Program Pengembangan Diri
Program Pengembangan Diri
Program Pengembangan Diri
A. Latar Belakang
Sejak bergulirnya era reformasi di negeri ini, dunia pendidikan juga mengalami
perubahan. Salah satu perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan adalah kebijakan yang
dahulunya bersifat sentralistik menjadi desentralistik. Sejalan dengan diberlakukannya UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menegaskan
bahwa, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, sertaketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(pasal 1 butir 1).Selain itu dalam pasal 4 ayat (4) undang-undang tersebut dinyatakan bahwa
paradigma pembiasaan yang harus dibangun adalah pemberian keteladanan,
pembangunankemauan dan pengembangan kreativitas dalam konteks kehidupan sosial
kultural sekolah.
Selain itu dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi dinyatakan bahwa, pengembangan diri merupakan salah satu komponen
struktur kurikulum setiap satuan pendidikan, dimana disebutkan bahwa pengembangan diri
bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan
diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi
sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh
konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan
konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karir peserta didik.
Dari penjelasan tentang pengembangan diri tersebut dimaknai bahwa ada dua
kegiatan yang ada dalam komponen pengembangan diri, yaitu kegiatan ekstrakurikuler
dankegiatan pelayanan konseling. Kegiatan ekstrakuriker dapat difasilitasi dan
dibimbingoleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan lainnya dan kegiatan pelayanan
konseling dilakukan oleh konselor (guru pembimbing).
Kenyataan yang muncul di lapangan banyak pemahaman tidak tepat terhadap
pelaksanaan pengembangan diri, oleh karena itu disusunlah Model Pengembangan
Diri, untuk memberi contoh bagi konselor, guru atau tenaga kependidikan lainnya di
sekolah/madrasah dalam merencanakan program, melaksanakan, menilai, dan
melaporkan kegiatan pengembangan diri.
B. Landasan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1
butir 6 yang mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, Pasal 3 bahwa pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan model dan contoh
pengembangan diri 2007 pasal 4 ayat (4) bahwa pendidikan diselenggarakan dengan
memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran, dan Pasal 12 Ayat (1b) yang menyatakan bahwa setiap peserta
didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengembangan diri peserta
didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan difasilitasi dan/atau dibimbing oleh
konselor, guru, atau tenaga kependidikan. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2004 untuk memberi arah
pengembangan profesi konseling di sekolah dan di luar sekolah.
C. Pengertian
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai
bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan
upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan
belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstrakurikuler yang dipilih sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan sekolah. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling
menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/ dilaksanakan
oleh konselor dan kegiatan ekstrakurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga
kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangnya. Pengembangan diri yang
dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler dapat
mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
1. Depdikbud (1994): kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang
tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan atau kegiatan perbaikan yang
berkaitan dengan program kurikuler.
2. Program pencapaian tujuan pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan di luar
jam pelajaran (tatap muka), bisa pagi atau sore hari; malam hari (?), atau waktu liburan.
3. Kegiatannya berupa pengayaan dan kegiatan perbaikan yang mendukung program
kurikuler dan kokurikuler.
4. Kegiatan integral dari keseluruhan program pendidikan/kurikulum sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan sekolah.
5. Bermaksud mengembangkan salah satu bidang yang diminati oleh sekelompok siswa
(peserta didik), seperti oleh raga, kesenian, macam keterampilan dan kepramukaan.
6. Lebih memantapkan pengembangan dalam kemampuan kepribadian siswa dan
mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan
kebutuhan lingkungan.
Prof. Dr. Oteng Sutisna, M.Sc. menjelaskan kegiatan yang bertumpu pada organisasi
siswa, yaitu:
1. Organisasi siswa tingkat sekolah.
2. Organisasi siswa kelas. Tujuan & Keberartian Kegiatan Ekstrakurikuler
D. Tujuan
1. Mengembangkan seluruh ranah kemampuan siswa secara komprehensif dan seimbang.
Kegiatan belajar siswa di sekolah saat ini menekankan pada pengembangan fungsi otak
sebelah kiri, yakni persepsi, kognisi, hal-hal yang logis, sekuensial dan rasional.
Pengembangan fungsi otak sebelah kanan yang bersifat holistik, imajinatif dan
kreatif kanan kurang mendapat perhatian. Akibatnya pengembangan aspek afeksi dan
psikomotorik menjadi terabaikan. Bobi DePorter dan Mike Hernacki (1999)
menyarankan untuk keseimbangan pengembangan fungsi kedua belahan otak itu
hendaklah diusahakan cara belajar global (global learning).
2. Mendorong rasa betah, gairah dan pencapaian prestasi belajar di sekolah.
3. Mengembangkan bakat dan minat siswa menuju pembentukan integritas pribadi
yang kuat dan produktif.
4. Mengisi waktu luang agar efektif dan bermanfaat; bandingkan kegiatan
belajar/ekstrakurikuler yang berlangsung pada sekolah dengan paruh waktu (part
time), penuh waktu (full day) dan sepanjang waktu (berasrama/boarding system)!
5. Memelihara nilai-nilai luhur budaya kehidupan bangsa yang relijius, berperadaban
untuk saling menghormati, menjunjung tinggi rasa persatuan, musyawarah dan
memupuk sikap berkeadilan.
6. Secara langsung atau tidak langsung merespon masalah-masalah:
a. Kehidupan sosial yang terkoyak.
b. Pendidikan dan kebosanan belajar di sekolah.
c. Kenakalan, kekerasan dan kejahatan yang mungkin terjadi di kalangan para siswa.
E. Ruang Lingkup
Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan
terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara lansung
oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta
didik.
Lingkup Kegiatan :
1. Pengembangan pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa.
2. Pengembangan keterampilan melalui hobi dan minat siswa.
3. Pengembangan sikap yang menunjang program kurikuler dan kokurikuler.
Adapun lingkup kegiatannya antara lain :
I. Bidang Pengembangan IPTEK
1. Kelompok Pembinaan OSN
2. Kelompok Pembinaan MAPSI
II. Bidang Olahraga
1. Pembinaan O2SN
III. Bidang Seni
1. Pembinaan FLS2N
IV. Bidang Pembinaan Sosial dan Kemasyarakatan
1. Kelompok OSIS
2. Kelompok Pramuka
3. Kelompok PMR
V. Bidang Kewirausahaan
1. Kelompok Wirausaha
2. Kelompok Koperasi Siswa
VI. Bidang Bahasa
1. Pembinaan Story Telling Bahasa Inggris
2. Pembinaan pidato Bahasa Indonesia
3. Pembinaan Geguritan Bahasa Jawa
Jenis Kegiatan:
Variasi kegiatan ekstrakurikuler /pengembangan diri ditentukan oleh kemampuan guru,
siswa, kemampuan dan kebijakan sekolah serta kondisi lingkungan sekolah.
Amir Daien, membedakan kegiatan :
1. Rutin: terus-menerus, seperti latihan bola voly, latihan silat dan seterusnya.
2. Periodik: pada waktu-waktu tertentu, seperti lintas alam, kemping, pertandingan
olah raga, dan seterusnya.
3. Organisasi siswa tingkat-tingkat kelas.
G. Pelaksanaan Ekstrakurikuler :
Pelaksanaan program-program kegiatan ekstra kurikuler hendaknya dikendalikan
untuk pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan kontribusinya terhadap
perwujudan visi sekolah. Dari setiap pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler
hendaknya diusahakan suasana yang kondusif, tidak terlalu membebani siswa dan tidak
merugikan aktivitas kurikuler sekolah. Usahakan pelaksanaan kegiatan konsisten
sebagaimana terjadwal dan terpublikasikan.
Kerja sama tim adalah fundamental; hindari pembatasan untuk partisipasi.
Setiap personil di sekolah, sesuai dengan fungsinya, pada dasarnya bertanggungjawab atas
pengembangan program ekstrakurikuler yang diselenggarakan. Adapun ragam dan
banyaknya sumberdaya manusia yang diperlukan untuk menangani pengelolaan
program ekstrakurikuler itu tergantung pada kebutuhan yang berkembang,
kompleksitas tugas-tugas penyelenggaraan program, dan kebijakan dari pimpinan sekolah
sebagaimana hasil kesepakatan antar pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Peran-peran kunci dari setiap personi di sekolah seperti kepala sekolah, para wakil
kepala sekolah, guru-guru, wali kelas, guru/petugas BP, pustakwan, dan kepengurusan
OSIS, hendaknya dioptimalkan dalam jabatannya dan terkait secara langsung dengan
pengembangan program kegiatan ekstrakurikuler. Demikian halnya dengan peran-peran
kunci personil yang berada di luar organisasi sekolah dan memiliki keterkaitan fungsional
dengan kepentingan penyelenggaraan program ekstrakurikuler, seperti pengurus Komite
Sekolah, orang tua siswa, tokoh masyarakat yang peduli, pengurus MGMP,
pemerintahan setempat dan lain-lain, hendaknya juga dioptimalkan.
Untuk tenaga guru/instruktur, seyogianya adalah guru yang ada di sekolah
yang memiliki memiliki latar belakang pendidikan yang relevan dan atau guru yang
memiliki minat yang kuat untuk itu. Jika sekolah tidak memiliki guru/instruktur yang
berlatarbelakang pendidikan relevan dan tidak mempunyai guru yang berminat untuk
menyelenggarakan program ekstrakurikuler, sekolah dapat mengusahakan dengan cara :
Mengundang guru/instruktur di bidang ekstrakurikuler dari sekolah/lembaga pendidikan
lain yang berdekatan melalui kerja sama yang saling menguntungkan. Memanfaatkan nara
sumber/tenaga ahli yang ada dan potensial pada masyarakat sekitar sekolah. Membina
kemampuan yang dibutuhkan melalui MGMP, program pendampingan tenaga guru dalam
mengelola kegiatan ekstrakurikuler dan keikutsertaan guru dalam suatu program
pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan.
Failitas untuk setiap program kegiatan hendaknya dipikirkan guna mendukung
terlaksananya program kegiatan ekstrakurikuler yang efektif. Fasilitas program ini misalnya
mencakup: Pedoman/sumber dan kesempatan mengikuti program ekstrakurikuler yang
ditawarkan. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler hendaknya memudahkan untuk
pelaksanaan supervisi, monitoring.
EVALUASI PROGRAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
Sekolah hendaknya membuat laporan, baik laporan untuk keseluruhan program kegiatan
ekstrakurikuler dan untuk setiap jenis kegiatan ekstrakurikuler ataupun untuk
pertanggungjawaban keuangan yang telah dialokasikan/digunakan untuk kegiatan yang
dimaksudkan. Untuk laporan kegiatan, hendaknya dibuat format yang sederhana tetapi cukup
komprehensif dan mudah dipahami, misalnya mencakup: kata pengantar, daftar isi, latar
belakang, pengertian dari jenis kegiatan ekstrakurikuler, tujuan, sasaran, hasil yang
diharapkan; penyelenggaraan kegiatan yang meliputi persyaratan peserta, bentuk dan materi
kegiatan, organisasi penyelenggaraan, jadwal dan mekanisme pelaksanaan, bentuk
penghargaan, hasil yang diperoleh, kesulitan yang dijumpai dan usaha mengatasi kesulitan
itu, kesimpulan keseluruhan dan saran-saran yang diajukan, serta lampiran-lampiran yang
diperlukan.
Jenar,………….Juli 2023
Mengetahui, Waka Kesiswaan
Kepala SMP N 3 Satu Atap Jenar
Lampiran-Lampiran :
1. Jadwal Pengembangan Diri
2. Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri
3. Daftar Kelas/Peserta Pengembangan Diri
JADWAL PENGEMBANGAN DIRI