Makalah Manajemen Mutu Pendidikan SMT 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TOTAL QUALITY MANAGEMENT


Untuk Memenuhi Tugas Kuliah

Mata Kuliah : Manajemen Mutu Pendidikan


Dosen Pengampu : Nisa Islami, M. Pd.I

Di Susun Oleh Kelompok 5 :


1. Yuli Robingatun Hasanah (22AF10010)
2. Rizki Ajeng Triayusukmawati (22AF10007)

PROGRRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS KEAGAMAAN ISLAM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL GHAZALI
CILACAP
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin Segala puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.
Sholawat beserta salamnya semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
semoga kita semua mendapat syafaatnya di akhir zaman nanti.

Makalah ini berjudul “TOTAL QUALITY MANAGEMEN” untuk memenuhi


tugas mata kuliah Pembelajaran Manajemen Mutu Pendidikan tujuan dibuat nya
makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami dan para
pembaca.

kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu dosen Nisa Islami, M.Pd.I selaku
pengampu mata kuliah ini serta kepada orangtua dan rekan-rekan yang telah mensuport
pembuatan makalah ini dan tidak lupa kami meminta maaf apabila ada kata atau bahasa
yang kurang dipahami dan saya mohon bimbingannya untuk kemajuan makalah
selanjutnya.

Cilacap, 04 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. Pengertian Total Quality Management...................................................................6
B. Unsur-unsur utama Total Quality Management...................................................10
C. Faktor-faktor hambatan TQM............................................................................13
D. Elemen-elemen pendukung pada TQM..............................................................15
BAB III PENUTUP.........................................................................................................20
Kesimpulan...........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Total Quality Management (TQM) merupakan salah satu pola manajerial
dalam upaya merespon perubahan-perubahan diatas. Konsep ini menawarkan
pendekatan baru dalam mengelola perusahaan dan keutuhan dalam manajemen
yang menjadi ciri utama dalam TQM. Sebenarnya TQM dikembangkan dari
pemikiran system thinking yang muncul pada tahun 1950. Selain itu, hal tersebut
juga dimulai oleh dunia industry dan bisnis yang selanjutnya dijabarkan dan
diaplikasikan menjadi Total Quality Management (TQM) yang diadopsi oleh
lembaga pendidikan. Dalam TQM tidak dikenal sistem pemisahan yang kaku
antar think (yang dilakukan oleh pihak manajemen) dan act (yang diemban oleh
karyawan). Banyak perusahaan yang memiliki keunggulan dalam persaingan
karena menerapkan Total Quality Management (TQM).
TQM diakui sebagai suatu pendekatan manajemen yang dapat
memperbaiki kinerja dan efesiensi organisasi. TQM dalam implementasinya
lebih dominan mengarah kepada quality atau kualitas, sedangkan istilah kualitas
mengandung berbagai macam makna yang berlainan bagi setiap orang. Namun
demikian, Perguruan tinggi dapat mengadopsi prinsip-prinsip yang ada dalam
TQM, paling tidak ada empat bidang utama yang harus dipenuhi. Pertama,
penerapan TQM untuk peningkatan fungsi administrasi dan operasi atau secara
umum untuk mengelola universitas secara keseluruhan. Kedua,
mengintegrasikan TQM dalam kurikulum. Ketiga, penggunaan TQM dalam
pengajaran di kelas. Keempat, menggunakan TQM untuk mengelola aktivitas
riset universitas. Kehadiran TQM berdampak pada perubahan manajemen kon
Kehadiran TQM berdampak pada perubahan manajemen konvensional.
Demikian halnya dengan manajemen pada perguruan tinggi. Terdapat
enam tantangan pokok yang dikaji dan dikelola secara strategik dalam rangka
menerapkan konsep TQM dalam dunia perguruan tinggi yakni berkenaan dengan
dimensi kualitas fokus pada pelanggan, kepemimpinan, perbaikan
berkesinambungan, manajemen SDM, manajemen berdasarkan fakta Goetshc
dan Davis. merumuskan konsep holistic mengenai kualitas sebagai kondisi

4
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan yang memenuhi harapan pelanggan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka makalah yang akan dikaji dalam
makalah ini ialah
a) Pengertian Total Quality Management ?
b) Sebutkan unsur-unsur utama Total Quality Management !
c) Sebutkan Faktor-faktor hambatan (barriers factors) TQM !
d) Apa saja elemen-elemen yang terdapat pada total quality quality
management

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang tertera, maka makalah ini
bertujuan untuk:
a) Agar mengetahui pengertian Total Quality Management
b) Agar mengetahui unsur-unsur utama Total Quality Management
c) Agar mengetahui Faktor-faktor hambatan TQM
d) Agar mengetahui elemen-elemen pada TQM

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Total Quality Management
TQM merupakan metode yang efisien dan efektif dalam meningkatkan
kinerja organisasi. Praktek manajemen kualitas memiliki hubungan yang positif
dengan indikator kinerja perusahaan seperti kepuasan pelanggan, hubungan
karyawan, prosedur operasi, dan hasil keuangan (Juran, 1989). Merupakan
sistem manajemen yang menekankan pada kepuasan pelanggan melalui proses
perbaikan yang terus menerus, produk dan pelayanan dengan standar kualitas
yang sangat baik dan tinggi. Area implementasi TQM, seperti hubungan
pemasok, benchmarking, komitmen manajemen puncak, dan fokus pelanggan
adalah faktor-faktor kritis dalam manajemn mutu. Beberapa peneliti menemukan
hubungan bahwa komitmen manajemen puncak, fokus pelanggan, kepuasan
pelanggan, manajemen sumber daya manusia, pelatihan, dan pendidikan adalah
praktik TQM yang paling penting untuk perusahaan manufaktur dan jasa. Proses
manajemen dan komitmen manajemen puncak mewakili unsur-unsur TQM
dengan pengaruh yang paling besar pada kinerja organisasi dalam industri.
Penerapan TQM di banyak negara mengalami kegagalan karena
pertentangan antara nilai-nilai yang ada dengan budaya perusahaan, oleh karena
itu budaya organisasi adalah merupakan faktor yang memiliki pengaruh dalam
keberhasilan pelaksanaan TQM. Dinamika sosial-budaya adalah kadang-kadang
menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan TQM. Perusahaan diharapkan
untuk dalam melakukan penyesuaian budaya organisasi agar sesuai dengan
pendekatan TQM dan membangun lingkungan yang kondusif adalah sangat
penting untuk menjamin keberhasilan dalam implementasi TQM.
TQM pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980 (Aroef, 1999).
Sejumlah perusahaan multinasional, seperti perusahaan patungan Jepang-
Indonesia dan perusahaan Jepang yang mempunyai cabang di Indonesia sangat
berpengaruh dalam memperkenalkan konsep tersebut. Inisiatif ini diawali
dengan lokakarya mengenai manajemen mutu, penjaminan mutu, dan kegiatan
pengendalian kualitas. Perusahaan pertama yang secara sadar menumbuhkan
budaya manajemen mutu di Indonesia adalah Astra International, perusahaan

6
patungan Jepang-Indonesia. Pada tahun 1982, manajemen puncak di Astra
International memilih untuk menerapkan Quality Control dalam sistem
manajemen mereka, dan pada bulan Oktober 1983, Astra total quality control
(ATQC) memulai sebuah program pelatihan besar-besaran di semua tingkat
manajemen perusahaan. Kegiatan kualitas, seperti QCC dan kegiatan TQM
lainnya, telah berhasil dilaksanakan. Sementara itu, banyak pakar dan ilmuwan
mulai menyebarkan pengetahuan tentang TQM melalui kelompok kontrol
kualitas. Pada tanggal 1 Maret 1985, Asosiasi Manajemen Mutu Indonesia
didirikan.
TQM telah membantu perusahaan dalam menghasilkan pelayanan kelas
dunia dan memperbaiki proses produksi dengan menyediakan produk-produk
berkualitas yang memenuhi standar kepuasan pelanggan, menawarkan
keunggulan kompetitif, dan memenangkan pangsa pasar yang lebih besar.
Banyak penelitian preskriptif dan populer telah menyelidiki philosofi dan
metode TQM yang dilakukan oleh praktisi kualitas atau guru seperti Juran
(1989), Deming (1986) dan lain-lain. Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an,
industri Amerika yang sebelumnya tak tertandingi kehilangan pangsa pasar yang
besar di AS dan pasar dunia. Untuk mendapatkan kembali keunggulan
kompetitif mereka, perusahaan mulai mengadopsi program peningkatan
produktivitas yang terbukti sangat sukses di Jepang. Salah satu program
perbaikan adalah sistem TQM. Dalam dua dekade terakhir, pers populer dan
jurnal akademik telah menerbitkan sejumlah artikel yang menunjukkan hasil dari
keberhasilan penerapan TQM.
Aplikasi dari manajemen kualitas telah dibangun dari konsep-konsep dan
teori manajemen mutu terpadu. Konsep serta teori manajemen mutu terpadu
diambil dari prinsip-prinsip pengembangan kualitas yang dicetuskan oleh guru
kualitas (Crosby, Feigenbaum, Ishikawa, Deming dan Juran). Kualitas tidak
hanya ditentukan oleh kontribusi tenaga kerja yang berada pada proses produksi
saja, tetapi kualitas juga tergantung dari fungsi-fungsi manajemen puncak
sampai dengan manajemen paling bawah yang terlibat secara langsung maupun
tidak langsung dalam proses bisnis. Fungsi dari manajemen puncak adalah
mengalokasikan segenap sumberdaya yang ada, menyeleksi pilihan-pilihan

7
manajemen proses terbaik yang akan diimplementasikan ke dalam proses bisnis,
serta membangun visi dan misi perusahaan (Tenner dan DeTorro, 1992).
Manajemen mutu terpadu (Total Quality management) adalah salah satu
kunci sukses dalam upaya memasuki pasar global bagi perusahaan/organisasi
bisnis, dan untuk mencapai keberhasilan tersebut, implementasi Manajemen
mutu terpadu dapat dilakukan berdasar 3 (tiga) perangkat kerjanya, yaitu:
1) Fokus pada konsumen; bahwa segenap kinerja proses ditujukan pada apa
yang menjadi kebutuhan, keinginan dan ekspektasi konsumen.
Konsumen adalah pihak/seseorang yang membayar untuk suatu
produk/jasa pelayanan (konsumen eksternal), atau pihak selanjutnya
dalam satu rantai proses (konsumen internal)
2) dalam satu aktivitas bisnis. Partisipasi menyeluruh; dalam organisasi
kerja tradisional, para pekerja mengharapkan untuk dipahami dan dinilai
apa yang
3) menjadi kontribusi dan kepuasan kerjanya. Begitu halnya dengan para
manajer, supervisor, teknisi dan pekerja operasional. Konsep dari total
partisipasi mengkaitkan antara sumberdaya manusia dengan target
kualitas proses dari apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, dan
sebagian lagi bertanggung jawab atas terwujudnya pencapaian
produktivitas yang tinggi dan peningkatan nilai kualitas produk atau
proses. Total partisipasi menurut Tenner dan DeTorro (1992)
dideskripsikan dengan adanya keterlibatan CEO pada aktivitas karyawan
baru untuk memastikan agar tetap fokus pada kebutuhan konsumen dan
peningkatan kinerja proses. Tenaga kerja pada segenap tingkatannya
diberdayakan untuk meningkatkan output secara bersama-sama dalam
fleksibilitas struktur kerja. Peningkatan berkesinambungan; bahwa
standar kinerja adalah untuk mencapai derajat kesempurnaan. Philip
Crosby (1982) menggambarkan kinerja sebagai bentuk "zero defect
(tanpa cacat)". Pandangan tersebut juga diasumsikan sebagai metode
peningkatansecara bertahap (incremental) maupun melalui terobosan-
terobosan (breakthrough). Ketika peningkatan telah tercapai, maka suatu
mekanisme standar proses, pengendalian dan pemantauan (monitoring)

8
harus dibangun. Hal tersebut dimaksudkan agar stabilitas dari
peningkatan kualitas proses/produk/jasa tetap terjaga. Seperti halnya
dengan mutu atau kualitas, definisi total quality management (TQM) juga
ada bermacam-macam. TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi
manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke
dalam falsafah holistic yang dibangun berdasarkan konsep kualitas,
teamwork, produktivitas, dan kepuasan pelanggan. (Ishikawa dalam
prawitra, 1993 dan Nasution, 2005).

Dalam ISO 8402 mendefenisikan Total Quality Management (TQM) atau


Manajemen Mutu Terpadu (MMT) sebagai segala bentuk aktifitas dari semua
manajemen secara keseluruhan, menentukan otoritas kualitas, tujuan-tujuan dan
tanggung jawab, serta mengimplementasikan melalui alat-alat seperti
perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control),
jaminan kualitas (quality assurance), dan peningkatan kualitas (quality
improvement) (Gaspersz, 2005). Tujuan Total Quality Management, Tujuan
utama dari TQM adalah meningkatkan mutu pekerjaan. Memperbaiki
produktivitas dan efisiensi. TQM sebagai suatu prosedur untuk mencapai

9
kesuksesan, dinilai berhasil mankala mutu dari suatu pekerjaan meningkat lebih
baik kualitasnya dari sebelumnya, produktivitasnya tinggi yang ditunjukkan
dengan hasil kerja berupa produk/jasa lebih banyak jumlahnya dari sebelumnya,
dan lebih efisien yang bisa diartikan lebih murah biaya produksinya atau input
lebih kecil dari pada outputnya.

B. Unsur-unsur utama Total Quality Management


Total quality management merupakan suatu konsep yang berupaya
melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu diperlukan
perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Menurut
Hensler dan Brunell, ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu:
a. Kepuasan Pelanggan Memberikan kepuasan kebutuhan pelanggan
(internal dan eksternal) dalam segala aspek, termasuk di dalamnya harga,
keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas
perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan.
Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai (value)
yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para
pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan, semakin besar pula
kepuasan pelanggan.
b. Respek Terhadap Setiap Orang Dalam perusahaan yang berkelas dunia,
setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan
kreativitas yang unik. Dengan demikian, karyawan merupakan sumber
daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam
organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat
dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
c. Manajemen Berdasarkan Fakta Perusahaan kelas dunia berorientasi pada
fakta, setiap keputusan didasarkan pada data, dengan mengacu pada
konsep prioritisasi (prioritization) dan variasi (variation), dan bukan
sekedar pada perasaan (feeling).
d. Perbaikan Berkesinambungan Agar dapat sukses, setiap perusahaan
perlu melakukan proses secara sistematis dalam melaksanakan perbaikan
berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCA
(plan-do-check-act), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan,

10
pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan
tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
Karakteristik Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Goetsch dan Davis (Nasution,
2005), mengungkapkan sepuluh unsur utama (karakteristik) total quality
management, sebagai berikut:
1) Fokus Pada Pelanggan.
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal
merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau
jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal
berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan
lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2) Obsesi Terhadap Kualitas.
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualita
pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang
ditetapkantersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau
melebihi apa yang ditentukan tersebut.
3) Pendekatan Ilmiah.
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama
untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan
dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain
tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam
menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan
melaksanakan perbaikan.
4) Komitmen jangka Panjang
TQM merupakan paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu
dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu
komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan
budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5) Kerja sama Team (Teamwork)
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan
hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun

11
dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, danmasyarakat
sekitarnya.
6) Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan Setiap poduk atau jasa
dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu
sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang sudah ada perlu
diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat
meningkat.
7) Pendidikan dan Pelatihan.
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan
merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan
didorong untuk terus belajar, yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal
batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat
meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8) Kebebasan Yang Terkendali.
Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan
rasa memiliki" dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang
dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan
pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang
terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena
keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana
dan terlaksana dengan baik.
9) Kesatuan Tujuan.
Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus
memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan
pada tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa harus selalu
ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan
mengenai upah dan kondisi kerja.
10) Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan. Keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan

12
TQM. Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga
melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti

C. Faktor-faktor hambatan TQM


Banyak penelitian yang telah membahas tentang hambatanhambatan
penerapan TQM. Mereka menggali dan mengusulkan factor-faktor tersebut
sesuai dengan lingkungan, organisasi, budaya dan lokasi organisasi. Menurut
Dubey dan Sanjeev (2012) faktor-faktor hambatan dalam implementasi TQM di
organisasi pemerintah meliputi BPR principles, TQM principles, Management
barriers, Organization culture dan Change management.
Sedangkan menurut Amar dan Mohd Zain (2001) faktor hambatan
penerapan TQM di Indonesia, terdapat 11 faktor hambatan yang paling sering
dihadapi oleh organisasi di Indoensia. Seperti yang berkaitan dengan sumber
daya manusia, manajemen, sikap terhadap kualitas, budaya organisasi, hubungan
antar departemen, material, mesin dan peralatan, informasi, metode bahkan
pelatihan. Aziz et al, (2017) terdapat 30 hambatan dalam implementasi
manajemen kualitas atau TQM di UMKM Indonesia, sehingga implementasinya
tidak berjalan dengan sukses. Sebagai berdampaknya adalah peningkatan kinerja
perusahaan tidak tercapai dengan optimal, Adapun 30 hambatan tersebut, yaitu:
1) Kurangnya komitmen manajemen puncak.
2) Kepemimpinan yang lemah.
3) Akurasi dalam perencanaan kualitas yang lemah.
4) Kurangnya fokus pada pelanggan.
5) Kurang baiknya kerangka kerja dalam membimbing untuk
penerapan proses TQM.
6) Rencana strategis formal untuk suatu perubahan masih lemah.
7) Ketidakmampuan untuk mengubah budaya institusional/
organisasi.
8) Kurangnya pemahaman atau pengetahuan yang memadai dalam
penerapan proses TQM.
9) Kurang persiapan (seperti tidak ada anggaran dan tidak adanya
sponsor).

13
10) Evaluasi pekerja yang tidak memiliki pendekatan yang
sistematis dan karenanya penyesuaian gaji yang diberikan tidak
sepadan dengan fungi pekerjaan yang dikerjakan.
11) Kurangnya visi, imajinasi dan kemantapan pada tujuan.
12) Kurangnya kepercayaan terhadap manajemen senior
13) Keyakinan bahwa untuk meningkatkan kualitas itu mahal untuk
biaya dan harga.
14) Kurangnya pelatihan dan pendidikan berkelanjutan.
15) Kurangnya sistem dan struktur untuk kegiatan TQM.
16) Kurangnya prosedur evaluasi kerja dan penilaian standar indeks
kerja.
17) Kurangnya pengembangan sumber daya manusia dan
manajemen.
18) Pelatihan tanpa adanya suatu tujuan.
19) Mahalnya konsultan dan program pelatihan.
20) Kondisi yang tidak tepat dalam menerapkan TQM.
21) Kurangnya pemberian penghargaan pada karyawan.
22) Kurangnya pengukuran kriteria kerja yang efektif.
23) Terjadi hambatan antar perdepartemen kerja.
24) Belum jelasnya persepsi proses TQM sebagai nilai tambahan
yang luar biasa dan sebagai keharusan untuk membangun kinerja
yang lebih baik.
25) Tidak fleksibel dan struktur kelembagaan yang sangat birokratis.
26) Teknologi yang digunakan sudah terlampau lama.
27) Fasilitator kerja tim tidak memadai dan teknik dalam
membangun tim juga seperti tidak digunakan/dikerjakan.
28) Kurangnya persatuan dan loyalitas kepada organisasi.
29) Keputusan manajemen selalu berorientasi jangka pendek.
30) Kurangnya motivasi.
Dari hambatan-hambatan diatas, dikelompokkan dalam 2 faktor utama
hambatan dalam implementasi TQM pada UMKM. Dimana faktor pertama
terdapat 13 hambatan dan Faktor ke dua memiliki 17 hambatan.

14
D. Elemen-elemen pendukung pada TQM
Elemen-elemen pendukung dimaksud adalah:
a. Kepemimpinan Manajer senior harus mengarahkan upaya pencapaian
tujuan dengan memberikan, menggunakan alat dan bahan yang
komunikatif, menggunakan data dan menggali siapa-siapa yang berhasil
menerapkan konsep manajemen mutu terpadu. Ketika memutuskan untuk
menggunakan MMT/TQM sebagai kunci proses manajemen, peranan
manajer senior sebagai penasihat, guru dan pimpinan tidak bisa
diremehkan. Pimpinan Senior suatu organisasi harus sepenuhnya
menghayati implikasi manajemen di dalam suatu ekonomi internasional
di mana manajer yang paling berhasil, paling mampu dan paling hebat
pendidikannya di dunia, harus diperebutkan melalui persaingan yang
ketat. Kenyataan hidup yang berat ini akan menyadarkan manajer senior
mengakui bahwa mereka harus mengembangkan secara partisipatif, baik
misi dan visi mereka maupun proses manajemen, yang dapat mereka
pergunakan untuk mencapai keduanya.
Pimpinan bisnis harus mengerti bahwa MMT adalah suatu proses
yang terdiri dari tiga prinsip dan elemen-elemen pendukung yang harus
mereka kelola agar mencapai perbaikan mutu yang berkesinambungan
sebagai kunci keunggulan bersaing. Ada tibelas hal yang perlu dimiliki
oleh seorang pimpinan dalam manajemen mutu terpadu yaitu:
1) Pimpinan mendasarkan keputusan pada data, bukan hanya pendapat
saja.
2) Pimpinan merupakan pelatih, dan fasilitator bagi setiap
individu/bawahan.
3) Pimpinan harus secara aktif terlibat dalam pemecahan masalah
yang dihadapi oleh bawahan.
4) Pimpinan harus bisa membangun komitmen, yang menjamin
bahwa setiap orang memahami misi, visi, nilai dan target
perusahaan yang jelas.
5) Pimpinan dapat membangun dan memelihara kepercayaan

15
6) Pimpinan harus paham betul untuk mengucapkan terima kasih
kepada bawahan yang berhasil/berjasa
7) Aktif mengadakan kaderisasi melalui pendidikan dan pelatihan
yang terprogram
8) Berorientasi selalu pada pelanggan internal/eksternal
9) Pendai menilai situasi dan kemampuan orang lain secara tepat
10) Dapat menciptakan suasana kerja yang sangat menyenangkan
11) Mau mendengar dan menyadari kesalahan
12) Selalu berusaha memperbaiki system dan banyak berimprovisasi
13) Bersedia belajar kapan saja dan di mana saja
14) Bagaimana Penerapannya di Indonesia? Berdasarkan data yang
ada telah dibuktikan penerapan manajemen mutu terpadu telah
berhasil dengan baik di Jepang kalau dilaksanakan secara
konsekuen, sehingga membuktikan produk Jepang telah menbanjiri
pasar, terutama di Amerika Serikat untuk produk mobil dan
elektronik, walaupun cikal bakal manajemen mutu berasal dari
negara Paman Sam tersebut. Sukses ekonomi luar biasa ini rupakan
menyadarkan Amerika Serikat untuk menerapkan manajemen mutu
terpadu. Hal ini kemudian diikuti oleh negara- negara di Eropa dan
Timur Tengah dalam tingkat perintisan.
b. Pendidikan dan Pelatihan Mutu didasarkan pada ketrampilan setiap
karyawan yang pengertiannya tentang apa yang dibutuhkan oleh
pelanggan ini mencakup mendidik dan melatih semua karyawan,
memberikan baik informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin
perbaikan mutu dan memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini
memastikan bahwa suatu bahasa dan suatu set alat yang sama akan
diperbaiki di seluruh perusahaan. Pelatihan tambahan pada bench
marking, statistik dan teknik lainnya juga dipergunakan dalam rangka
mencapai kepuasan pelanggan yang paripurna.
c. Struktur Pendukung Manajer senior mungkin memerlukan dukungan
untuk melakukan perubahan yang dianggap perlu melaksanakan strategi
pencapaian mutu. Dukungan semacam ini mungkin diperoleh dari luar

16
melalui konsultan, akan tetapi lebih baik kalau diperoleh dari dalam
organisasi itu sendiri. Suatu staf pendukung yang kecil dapat membantu
tim manajemen senior untuk mengartikan konsep mengenai mutu,
membantu melalui “network” dengan manajer mutu di bagian lain dalam
organisasi dan membantu sebagai narasumber mengenai topik-topik yang
berhubungan dengan mutu bagi tim manajer senior.
d. Komunikasi Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu
ditempuh dengan cara berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada
seluruh karyawan mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh
untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan mutu. Secara ideal
manajer harus bertemu pribadi dengan para karyawan untuk
menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab
pertanyaan dari setiap karyawan.
e. Ganjaran dan Pengakuan Tim individu yang berhasil menerapkan proses
mutu harus diakui dan mungkin diberi ganjaran, sehingga karyawan
lainnya sebagai anggota organisasi akan mengetahui apa yang
diharapkan. Gagal mengenali seseorang mencapai sukses dengan
menggunakan proses menejemen mutu terpadu akan memberikan kesan
bahwa ini bukan arah menuju pekerjaan yang sukses, dan menungkinkan
promosi atau sukses individu secara menyeluruh. Jadi pada dasarnya
karyawan yang berhasil mencapai mutu tertentu harus diakui dan diberi
ganjaran agar dapat menjadi panutan/contoh bagi karyawan lainnya.
f. Pengukuran Penggunaan data hasil pengukuran menjadi sangat penting
di dalam menetapkan proses manajemen mutu. Jelaskan, pendapat harus
diganti dengan data dan setiap orang harus diberitahu bahwa yang
penting bukan yang dipikirkan akan tetapi yang diketahuinya
berdasarkan data. Di dalam menentukan penggunaan data, kepuasan
pelanggan eksternal harus diukur untuk menentukan seberapa jauh
pengetahuan pelanggan bahwa kebutuhan mereka benar-benar dipenuhi.
Pengumpulan data pelanggan memberikan suatu tujuan dan penilaian
kinerja yang realistis serta sangat berguna di dalam memotivasi setiap
orang/karyawan untuk mengetahui persoalan yang sebenarnya. Di

17
samping keenam elemen pendukung di atas, maka ada unsure yang tidak
bisa diabaikan yaitu gaya kepemimpinan dalam organisasi/perusahaan
bersangkutan. Suatu cara/gaya bagaimana seorang manajer sebagai
seorang pimpinan melakukan sesuatu sangat berpengaruh pada
pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh bawahan/karyawan.
Lebih lanjut, Chase, Aquilano, dan Jacobs (2001) menyatakan, ada tiga
elemen dari TQM, yaitu filosofi manajemen kualitas, peralatan generik, dan
peralatan dari Departemen Pengendalian Kualitas. Filosofi TQM ini menyadari
posisi penting dari pelanggan dan pemasoknya. Perusahaan harus menjalin
hubungan yang baik dengan para pemasok dan para pelanggannya. Kerusakan
dan cacat produk pada dasarnya dapat dihindari, dan dapat pula dihilangkan.
Sekaitan dengan itu dikembangkan filosofi, bahwa quality at the source,
sehingga usaha menghasilkan kualitas yang baik dimulai sejak pengadaan
bahan adalah mustahil untuk menghasilkan kualitas yang baik dari bahan yang
kurang baik. Perbaikan proses dan supervisi, akan menyampaikan perusahaan
pada kondisi zero defect output. Selanjutnya, untuk mengukur keberhasilan,
dipakai berbagai peralatan generik yang lazim disebut tujuh macam alat
manajemen kualitas (the seven tools of quality management). Sedang peralatan
pengendalian kualitas mencakup pengendalian kualitas secara statitik, meliputi
rencana penarikan sampel, kapabilitas proses, dan metode Taguchi. Ketiga
aspek TQM dimaksud disajikan pada gambar 1. di bawah

18
TQM

Mengelola organisasi secara keseluruhan sebagai sebuah sistem sehingga


semua unsur yang penting bagi pelanggan mengenai produk dan jasa,menjadi
sesuatu yang unggul atau istimewa.

Peralatan Generik
Elemen yang bersifat
filosofis : Peralatan SPC :
Metode SQC:
1. Kualitas yang 1. Bagan arus proses,
diperlukan oleh 2. Lembaran 1. Rencana
pelanggan, pengecekan, penarikan
2. Kepemimpinan, 3. Analisi pereto dan sample,
3. Perbaikan histogram, 2. Kapabilkitas
berkelanjutan, 4. Diagran sebab- proses,
4. Partisipasi dan akibat, 3. Metode taguchi
perkembangan 5. Run charts,
karyawan, 6. Diagram sebar,
5. respon yang cepat, 7. Bagan
6. kualitas desain dan pengendalian,
pencegahan, 8. Pendelegasian
7. manajemen berbasis fungsi mutu
fakta, (Quality function
8. pengembangan deployment)
kemitraan.

19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Total Quality Management (TOM) adalah suatu pendekatan yang
sistematis, praktis dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi yang
mengutamakan kepentingan pelanggan. pendekatan ini bertujuan untuk
meningkatkan dan mengendalikan mutu. Sedang yang dimaksud dengan MMT
Pendidikan tinggi (bisa pula sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan
berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan
oleh semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu berkesinambungan sehingga
pendidikan sebagai jasa yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan dan
bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun yang akan
datang.
Dalam MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni
pelayanan pembelajaran. Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah
(pelanggan sekolah) adalah:
1) Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga
administrasi,
2) Pelanggan eksternal terdiri atas pelanggan primer (siswa), pelanggan
sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier
(pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia
usaha) Peningkatan kualitas merupakan salah satu prasyarat agar kita
dapat memasuki era globlalisasi yang penuh dengan persaingan
Untuk itu peningkatan kualitas layanan merupakan salah satu cara dalam
meningkatkan mutu pendidikan agar dapat survive dalam era global. Secara
langsung peningkatan kinerja suatu lembaga pendidikan akan berpengaruh
terhadap peningkatan kepuasan konsumen/pelanggan eksternal ataupun internal.
Pelaksanaan TQM yang baik harus memenuhi unsur-unsur dalam TQM
diantaranya:
a) fokus pada pelanggan
b) obsesi terhadap kualitas
c) pendekatan ilmiah

20
d) komitmen jangka panjang
e) kerja sama tim
f) perbaikan sistem secara berkesinambungan
g) pendidikan dan pelatihan
h) kebebasan yang terkendali
i) kesatuan tujuan
j) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Apabila unsur-unsur tidak dilaksanakan dengan maksimal maka akan
timbul beberapa kendala yang pada akhirnya akan mengakibatkan kegagalan
dalam mutu pendidikan. Sebagai seorang guru di lingkungan sekolah
melaksanakan kewajiban yaitu mengajar siswa dengan baik selain itu juga
mendidik siswa dengan benar. Mengikuti aturan yang ada sesuai dengan sistem
pendidikan yang meliputi segala hal dalam pendidikan. Berfikir untuk
memecahkan masalah yang ada sehingga kendala-kendala yang ada. menjadi
tidak terlalu berarti. Kendala yang paling utama dalam pelaksanaan TQM adalah
adanya pelaksanaan TQM yang dilakukan secara menengah. Menengah di sini
berarti pihak-pihak di sekolah tidak mengerti peran mereka di sekolah sehingga
tidak dapat melakukan tugas dan fungsinya dengan baik dan benar.

21
DAFTAR PUSTAKA

AZIZ, R. A. (2019). Total Quality Management. Bandar Lampung: Darmajaya (DJ)


Press.
DKK, H. F. (2021). Tital Quality MANAGEMENT Dalam Dunia Pendidikan. Bandung:
CV. Widina Media Utama.
Dr. Juharni, M. (2017). Manajemen Mutu Terpadu ( Total Quality Management ).
Makassar: CV SAH MEDIA.
Dr.H. Tatang Ibrahim, M. d. (2021). MANAJEMEN MUTU TERPADU Total Quality
Management. Bandung: YRAMA WIDYA.
Kholis, N. (2022). Total Quality Management Pendidikan Islam. Pekalongan, Jawa
Tengah: PT. Nasya Expanding Management.
Kusumawati, E. (2022). PENINGKATAN MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI
MELALUI IMPLEMENTASI TQM . Jurnal Ilmiah Indonesia.
Ramlawati. (2020). Total Quality Management. Makassar: CV. Nas Media Pustaka.
Sonia, N. R. (2021). Total Quality Management. Souheast asian journal of islamic
education management.
Timan, A. (2020). Implementasi Total Quality Management (TQM) dalam sistem .
Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan.

22

Anda mungkin juga menyukai