
subjek penelitian.

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisa di RSAU dr. M. Salamun
Bandung pada tanggal 13 sampai dengan 18 September 2021.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Pada bab ini dijelaskan tentang hasil penelitian mengenai “Hubungan
Kepatuhan Pembatasan Cairan dengan Penambahan Nilai Interdialytic Weight Gain
(IDWG) pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisis di
RSAU dr. M. Salamun Kota Bandung”. Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 13
sampai dengan 18 September 2021. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan data primer yang didapatkan peneliti dari responden secara langsung
dengan melakukan pengukuran kepatuhan pembatasan cairan dan berat badan pada
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis sebanyak 54 responden
dengan kriteria yang sudah ditentukan.

Hasil penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu analisis univariat dan
analisis bivariat. Pada analisis univariat dalam penelitian ini melihat presentase
kepatuhan pembatasan cairan dan penambahan nilai IDWG pada pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani terapi hemodialisis. Adapun analisis bivariat pada penelitian ini
untuk melihat hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan penambahan nilai
IDWG pada pasien dengan gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSAU
dr. M. Salamun Kota Bandung.

51
4.1.1 Analisis Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Pembatasan Cairan pada Pasien Gagal
Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RSAU dr. M Salamun
Kota Bandung (n=54) Tahun 2021.

Kepatuhan Pembatasan Cairan Frekuensi (n) Persentase (%)


Patuh 15 27,8%
Cukup Patuh 18 33,3%
Tidak Patuh 21 38,9%
Total 54 100%

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa Sebagian besar kepatuhan


pembatasan cairan pasien hemodialisis pada kategori Tidak patuh yaitu sebanyak 21
responden (38,9%), kategori cukup patuh sebanyak 18 responden (33,3%) dan
Sebagian pada kategori patuh yaitu sebanyak 15 responden (27,8%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penambahan Nilai IDWG pada Pasien Gagal
Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RSAU dr. M Salamun
Kota Bandung (n=54) Tahun 2021.
Penambahan Nilai IDWG Frekuensi (n) Persentase (%)
Ringan 16 29,6%
Sedang 18 33,3%
Berat 20 37%
Total 54 100%

52
53

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa Sebagian besar penambahan nilai


iDWG pasien hemodialisis pada kategori berat yaitu sebanyak 20 responden (37%),
kategori sedang sebanyak 18 responden (33,3%) dan Sebagian pada kategori Ringan
yaitu sebanyak 16 responden (29,6%).

4.1.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variable yang diduga


berhubungan atau berkolerasi. Dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
ada hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan penambahan nilai interdialytic
Weight Gain (IDWG) pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis di RSAU dr. M.
Salamun Kota Bandung. Analisis bivariat penelitian ini menggunakan metode analisis
uji Chi-Square.

Tabel 4.3 Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan dengan Penambahan Nilai


IDWG pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani
Hemodialisis di RSAU dr. M Salamun Kota Bandung (n=54).
Kepatuhan Penambahan Nilai
Pembatasan Interdialytic weight Gain (IDWG) Total P
Cairan Ringan Sedang Berat Value
N % N % N % N %
Patuh 2 13,3 8 53,3 5 33,3 15 100,0 0,005
Cukup patuh 11 61,1 3 16,7 4 22,2 18 100,0
Tidak patuh 3 14,3 7 33,3 11 52,4 21 100,0
Total 16 29,6 18 33,3 20 37,0 54 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa Sebagian besar responden dalam


kategori cukup patuh dengan penambahan nilai IDWG ringan sebanyak 11 responden
(61,1%), responden dalam kategori tidak patuh dengan penambahan nilai IDWG
ringan
54

sebanyak 3 responden (14,3%) dan responden dalam kategori patuh dengan


penambahan nilai IDWG ringan sebanyak 2 responden (13,3%). Sebagian dari
responden dalam kategori patuh dengan penambahan nilai IDWG sedang sebanyak 8
responden (53,3%), sebagian responden dalam kategori cukup patuh dengan
penambahan nilai IDWG sedang sebanyak 3 responden (16,7%), dan responden
dalam kategori tidak patuh dengan penambahan nilai IDWG sedang sebanyak 7
responden (33,3%). Sedangkan sebagian besar responden dalam kategori tidak patuh
dengan penambahan nilai IDWG berat sebanyak 11 responden (52,4%). Sebagian dari
responden dalam kategori cukup patuh dengan penambahan nilai IDWG berat
sebanyak 4 responden (22,2%) dan sebagian responden dalam kategori patuh dengan
penambahan nilai IDWG berat sebanyak 5 responden (33,3%),
Hasil uji statistic Chi-Square diperoleh nilai signifikansinya adalah p = 0,005
lebih kecil dari nilai alpha (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak artinya
terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kepatuhan pembatasan
cairan dengan penambahan nilai interdialytic weight gain (IDWG) pada pasien
hemodialisis di RSAU dr. M. Salamun Kota Bandung.

4.2 Pembahasan
Pada pembahasan ini akan diuraikan dan membahas perbandingan hasil
penelitian dengan tinjauan Pustaka dan penelitian-penelitian terkait serta menguraikan
pembahasan dari hasil analisis karakteristik usia responden. Menunjukkan bahwa
Sebagian besar usia usia 46-55 tahun sebanyak 20 responden (37%), sedangkan usia
56-65 tahun sebanyak 12 responden (22,2%), usia 26-35 tahun sebanyak 3 responden
(5,6%), dan usia 36-45 tahun sebanyak 11 responden (20,4%), dan usia > 65 tahun
sebanyak 8 responden (14,8%). Hasil analisis menunjukkan bahwa umur responden
terendah 26 tahun dan umur tertinggi 65 tahun.
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar
dari responden pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis adalah
perempuan yaitu sebanyak 30 responden (55,6%) dan laki laki sebanyak 24 responden
55

(44,4%). Berdasarkan pendidikan terakhir dari sebagian besar responden yaitu SD


sebanyak 27 responden (50%), SMP sebanyak 7 responden (13%), SMA sebanyak 13
responden (24,1%) dan perguruan tinggi sebanyak 7 responden (13%). Berdasarkan
lama menjalani hemodialisa Sebagian besar dari responden < 1 tahun yaitu sebanyak
22 responden (40,7%), sebagian dari responden lama hemodialisa 2-3 tahun sebanyak
17 (31,5%), dan lama hemodialisa > 3 tahun sebanyak 15 responden (27,8%).

4.1.3 Kepatuhan Pembatasan Cairan


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pasien hemodialisa di
RSAU dr. M Salamun Kota Bandung didapatkan bahwa dari 54 responden, terdapat
sebagian besar responden yang tidak patuh sebanyak 21 responden (38,%), responden
yang cukup patuh sebanyak 18 responden (33,3%) dan responden patuh sebanyak 15
responden (27,8%). Menurut Denhaerynck et al., 2007; Ozen, 2019 mengatakan
hemodialisis adalah metode pengobatan yang memerlukan kepatuhan terhadap obat
yang diresepkan, pengobatan dialisis, dan pembatasan diet serta cairan untuk
memastikan keberhasilan hemodialisa.
Masalah yang dapat mengakibatkan kegagalan pada terapi hemodialisa
adalah masalah kepatuhan klien, secara umum kepatuhan adalah perilaku seseorang
dalam meminum obat, mengikuti anjuran diet dan atau melakukan perubahan gaya
hidup yang sesuai dengan rekomendasi dari tenaga kesehatan profesional (WHO,
2003; Hartati,
2016). Kepatuhan terhadap terapi dialisis dapat mencegah atau meminimalkan
komplikasi yang terkait dengan hemodialisa, dan merupakan faktor penting yang
berkontribusi untuk kelangsungan hidup pada pasien hemodialisa. Pasien dengan
terapi hemodialisa harus patuh terhadap pembatasan cairan karena jika tidak patuh
maka akan menimbulkan komplikasi (Melianna, 2019). Pembatasan cairan yang tidak
terkontrol menyebabkan berbagai komplikasi seperti hipertensi, hipotensi
intradialitik, gagal jantung kiri, asites, efusi pleura, gagal jantung kongestif, dan dapat
menyebabkan kematian (Tamaura, et al., 2019). Kepatuhan pasien hemodialisis
dalam membatasi cairan dipengaruhi oleh karakteristik pasien baik faktor
internal maupun faktor
56

eksternal, faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pembatasan cairan antara lain
usia, jenis kelamin, pendidikan, lama menjalani hemodialisis, dukungan keluarga,
dukungan tenaga medis, dan efikasi diri (Sari, et al., 2020).
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa masih banyak yang tidak patuh
terhadap pembatasan cairan pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSAU dr. M
Salamun Kota Bandung. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Beerappa (2019) terhadap 60 responden yang dilakukan di India menyatakan bahwa
tingkat kepatuhan terhadap pembatasan cairan sebagian responden dalam kategori
buruk sebanyak 31 responden (51,6%), sebagian dari responden dalam kategori cukup
patuh sebanyak 28 responden (46,6%) dan responden dalam kategori baik yaitu 1
responden (1,6%).

4.1.4 Penambahan Nilai Interdialytic Weight Gain (IDWG)


Hasil analisis pada penelitian ini didapatkan sebagian besar responden
mengalami penambahan nilai IDWG dengan kategori berat sebanyak 20 responden
(37%), responden dengan kategori sedang sebanyak 18 responden (33,3%), dan
sebagian responden dalam kategori ringan sebanyak 16 responden (29,6%).
Penambahan nilai Interdialytic Weight Gain (IDWG) merupakan hasil dari asupan
garam dan air di antara dua sesi hemodialisis. IDWG digunakan sebagai parameter
untuk asupan cairan dengan memperhitungkan output urin harian (Ipema, et al.,
2016). Menurut (Kanyar, 2009; bayhakki, 2018) menambahkan bahwa IDWG antara
1,5-2,0 kg berpotensi 25% meningkatkan risiko kematian, lebih dari 4,0 kg berpotensi
28% meningkatkan risiko kematian dan IDWG dibawah 1,5 kg berpotensi 26%-33%
mengalami penurunan risiko kematian. Peningkatan IDWG dapat disebabkan oleh
berbagai faktor internal seperti usia, jenis kelamin, rasa haus, stress, maupun faktor
eksternal yaitu dukungan keluarga dan sosial serta jumlah intake cairan (Levea, dkk,
2003; Sepdianto, 2017). Peningkatan penambahan berat badan yang lebih cepat jika
melebihi 5%, dapat mengakibatkan komplikasi seperti hipotensi, kram otot,
hipertensi,
57

sesak napas, mual dan muntah, dan dapat mengakibatkan kematian (Smeltzer dan
Bare,
2008).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan masih banyaknya pasien hemodialisis
di RSAU dr. M. salamun Kota Bandung yang mengalami penambahan nilai
interdialytic Weight Gain (IDWG) dalam kategori berat. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2020) yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
dr. Zainal Abidin Banda Aceh dengan jumlah 40 responden didapatkan sebagian besar
sebanyak 29 pasien (72,5%) menunjukkan adanya peningkatan IDWG ≥ 3%, dan
sebagian dari responden sebanyak 11 responden (27,5%) menunjukkan adanya
peningkatan IDWG ≤ 3%.

4.1.5 Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan dengan Penambahan Nilai


Interdialytic Weight Gain (IDWG)

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji Chi-Square, menunjukkan bahwa


terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan permbatasan cairan dengan
penambahan nilai interdialiytic weight gain (IDWG) pada pasien gagal ginjal kronis
yang menjalani terapi hemodialisis di RSAU dr. M. Salamun Kota Bandung dengan
nilai p sebesar 0,005 (α < 0,05) artinya terdapat hubungan yang bermakna antara
kepatuhan pembatasan cairan dengan penambahan nilai interdialiytic weight gain
(IDWG) pada pasien hemodialisis. Hasil distribusi frekuensi kepatuhan pembatasan
cairan menunjukkan hasil bahwa Sebagian besar responden dalam kategori tidak
patuh sebanyak 21 responden (38,%). Seseorang yang tdak patuh terhadap
pembatasan cairan selama terapi hemodialisis dapat menyebabkan kelebihan cairan
yang menimbulkan gejala seperti edema dan sesak napas. Distribusi frekuensi
variable penambahan nilai interdialiytic weight gain (IDWG) pada pasien
hemodialisis Sebagian responden mengalami penambahan nilai interdialiytic weight
gain (IDWG) yang berat sebanyak
20 responden (37%).
58

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden tidak
patuh dalam melakukan pembatasan cairan sehingga mengalami penambahan nilai
IDWG yang seharusnya. Menurut Aziza (2017) menyatakan bahwa semakin
tidak patuh pasien hemodialisa dalam melakukan pembatasan cairan maka semakin
tinggi penambahan nilai IDWG tersebut ataupun sebaliknya. Kepatuhan pembatasan
cairan merupakan kepatuhan dalam mengontrol asupan cairan pada pasien
hemodialisa agar tidak menimbulkan cairan yang berlebih. Kepatuhan pasien dalam
mengatur cairan dapat dilakukan dengan melakukan penilaian IDWG. Pembatasan
cairan selama periode interdialitik dapat meningkatkan jumlah cairan didalam
ekstraseluler, kondisi ini terjadi akibat berkurangnya kemampuan ginjal melakukan
pengeluaran cairan dan mengakibatkan terjadinya homeostatis tubuh (Siregar, 2020).
Ketidakpatuhan responden dalam mengontrol asupan cairan dapat mengakibatkan
meningkatnya berat badan dan juga memungkinkan terjadinya berbagai
komplikasi seperti hipertensi, pusing kepala, sesak napas dan juga dapat
mengakibatkan kematian, oleh karena itu pasien HD dianjurkan untuk mengendalikan
intake cairan yaitu cairan dibatasi sebanayak “Insensible Water losses” ditambah
jumlah urin (Brunner & Suddarth,
2008). Sejalan dengan penelitian Menurut Meistatika (2017) ketidakpatuhan dalam
menjalani hemodialisis mengakibatkan peningkatan IDWG yang kemudian berakibat
pada peningkatan hospitalisasi dan mortalitas. Kepatuhan pasien dalam mengontrol
asupan cairan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor
pengetahuan dan motivasi dari dalam diri pasien itu sendiri, sehingga memengaruhi
peningkatan nilai Inter Dialytic Weight Gain (IDWG) dan berakibat kepada derajat
kesehatan pasien hemodialisis (Fazriansyah, 2018).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah (2016) terdapat


hubungan antara kepatuhan manajemen terapi dialisis kronis dengan IDWG di RSUD
dr. R. Syamsudin SH Kota Sukabumi dengan 94 responden didapatkan nilai (P value
= 0,001), (r = -0,49) artinya semakin tinggi kepatuhan manajemen terapi dialisis
kronis maka IDWG akan semakin ringan. Mayoritas pasien patuh terhadap
manajemen terapi
59

dialisis kronis (61,7%) dan IDWG terbanyak dalam kategori ringan (46,8%).
Berdasarkan hasil penelitian Fazriansyah (2018) yang telah dilakukan di ruang
hemodialisa RSUD Kotabaru didapatkan bahwa hampir seluruhnya (87,5%)
responden dalam kategori tidak patuh dan mengalami penambahan nilai interdialytic
weight gain IDWG kategori penambahan berat. Hasil uji statistik menggunakan uji
Spearman Rank diperoleh nilai sig (p=0,000) dengan tingkat kepercayaan 95% (α=
0,05) dapat dikatakan p= 0,000 < 0,005 maka Ha diterima, artinya ada hubungan
antara kepatuhan mengontrol intake (asupan) cairan dengan penambahan nilai inter-
dialytic weight gain (IDWG) pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis.

4.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam proses pelaksanaanya.


Keterbatasan pada penelitian ini yaitu dilakukan pada masa pandemi covid-19.
Keterbatasan pelaksanaan penelitian ini juga pada saat pengambilan data dari tiap
responden memiliki waktu wawancara yang berbeda-beda karena pada saat
pengambilan sampel dan data dilakukan ketika responden telah selesai dipasang alat
dialisis sehingga beberapa pasien dalam kondisi seperti sesak, pusing, mual, dan
lemas oleh karena itu perlu menunggu waktu agar pasien stabil ketika diwawancarai
untuk mengisi kuesioner.
BAB V SIMPULAN

SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya mengenai hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan penambahan
nilai interdialiytic weight gain (IDWG) pada pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani terapi hemodialisis di RSAU dr. M. Salamun Kota Bandung yang
dilakukan kepada 54 responden, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai
berikut:
a. Kepatuhan pembatasan cairan pada pasien hemodialisis di RSAU dr. M.
Salamun Kota Bandung diperoleh hasil dengan kategori patuh sebanyak
15 responden (27,8%), kategori cukup patuh 18 responden (33,3%) dan
kategori tidak patuh sebanyak 21 responden (38,9%).
b. Penambahan nilai interdialiytic weight gain (IDWG) pada pasien
hemodialisis diperoleh hasil dengan penambahan nilai IDWG dalam
kategori ringan sebanyak 16 responden (29,6%), dalam kategori sedang
sebanyak 18 responden (33,3%), dan dalam kategori berat sebanyak 20
responden (37%).
c. Terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan pembatasan cairan
dengan penambahan nilai interdialiytic weight gain (IDWG) pada pasien
hemodialisis dengan nilai p = 0,005.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka peneliti menyampaikan saran
sebagai berikut:
a. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat khususnya perawat hemodialisa dapat
memberikan Pendidikan Kesehatan mengenai kepatuhan pembatasan
cairan yang rutin, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan bagi pasien.

60
61

Selain itu perawat diharapkan terus memotivasi pasien untuk menjaga


berat badan agar tidak mengalami kenaikan yang tidak lebih dari 3%.
b. Bagi Pasien dan keluarga
Diharapkan bagi pasien dapat memahami kepatuhan pembatasan cairan,
karena sebagai bentuk pengetahuan untuk menghindari kenaikan berat
badan yang berlebih.
c. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai interdialytic Weight Gain pada
pasien hemodialisis seperti faktor self efficacy terhadap penambahan nilai
IDWG.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih N. Cognitive Therapy dan Logo Therapy dalam Menurunkan Depresi


pada Pasien Hemodialisis. Yogyakarta: CV Budi Utama; 2020.

Aziza K. Hubungan Kepatuhan Diit Cairan Dengan Interdialytic Weight Gain


(IDWG) Pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) Stage V di RSUD Dr.
Tjitrowardojo Purworejo. Doctoral Dissertation, Universitas Alma Ata 2017.

Andriati, R & Rohimi, A. Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) Dalam
Mempertahankan Berat Badan Diantara Dua Waktu Dialisis (Inter Dialysis
Weight Gain = IDWG) di Ruang Hemodialisa RS Sari Asih
Serang. Tangerang: STIKes Widya Dharma Husada. 2016.

Bayhakki B, Hasneli Y. Hubungan Lama Menjalani Hemodialisis dengan Inter-


Dialytic Weight Gain (IDWG) pada Pasien Hemodialisis. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran 2018; 5(3).

Black J, Hawks J. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. Dialih bahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban
Patria; 2014.

Brunner & Suddarths. Textbook of Medical Surgical Nursing 12th ed. Philadelpia :
Lippincott Williams & Wilkins; 2010.

Centers For Disease Control and Prevention. Advancing American Kidney Health
[online]. 2019 Mar 15. [cited 2020 Nov 21]; Available from: URL:
https://www.cdc.gov/kidneydisease/pdf/2019_National-Chronic-Kidney-
Disease-Fact-Sheet.pdf

Dharma KK. Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan


Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Media; 2011.
Sunarni E, Maliya A, Purwanti OS. Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di Unit
Hemodialisis RSUD Boyolali. Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2019.

Fazriansyah FP, Pringgotomo G. Hubungan Antara Kepatuhan Mengontrol Intake


(Asupan) Cairan Dengan Penambahan Nilai Inter-Dialytic Weight Gain
(Idwg) Pada Pasien Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di RSUD
Kotabaru. Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan 2018;
9(2):339-351.

Firmansyah, I. M. Hubungan antara kepatuhan manajemen terapi dialisis kronis


dengan penambahan berat badan diantara waktu dialisis pada pasien
hemodialisis di RSUD R. Syamsudin SH, Kota Sukabumi. Relationship
between adherence of chronic dialysis therapy management with
interdialytic weight gain on haemodialysis patients at RSUD R. Syamsudin
SH Kota Sukabumi. 2016.

Haloho Friska NW. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Interdialytic Weight Gain
(IDWG) Pasien Hemodialisis Dengan Pendekatan Teori Precede-Proceed Di
RSU Haji Surabaya. Phd Thesis. Universitas Airlangga. 2017.

Hidayah N. Pengembangan Model Struktural Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan


Pada Klien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) Yang Menjalani Program
Hemodialisis. Phd Thesis. Universitas Airlangga. 2019.

Hidayat A, Aziz A. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data Contoh
Aplikasi Studi Kasus. Jakarta: Salemba Medika; 2014.

Indonesian Renal Registry. 11th Report Of Indonesian Renal Registry. Program


Indonesia Renal Registry [Online]. 2018 [cited 2020 Nov 21]; Available
from: URL:https://www.indonesianrenalregistry.org/data/IRR%202018.pdf
Infodatin Kementrian Kesehatan. Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI [Online] 2017 Mar 09 [cited 2020 Nov
21]; Available from: URL:www.depkes.go.id

Ipema KJR, Kuipers J, Westerhuis R, Gaillard CA, van der Schans CP, Krijnen WP &
Franssen CF, et al. Causes and Consequences of Interdialytic weight
gain. Kidney and Blood Pressure Research 2016; 41(5): 710-720.

Isroin L. Manajemen Cairan Pada Pasien Hemodialisis Untuk Meningkatkan Kualitas


Hidup. Ponorogo: Unmuh Ponorogo Press; 2016.

Izzati W, Fidya A. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pasien Yang


Menjalani Hemodialisis Di Ruang Hemodialisa Di RSUD dr. Achmad
Mochtar Bukit Tinggi. Afiyah 2017 Jan;3(1).

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar [Online] 2018 Nov
07 [cited 2020 Nov 21]; Available from:
URL:https://labmandat.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD
/2018/LaporanNasional_RKD2018_FINAL.pdf

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar [Online] 2013 Des
01 [cited 2020 Nov 21]; Available from: URL:
https://labmandat.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018
/LaporanNasional_RKD2013_FINAL.pdf

Hasan, M. Gambaran tingkat depresi terhadap kejadian peningkatan interdialytic


weight gain pada pasien Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis
di Rumah Sakit Umum Dr. Zainal l Abidin, Banda Aceh. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala. 2020; 20(2):94-103.

Kim Y, Evangelista LS, Phillips LR, Pavlish C, & Kopple JD. The End-Stage Renal
Disease Adherence Questionnaire (ESRD-AQ): testing the psychometric
properties in patients receiving in-center hemodialysis. Nephrology nursing
journal: journal of the American Nephrology Nurses' Association. 2010;
37(4): 377.

LeMone P. Karen M. Burke, Gerene B. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Gangguan Eleminasi Diagnosis Keperawatan Nanda Pilihan NIC & NOC 5
th ed. Jakarta: EGC; 2019.

Meistatika SC, Kusuma H. Hubungan Antara Motivasi Dengan Perilaku Pembatasan


Intake Cairan Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Tahap Terminal Yang
Menjalani Hemodialisis. 2017.

Melianna R & Wiarsih W. Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap


Terjadinya Overload Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Post Hemodialisa Di
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan
Orthopedi). 2019;3(1): 37-46.

Mustikasari I, Noorratri EN. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai interdialytic


weight gain pasien hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Gaster. 2017;15(1): 79-80.

Muttaqin A & Sari K. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan. Jakarta:


Salemba Medika; 2011.

Notoadmodjo. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2018.

Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis 4th ed.


Jakarta: Salemba Medika; 2016.

Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis 5th ed.


Jakarta: Salemba Medika; 2020.

Ozen N, Cinar FI, Askin D, Mut D, Turker T. Nonadherence in hemodialysis patients


and related factors: a multicenter study. The Journal of Nursing Research
2019; 27(4): e36.
Rahimi Z. Evaluation Of Perceived Social Support Of Patients Undergoing
Hemodialysis And Its Relation To Treatment Adherence And Clinical
Outcomes In Educational Institution In West Azerbaijan Province 2016. J
Urmia Nurs Midwifery. 2017; 14(11): 952-959.

Relawati A, Pangesti AW, Febriyanti S &Tiari S. Edukasi Komprehensif dalam


Meningkatkan Kepatuhan Diet Pasien Hemodialisis. IJNP (Indonesian
Journal of Nursing Practices). 2018; 2(1): 28-35.

Roshdal CB, Kowalski MT. Buku Ajar Keperawatan Dasar: gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan & gangguan reproduksi. 10 th ed. Jakarta: EGC;2017.

Sari F, Raveinal R, Apriyanti E. (2020). The Characteristic Description Of


Compliance With Fluid Limitation, Interdyalitic Weight Gain (IDWG), And
Quality Of Life In Hemodialysis Patients In Palembang City. International
Journal Of Nursing And Midwifery Science (IJNMS) 2020; 4(2): 112-121.

Sheila Febrianti. Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya


Hipervolemia pada Pasien Gagal GInjal Kronik di Ruang Hemodialisa di
RSUD dr. Harjono Ponorogo; 2017; 1(14).

Sepdianto TC, Suprajitno S, Erna U. Penambahan Berat Badan antara Dua Waktu
Hemodialisa pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa
di RSD Mardi Waluyo Kota Blitar. Journal of Ners and Midwifery 2017;
4(1).

Siregar CT. Buku Ajar Manajemen Komplikasi Pasien Hemodialisa. Yogyakarta: CV


Budi Utama; 2020.

Smeltzer SC, Bare, editors. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah: Brunner and
Suddarth (Monica Ester, editor edisi Bahasa Indonesia) 8th ed. Jakarta: EGC;
2008.

Sugiyono. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta; 2017.


Suharyanto T, Madjid . Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta Timur: CV Trans Info Media; 2013.

Tamaura Y, Nishitani M, Akamatsu R, Tsunoda N, Iwasawa F, Fujiwara K, Sakai T,


et al. Association Between Interdialytic Weight Gain, Perception About Dry
Weight, and Dietary and Fluid Behaviors Based on Body Mass Index Among
Patients on Hemodialysis. Journal of Renal Nutrition 2019; 29(1), 24-32.

Wibowo HP, Siregar WD. Hubungan Inter Dialitic Weight Gains (IDWG) Dengan
Terjadinya Komplikasi Durante Hemodialisis Pada Pasien Ginjal
Kronik. Jurnal Keperawatan Priority 2020; 3(1): 13-22.

World Health Organization. The Top 10 Causes of the Death. [online]. 2019 Dec 09
[cited 13 Jan 2021]; Available from: URL: https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/the-top-10-causes-of-death

Yasmara D, Nursiswati, Rosyidah A, Betsy A, Monica E, Eko K, et al, editors.


Rencana
Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Diagnosis NANDA-I 2015-2017
Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: EGC; 2016.
Lampiran 1

LEMBAR KEGIATAN BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Nama Mahasiswa : ISNAINI MADANIYAH


NPM : 1117118
Nama Pembimbing : Istianah, S.Kep., M.Kep
Tahun Akademik : 2020/2021

TOPIK REKOMENDASI PARAF


NO TANGGAL
BIMBINGAN BIMBINGAN PEMBIMBING

1. Pengenalan proposal Menentukkan


Senin, penelitian dan topik variabel penelitian
penelitian independen dan
19 Oktober dependen
2020

2. Pengajuan judul Mengganti variabel


Rabu, dependen dan
Literature Review
02 indevenden ke
Desember keperawatan kritis
2020

3. Konsultasi BAB I, Memperbaiki


Jumat, II, dan III penulisan dan
menambahkan
19 Maret referensi dari buku
2021
4. Konsultasi BAB I, II, Memperbaiki
Rabu, dan III kerangka teori dan
kriteria inklusi
28 April
2021

5. − Konsultasi BAB Memasukan hasil


I, II, dan III studi pendahuluan
Rabu,
− Meminta ttd ke BAB I dan III
28 Mei untuk melakukan
2021 studi
pendahuluan

6. Konsultasi BAB I, II, − Tambahkan


dan III faktor-faktor
kepatuhan
Jumat, pembatasan
cairan di BAB I
18 Juni
− Perbaiki
2021 Kerangka Teori
− Perbaiki Kriteria
Inklusi

7. Konsultasi BAB I,
Jumat, II, dan III
Acc Sidang
25 Juni proposal
2021

8.
Senin,
26 Juli Sidang Proposal
2021
8. - Revisi BAB 1, II, Lanjut untuk
dan III penelitian
Senin,
04 Agustus - Mengganti
2021 kuesioner
ESRD-AQ

9. - BAB IV ACC Sidang Hasil


Senin,
- BAB V
27
September
2021
LEMBAR KEGIATAN BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Nama Mahasiswa : ISNAINI MADANIYAH


NPM : 1117118
Nama Pembimbing : Rizky Gumilang Pahlawan, S.Kep., Ners
Tahun Akademik : 2020/2021

TOPIK REKOMENDASI PARAF


NO TANGGAL
BIMBINGAN BIMBINGAN PEMBIMBING

1. Mengajukan judul − Melanjutkan


penelitian BAB I
Senin,
− Membuat
19 Oktober literature review
2020 dari 5 jurnal
nasional dan 5
internasional

2. − BAB I Memperbaiki BAB


Kamis, I dengan referensi
− Literature terbaru
26 Review dari 10
November jurnal
2020

3. Mengganti judul Mencari referensi


Jumat, penelitian dari jurnal-jurnal
04 keperawatan kritis
Desember
2020
4. Mengajukan judul Memperbaiki
baru yaitu: kriteria inklusi dan
“Hubungan kriteria eksklusi
Kepatuhan
Jumat, Pembatasan Cairan
dengan Penambahan
12 Maret Nilai Inter-Dialytic
2021 Weight Gain
(Idwg) Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis
Yang Menjalani
Terapi Hemodialisis

5. Konsultasi BAB I, II, Melakukan study


Kamis, dan III pendahuluan ke RS
lalu memasukkan
29 April hasil data tersebut
2021 ke BAB I dan III

6. Konsultasi BAB I, II,


Jumat, dan III
Acc sidang
11 Juni proposal
2021

7.

Senin,
Sidang Proposal
26 Juli 2021

8. Perbaikan BAB I, II, Lanjut untuk


Jumat, dan III penelitian dan
mengolah data
07 Agustus Mengganti ke
kuesioner ESRD-AQ
2021
9 BAB IV ACC Sidang Hasil
Selasa,
BAB V
28
September
2021
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
SURAT IZIN PENELITIAN
LEMBAR INSTRUMENT PENELITIAN

Petunjuk Pengisian Kuisioner :


1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item pertanyaan/pernyataan
dalam kuisioner ini.
2. Pilihlah jawaban yang sesuai menurut Anda dengan cara memberi tanda

ceklist () pada kotak pilihan/ kolom yang tersedia.


3. Isilah titik – titik yang tersedia dengan jawaban yang benar.

Kode Responden
(diisi oleh peneliti)

A. DATA UMUM
1. Umur : .......... Tahun
2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Pendidikan : SD SMP
SMA Perguruan Tinggi

4. Sejak kapan anda menjalani cuci darah (Hemodialisa) ?


< 1 tahun
2-3 tahun
> 3 tahun
B. KUESIONER
Petunjuk :
Tanggapilah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut ini, dengan cara memberi
tanda (√) pada kolom jawaban disebelah kanan sesuai dengan keadaan anda.
Terdapat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu :
Selalu ; Sering ; Kadang-Kadang ; Tidak Pernah

No Pernyataan Kadang- Tidak


Selalu Sering
Kadang Pernah
1. Saya mengkonsumsi asupan cairan
sesuai yang dianjurkan
perawat/dokter

2. Saya menghitung jumlah air yang


diminum dalam sehari-hari

3. Saya mengkonsumsi air dalam


jumalah banyak

4. Saya minum lebih karena tidak kuat


menahan rasa haus

5. Untuk mengatasi rasa haus biasanya


saya mengulum es batu, berkumur,
atau sikat gigi

6. Saya menimbang Berat Badan setiap


hari
7. Perawat/dokter menanyakan keluhan
selama saya melakukan cuci darah
(hemodialisa)
8. Saya mengkonsumsi makanan instan
(seperti: Mie instan, ikan kaleng,
kornet, buah kaleng dll)
9. Saya mengikuti anjuran untuk
membatasi buah-buahan dengan
kandungan tinggi air (seperti:
semangka, jeruk, pir, melon, nanas
dll)
10. Saya membatasi makanan berkuah
dan makanan cair sesuai yang
dianjurkan perawat/dokter

11. Anggota keluarga memperhatikan/


mengingatkan selama saya
melakukan pembatasan asupan
cairan
12. Saya mengkonsumsi air dengan
gelas besar dan selalu habis
13. Saya tidak membatasi diet makanan
yang dianjurkan oleh perawat/dokter
LEMBAR INFORMED CONSENT

Judul penelitian : Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan dengan Penambahan


Nilai Interdialytic Weight Gain (Idwg) pada Pasien Gagal Ginjal
Kronis Yang Menjalani Terapi Hemodialisis di RSAU dr. M.
Salamun Kota Bandung

Peneliti : Isnaini Madaniyah

NPM : 1117118

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan pembatasan cairan


dengan penambahan nilai interdialytic weight gain (idwg) pada pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani terapi hemodialisis. Pembatasan asupan merupakan salah
satu permasalahan yang besar terjadi pada pasien Hemodialisis yang berdampak
pada ketidaksuksesan terapi, menimbulkan komplikasi kronis dan berpengaruh
pada angka morbiditas dan mortalitas hemodialisa.

Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah mengisi kuesioner yang akan
dilakukan oleh Bapak/Ibu/Saudara dan menimbang berat badan sebelum
melakukan terapi hemodialisis, yang berisi pertanyaan mengenai biodata dan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kepatuhan dalam pembatasan
asupan cairan. Waktu yang dibutuhkan kurang lebih 15 menit.

Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara berikan selama prosedur penelitian akan


peneliti jamin kerahasiaannya. Dalam pembahasan atau laporan nama
Bapak/Ibu/Saudara tidak akan disebutkan.

Bandung, September 2021

Peneliti
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertandatangan di bawah ini saya saya :

Nama :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini saya menyatakan bersedia
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “hubungan
kepatuhan pembatasan cairan dengan penambahan nilai interdialytic weight gain
(IDWG) pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSAU
dr. M. Salamun Bandung

Adapun bentuk kesedian saya adalah :

1. Meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner dan menimbang berat badan


sebelum hemodialisa.
2. Memberikan informasi yang benar dan sejujurnya terhadap apa yang
diminta atau ditanyakan peneliti
Keikutsertaan saya ini sukarela tidak adaunsur paksaan dari pihak manapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Bandung, ................................. 2021

Peneliti Responden

ISNAINI MADANIYAH
1117118
KISI-KISI KUESIONER PENELITIAN

Nomor
Variabel Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
Pertanyaan
Kepatuhan Jumlah asupan 1,2,3,4,5,12 1,2,5 3,4,12 6
Pembatasan cairan yang
Cairan sesuai
Mengontrol 6 6 - 1
keseimbangan
cairan
Mengikuti anjuran 8,9,10,13 9,10 8,13 4
untuk menghindari
makan makanan
berkuah, makanan
instan, makanan
yang mengandung
pengawet,
makanan yang
dapat
meningkatkan
kadar natrium, dan
buah-buahan yang
mengandung tinggi
air.

Faktor Lingkungan 7,11 7,13 - 2


LEMBAR PANDUAN PERHITUNGAN PENAMBAHAN NILAI
INTERDIALYTIC WEIGHT GAINT (IDWG)

1. Hitung berat badan pasien sebelum dilakukan hemodialisis saat sekarang


2. Hitung berat badan post hemodialisis sebelumnya
3. Hitung selisih penambahan berat badan antara berat post hemodialisis
pada periode sebelumnya dengan berat badan sebelum hemodialisis saat
sekarang
4. Hitung penambahan berat badan dengan rumus berat badan post
hemodialisi pada periode HD sebelumnya dikurangi berat badan pasien
sebelum HD saat sekarang dibagi berat badan sebelum HD saat sekarang
dikali dengan 100% Misalnya :
a. Berat badan sebelum HD sekarang : 59,60 Kg
b. Berat badan setelah HD sebelumnya : 56,40 Kg
Penambahan berat badannya adalah : 59,60 – 56,40 = 3,20 Kg

3,20
56,40 x 100% = 5,6%

Maka nilai penambahan berat badan antara dua waktu dialisis : 5,6
LEMBAR PENGUKURAN BERAT BADAN

Pengukuran berat badan dilakukan oleh peneliti. Peneliti mengisi format


pengukuran yang telah disediakan dibawah ini setelah peneliti menimbang
berat badan pasien dengan menggunakan alat timbangan berat badan.

Berat Badan Berat Badan


Kode Selisih Berat Penambahan
pre HD saat post HD
Responden Badan (kg) BB (%)
sekarang sebelumnya
HASIL UJI VALIDAS DAN REABILITAS KUESIONER ESRD-AQ

A. Uji Validitas

Jumlah item R hitung R tabel


Keterangan
pertanyaan (r person) (N=24)
P1 0,515 0,404 Valid
P2 0,544 0,404 Valid
P3 0,425 0,404 Tidak Valid
P4 0,519 0,404 Valid
P5 0,669 0,404 Valid
P6 0,632 0,404 Valid
P7 0,412 0,404 Tidak Valid
P8 0,632 0,404 Valid
P9 0,316 0,404 Tidak Valid
P10 0,432 0,404 Valid
P11 0,344 0,404 Tidak Valid
P12 0,704 0,404 Valid
P13 0,562 0,404 Valid
P14 0,518 0,404 Valid
P15 0,469 0,404 Valid
P16 0,635 0,404 Valid
P17 0,237 0,404 Tidak Valid
P18 0,349 0,404 Tidak Valid
P19 0,657 0,404 Valid
P20 0,369 0,404 Tidak Valid
Correlations

P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 P.7 P.8 P.9 P.10 P.11 P.12 P.13 P.14 P.15 P.16 P.17 P.18 P.19 P.20 TOTAL
P.1 Pearson
1 .126 -.107 .207 .197 .248 .431* .331 .068 .311 .286 .209 .393 .352 -.063 .493* .036 .285 .031 .353 .515*
Correlation
Sig. (2-
.558 .620 .332 .355 .243 .035 .114 .751 .139 .175 .327 .058 .092 .770 .014 .869 .177 .886 .091 .010
tailed)

N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
P.2 Pearson - - -
.126 1 .516** .388 .410* .639** .298 .269 -.099 .361 .027 .517** .022 .501* .062 .501* -.122 .544**
Correlation .117 .485 * .062

Sig. (2-
.558 .010 .061 .047 .001 .585 .158 .016 .203 .645 .083 .900 .010 .920 .013 .775 .775 .013 .570 .006
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.3 Pearson - -
.516** 1 -.069 .154 .370 .000 -.281 .548** .000 .490* .184 .000 .442* .108 .125 .292 .253 .177 .425*
Correlation .107 .181

Sig. (2-
.620 .010 .748 .472 .075 .398 1.000 .184 .006 1.000 .015 .389 1.000 .030 .614 .560 .166 .233 .407 .038
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.4 Pearson - -
.207 .388 -.069 1 .642** .425* .341 .344 -.101 -.023 .272 .332 .572** .266 .261 .185 .200 .033 .519**
Correlation .623** .116

Sig. (2-
.332 .061 .748 .001 .038 .103 .099 .001 .638 .914 .199 .113 .003 .209 .219 .590 .386 .348 .879 .009
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
P.5 Pearson - -
.197 .410* .154 .642** 1 .391 .301 .575** -.169 .155 .227 .426* .477* .410* .435* .271 .502* .164 .669**
Correlation .557** .039
Sig. (2-
.355 .047 .472 .001 .059 .153 .003 .005 .430 .468 .287 .038 .018 .047 .034 .858 .201 .012 .443 .000
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.6 Pearson
.248 .639** .370 .425* .391 1 .073 .451* -.301 .444* -.115 .440* .185 .382 -.062 .294 .022 .296 .340 .069 .632**
Correlation
Sig. (2-
.243 .001 .075 .038 .059 .736 .027 .153 .030 .592 .031 .387 .066 .772 .163 .919 .161 .104 .750 .001
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.7 Pearson
.431* -.117 -.181 .341 .301 .073 1 .163 -.194 .092 .152 .301 .233 .276 .170 .191 .003 .359 .128 .235 .412*
Correlation
Sig. (2-
.035 .585 .398 .103 .153 .736 .448 .363 .668 .479 .153 .274 .192 .426 .372 .989 .085 .551 .269 .045
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.8 Pearson -
.331 .298 .000 .344 .575** .451* .163 1 -.156 -.085 .326 .266 .329 .400 .160 .443* .123 .578** .340 .632**
Correlation .123

Sig. (2-
.114 .158 1.000 .099 .003 .027 .448 .468 .693 .120 .209 .117 .053 .455 .030 .567 .567 .003 .104 .001
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.9 Pearson - - - - -
.068 -.281 -.301 -.156 1 -.044 .209 -.255 -.140 -.240 -.166 -.293 .224 -.223 -.052 -.316
Correlation .485 *
.623 **
.557 ** .194 .144

Sig. (2-
.751 .016 .184 .001 .005 .153 .363 .468 .839 .328 .228 .513 .259 .440 .165 .292 .502 .295 .809 .133
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
P.10 Pearson
.311 .269 .548** -.101 -.169 .444* .092 -.085 -.044 1 .153 .447* .235 .038 .108 .224 .137 .472* .119 .151 .432*
Correlation
Sig. (2-
.139 .203 .006 .638 .430 .030 .668 .693 .839 .475 .028 .268 .861 .617 .292 .523 .020 .581 .481 .035
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.11 Pearson -
.286 -.099 .000 -.023 .155 -.115 .152 .326 .209 .153 1 .123 .479* -.121 .421* .212 .091 .139 .169 .344
Correlation .091

Sig. (2-
.175 .645 1.000 .914 .468 .592 .479 .120 .328 .475 .566 .018 .573 .041 .319 .672 .672 .516 .431 .100
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.12 Pearson
.209 .361 .490* .272 .227 .440* .301 .266 -.255 .447* .123 1 .225 .152 .289 .549** .470* .184 .549** .261 .704**
Correlation
Sig. (2-
.327 .083 .015 .199 .287 .031 .153 .209 .228 .028 .566 .289 .480 .171 .005 .020 .389 .005 .219 .000
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.13 Pearson -
.393 .027 .184 .332 .426* .185 .233 .329 -.140 .235 .479* .225 1 .019 .516** .086 .269 .166 .729** .562**
Correlation .085

Sig. (2-
.058 .900 .389 .113 .038 .387 .274 .117 .513 .268 .018 .289 .930 .010 .688 .695 .204 .437 .000 .004
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.14 Pearson -
.352 .517** .000 .572** .477* .382 .276 .400 -.240 .038 -.121 .152 .019 1 .061 .440* .112 .350 -.085 .518**
Correlation .009

Sig. (2-
.092 .010 1.000 .003 .018 .066 .192 .053 .259 .861 .573 .480 .930 .778 .032 .968 .603 .093 .692 .010
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.15 Pearson -
.022 .442* .266 .410* -.062 .170 .160 -.166 .108 .421* .289 .516** .061 1 .021 .098 .345 .213 .244 .469*
Correlation .063

Sig. (2-
.770 .920 .030 .209 .047 .772 .426 .455 .440 .617 .041 .171 .010 .778 .921 .647 .099 .317 .250 .021
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
P.16 Pearson -
.493* .501* .108 .261 .435* .294 .191 .443* -.293 .224 .212 .549** .086 .440* .021 1 .287 .624** .073 .635**
Correlation .069
Sig. (2-
.014 .013 .614 .219 .034 .163 .372 .030 .165 .292 .319 .005 .688 .032 .921 .175 .747 .001 .736 .001
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.17 Pearson -
.036 .062 .125 -.116 -.039 .022 .003 .123 .224 .137 -.091 .470* -.085 -.009 .098 .287 1 .504* -.035 .273
Correlation .164
Sig. (2-
.869 .775 .560 .590 .858 .919 .989 .567 .292 .523 .672 .020 .695 .968 .647 .175 .444 .012 .873 .196
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.18 Pearson -
.285 -.062 .292 .185 .271 .296 .359 -.123 -.144 .472* .091 .184 .269 .112 .345 -.069 1 -.214 .035 .349
Correlation .164

Sig. (2-
.177 .775 .166 .386 .201 .161 .085 .567 .502 .020 .672 .389 .204 .603 .099 .747 .444 .315 .873 .095
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.19 Pearson -
.031 .501* .253 .200 .502* .340 .128 .578** -.223 .119 .139 .549** .166 .350 .213 .624** .504* 1 .175 .657**
Correlation .214

Sig. (2-
.886 .013 .233 .348 .012 .104 .551 .003 .295 .581 .516 .005 .437 .093 .317 .001 .012 .315 .413 .000
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

P.20 Pearson -
.353 -.122 .177 .033 .164 .069 .235 .340 -.052 .151 .169 .261 .729** -.085 .244 .073 .035 .175 1 .369
Correlation .035

Sig. (2-
.091 .570 .407 .879 .443 .750 .269 .104 .809 .481 .431 .219 .000 .692 .250 .736 .873 .873 .413 .076
tailed)
N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
TOTAL Pearson
.515* .544** .425* .519** .669** .632** .412* .632** -.316 .432* .344 .704** .562** .518** .469* .635** .273 .349 .657** .369 1
Correlation
Sig. (2-
.010 .006 .038 .009 .000 .001 .045 .001 .133 .035 .100 .000 .004 .010 .021 .001 .196 .095 .000 .076
tailed)

N 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

B. Uji Reabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.812 20

Hasil uji reabilitas pada kuesioner kepatuhan pembatasan cairan didapatkan nilai Cronbach’s Alpha 0,812.
Lampiran 5

DATA HASIL PENELITIAN


MASTER TABEL
HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN DENGAN PENAMBAHAN NILAI INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG
MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RSAU DR. M. SALAMUN KOTA BANDUNG

Jenis
No Usia Pendidikan Lama HD Kepatuhan Pembatasan Cairan Interdialytic Weight Gain (IDWG)
kelamin
BB BB
Dalam
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 Jumlah Kategori pre post Selisih Kategori
%
1 64 Laki-laki SD < 1 tahun HD HD
2 62 Perempuan SD 2-3 tahun 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 29 tidak patuh 63 60 3 5% Sedang
3 60 Laki-laki SMA 2-3 tahun 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 44 patuh 53 50 3 6% Sedang
4 39 Laki-laki SMA > 3 tahun 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 29 tidak patuh 66 61 5 8% Sedang
Perguruan
5 56 Laki-laki Tinggi 2-3 tahun 4 4 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 42 patuh 55 53 2 4% Sedang
6 49 Perempuan SD 2-3 tahun 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 47 patuh 90 86 4 5% Sedang
cukup
7 45 Perempuan SMP < 1 tahun 4 4 4 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 38 patuh 50 49 1 2% Ringan
8 30 Laki-laki SMP 2-3 tahun 4 4 3 3 2 2 4 4 4 3 4 3 3 43 patuh 49 46 3 7% Berat
9 53 Laki-laki SMA 2-3 tahun 2 2 3 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 28 tidak patuh 55 51 4 8% Berat
10 53 Laki-laki SMA 2-3 tahun 4 2 4 3 1 4 3 4 4 3 4 4 4 44 patuh 61 59 2 3% Ringan
11 85 Laki-laki SMA 2-3 tahun 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 3 4 43 patuh 62 58 4 7% Berat
12 28 Perempuan SMA 2-3 tahun 2 3 3 3 1 2 3 2 2 2 2 2 1 28 tidak patuh 57 53 4 8% Berat
cukup
13 35 Laki-laki SD < 1 tahun 4 2 4 3 2 3 4 4 2 4 4 2 2 40 patuh 51 49 2 4% Sedang
Perguruan
14 47 Laki-laki Tinggi 2-3 tahun 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 29 tidak patuh 93 86 7 8% Berat
15 52 Perempuan SMA > 3 tahun 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 3 28 tidak patuh 72 66 6 9% Berat
16 48 Perempuan SD < 1 tahun 3 2 4 4 4 2 4 4 3 3 4 2 3 42 patuh 69 63 6 10% Berat
cukup
17 51 Perempuan SMA < 1 tahun 2 3 3 3 1 4 4 4 2 2 4 4 4 40 patuh 57 53 4 8% Berat
18 37 Perempuan SD < 1 tahun 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 42 patuh 58 56 2 4% Sedang
cukup
19 40 Laki-laki SMA > 3 tahun 4 3 3 4 2 2 3 4 1 2 4 4 4 40 patuh 51 47 4 9% Berat
20 73 Perempuan SMP > 3 tahun 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 29 tidak patuh 52 48 4 8% Berat
cukup
21 62 Perempuan SD < 1 tahun 2 1 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 31 patuh 59 55 4 7% Berat
22 39 Perempuan SD 2-3 tahun 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 29 tidak patuh 63 59 4 7% Sedang
23 41 Laki-laki SMA < 1 tahun 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 47 patuh 42 40 2 5% Sedang
Perguruan cukup
24 55 Perempuan Tinggi < 1 tahun 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 4 3 3 39 patuh 77 75 2 3% Ringan
25 44 Perempuan SD < 1 tahun 4 4 4 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 48 patuh 51 50 1 2% Ringan
26 45 Perempuan SMP 2-3 tahun 4 3 2 4 2 3 4 4 3 3 4 3 3 42 patuh 55 53 2 4% Sedang
cukup
27 56 Laki-laki SMP 2-3 tahun 2 3 2 3 4 2 3 4 3 3 4 3 3 39 patuh 47 46 1 2% Ringan
28 63 Perempuan SD > 3 tahun 1 1 4 3 1 2 3 3 3 2 1 2 2 28 tidak patuh 73 70 3 4% Sedang
cukup
29 66 Perempuan SD > 3 tahun 2 3 3 3 3 2 4 2 3 3 4 3 3 38 patuh 58 57 1 2% Ringan
cukup
30 57 Perempuan SD > 3 tahun 2 2 2 2 2 2 4 3 2 3 3 2 3 32 patuh 42 41 1 2% Ringan
cukup
31 68 Laki-laki SD < 1 tahun 3 2 3 2 1 2 3 3 3 2 2 2 2 30 patuh 55 52 3 6% Sedang
32 80 Laki-laki SD < 1 tahun 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 46 patuh 59 54 5 9% Berat
cukup
33 40 Perempuan SD 2-3 tahun 3 2 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 39 patuh 53 52 1 2% Ringan
cukup
34 52 Perempuan SMA < 1 tahun 4 3 3 2 3 4 3 4 2 2 3 3 3 39 patuh 53 49 4 8% Berat
cukup
35 57 Laki-laki SMP 2-3 tahun 4 4 3 4 2 2 4 4 1 2 2 4 3 39 patuh 49 48 1 2% Ringan
36 60 Perempuan SD < 1 tahun 3 3 3 2 1 2 2 2 2 1 3 2 2 28 tidak patuh 60 57 3 5% Sedang
37 43 Perempuan SD > 3 tahun 3 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 29 tidak patuh 51 47 4 9% Berat
Perguruan
38 54 Perempuan Tinggi < 1 tahun 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 47 patuh 54 51 3 6% Sedang
39 50 Perempuan SMA > 3 tahun 2 1 3 2 1 2 3 3 1 2 4 2 3 29 tidak patuh 52 48 4 8% Berat
40 51 Perempuan SD < 1 tahun 3 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 29 tidak patuh 43 42 1 2% Ringan
41 76 Perempuan SD > 3 tahun 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3 42 patuh 55 51 4 8% Berat
42 47 Perempuan SD < 1 tahun 2 2 4 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2 29 tidak patuh 72 70 2 3% Ringan
43 60 Laki-laki SD < 1 tahun 2 1 3 2 2 1 3 3 3 2 3 2 2 29 tidak patuh 51 49 2 4% Sedang
cukup
4 51 Perempuan SD < 1 tahun 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 32 patuh 69 67 2 3% Ringan
45 38 Laki-laki SMP 2-3 tahun 3 3 3 2 1 2 2 3 2 1 2 3 2 29 tidak patuh 43 42 1 2% Ringan
46 48 Laki-laki SD 2-3 tahun 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 42 patuh 55 51 4 8% Berat
Perguruan
47 46 Laki-laki Tinggi < 1 tahun 2 3 3 3 1 2 3 2 1 2 2 3 2 29 tidak patuh 51 47 4 9% Berat
cukup
48 50 Perempuan SD < 1 tahun 2 2 4 3 1 4 4 4 2 2 4 3 3 38 patuh 60 59 1 2% Ringan
Perguruan cukup
49 52 Laki-laki Tinggi > 3 tahun 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 35 patuh 63 60 3 5% Sedang
cukup
50 47 Laki-laki SMA > 3 tahun 2 2 4 2 2 4 4 3 3 3 4 3 3 39 patuh 56 55 1 2% Ringan
51 45 Perempuan SD > 3 tahun 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 3 3 29 tidak patuh 61 58 3 5% Sedang
cukup
52 66 Laki-laki SD > 3 tahun 3 3 3 4 2 3 4 2 2 3 4 3 3 39 patuh 50 49 1 2% Ringan
53 49 Perempuan SD > 3 tahun 1 1 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 29 tidak patuh 55 51 4 8% Berat
Perguruan
54 69 Laki-laki Tinggi < 1 tahun 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 29 tidak patuh 45 42 3 7% Berat
Lampiran 6
PENGOLAHAN DATA HASIL PENELITIAN

Frequency Table
Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 36-35 Tahun 3 5.6 5.6 5.6
36-45 Tahun 11 20.4 20.4 25.9
46-55 Tahun 20 37.0 37.0 63.0
56-65 Tahun 12 22.2 22.2 85.2
> 65 tahun 8 14.8 14.8 100.0
Total 54 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 24 44.4 44.4 44.4

Perempuan 30 55.6 55.6 100.0


Total 54 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 27 50.0 50.0 50.0

SMP 7 13.0 13.0 63.0


SMA 13 24.1 24.1 87.0
Perguruan Tinggi 7 13.0 13.0 100.0
Total 54 100.0 100.0
Lama Hemodialisa

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <1 tahun 22 40.7 40.7 40.7
2-3 tahun 17 31.5 31.5 72.2
>3 tahun 15 27.8 27.8 100.0
Total 54 100.0 100.0

Kepatuhan Pembatasan Cairan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Patuh 15 27.8 27.8 27.8

Cukup patuh 18 33.3 33.3 61.1


Tidak patuh 21 38.9 38.9 100.0
Total 54 100.0 100.0

Interdialytic Weight Gain


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 16 29.6 29.6 29.6
Sedang 18 33.3 33.3 63.0
Berat 20 37.0 37.0 100.0
Total 54 100.0 100.0
Crosstabs

kepatuhan pembatasan cairan * interdialytic weight gain Crosstabulation


interdialytic weight gain
ringan sedang berat Total
kepatuhan patuh Count 2 8 5 15
pembatasan cairan Expected Count 4.4 5.0 5.6 15.0
% within kepatuhan
13.3% 53.3% 33.3% 100.0%
pembatasan cairan

cukup patuh Count 11 3 4 18


Expected Count 5.3 6.0 6.7 18.0
% within kepatuhan
61.1% 16.7% 22.2% 100.0%
pembatasan cairan
tidak patuh Count 3 7 11 21

Expected Count 6.2 7.0 7.8 21.0


% within kepatuhan
14.3% 33.3% 52.4% 100.0%
pembatasan cairan
Total Count 16 18 20 54
Expected Count 16.0 18.0 20.0 54.0
% within kepatuhan
29.6% 33.3% 37.0% 100.0%
pembatasan cairan

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 14.791 a 4 .005
Likelihood Ratio 14.202 4 .007
Linear-by-Linear Association .872 1 .350
N of Valid Cases 54

a. 1 cells (11.1%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 4.44.
DOKUMENTASI KEGIATAN
Lampiran 7
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Isnaini Madaniyah


Tempat / Tanggal Lahir : Cianjur, 14 Desember 1998
Alamat : Kp. Pareang rt.01/ rw.03, dsa. Haurwangi, kec.
Haurwangi, Kab. Cianjur, Jawa Barat

Riwayat Pendidikan :
1. SDN CIPETIR 1 Tahun 2005 s.d. 2011
2. SMPN 1 CIRANJANG Tahun 2011 s.d. 2014
3. SMK KESEHATAN CIANJUR Tahun 2014 s.d. 2017

Anda mungkin juga menyukai