Makalah SPI - Al-Farabi
Makalah SPI - Al-Farabi
Makalah SPI - Al-Farabi
ZAHRA SALSABILA
60100122040
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dati
makalah ini adalah “Sejarah Peradaban Islam”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah
memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Oleh karena itu,
keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa. Semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3.Tujuan
o Mengetahui kehidupan biografi/riwayat hidup Al-Farabi
o Mengetahui karya-karya Al-Farabi
o Mengetahui pemikiran-pemikiran atau filsafat Al-Farabi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Filsafat Emanasi
Teori ini berdasar pada teori Plotinus. Apabila terdapat satu zat yang
kedua sesudah zat yang pertama, maka zat yang kedua ini adalah sinar
yang keluar dari yang pertama. Sedang Ia (Yang Esa) adalah diam,
sebagaimana dianalogikan keluarnya sinar yang berkilauan dari
matahari, sedang matahari ini diam. Selama yang pertama ini ada,
maka semua makhluk terjadi dari zat-Nya, timbullah suatu hakikat
yang bertolak keluar. Hakikat ini sama seperti form (surat) sesuatu, di
mana sesuatu itu, keluar darinya. Filsafat ini berusaha menjelaskan
bagaimana yang banyak itu tercipta atau timbul dari yang satu. Dalam
arti, Allah menciptakan alam semenjak azali, materi alam berasal dari
energi yang qadim, sedangkan susunan materi yang
menjadi alam adalah baharu. Sebab itu, menurut filosof Muslim, Kun
(jadilah) Allah yang termaktub dalam al-Qur’an ditujukan kepada Syai
(sesuatu) bukan kepada La syai’ (nihil).
Sebagai contoh firman Allah pada Surah Yasin ayat 82
2. Filsafat Metafisika
Mengenai pembicaraan filsafat metafisika ini, seperti para filosof
lainnya, yakni membahas tentang masalah ke-Tuhanan. Al-Farabi
membagi ilmu Ketuhanan menjadi 3 (tiga) yaitu: pertama, membahas
segala wujud dan hal-hal yang terjadi padanya sebagai wujud. Kedua,
membahas prinsip-prinsip burhan dalam ilmu-ilmu teori juz’iyat
(paticulars), yaitu ilmu yang berdiri sendiri karena penelitiannya
tentang Wujud tertentu. Ketiga, membahas semua Wujud yang tidak
berupa benda-benda ataupun berada dalam benda-benda itu?
Kemudian terlebih dahulu dibahas apakah Wujud serupa itu ada atau
tidak, kemudian dibuktikan dengan burhan bahwa Wujud serupa itu
ada. Apakah Wujud serupa itu sedikit atau banyak? Apakah Wujud
serupa itu berketerbatasan atau tidak? kemudian dibuktikan dengan
burhan bahwa bersifat keterbatasan.
3. Filsafat Kenabian
Filsafat ke-Nabian dalam pemikiran Al-Farabi erat hubungannya pada
agama khususnya agama Samawi (langit). Pada agama Islam sendiri
Nabi adalah manusia seperti manusia lainnya, yang makan minum,
memiliki rasa kantuk, buang air, dan lainnya. Akan tetapi Nabi diberi
kelebihan oleh Allah berupa mukjizat yang tidak dimiliki oleh manusia
lainnya. Maka dalam agama Islam, seorang Nabi di utus oleh Allah
untuk menjalankan tugas keagamaan. Nabi adalah utusan Allah yang
diberikan Al-Kitab yang dipandang sebagai Wahyu Ilahi. Oleh sebab
itu, apa yang diucapkan oleh Nabi yang berasal dari Allah adalah
wahyu, dengan ucapan yang tidak keluar dari nafsunya sendiri. Salah
satu filsafat Al-Farabi ini menjelaskan eksistensi para Nabi yang
mempunyai jiwa besar, dan membawa pencerahan-pencerahan serta
mempunyai kesanggupan untuk berkomunikasi dengan akal fa’al.
Sebab lahirnya filsafat ke-Nabian ini disebabkan adanya pengingkaran
terhadap eksistensi ke-Nabian secara filosofis oleh Ahmad Ibnu Ishaq
Al-Ruwandi.
4. Filsafat Politik
Al-Farabi dalam karyanya al-madinah al-fadhilah (Kota Utama)
menggambarkan kota sebagaimana tubuh manusia yang memiliki
bagian dan fungsinya masing-masing. Kepala sebagai bagian
terpenting mesti bersifat kuat, sehat, cerdas serta cinta ilmu
pengetahuan agar bisa mengatur anggota badan yang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran