Makalah Aldi Nurmansyah
Makalah Aldi Nurmansyah
Makalah Aldi Nurmansyah
Dosen Pengampu :
Irrmaneli, S.E.,M.E.
Disusun Oleh :
Aldi nurmansyah
(20103160201007)
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMAHDIYAH
JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan Rahmat dan
petunjuk dari;Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) Dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)”. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah dan teman-teman yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
agar makalah ini lebih sempurna dan dapat meningkatkan pengetahuan bagi pembaca.
Terima kasih dan semoga makalah ini memberikan manfaaat positif bagi pembaca dan
kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................!
DAFTAR ISI.......................................................................................................................!
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
3. Tujuan Masalah …………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
1. Tanggapan Teoritis ..................................................................................... 4
2. Pembahasan ............................................................................................... 6
BAB III PENUTUP..........................................................................................................
1. Kesimpulan................................................................................................. 18
2. Saran ……………………………..:………………………………
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan
menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. Salah satu unsur APBN
adalah anggaran pendapatan negara dan hibah yang diperoleh salah satunya dari
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Penerimaan Negara Bukan Pajak memiliki
kontribusi yang cukup signifikan bagi penerimaan negara. Penerimaan Negara Bukan
Pajak tidak hanya dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak, akan tetapi dikelola oleh
banyak Kementerian Lembaga, Salah satunya lembaga bea cukai. Dalam pelaksanaan
kebijakan fiskal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diharapkan pada
kondisi yang sulit dan delematis. Di satu sisi seiring dengan kompleknya kadar
permasalahannya yang dihadapi masyarakat, peranan kebijakan fiskal yang lebih
besar justru dibutuhkan untuk menciptakan stabilitas guna mempercepat usaha
pembangunan perekonomian nasional. Di sisi lain Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) diharapkan pada situasi dimana pada berbagai permasalahan
perwekonomian yang kompleks yang harus di slesaikan dengan anggaran yang
terbatas.
Dari pendahuluan yang sudah penulis sampaikan maka rumusan masalah yang
muncul adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)?
2. Apa yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ?
3. Apa saja Sumber penerimaan Pendapatan Negara dalam APBN dan APBD?
Dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Sumber Penerimaan Pendapatan Negara Dalam APBN
dan APBD
5
5. Untuk mengetahui tahapan dalam RAPBN dan RAPBD sehingga bisa digunakan
dalam mengolah dana.
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.1.1. Pengertian Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah (APBD)
2.2. Pembahasan
A. Pengertian (APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu daftar yang
secara sistematis membuat sumber-sumber penerimaan daerah dan alokasi
pengeluaran daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Periode
APBD sama dengan APBN, yaitu dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
a. Fungsi Stabilisasi
b. Fungsi Alokasi
c. Fungsi Distribusi
d. Fungsi Regulasi
9
peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Penyelenggaraan pemerinthan daerah sebagai subsistem pemerintahan
negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat secara umum. Sebagai daerah otonom,
daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan
pemerintahan sesuai dengan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan,
partisipasi masyarakat, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.
b. Tujuan ( APBD )
10
A. Pengertian APBN
c. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akanditerima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.
11
B. Fungsi ( APBN )
Merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, APBN mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang
menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun
anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan
kepada rakyat.
3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah
12
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.
4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
6. Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Bedanya dengan prinsip anggaran berimbang adalah bahwa pada anggaran defisit
ditentukan :
13
Anggaran fungsional berarti bahwa bantuan/ pinjaman LN hanya berfungsi
untuk membiayai anggaran belanja pembangunan (pengeluaran pembangunan) dan
bukan untuk membiayai anggaran belanja rutin.
Prinsip ini sesuai dengan azas “bantuan luar negeri hanya sebagai pelengkap”
dalam pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil sumbangan bantuan/
pinjaman luar negeri terhadap pembiayaan anggaran pembangunan, maka makin besar
fungsionalitas anggaran.
14
2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), meliputi :
2. Belanja Negara
Belanja Negara adalah pengurangan nilai kekayaan bersih dari suatu negara oleh
pemerintahan dalam periode tertentu. Beberapa belanja negara antara lain :
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja Hibah
Belanja Lain-lain
Surplus Anggaran adalah keadaan dimana pendapatam negara lebih besar dari pada
belanjan negara
5. Pembiayaan APBN
15
Pembiayaan adalah setiap yang dobayarkan kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun anggaran berikutnya.
Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara. Penerimaan negara
terdiri dari 2 yaitu :
1) Penerimaan Pajak
bagian pemerintah atas laba BUMN, dan penerimaan negara bukan pajak lainnya.
Penerimaan negara juga berasal dari hibah. Hibah merupakan pemberian dana dari
negara lain tanpa keharusan untuk mengembalikannya.
b. Hibah
a. Pendapatan Daerah
2) Sumber PAD adalah Pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan.
c) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan
pengadaan barang atau jasa oleh daerah.
b. Penerimaan Pusat
Pendapatan daerah juga dapat diperboleh melalui pemerintah pusat, yaitu dari
dana perimbangan dan dana otonomi khusus.
1) Dana pertimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dan alokasi umum dan dana
alokasi khusus.
Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil
yang berasal dari pajakterdiri pajak bumi dan banguna, bea perolehan atas tanah dan
bangunan (BPHTB), dan pajak penghasilan (PPh) pasal 25 dan 29 wajib pajak orang
17
pribadi dalam negeri serta PPh pasal 21. Dana bagi hasil bersumber dari sumber daya
alam berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak
bumi, pertambangan gas alam, dan pertambangan panas bumi.
18
2.2. 4 Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi
APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk
pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan
ekonomi. APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua indikator yang penting
dalam menentukan tingkat kemakmuran rakyat. Indikator-indikator yang menjadi
asumsi di dalam penyusunan APBN adalah indikator makro ekonomi yang menjadi
indikator dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Tentu ada proses atau mekanisme dalam penyusunan dan penetapan APBD
atau APBN. Karena dengan mempelajari hal ini maka bila ternyata mekanisme yang
dilakukan tidak sesuai maka kita bisa mengetahui nya dan bisa melakukan protes ke
pemerintah, baik itu pemerintah daerah atau pun pemerintah pusat.
20
4. Jika diterima, RAPBN akan disahkan menjadi APBN dan
disampaikan kepada pemerintah untuk dilaksanakan. Namun jika ditolak
pemerintah harus menggunakan APBN sebelumnya.
Selama ini setiap pesta demokrasi diselenggarakan selalu memakan anggaran yang
cukup besar. Pada tahun 2017 anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp 4,2 triliun,
bahkan pada tahun 2018 anggaran melonjak sekitar Rp 20 triliun. Oleh sebab itu
muncul gagasan tentang pilkada serentak. Ada tujuh fase gelombang pilkada serentak
yang akan dilakukan mulai dari tahun 2015 hingga terakhir di tahun 2027. Di tahun
2017 saja daerah yang menyelenggarakan pilkada sebanyak 101 daerah dari tingkat
provinsi, kabupaten, kota. Tujuan pilkada serentak ialah untuk menciptakan
efektivitas dan efisiensi terkait dengan anggaran.
Pilkada tak jarang menimbulkan persoalan salah satunya korupsi. Sebab, akar korupsi
pertama kali ada dalam ranah politik. Indonesia Corruption Watch (ICW)
menginventarisir setidaknya ada 10 permasalahan yang membayangi proses pilkada,
seperti politik uang, politisasi birokrasi hingga pengumpulan modal ilegal untuk
kepentingan dana kampanye. Hal ini tentu merupakan titik rawan terjadinya korupsi
yang sangat besar.
Berdasarkan data Litbang Kementerian Dalam Negeri terkait dengan dana kampanye
menunjukkan setiap pasangan calon kepala daerah di tingkat kabupaten atau kota
perlu mengeluarkan biaya sekitar Rp 30 miliar. Padahal gaji yang diterima oleh
kepala daerah tidak mencapai ... dalam lima tahun masa kepemimpinannya. Artinya
patut diduga sumber dana kampanye yang diperoleh oleh calon kepala daerah berasal
22
dari pihak-pihak lain yang berburu rente.
Untuk menjawab fenomena tersebut, ICW membuat kajian deskriptif terkait dengan
penindakan kasus korupsi yang terjadi di seluruh Indonesia selama tahun 2017. Ada
beberapa aspek yang dilihat, seperti : jumlah kasus korupsi, aktor yang paling banyak
ditindak berdasarkan jabatan, modus yang digunakan, korupsi berdasarkan sektor,
lembaga tempat terjadinya korupsi, institusi penegak hukum yang menangani,
kerugian negara yang ditimbulkan dan nilai suap yang diberikan.
Dalam proses pemantauan yang dilakukan, ICW mengalami hambatan salah satunya
terkait dengan data penanganan kasus korupsi yang ditangani oleh institusi penegak
hukum (Kepolisian, Kejaksaan, KPK). Ketiga institusi yang berwenang untuk
menangani kasus korupsi masih belum transparan dalam mempublikasikan hasil
kerja-kerja terkait dengan proses penegakan hukum terkait korupsi. Sekalipun ada
hanya berupa statistik dan tidak menggambarkan secara detil kasus korupsi yang
terjadi, bagaimana peta aktor, tipologi korupsi yang dilakukan hingga nilai kerugian
negara yang timbul.
23
tersebut merupakan resesi terdalam sejak Perang Dunia Kedua.
Indonesia sebagai negara yang juga terdampak Covid-19 kini mengalami kontraksi
yang mendalam.
Saat ini perekonomian Indonesia sudah berada dalam zona resesi karena
pertumbuhan negatif di kuartal II dan III tahun ini. Ekonomi Indonesia pada
kuartal II 2020 telah mengalami kontraksi 5,32%, dan untuk kuartal III 2020 Menteri
Keuangan telah memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran
-2,9% hingga -1%. Meski demikian, sejak beberapa waktu lalu, pemerintah telah
mengantisipasi terjadinya krisis dengan mengalokasikan dana hingga Rp 695,2 triliun
untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Menurut Bank Dunia, program
perlindungan sosial Indonesia selama pandemi tersebut berjalan efektif. Hal itu
terbukti dari bantuan yang berhasil menjangkau sekitar 90% dari total 40% kelompok
masyarakat miskin Indonesia. Salah satunya terlihat dari penjualan ritel yang
berangsur mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada
Mei 2020 indeks penjualan riil berada di angka minus 20% menjadi minus 10% pada
Agustus 2020.
24
Sebagai konsekuensi dari besarnya kebutuhan countercyclical pemulihan
ekonomi di tahun 2020 dan 2021 serta upaya-upaya penguatan fondasi perekonomian,
maka menjadi hal yang wajar jika defisit APBN pada 2021 masih diperlukan hingga
melebihi 3% dari PDB dengan tetap menjaga kehati-hatian, kredibilitas, dan
kesinambungan fiskal. Saat ini pemerintah dan DPR telah menyetujui postur APBN
2021 dengan defisit anggaran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di angka 5,7%
atau sebesar Rp 1.006,4 triliun. Meski demikian, defisit anggaran APBN 2021
menurun dibandingkan defisit anggaran dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2020 yang
sebesar Rp 1.039,2 triliun atau sekitar 6,34% dari PDB.
Postur APBN 2021 dari sisi kebijakan pendapatan negara, saat ini pemerintah
berupaya untuk melakukan optimalisasi penerimaan negara melalui perluasan basis
pajak sekaligus mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional, melalui
pemberian insentif sejalan dengan upaya reformasi di bidang perpajakan dan PNBP.
Berdasarkan asumsi makro dalam APBN 2021 tersebut, pendapatan negara ditetapkan
sebesar Rp1.743,65 triliun yang berasal dari pendapatan dalam negeri Rp1.742,75
triliun dan penerimaan hibah Rp0,9 triliun. Pendapatan dalam negeri diperoleh dari
penerimaan perpajakan sebesar Rp1.444,54 triliun dan Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) Rp298,2 triliun.
Sementara itu, alokasi belanja negara mencapai Rp2.750,0 triliun atau 15,6%
terhadap produk domestik bruto (PDB). Belanja diarahkan untuk mendukung
pemulihan ekonomi dan prioritas pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan,
teknologi informasi dan komunikasi, infrastruktur, ketahanan pangan, pariwisata, dan
25
perlindungan sosial. Secara umum, pemerintah tetap akan melanjutkan program
pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021 dengan fokus kepada dukungan penanganan
kesehatan, perlindungan sosial, sektoral kementerian/lembaga dan pemda, UMKM,
pembiayaan korporasi, dan insentif usaha.
26
BAB III
PENUTUP
27
3.1 Kesimpulan
APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk
pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan
ekonomi.
3.2. Saran
Agar pendapatan daerah meningkat, kita selaku warga masyarakat harus patuh dalam
membayar pajak.
28
DAFTAR PUSTAKA
http://mugnisulaeman.blogspot.com/2013/01/makalah-anggaran-pendapatan-dan%0db
elanja.html
29