Makalah Aldi Nurmansyah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA (APBN) Dan

ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH “APBD”

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah :


Ekonomi makro

Dosen Pengampu :
Irrmaneli, S.E.,M.E.

Disusun Oleh :

Aldi nurmansyah
(20103160201007)

EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMAHDIYAH
JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan Rahmat dan
petunjuk dari;Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) Dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)”. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah dan teman-teman yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
agar makalah ini lebih sempurna dan dapat meningkatkan pengetahuan bagi pembaca.

Terima kasih dan semoga makalah ini memberikan manfaaat positif bagi pembaca dan
kita semua.

Jambi, 18 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................!
DAFTAR ISI.......................................................................................................................!
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
3. Tujuan Masalah …………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
1. Tanggapan Teoritis ..................................................................................... 4
2. Pembahasan ............................................................................................... 6
BAB III PENUTUP..........................................................................................................
1. Kesimpulan................................................................................................. 18
2. Saran ……………………………..:………………………………
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas


dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah (Sutaryo, Sutopo dan Wijaya, 2014). Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 yang merupakan pengganti Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 adalah
undang-undang yang mengatur tentang pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia.
Pemberlakuan otonomi daerah telah memberikan pemerintah daerah peluang yang
lebih besar untuk mengoptimalkan potensi sumber daya manusia, dana maupun
kekayaan lainnya (Adi, 2012).

Penyusunan anggaran pendapatan adalah suatu rencana yang disusun


secara sistematis, yang seluruh kegiatan pemerintah atau instansi yang dinyatakan
dalam unit moneter (nilai uang) untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan
datang.Anggaran pendapatan pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam penyusunan APBD. Dimana dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan
mempunyai arti penting bagi pemerintah daerah dalam membantu kelancaran roda
pembangunan dan memberikan isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah daerah
khususnya sehingga tercipta perencanaan dan pelaksanaan yang efektif.

Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang efektif dan


efisien, tahap persiapan atau perencanaan anggaran merupakan salah satu faktor yang
harus diperhatikan. Namun demikian, tahap persiapan atau penyusunan anggaran
harus di akui memang hanyalah salah satu tahap penting dalam keseluruhan siklus /
proses anggaran daerah tersebut.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari


pengelolaan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk
mengatur pengeluaran dan penerimaan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan

3
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan
menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. Salah satu unsur APBN
adalah anggaran pendapatan negara dan hibah yang diperoleh salah satunya dari
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Penerimaan Negara Bukan Pajak memiliki
kontribusi yang cukup signifikan bagi penerimaan negara. Penerimaan Negara Bukan
Pajak tidak hanya dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak, akan tetapi dikelola oleh
banyak Kementerian Lembaga, Salah satunya lembaga bea cukai. Dalam pelaksanaan
kebijakan fiskal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diharapkan pada
kondisi yang sulit dan delematis. Di satu sisi seiring dengan kompleknya kadar
permasalahannya yang dihadapi masyarakat, peranan kebijakan fiskal yang lebih
besar justru dibutuhkan untuk menciptakan stabilitas guna mempercepat usaha
pembangunan perekonomian nasional. Di sisi lain Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) diharapkan pada situasi dimana pada berbagai permasalahan
perwekonomian yang kompleks yang harus di slesaikan dengan anggaran yang
terbatas.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga diharapkan pada


tantangan yang berat baik pada posisi penerimaan dan pengeluaran dari pembiayaan
negara. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) justru diharapkan mampu
berperan dalam menciptakan stimulasi fiskal bagi bergeraknya roda perekonomian
masyarakat. Ini berarti diperlukan pengeluaran pemerintah yang cukup besar untuk
menciptakan dan perluasan pekerjaan produktif pemenuhan kebutuhan masyarakat
terutama di bidang penduduk, kesehatan, serta pengadaan subsidi bagi beberapa jenis
komoditi yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mempunyai pengaruk


yang besar dalam pembangunan ekonomi nasional, sehingga dalam penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus secara realistis agar dapat
memberi gambaran secara tepat, jelas dan trasparan mengenai arah, sasaran, serta
strategi kebijakan fiskal jangka menengah maupun sebagai bagian dari integral
4
kebijaksanaan makro ekonomi jangka pendek dan jangka menengah dan mendukung
program pembangunan ekonomi nosional oleh karena itu dalam perencanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus dilakukan pada pedoman
prinsip kehati – hatian dan serealistis mungkin. (Maulidyah dan M. Wahyudi, 2001).

1.2. . Rumusan Masalah

Dari pendahuluan yang sudah penulis sampaikan maka rumusan masalah yang
muncul adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)?

2. Apa yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ?

3. Apa saja Sumber penerimaan Pendapatan Negara dalam APBN dan APBD?

4. Bagaimana Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi ?

5. Bagaimana proses penyusunan APBN dan APBD?

1.3 Tujuan Makalah

Dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk Mengetahui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Indonesia

2. Untuk Mengetahui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di


Indonesia

3. Untuk Mengetahui Apa Saja Sumber Penerimaan Pendapatan Negara Dalam APBN
dan APBD

4. Untuk Mengetahui Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi

5
5. Untuk mengetahui tahapan dalam RAPBN dan RAPBD sehingga bisa digunakan
dalam mengolah dana.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teoritis

6
2.1.1. Pengertian Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menjadi wewenang


pemerintah di daerah dalam rangka mencapai sasaran pembangunan dalam kurun
waktu satu tahun. Anggaran pendapatan atau penerimaan dan belanja daerah perlu
dibuat akuntansi perhitungan keuangan dan dipertanggung jawabkan oleh kepala
daerah.

Menurut Dr. Rudy Badrudin (2017:98) “Anggaran Pendapatan Asli Daerah


(APBD) adalah suatu rencana kerja pemerintah daerah yang mencakup seluruh
pendapatan atau penerimaan dan belanja atau pengeluaran pemerintah daerah, baik
provinsi, kabupaten, dan kota dalam rangka mencapai sasaran pembangunan dalam
kurun waktu satu tahun yang dinyatakan dalam satuan uang dan disetujui oleh DPRD
dalam peraturan perundangan yang disebut Peraturan Daerah”.

Menurut V. Wiratna Sujarweni (2015:60) “APBD adalah rencana keuangan yang


dibuat pemerintah daerah setiap tahunnya, disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD)”.

Menurut Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi (2014:21)


berdasarkan Pasal 64 ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
pokok-pokok Pemerintah di Daerah “APBD dapat didefinisikan sebagai rencana
operasional keuangan pemerintah daerah, dimana di satu pihak menggambarkan
perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan
proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain
menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna
menutupi pengeluaran-pengeluaran dimaksud”.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah diatas maka peneliti dapat simpulkan bahwa pengertian APBD adalah
rencana keuangan pemerintah daerah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah
untuk membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam masa satu tahun,
mulai dari 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
7
APBN yang didasarkan pada RKP akan diawali dengan, Kementrian
Keuangan dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang akan
menyusun pagu indikatif (Bambang, 2016: 5). Kementrian Keuangan dan Bappenas
akan menyusun dan menyampaikan daftar usulan kegiatan untuk anggaran rutin dan
daftar usulan proyek yang telah disampaikan oleh tiap unit eselon untuk anggaran
pembangunan (Rachmat, 2010: 163). Daftar usulan kegiatan dan daftar usulan proyek
yang telah disetujui oleh DPR inilah yang akan menjadi pagu indikatif, guna dijadikan
dasar untuk menyusun Rancangan APBN.

Selanjutnya, Kementrian Keuangan dan Bappenas akan menyampaikan


pokok-pokok kebijakan fiskal (PPKF) dan kerangka ekonomi makro (KEM) kepada
DPR selambat-lambatnya pada pertengahan bulan Mei, yang akan membahas
mengenai kebijakan umum dan prioritas anggaran, dari hasil pembahasan tersebut
akan menjadi masukan untuk penyusunan APBN (Muindro, 2013: 47).

Setelah membahas mengenai PPKF dan KEM, selanjutnya Kementrian


Keuangan akan menyusun penetapan rencana kerja dan anggaran (Bambang, 2016: 5).
Menurut Muindro, Pagu indikatif yang telah disetujui oleh DPR pada tahap pertama
akan digunakan untuk menyusun rencana kerja dan anggaran kementrian
negara/lembaga tahun berikutnya, yang tentunya telah berisikan prestasi kerja yang
akan dicapai dan perkiraan belanja untuk tahun berikutnya. Rencana kerja dan
anggaran yang telah disusun, akan disampaikan kepada DPR yang nantinya akan
menghasilkan pagu anggaran guna pendahuluan rancangan APBN. Hasil pembahasan
tersebut akan digunakan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang APBN
(Muindro, 2013: 47).

Pemerintah pusat akan mengajukan rancangan UU-APBN disertai


dengan Nota Keuangan dan dokumen dokumen pendukungnya kepada DPR pada
bulan Agustus (Muindro, 2013: 47). Menurut Rachmat, Pembahasan rancangan UU-
APBN pada DPR dilakukan oleh Komisi APBN DPR yang anggotanya meliputi
semua fraksi yang ada di DPR. Setelah pembahasan rancangan UU-APBN maka DPR
dapat menentukan apakah menolak atau menyetujui, dengan anggapan DPR telah
8
menyetujui maka, rancangan UU-APBN akan dikembalikan untuk disahkan dengan
ditandatangani Presiden dan selanjutnya diundangkan dalam Lembaran Negara oleh
Menteri Sekretaris Negara. Setelah selesai tahapan pembahasan dan pengesahan,
tahapan pelaksanaan APBN dapat dimulai (Rachmat, 2010: 173).

2.2. Pembahasan

2.2.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD)

A. Pengertian (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu daftar yang
secara sistematis membuat sumber-sumber penerimaan daerah dan alokasi
pengeluaran daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Periode
APBD sama dengan APBN, yaitu dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

2.2.2 Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD )

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau APBD mempunyai fungsi


yang sama dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Diantaranya :

a. Fungsi Stabilisasi

b. Fungsi Alokasi

c. Fungsi Distribusi

d. Fungsi Regulasi

Berdasarkan UUD 1945 ayat 1, 2, dan 3, pemerintah wajib menyusun APBN.


Sebelum menjadi APBN, pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (RAPBN). Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari
pembangunan dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan
sumber daya nasional. Hal ini dimaksudkan agar memberikan kesempatan bagi

9
peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Penyelenggaraan pemerinthan daerah sebagai subsistem pemerintahan
negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat secara umum. Sebagai daerah otonom,
daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan
pemerintahan sesuai dengan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan,
partisipasi masyarakat, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.

Fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi pada umumnya lebih efektif


dilaksanakan pemerintah pusat, sedangkan fungsi alokasi pada umumnya
dilaksanakan pemerintah daerah. Hal ini disebabkan daerah lebih mengetahui
kebutuhan serta standar pelayanan masyarakat. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya
perlu diperhatikan kondisi dan situasi yang berbeda-beda setiap wilayah. Dengan
demikian, pembagian ketiga fungsi tersebut sangat penting sebagai landasan dalam
penentuan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
secara jelas dan tegas.

Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan


yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional. Hali in
diwujudkan melalui pengaturan, pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional, dan
perimbangan keuangan. Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka
perimbangan keuangan dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi, dan
tugas pembantuan.

b. Tujuan ( APBD )

Tujuan penyusunan APBD adalah untuk mengatur pembelanjaan daerah dan


penerimaan daerah agar tercapai kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi daerah
secara merata.

2.2..2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

10
A. Pengertian APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan


tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan PerwakilanRakyat. (Pasal 1
angka 7, UU No. 17/2003). Merujuk Pasal 12 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan
Negara, APBN dalam satu tahun anggaran meliputi:

a. Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan.

b. Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan

c. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akanditerima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.

Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui rekening kas


umum negara. (Pasal 12 ayat (2) UU No. 1/2004) tahun anggaran adalah periode
pelaksanaan APBN selama 12 bulan. Sejak tahun 2000, Indonesia menggunakan tahun
kalender sebagai tahun anggaran, yaitu dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal
31 Desember. Sebelumnya, tahun anggaran dimulai tanggal 1 April sampai dengan 31
Marettahun berikutnya. Penggunaan tahun kalender sebagai tahun anggaran ini
kemudian dikukuhkan dalam UU Keuangan Negara dan UU Perbendaharaan
Negara (Pasal 4 UU No. 17/2003 dan Pasal 11 UU No. 1/2004).

Sebagaimana ditegaskan dalam Bagian Penjelasan UU No. 17/2003, anggaran


adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai fungsi
akuntabilitas, pengeluaran anggaran hendaknya dapatdipertanggungjawabkan dengan
menunjukkan hasil (result) berupa outcome atau setidaknya output dari
dibelanjakannya dana-dana publik tersebut. Sebagai alat manajemen, sistem
penganggaran selayaknya dapat membantu aktivitas berkelanjutan untuk memperbaiki
efektifitas dan efisiensi program pemerintah.Sedangkan sebagai instrumen kebijakan
ekonomi, anggaran berfungsi untukmewujudkan pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

11
B. Fungsi ( APBN )

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara


dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan,
mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai
stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara
umum.

Merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, APBN mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang
menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun
anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.

1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan
kepada rakyat.

2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi


pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat
rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah
direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan
nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk
mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.

3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah

12
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.

4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.

5. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan


rasa keadilan dan kepatutan

6. Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

C. Prinsip-prinsip Dalam APBN

a. Prinsip Anggaran Defisit

Bedanya dengan prinsip anggaran berimbang adalah bahwa pada anggaran defisit
ditentukan :

1) Pinjaman LN tidak dicatat sebagai sumber penerimaan melainkan sebagai


sumber pembiayaan.

2) Defisit anggaran ditutup dengan sumber pembiayaan DN + sumber pembiayaan


LN (bersih)

Ada anggaran dinamis absolut dan anggaran dinamis relatif. Anggaran


bersifat dinamis absolut apabila Tabungan Pemerintah (TP) dari tahun ke tahun terus
meningkat.

Anggaran bersifat dinamis relatif apabila prosentase kenaikan TP (DTP) terus


meningkat atau prosentase ketergantungan pembiayaan pembangunan dari pinjaman
luar negeri terus menurun.

c. Prinsip Anggaran Fungsional

13
Anggaran fungsional berarti bahwa bantuan/ pinjaman LN hanya berfungsi
untuk membiayai anggaran belanja pembangunan (pengeluaran pembangunan) dan
bukan untuk membiayai anggaran belanja rutin.

Prinsip ini sesuai dengan azas “bantuan luar negeri hanya sebagai pelengkap”
dalam pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil sumbangan bantuan/
pinjaman luar negeri terhadap pembiayaan anggaran pembangunan, maka makin besar
fungsionalitas anggaran.

d. Tujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan


penerimaan negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis, dalam rangka
melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi,
peningkatan kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Semua
itu ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur, baik material maupun
spiritual bedasarkan Pancasila dan UUD 1945.

e. Struktur Dan Komponen Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN)

1. Pendapatan Negara dan Hibah

Pendapatan negara adalah penambahan nilai kekayaan bersih dalam sebuah


negara. Beberapa sumber pendapatan negara antara lain :

1) Penerimaan Pajak, meliputi :

 Pendapatan Pajak Dalam Negeri

 Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

14
2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), meliputi :

 Penerimaan Sumber Daya Alam

 Pendapatan Laba BUMN

 Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)

 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya

2. Belanja Negara

Belanja Negara adalah pengurangan nilai kekayaan bersih dari suatu negara oleh
pemerintahan dalam periode tertentu. Beberapa belanja negara antara lain :

 Belanja Pegawai

 Belanja Barang

 Belanja Modal

 Belanja Bunga dan Pinjaman

 Subsidi (Energi dan Non Energi)

 Belanja Hibah

 Belanja Bantuan Sosial

 Belanja Lain-lain

3. Keseimbangan Primer APBN

Keseimbangan Primer adlah Jumlah pendapatan Negara dikurangi belanja negara


diluar pembayaran bunga utang. Pemerintah dianggap berhasil apabila jumlah
pendapatan negara lebih besar daripada belanja negara.

4. Surplus/Defisit Anggaran APBN

Surplus Anggaran adalah keadaan dimana pendapatam negara lebih besar dari pada
belanjan negara

5. Pembiayaan APBN

15
Pembiayaan adalah setiap yang dobayarkan kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun anggaran berikutnya.

2.2.3 Sumber Penerimaan Pendapatan Negara dalam APBN dan APBD

a. Sumber Penerimaan di dalam APBN.

Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara. Penerimaan negara
terdiri dari 2 yaitu :

a. Penerimaan Dalam Negeri

Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber. Secara umum penerimaan


negara dibedakan menjadi dua sumber yaitu:

1) Penerimaan Pajak

Penerimaan perpajakan berasal dari dalam negeri dan pajak perdagangan


internasional. Pajak dalam negeri terdiri dari pajak pengahasilan migas dan nonmigas,
PPN dan PPnBM, BPHTB, cukai, dan pajak lainnya. Pajak perdagangan internasional
berasal dari bea masuk dan pajak/pungutan ekspor.

2) Penerimaan negara bukan pajak berasal dari sumber daya alam,

bagian pemerintah atas laba BUMN, dan penerimaan negara bukan pajak lainnya.
Penerimaan negara juga berasal dari hibah. Hibah merupakan pemberian dana dari
negara lain tanpa keharusan untuk mengembalikannya.

b. Hibah

Penerimaan Hibah merupakan semua penerimaan negara yang berasal dari


sumbangan swasta dalam negeri, dan sumbangan lembaga swasta dan pemerintahan
luar negeri, termasuk lembaga internasional. Penerimaan hibah ini tidak perlu
dikembalikan. Hibah meliputi pemberian untuk proyek khusus dan untuk mendukung
anggaran secara umum. Hibah dalam bentuk peralatan, barang, dan bantuan teknis,
biasanya tidak dimasukkan dalam anggaran, tetapi dicatat dalam item memorandum.
16
b. Sumber Penerimaan Negara di dalam APBD

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah , Pendapatan Daerah
berasal dari:

a. Pendapatan Daerah

1) Pendapatan Asli Daerah.

2) Sumber PAD adalah Pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan.

Lain-lain PAD yang Sah

PAD yang sah terdiri dari:

a) Penjualan kekayaan daerah yang tidak terpisahkan, jasa giro, pendapatan


bunga.

b) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

c) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan
pengadaan barang atau jasa oleh daerah.

b. Penerimaan Pusat

Pendapatan daerah juga dapat diperboleh melalui pemerintah pusat, yaitu dari
dana perimbangan dan dana otonomi khusus.

1) Dana pertimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dan alokasi umum dan dana

alokasi khusus.

a) Dana Bagi Hasil

Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil
yang berasal dari pajakterdiri pajak bumi dan banguna, bea perolehan atas tanah dan
bangunan (BPHTB), dan pajak penghasilan (PPh) pasal 25 dan 29 wajib pajak orang

17
pribadi dalam negeri serta PPh pasal 21. Dana bagi hasil bersumber dari sumber daya
alam berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak
bumi, pertambangan gas alam, dan pertambangan panas bumi.

b) Dana Alokasi Umum (DAU).

Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam


negeri bersih yang ditetapkan dalam APBN. Proorsi DAU antara daerah provinsi dan
kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan kewenangan antara provinsi dan kabupaten
/kota. Ketentuan lebih lanjut mengenai DAU diatur dalam peraturan
pemerintah.DAU dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan asas
desentralisasi. Pengaturan penggunaan DAU sepenuhnya menjadi kewenangan
daerah.

c) Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana alokasi khusus bertujuan untuk kebutuhan khusus dengan memerhatikan


tersedianya dana pada APBN. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN.
Ketetapan lebih lanjut mengenai DAK diatur dalam peraturan pemerintah

2) Dana Otonomi Khusus

Merupakan dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi


khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang No 18 Tahun
2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi
Nanggroe Aceh Darrusalam, dan Undang-Undang No 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, serta untuk penyesuaian kekurangan dana
alokasi umum untuk beberapa daerah.

18
2.2. 4 Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi

APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk
pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan
ekonomi. APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua indikator yang penting
dalam menentukan tingkat kemakmuran rakyat. Indikator-indikator yang menjadi
asumsi di dalam penyusunan APBN adalah indikator makro ekonomi yang menjadi
indikator dalam proses pertumbuhan ekonomi.

Beberapa kebijakan dalam pengelolaan APBN senantiasa diarahkan kepada


terciptanya pertumbuhan ekonomi, walaupun pertumbuhan ekonomi itu sendiri tidak
bisa dipaksakan.

Ada beberapa alasan yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi bergerak lambat


walaupaun stabilitas ekonomi makro sudah tercapai :

1. Masih tingginya pengangguran dan kerentanan pasar tenaga kerja.


Pengangguran yang tinggi terkait kepada pertambahan penduduk dan
kualitas pendidikan dan skill sebagian terbesar SDM kita. Di lain fihak
pasar tenaga kerja juga kurang fleksibel, artinya, amat mahal bagi
perusahaan untuk mengurangi tenaga kerjanya kalau pasarnya menciut.
Biaya pesangon untuk pemutusan hubungan kerja amat tingginya. Karena
hubungan industrial di Indonesia kurang menguntungkan perusahaan maka
banyak bakal investor internasional memilih lokasi Cina dan Vietnam
ketimbang Indonesia.

2. Lemahnya kegiatan investasi dan permasalahan fundamental


terkait.Lemahnya kegiatan investasi baru juga oleh karena bagi pengusaha
kepastian hukum sejak reformasi telah berkurang. Pelaksanaan otonomi
daerah menambah ketidak pastian. Indonesia sekarang terkenal sebagai
high-cost economy. Salah suatu sumber ekonomi biaya tinggi adalah
kurang memadainya infra-struktur, karena sejak 1998 praktis tidak ada
19
investasi pemerintah di bidang infra-struktur ini. Sebetulnya masih ada
suatu rintangan fundamental, yakni intermediasi sistim perbankan belum
bisa bekerja secara normal, karena ketatnya prudential rules yang baru dan
masih ada trauma kredit macet.

2.2.5 Cara Penyusunan APBN dan APBD

“Penyalahgunaan Dana APBD di Kabupaten Bekasi”

Tentu ada proses atau mekanisme dalam penyusunan dan penetapan APBD
atau APBN. Karena dengan mempelajari hal ini maka bila ternyata mekanisme yang
dilakukan tidak sesuai maka kita bisa mengetahui nya dan bisa melakukan protes ke
pemerintah, baik itu pemerintah daerah atau pun pemerintah pusat.

Proses penyusunan APBN bisa dikelompokan ke dalam tahapan, yaitu : 1.


Proses pembicara pendahuluan antara pemerintah dan DPR dari bulan Februari
sampai dengan pertengahan agustus. 2. Pengajuan, pembahasan dan penetepan APBN,
dimulai pertengahan agustus sampai dengan bulan desember. Cara Penyusunan APBN
dan APBD.

Langkah – langkah penyusunan APBN adalah sebagai berikut ini:

1. Pemerintah menyusun rancangan anggaran pendapatan dan belanja


negara (RAPBN), RAPBN disusun pemerintah atas dasar usulan anggaran
yang dibuat oleh setiap departemen atau lembaga negara yang diusulkan
kepada pemerintah dalam bentuk DUK (Daftar Usulan Kegiatan) dan DUP
(Daftar Usulan Proyek). DUK diusulkan untuk membiayai pembangunan.

2. Pemerintah mengajukan RAPBN kepada DPR untuk dibahas

3. DPR membahas RAPBN dengan tujuan : diterima atau ditolak.

20
4. Jika diterima, RAPBN akan disahkan menjadi APBN dan
disampaikan kepada pemerintah untuk dilaksanakan. Namun jika ditolak
pemerintah harus menggunakan APBN sebelumnya.

Langkah-penyusunan APBD adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang APBD


disertai penjelasan dan dokumen – dokumen pendukungnya kepada DPRD pada
minggu pertama bulan oktober tahun sebelumnya.

2. Setelah disetujui oleh DPRD, RAPBD kemudian ditetapkan menjadi APBD


melalui peraturan daerah. Apabila DPRD tidak menyetujui rancangan peraturan
daerah, maka untuk membiayai keperluan setiap bulan, pemerintah dapat
melaksanakan pengeluaran setinggi – tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran
sebelumnya.

3. Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, pelaksanaannya dituangkan


lebih lanjut dengan keputusan gubernur/bupati/walikota.

2.3. Contoh Kasus

2.3.1. Contoh Kasus APBD

“Resiko Korupsi Dana APBN Di Masa Pandemi”

Bekasi merupakan salah satu cerminan buruk dalam proses penyelenggaraan


pemerintahan daerah, termasuk dalam pengelolaan dana APBD. Banyak terjadi kasus
tentang penyelewengan dana APBD seperti korupsi dana anggaran, penyelewengan
anggaran di bidang pendidikan, pelayanan publik seperti pengelolaan sampah, dan
masih banyak kasus lainnya. Hal tersebut merupakan permasalahan yang sangat
krusial dimana penyelewengan tersebut merabah ke sektor inti yang sangat
menentukan terhadap keberhasilan proses penyelenggaran pemerintahan di level
daerah. Permasalahan penyelewengan ini yang kemudian mengakibatkan buruknya
nama Bekasi dalam proses penyelenggaran pemerintahan lokal dan menjadikan
stigma bagi para aparat penyelenggaraan pemerintahan itu sendiri.
21
Pemilu merupakan salah satu cara agar sirkulasi kepemimpinan berjalan dengan baik.
Bila tidak pemerintahan akan berpotensi masuk dalam pemerintahan yang
otoritarianisme dan cenderung korup. Perhelatan pemilu perlu dilakukan di negara
yang demokratis, baik di tingkat nasional (pemilihan Presiden) hingga di tingkat lokal
(pemilihan kepala daerah).

Selama ini setiap pesta demokrasi diselenggarakan selalu memakan anggaran yang
cukup besar. Pada tahun 2017 anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp 4,2 triliun,
bahkan pada tahun 2018 anggaran melonjak sekitar Rp 20 triliun. Oleh sebab itu
muncul gagasan tentang pilkada serentak. Ada tujuh fase gelombang pilkada serentak
yang akan dilakukan mulai dari tahun 2015 hingga terakhir di tahun 2027. Di tahun
2017 saja daerah yang menyelenggarakan pilkada sebanyak 101 daerah dari tingkat
provinsi, kabupaten, kota. Tujuan pilkada serentak ialah untuk menciptakan
efektivitas dan efisiensi terkait dengan anggaran.

Pilkada tak jarang menimbulkan persoalan salah satunya korupsi. Sebab, akar korupsi
pertama kali ada dalam ranah politik. Indonesia Corruption Watch (ICW)
menginventarisir setidaknya ada 10 permasalahan yang membayangi proses pilkada,
seperti politik uang, politisasi birokrasi hingga pengumpulan modal ilegal untuk
kepentingan dana kampanye. Hal ini tentu merupakan titik rawan terjadinya korupsi
yang sangat besar.

Berdasarkan data Litbang Kementerian Dalam Negeri terkait dengan dana kampanye
menunjukkan setiap pasangan calon kepala daerah di tingkat kabupaten atau kota
perlu mengeluarkan biaya sekitar Rp 30 miliar. Padahal gaji yang diterima oleh
kepala daerah tidak mencapai ... dalam lima tahun masa kepemimpinannya. Artinya
patut diduga sumber dana kampanye yang diperoleh oleh calon kepala daerah berasal

22
dari pihak-pihak lain yang berburu rente.

Untuk menjawab fenomena tersebut, ICW membuat kajian deskriptif terkait dengan
penindakan kasus korupsi yang terjadi di seluruh Indonesia selama tahun 2017. Ada
beberapa aspek yang dilihat, seperti : jumlah kasus korupsi, aktor yang paling banyak
ditindak berdasarkan jabatan, modus yang digunakan, korupsi berdasarkan sektor,
lembaga tempat terjadinya korupsi, institusi penegak hukum yang menangani,
kerugian negara yang ditimbulkan dan nilai suap yang diberikan.

Dalam proses pemantauan yang dilakukan, ICW mengalami hambatan salah satunya
terkait dengan data penanganan kasus korupsi yang ditangani oleh institusi penegak
hukum (Kepolisian, Kejaksaan, KPK). Ketiga institusi yang berwenang untuk
menangani kasus korupsi masih belum transparan dalam mempublikasikan hasil
kerja-kerja terkait dengan proses penegakan hukum terkait korupsi. Sekalipun ada
hanya berupa statistik dan tidak menggambarkan secara detil kasus korupsi yang
terjadi, bagaimana peta aktor, tipologi korupsi yang dilakukan hingga nilai kerugian
negara yang timbul.

2.3.2. Contoh Kasus APBN

PANDEMI yang terjadi di berbagai negara dalam beberapa bulan terakhir


telah membawa ekonomi dunia masuk ke dalam jurang resesi yang tak terelakkan.
Bank Dunia menyatakan bahwa Covid-19 akan membawa 92% negara di dunia jatuh
ke jurang resesi. Hingga kini setidaknya telah terdapat 14 negara mengonfirmasi
terjadinya resesi, di antaranya adalah Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, Korea
Selatan, Spanyol, Hongkong, Singapura, Filipina, Inggris, Malaysia, Polandia,
Thailand, dan Jepang. Bank Dunia dalam laporan Prospek Ekonomi Global telah
memperkirakan ekonomi global mengalami penurunan sebesar 5,2% pada tahun ini
sebagai akibat dari pandemi covid-19. Bank Dunia juga menyebutkan bahwa resesi

23
tersebut merupakan resesi terdalam sejak Perang Dunia Kedua.
Indonesia sebagai negara yang juga terdampak Covid-19 kini mengalami kontraksi
yang mendalam.

Saat ini perekonomian Indonesia sudah berada dalam zona resesi karena
pertumbuhan negatif di kuartal II dan III tahun ini. Ekonomi Indonesia pada
kuartal II 2020 telah mengalami kontraksi 5,32%, dan untuk kuartal III 2020 Menteri
Keuangan telah memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran
-2,9% hingga -1%. Meski demikian, sejak beberapa waktu lalu, pemerintah telah
mengantisipasi terjadinya krisis dengan mengalokasikan dana hingga Rp 695,2 triliun
untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Menurut Bank Dunia, program
perlindungan sosial Indonesia selama pandemi tersebut berjalan efektif. Hal itu
terbukti dari bantuan yang berhasil menjangkau sekitar 90% dari total 40% kelompok
masyarakat miskin Indonesia. Salah satunya terlihat dari penjualan ritel yang
berangsur mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada
Mei 2020 indeks penjualan riil berada di angka minus 20% menjadi minus 10% pada
Agustus 2020.

Pembahasan APBN 2021 di masa pandemi Covid-19 menjadi sesuatu yang


extraordinary mengingat pengajuan dan pembahasannya dilaksanakan di tengah
tingginya ketidakpastian akibat pandemi Covid-19. Sebagai instrumen countercyclical,
APBN menjadi salah satu instrumen utama yang memiliki dimensi dampak yang
sangat luas baik dalam melanjutkan penanganan di bidang kesehatan, melindungi
masyarakat yang rentan, dan dalam mendukung proses pemulihan perekonomian
nasional pada tahun 2021. Oleh sebab itu, APBN 2021 akan melanjutkan kebijakan
countercyclical yang ekspansif dan konsolidatif dengan memperhatikan fleksibilitas
dalam merespons kondisi perekonomian dan mendorong pengelolaan fiskal yang
pruden dan berkelanjutan. Prioritas pembangunan nasional pada 2021 tidak hanya
fokus kepada bidang kesehatan, tapi juga kepada pendidikan, teknologi informasi dan
komunikasi, ketahanan pangan, perlindungan sosial, infrastruktur dan pariwisata.

24
Sebagai konsekuensi dari besarnya kebutuhan countercyclical pemulihan
ekonomi di tahun 2020 dan 2021 serta upaya-upaya penguatan fondasi perekonomian,
maka menjadi hal yang wajar jika defisit APBN pada 2021 masih diperlukan hingga
melebihi 3% dari PDB dengan tetap menjaga kehati-hatian, kredibilitas, dan
kesinambungan fiskal. Saat ini pemerintah dan DPR telah menyetujui postur APBN
2021 dengan defisit anggaran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di angka 5,7%
atau sebesar Rp 1.006,4 triliun. Meski demikian, defisit anggaran APBN 2021
menurun dibandingkan defisit anggaran dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2020 yang
sebesar Rp 1.039,2 triliun atau sekitar 6,34% dari PDB.

Sebagaimana telah disampaikan oleh Menteri Keuangan bahwa defisit ini


sejalan dengan upaya melanjutkan penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan
ekonomi nasional ketika potensi sisi penerimaan belum sepenuhnya pulih. Besaran
defisit tersebut juga telah mempertimbangkan kebijakan fiskal konsolidatif secara
bertahap kembali menuju batasan maksimal 3,0 persen PDB pada 2023. Hal ini sejalan
dengan kebijakan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan
Perppu Nomor 1 Tahun 2020.

Postur APBN 2021 dari sisi kebijakan pendapatan negara, saat ini pemerintah
berupaya untuk melakukan optimalisasi penerimaan negara melalui perluasan basis
pajak sekaligus mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional, melalui
pemberian insentif sejalan dengan upaya reformasi di bidang perpajakan dan PNBP.
Berdasarkan asumsi makro dalam APBN 2021 tersebut, pendapatan negara ditetapkan
sebesar Rp1.743,65 triliun yang berasal dari pendapatan dalam negeri Rp1.742,75
triliun dan penerimaan hibah Rp0,9 triliun. Pendapatan dalam negeri diperoleh dari
penerimaan perpajakan sebesar Rp1.444,54 triliun dan Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) Rp298,2 triliun.
Sementara itu, alokasi belanja negara mencapai Rp2.750,0 triliun atau 15,6%
terhadap produk domestik bruto (PDB). Belanja diarahkan untuk mendukung
pemulihan ekonomi dan prioritas pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan,
teknologi informasi dan komunikasi, infrastruktur, ketahanan pangan, pariwisata, dan
25
perlindungan sosial. Secara umum, pemerintah tetap akan melanjutkan program
pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021 dengan fokus kepada dukungan penanganan
kesehatan, perlindungan sosial, sektoral kementerian/lembaga dan pemda, UMKM,
pembiayaan korporasi, dan insentif usaha.

26
BAB III

PENUTUP

27
3.1 Kesimpulan

APBN/APBD merupakan upaya yang dilakukan pemerintah sebagai


pedoman pengeluaran dan penerimaan Negara/daerah agar terjadi keseimbangan
yang dinamis dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi
tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya ditujukan untuk tercapainya
masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama


pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk
mengelola perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya
menyangkut keputusan ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik. Dalam
hal ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya
perlu lebih berperan dalam mengawal APBN. sehingga APBN benar-benar dapat
secara efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola
perekonomian negara dengan baik.

APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk
pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan
ekonomi.

3.2. Saran

Agar pendapatan daerah meningkat, kita selaku warga masyarakat harus patuh dalam
membayar pajak.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://mugnisulaeman.blogspot.com/2013/01/makalah-anggaran-pendapatan-dan%0db
elanja.html

Y Rohman,e-journal Jurnal Bisnis Dan Teknologi KEBIJAKAN PEMBATASAN


SOSIAL BERSKALA BESAR (PSBB): ANTARA KEHARUSAN DAN
KEENGGANAN DARI SUDUT PANDANG ASPEK KEUANGAN (APBD/APBN)
BAIK PEMERINTAH PUSAT MAUPUN PEMERINTAH DAERAH ,2021
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9018/Bab

D Novayanti - Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 2017 - ejournal.unesa.ac.id

Y Hesna, A Suraji, S Rahmadani… - Jurnal Manajemen Aset …, 2018 - iptek.its.ac.id

29

Anda mungkin juga menyukai