Tugas Anotasi Jurnal 1 Pertemuan 10 PJKRPDF 1702222393

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 45

Bibliografi Pancasila Sebagai Ideologi

Anotasi Jurnal Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu: Dr. H. Ibnu Hurri, S.Sos., M.Pd.

Oleh :
Ibnu Hurri 1706595

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN


REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2023
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dengan ini menyatakan bahwa anotasi jurnal dengan
pokok kajian Pacnasila Sebagai Ideologi beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya
sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan dan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko ataupun sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.
Demikian pernyataan ini disampaikan.

Bandung, Desember 2023


Yang membuat pernyataan,

Dr. H. Ibnu Hurri, S.Sos., M.Pd.


Bagan Anotasi Jurnal
Performance-based Assessment of Learning Outcomes on Social Studies

No Judul Artikel Penulis (Tahun) Nama Jurnal


Educational Research
Assessment of the Social Studies
Adesina A. D.O. (ISSN: 2141-5161) Vol.
1 Curriculum of Secondary School
(2013) 4(4) pp. 345-351, April
in Southwestern Nigeria
2013
What The Assessment of
Learning Outcomes in History
And Scial Sciences are Telling
Journals Andragoški
About Textbooks, Teaching Ouakrim-Soivio,
2 glasnik, Vol. 18, No. 1, pp.
Materials And Methods That are Najat. (2014)
9 – 23.
Used During The Lessons?
Implications for Teacher
Professional Development.
International Journal of
An Assessment of Social Studies
Acar, Filiz Evran. Instruction, ISSN: 1694-
3 Competency of Turkish
(2008) 609X. Vol. 1, No. 2, pp. 77-
Classroom Teachers 106.
Bibliografi Performance-based Assessment of Learning Outcomes on Social
Studies

1. Adesina A. D.O. 2013. Assessment of the Social Studies Curriculum of Secondary School in
Southwestern Nigeria. Educational Research (ISSN: 2141-5161) Vol. 4(4) pp. 345-351, April
2013

Artikel ini berangkat dari permasalahan mengenai ketidak jelasan pembagian tugas dan
kewenangan dalam mengimplementasi kepemimpinan pembelajaran antara kepala sekolah
dengan wakil bidang kurikulum. Era revolusi ini memberikan dampak perubahan yang
begitu besar, termasuk perubahan terhadap pendidikan, diperlukan modifikasi pada lembaga pen
didikan. Dalam melakukan perubahan, memiliki seorang pemimpin adalah kunci nya. law of the
lid dari Maxwell pernah mengatakan bahwa kemampuan kepemimpinan menentukan tingkat
efektivitas orang-orang yang dipimpinnya Maxwell, 2007. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kepala sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi terhadap kinerja kepemimpinan
,komitmen guru, disiplin guru, dan budaya sekolah. Sejalan dengan ini, maka struktur
organisasikepemimpinan di sekolah biasanya dikelola dalam bentuk tim, yang terdiri dari kepala
sekolah dan wakil-wakilnya. Keberadaan wakil kepala di setiap satuan pendidikan
sangat beragam, tergantung pada banyak siswa yang terepresentasi di dalam jumlah rombongan
belajar. Namun dalam praktiknya tidak ada kententuan pasti jumlah wakil kepala sekolah yang
diperlukan dan untuk jabatan apa saja. Padahal posisi yang selalu ada setiap penunjukan
wakil kepala sekolah adalah wakil kepala sekolah bidang kurikulim,
ini menjelaskan secara langsung kesadaran lembaga penyelenggara satuan pendidik tentang
strategisnya peran kurikulum dalam memastikan kualitas lulusan dan kehendak untuk
meningkatkan capaian kurikulum Namun kehendak initerkadang kandas dikarenakan tidak
jelasnya peran yang diberikan sehingga kurang terarahnyaaktivitas harian wakil kepala
sekolah bidang kurikulum ini. Dari sinilah maka perlu dipastikanadanya pembagian
tugas dan kewenangan dalam implementasi kepemimpinan pembelajaranantara kepala sekolah
dengan wakil bidang kurikulum. Jika merujuk pada sepuluh fungsimanajemen pembelajaran
yang dirumuskan oleh Hallinger & Wang (2015), setidaknya ada

2. Ouakrim-Soivio, Najat. 2014. What The Assessment of Learning Outcomes in History And
Scial Sciences are Telling About Textbooks, Teaching Materials And Methods That are
Used During The Lessons? Implications for Teacher Professional Development. Journals
Andragoški glasnik, Vol. 18, No. 1, pp. 9-23.
Artikel ini membahas mengenai kualifikasi guru sekolah dasar di Firlandia, khususnya guru
mata pelajaran sejarah dan ilmu social. Berbagai macam pelatihan yang guru dapatkan
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar. Guru diharapkan untuk memberikan
pengetahuan yang berlatar belakang kearifan local dan disisi lain guru juga dituntut untuk
menggunakan metode interaktif untuk membimbing siswa agar dapat kreatif dalam
memanfaatkan lingkungan belajar digital dan materi e-learning untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Dalam prakteknya guru masih sering menggunakan buku teks dan metode
pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Guru diharapkan menjadi multi-
profesional dan memiliki keterampilan untuk mengembangkan siswa. Hasilnya disajikan
dalam bentuk penilaian hasil belajar, sistem penilaian hasil belajar berbasis pada
kemampuan guru dalam mengembangkan keterampilan dan kompetensi sesuai dengan yang
dibutuhkan di masa depan.
3. Acar, Filiz Evran. 2008. An Assessment of Social Studies Competency of Turkish Classroom
Teachers. International Journal of Instruction, ISSN: 1694-609X. Vol. 1, No. 2, pp. 77-106.
Artikel ini membahas mengenai pentingnya kompetensi yang diperoleh guru lulusan fakultas
pendidikan dalam mata pelajaran dan pengajaran mata pelajaran IPS. Sebagaimana diketahui
bahwa IPS memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian target umum
pendidikan dalam pengembangan pengetahuan, berfikir kritis dan kreatif, pengembangan
keterampilan, dan pembentukan kepribadian. Dari hasil penilaian kelas terhadap calon guru
IPS lulusan fakultas pendidikan, ditemukan bahwa sebagian calon guru lulusan fakultas
pendidikan memiliki kompetensi yang sesuai dengan capaian dari pembelajaran IPS di
sekolah dasar. Calon guru dalam pembelajaran IPS di kelas memiliki kompetensi dalam
penggunaan
teknologi untuk kegiatan belajar di kelas, dengan tujuan untuk mengembangkan pemahaman
siswa dalam mata pelajaran IPS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana program pembelajaran IPS di sekolah dasar itu berkembang dan untuk mengevaluasi
kompetensi calon guru sekolah dasar lulusan fakultas pendidikan pada materi pelajaran IPS.
URGENSI MEMAHAMI DAN MENGIMPLEMENTASIKAN NILAI-
NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SEBAGAI
SEBUAH BANGSA

Wendy Anugrah Octavian


Universitas Muhammadiyah
Palembang Email:
[email protected]

Abstract: Pancasila values must be known, understood, and implemented by the nation of
Indonesia in daily life to be able to realize the goal of realizing the proclamation of
independence. However, in the present knowledge, understanding of the next generation of the
nation against the values that are contained in the Pancasila, the more degraded and eroded
by the battle of the new values that are not in accordance with the nation's identity. The
problem of understanding resulted in the start of abandoned and forgotten Pancasila.
Therefore, the implementation required values of Pancasila in order to be referable to the
people of Indonesia in answering the various question facing current and future, both issues
that come from within and from outside. before the success of the implementation we do the
values of Pancasila, Pancasila, alienation from the real life of the nation of Indonesia..

Keyword: Implementation of Pancasila Values

Abstrak: Nilai-nilai Pancasila haruslah diketahui, dipahami, dan diimpelmentasikan oleh


bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat mewujudkan mewujudkan cita-cita
proklamasi kemerdekaan. Namun, pada saat ini pengetahuan, pemahaman generasi penerus
bangsa terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, semakin terdegradasi dan terkikis
oleh derasnya nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa. Permasalahan
pemahaman ini mengakibatkan mulai ditinggalkan dan dilupakan Pancasila. Oleh sebab itu,
diperlukan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila agar dapat dijadikan acuan bagi bangsa Indonesia
dalam menjawab berbagai persoalan yang dihadapi saat ini dan yang akan datang, baik
persoalan yang datang dari dalam maupun dari luar. sebelum keberhasilan kita melakukan
reaktualisasi nilai-nilai Pancasila tersebut menyebabkan keterasingan Pancasila dari kehidupan
nyata bangsa Indonesia.

Kata Kunci: Implementasi Nilai-nilai Pancasila

123
124 JURNAL BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 5, NOMOR 2, NOVEMBER 2018

PENDAHULUAN dihadapi bangsa. Di satu sisi, trauma generasi


Pancasila Sebagai dasar negara, muda terhadap sikap politik pemerintahan
ideologi, pandangan dan falsafah hidup yang orde baru, telah melahirkan generasi muda
harus dipedomani bangsa indonesia dalam era reformasi yang cenderung apatis dan
proses penyelenggaraan kehidupan tidak peduli terhadap nilai-nilai luhur yang
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terkandung dalam Pancasila. Sementara disisi
dalam mewujudkan cita-cita proklamasi lain, era globalisasi beserta implikasinya
kemerdekaan. Nilai-nilai luhur yang telah merubah persepsi ancaman terhadap
terkandung di dalamnya merupakan nilai- eksistensi suatu negara. Ancaman bagi
nilai luhur yang digali dari budaya bangsa bangsa dan negara, tidak lagi diwujudkan
dan memiliki nilai dasar yang diakui secara dalam bentuk ancaman secara fisik,
universal dan tidak akan berubah oleh melainkan ancaman tampil dalam wujud dan
perjalanan waktu. bentuk ancaman yang lebih kompleks dan
Seiring dengan perjalanan waktu dan mencakup seluruh dimensi kehidupan
sejarah bangsa, kini apa yang telah nasional. Oleh sebab itu, diperlukan
diperjuangkan para pendiri dan pendahulu reaktualisasi nilai-nilai Pancasila agar dapat
bangsa tengah menghadapi batu ujian dijadikan acuan bagi bangsa Indonesia dalam
keberlangsungannya. Globalisasi dan menjawab berbagai persoalan yang dihadapi
euphoria reformasi yang sarat dengan saat ini dan yang akan datang, baik persoalan
semangat perubahan, telah mempengaruhi yang datang dari dalam maupun dari luar.
pola pikir, pola sikap dan pola tindak sebelum keberhasilan kita melakukan
generasi penerus bangsa dalam menyikapi reaktualisasi nilai-nilai Pancasila tersebut
berbagai permasalahan kebangsaan. menyebabkan keterasingan Pancasila dari
Pemahaman generasi penerus bangsa terkait kehidupan nyata bangsa Indonesia.
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,
semakin terdegradasi dan terkikis oleh PEMBAHASAN
derasnya nilai- nilai baru yang tidak sesuai Pancasila Sebagai Dasar Negara
dengan jati diri bangsa. Ironisnya, sementara Pancasila sebagai dasar negara
nilai-nilai baru ini belum sepenuhnya mengandung makna bahwa nilai-nilai
dipahami dan dimengerti, namun nilai-nilai Pancasila harus menjadi landasan dan
lama sudah mulai ditinggalkan dan pedoman dalam membentuk dan
dilupakan. Tanpa disadari, generasi penerus menyelenggarakan negara, termasuk menjadi
bangsa bergerak semakin menjauh dari sumber dan pedoman dalam pembentukan
Pancasila sebagai jati diri bangsa yang peraturan perundang-undangan. Hal ini
bercirikan semangat gotong royong. berarti perilaku para penyelenggara negara
Bagi generasi penerus bukan suatu dalam pelaksanaan penyelenggaraan
hal yang mudah mempertahankan komitmen pemerintah negara, harus sesuai dengan
para pemuda pendahulu dan pendiri bangsa perundang- undangan yang mencerminkan
dalam memperjuangkan nilai-nilai luhur nilai-nilai Pancasila.
Pancasila. Dinamika perkembangan Pancasila merupakan pandangan
lingkungan strategis, baik global, regional hidup dan kepribadian bangsa yang nilai-
maupun nasional setiap jaman dan era nilainya bersifat nasional yang mendasari
kepemimpinan, sangat mempengaruhi kebudayaan bangsa, maka nilai-nilai tersebut
tumbuh kembangnya pola pikir, pola sikap merupakan perwujudan dari aspirasi (cita-
dan pola tindak generasi penerus dalam cita hidup bangsa) (Muzayin, 1992:16).
menyikapi berbagai permasalahan mendasar Dengan Pancasila, perpecahan bangsa
yang Indonesia akan
mudah dihindari karena pandangan Pancasila dari itu, seorang ahli sejarah, Rutgers,
bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan mengatakan, “Dari semua negara-negara
keseimbangan, keselarasan, dan keserasian Asia Tenggara, Indonesia-lah yang dalam
sehingga perbedaan apapun yang ada dapat Konstitusinya, pertama-tama dan paling
dibina menjadi suatu pola kehidupan yang tegas melakukan latar belakang psikologis
dinamis, penuh dengan keanekaragaman yang sesungguhnya daripada revolusi
yang berada dalam satu keseragaman yang melawan penjajah. Dalam filsafat negaranya,
kokoh (Muzayin, 1992:16). yaitu Pancasila, dilukiskannya alasan-alasan
Dengan peraturan yang berlandaskan secara lebih mendalam dari revolusi-revolusi
nilai-nilai Pancasila, maka perasaan adil dan itu (Latif, 2011: 47). Dari pendapat tersebut,
tidak adil dapat diminimalkan. Hal tersebut Indonesia pun pernah merasakan
dikarenakan Pancasila sebagai dasar negara berkembangnya nilai-nilai ideologi-ideologi
menaungi dan memberikan gambaran yang besar dunia berkembang dalam gerak tubuh
jelas tentang peraturan tersebut berlaku pemerintahannya.
untuk semua tanpa ada perlakuan
diskriminatif bagi siapapun. Oleh karena Makna Yang Terkandung Pada Nilai-nilai
itulah, Pancasila memberikan arah tentang Dalam Pancasila
hukum harus menciptakan keadaan negara
yang lebih baik dengan berlandaskan pada Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, (Nilai Ketuhanan), yaitu:
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
demikian, diharapkan warga negara dapat merupakan “roh” sekaligus dasar dari
memahami dan melaksanakan Pancasila keempat sila lainnya. Ketuhanan Yang Maha
dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari Esa bermakna bahwa Bangsa Indonesia
kegiatan-kegiatan sederhana yang adalah Negara yang monotheisme percaya
menggambarkan hadirnya nilai-nilai terhadap Tuhan yang satu bukan sebaliknya.
Pancasila tersebut dalam masyarakat. Dengan kata lain, negara Indonesia
Misalnya saja, masyarakat selalu bahu- berlandaskan agama.
membahu dalam ikut berpartisipasi Pancasila dengan sila pertamanya,
membersihkan lingkungan, saling menolong, adalah sebuah falsafah yang sesuai dan
dan menjaga satu sama lain. Hal tersebut bersahabat dengan agama. Oleh karenanya,
mengindikasikan bahwa nilai-nilai Pancasila sudah seharusnya sebagai Insan yang
telah terinternalisasi dalam kehidupan beriman dan bertakwa kepada Allah dengan
bermasyarakat. mendirikan perintahnya guna meningkatkan
kesalehan kita. Kita sebagai bangsa
Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia sudah sepatutnya menyadari
Pancasila sebagai ideologi Indonesia realitas kemajemukan Indonesia sebagai
mempunyai ajaran-ajaran yang memang sebuah berkah dari Allah, yang perlu
mengandung nilai-nilai yang terkandung dikembangkan dan dilestarikan.
dalam ideologi lain. Ajaran yang dikandung Keberagaman semestinya tidak bersifat
Pancasila bahkan dipuji oleh seorang filsuf hierarkis, melainkan egaliter, dan oleh karena
Inggris, Bertrand Russel, yang menyatakan itu berimplikasi pada nilai etis toleransi.
bahwa Pancasila sebagai sintesis kreatif Sebagai umat beragama yang beriman dan
antara Declaration of American bertakwa kepada Allah, sudah semestinya
Independence (yang merepresentasikan kita menanamkan nilai-nilai kebenaran,
ideologi demokrasi kapitalis) dengan kebaikan, kejujuran, dan
Manifesto Komunis (yang
mereprensentasikan ideologi komunis). Lebih
126 JURNAL BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 5, NOMOR 2, NOVEMBER 2018
kemuliaan dalam diri, sehingga meningkatkan moral bangsa.

Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (Nilai Kemanusiaan)


Nilai yang terkandung dari sila kedua pancasila adalah nilai kemanusiaan. Kemanusiaan yang
dimaksud adalah manusia yang adil dan beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan martabat
manusia sebagai makhluk Tuhan, yang diwujudkan dalam semangat saling menghargai, toleran, yang
dalam perilaku sehari-hari didasarkan pada nilai-nilai moral yang tinggi, serta untuk kepentingan bersama.
Dengan meng- implementasikan sila kedua ini diharapkan bahwa permaslahan yang dialami bangsa saat ini
seperti tidak adanya toleransi, konflik antar golongan, pengangguran, kemiskinan, mafia kasus, korupsi,
diskriminasi dan kesenjangan sosial, tindakan kekerasan, baik secara vertikal maupun horizontal, dapat
teratasi.

Sila Ketiga: Persatuan Indonesia, yaitu:


Indonesia adalah Negara yang kaya akan keberagaman suku, agama, bahasa, budaya, dan ras.
Namun dengan terbentuknya NKRI, dimulailah komitmen bersama untuk terus membentengi keberagaman
itu untuk mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera. Itulah makna yang terkandung dari sila
persatuan Indonesia. Sesuai dengan konstitusi tujuan negara ialah berkewajiban memberikan perlindungan
kepada segenap tumpah darah Indonesia dan seluruh isinya dengan semangat persatuan tersebut. Perlakuan
yang sama pada seluruh warga dimananapun berada haruslah dilakukan oleh pemerintah tanpa memandang
latar belakang suku, ras, budaya, maupun agamanya. Warga negara dalam semangat kebersamaan
seharusnya melakukan tindakan yang tetap menunjukkan sikap dan perbuatan yang NKRI untuk
kebahagiaan dan kemajuan bersama. Semangat persatuan inilah yang harus terus dijaga agar NKRI tetap
eksis, dan
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
445
Volume 6, Nomor 2, Halaman 445-454 ISSN: 2528-0767
http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk e-ISSN: 2527-8495

PENGARUH MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP IDEOLOGI PANCASILA
MAHASISWA
THE EFFECT OF PANCASILA EDUCATION AND CITIZENS EDUCATION ON
THE IDEOLOGICAL ATTITUDE OF PANCASILA STUDENTS
Sely Ayu Lestari*
Program Studi Magister Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Negeri
Malang Jalan Semarang Nomor 5 Malang 65145, Indonesia

Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 6, Nomor 2, Desember 44
2021
INFO ARTIKEL PENDAHULUAN
Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila dan
Riwayat Artikel:
Diterima : 20 Oktober 2020 Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi
Disetujui : 20 Januari 2021 negeri maupun swasta mengalami pasang surut
karena implementasinya tidak sesuai dengan
Keywords: kebijakan yang ada. Dasar hukum yang
Pancasila Education, Citizenship Education, mengatur berlakunya Pendidikan Pancasila
Pancasila ideology attitude, students mengalami perubahan dan persepsi
Kata Kunci: pengembangan kurikulum di perguruan tinggi
Pendidikan Pancasila, Pendidikan juga sering berubah. Lahirnya ketentuan Pasal
Kewarganegaraan, sikap ideologi Pancasila, 35 ayat (5) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
mahasiswa 2012 tentang Pendidikan Tinggi menegaskan
bahwa kurikulum perguruan tinggi wajib memuat
*) Korespondensi: mata kuliah agama, Pancasila, Kewarganegaraan,
E-mail: [email protected] dan bahasa Indonesia. Negara berkehendak agar
Pendidikan Pancasila dilaksanakan dan dimuat
dalam kurikulum perguruan tinggi sebagai mata
kuliah wajib yang berdiri sendiri.
Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila sebagai
mata kuliah wajib di perguruan tinggi bertujuan
untuk membina pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan ideologi bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila diharapkan dapat
menjadi ruh dalam pembentukan jati diri
mahasiswa untuk menumbuhkan rasa nasionalisme
serta mengembangkan jiwa profesionalitas
sesuai dengan bidang studinya masing-masing.
Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2012 menyatakan bahwa sistem pendidikan
tinggi di Indonesia harus sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila dalam berbagai kebijakan yang
dikeluarkan, serta menyelenggarakan mata
kuliah Pendidikan Pancasila secara sungguh-
sungguh dan bertanggung jawab. Urgensi
Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi yaitu
mahasiswa dapat memahami dan memperkuat
ideologi Pancasila agar terhindar dari gerakan
radikalisme agama yang berkembang secara
masif di lingkungan kampus. Pendidikan
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan
sangat berpengaruh terhadap sikap ideologi
mahasiswa yang memiliki latar belakang suku,
agama, dan bahasa yang berbeda satu sama lain.
Pendidikan Pancasila merupakan mata kuliah
yang membangun paradigma baru dalam diri
mahasiswa untuk memahami dan mengamalkan
nilai nilai Pancasila, merespon persoalan aktual
bangsa, serta menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari- hari. Pendidikan
Kewarganegaraan telah dilaksanakan di
berbagai di dunia, dengan menggunakan
beberapa istilah seperti civic

Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan
ucation, citizenship education, dan ideologi, paham, dan ajaran yang bertentangan
democracy education. Pendidikan dengan Pancasila, serta semangat dan
Kewarganegaraan di Indonesia menjadi komitmen menjadikan Pancasila sebagai
tanggung jawab semua pihak, baik identitas bangsa Indonesia. Sikap (attitude)
pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga adalah reaksi atau respon yang masih tertutup
keagamaan, dan masyarakat industri dari seseorang terhadap stimulus
(Mansoer, 2005). Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki peran yang
sangat strategis dalam mempersiapkan
warga negara Indonesia yang cerdas,
bertanggung jawab, dan berkeadaban sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di Indonesia.
Program pembelajaran Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK) sebagai
pendidikan nilai di perguruan tinggi
berfungsi untuk meletakkan dasar nilai
sebagai pedoman berkarya bagi lulusan
perguruan tinggi. Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai salah satu mata
kuliah pengembangan kepribadian memiliki
materi yang mengandung nilai-nilai
Pancasila.
Ideologi yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia berbeda dengan bangsa-bangsa
lain. Bangsa Indonesia dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara mendasarkan
pandangan hidupnya pada suatu asas
kultural yang dimiliki dan melekat pada
bangsa Indonesia (Kaelan, 2000). Nilai-nilai
kenegaraan dan kemasyarakatan yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan
hanya hasil konseptual seseorang saja,
tetapi juga hasil karya besar bangsa
Indonesia yang diangkat dari nilai-nilai
kultural bangsa Indonesia melalui proses
refleksi filosofis para pendiri negara.
Ideologi adalah seperangkat
gagasan/pemikiran yang berorientasi pada
tindakan yang diorganisir menjadi suatu
sistem yang teratur (Sastrapratedja, 1991).
Ideologi adalah sejumlah doktrin,
kepercayaan, dan simbol-simbol
sekelompok masyarakat atau suatu bangsa
yang menjadi pegangan dan pedoman kerja
untuk mencapai tujuan masyarakat dalam suatu
bangsa (Mubyarto, 1991). Ideologi
merupakan cara berpikir seseorang atau
suatu golongan tertentu, yang berkaitan
dengan paham, teori, dan tujuan sebagai
bagian dari program sosial politik.
Sikap ideologi Pancasila adalah sikap
yang berpedoman pada nilai-nilai
Pancasila, sepenuhnya menerima Pancasila
sebagai dasar negara, menolak segala bentuk
Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Pengaruh mata kuliah pendidikan ... 447
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 6, Nomor 2, Desember 44
2021
atau objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Sikap proportional random sampling, karena teknik
dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap random lebih baik dalam mengeneralisasikan
objek sikap yang diekspresikan dalam proses- dan akurasinya lebih tepat dibandingkan teknik
proses kognitif afektif (emosi) dan perilaku sampling nonrandom (Lubis, 2009). Sampel
(Rahman, 2012). Sikap adalah keyakinan atau yang digunakan dalam kajian ini berjumlah 110
pendapat seseorang terkait situasi, subjek atau mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di
objek yang disertai dengan munculnya perasaan Kota Malang yang terbagi dalam lima kategori,
tertentu (Walgito, 2001). Kajian ini membahas yaitu: (a) kampus pendidikan, yaitu Universitas
beberapa rumusan masalah, diantaranya Negeri Malang, (b) kampus Islam berbasis
yaitu: (1) penerapan Pendidikan Pancasila di negeri, yaitu Universitas Islam Negeri Maulana
kalangan mahasiswa, (2) penerapan Pendidikan Malik Ibrahim Malang, (c) kampus berbasis
Kewarganegaraan di kalangan mahasiswa, (3) universal, yaitu Universitas Brawijaya, (d)
penerapan sikap ideologi Pancasila di kalangan kampus Islam berbasis Nahdlatul Ulama, yaitu
mahasiswa, (4) pengaruh mata kuliah Pendidikan Universitas Islam Malang, (e) kampus Islam
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan berbasis Muhammadiyah, yaitu Universitas
terhadap sikap ideologi Pancasila mahasiswa. Muhammadiyah Malang.
Pengumpulan data dalam kajian ini dilakukan
METODE dengan menggunakan kuesioner tertutup. Analisis
Kajian ini menggunakan pendekatan mengenai penerapan Pendidikan Pancasila,
kuantitatif dengan jenis deskriptif karena bertujuan Pendidikan Kewarganegaraan, dan sikap
menguji teori terhadap suatu fenomena tertentu ideologi Pancasila mahasiswa menggunakan
(Creswell, 2013). Kajian ini ditulis berdasarkan persentase tingkat capaian responden (TCR)
penelitian yang dilakukan melalui sembilan dengan analisis deskriptif dan juga diukur
tahapan, yaitu: (1) menentukan lokasi dengan kriteria interpretasi skor. Analisis data
penelitian, diukur berdasarkan kriteria intervensi skor
(2) menentukan populasi dan sampel penelitian, yang dipaparkan dalam Tabel 1. Pengujian
(3) penyusunan instrumen penelitian berupa pengaruh Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
angket, (4) uji coba instrumen penelitian berupa Kewarganegaraan terhadap sikap ideologi
uji validitas dan uji reliabilitas pada beberapa Pancasila mahasiswa secara parsial dilakukan
sampel penelitian, (5) revisi instrumen dengan menggunakan uji T, dan secara simultan
penelitian, menggunakan uji F (Ghozali, 2016). Sebelum
(6) penyebaran instrumen berupa angket kepada dilakukan analisis data, dilakukan uji prasyarat
sampel penelitian, (7) pengumpulan data yaitu uji normalitas data, uji multikolinearitas,
penelitian, (8) pengolahan data penelitian dan uji heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan
berupa coding, editing, dan tabulasi data, (9) dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0 for
analisis data penelitian menggunakan data Windows.
statistik deskriptif dengan Tingkat Capaian
Responden (TCR), menggunakan kriteria HASIL DAN PEMBAHASAN
intervensi, serta menggunakan uji T dan uji F
Penerapan Pendidikan Pancasila di
(Azwar, 2011). Kalangan Mahasiswa
Populasi dalam kajian ini yaitu mahasiswa Penerapan Pendidikan Pancasila di kalangan
yang telah menempuh mata kuliah mahasiswa dilihat berdasarkan tiga indikator,
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan yaitu memahami dan mengamalkan nilai-nilai
Kewarganegaraan, serta mahasiswa yang
memiliki latar belakang pendidikan formal dan
pondok pesantren. Teknik sampling yang
digunakan adalah stratified

Tabel 1 Kriteria Intervensi Skor


Rentang Skor Mean Keterangan
4,25 - 5,00 Sangat Efektif/Sangat Baik
3,50 - 4,24 Efektif/Baik

Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan
2,75 - 3,49 Cukup Efektif
2,00 - 2,74 Kurang Efektif
0,00 - 1,99 Sangat Tidak Efektif/Sangat Kurang Baik

Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 6, Nomor 2, Desember 44
2021
Pancasila di perguruan tinggi, setia pada Pancasila Mahasiswa dengan persentase sebesar 51%
dan meyakini Pancasila sebagai dasar negara, menganggap bahwa organisasi yang melanggar
serta proses pembelajaran Pancasila. Indikator Pancasila seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebaiknya tidak dibubarkan karena melanggar hak
diterapkan dengan sangat efektif, yaitu sebesar asasi orang yang mengikuti organisasi tersebut.
98% mahasiswa percaya kepada Tuhan Yang HTI di kalangan mahasiswa bukan suatu hal
Maha Esa. Nilai ketuhanan mengacu kepada yang muncul dengan sendirinya di tengah-tengah
keyakinan terhadap Tuhan YME dan hidup dalam kehidupan kampus, tetapi muncul karena adanya
menjalankan perintahnya tanpa menganggu proses komunikasi dengan jaringan-jaringan
urusan agama lain (Meinarno & Suwartono, organisasi HTI yang ada di luar kampus
2012). Mahasiswa yang tidak keberatan dengan (Basri & Dwiningrum, 2019). Mahasiswa
perbedaan ras atau agama mencapai 96% dan dengan persentase sebesar 71% tidak setuju
70% mahasiswa tidak masalah jika bergaul dengan pernyataan bahwa pemulangan mantan
dengan teman yang berbeda agama sehingga anggota ISIS dapat mengganggu persatuan
dapat dikatakan tingkat toleransi mahasiswa Indonesia. Mahasiswa dengan persentase
tergolong tinggi. Ini merupakan gambaran orang sebesar 40% tidak setuju dengan pergantian
yang menganut sila kedua Pancasila dengan sistem pemerintahan presidensial dengan sistem
baik. Ia secara tidak langsung telah pemerintahan khilafah, namun terdapat beberapa
memenuhi kewajibannya sebagai warga negara, mahasiswa yang setuju. Hal ini menunjukkan
yaitu berupa penghormatan terhadap hak yang bahwa terdapat beberapa mahasiswa yang
dimiliki oleh orang lain sebagai sesama tidak percaya lagi dengan sistem presidensial
manusia (Meinarno & Mashoedi, 2016) di Indonesia dan cenderung percaya dengan
Mahasiswa dengan persentase sebesar 66% sistem pemerintahan khilafah. Penerapan
cenderung netral terhadap persoalan ideologi Pendidikan Pancasila di kalangan mahasiswa
agama yang bertentangan dengan Pancasila. dapat dilihat berdasarkan distribusi frekuensi
Tingkat kepercayaan mahasiswa terhadap yang dipaparkan dalam Tabel 2.
Pancasila sebagai solusi dari permasalahan Berdasarkan hasil distribusi frekuensi di atas
intoleransi di Indonesia cukup tinggi dengan menunjukkan bahwa mean dari indikator semua
persentase 88%. Kepercayaan mahasiswa variabel yaitu 3,77 termasuk dalam kategori
terhadap Pancasila sebagai identitas suatu efektif. Penerapan dan penguatan nilai-nilai
bangsa dikategorikan ke dalam tindakan rasional Pancasila dilakukan dengan menunjukkan sikap
didasarkan pada nilai menghormati perbedaan, positif terhadap Pancasila (Regiani & Dewi,
nilai kebersamaan atau persatuan (Kustoyo 2021). Penguatan nilai-nilai Pancasila sangat
& Zunariyah, 2019). Atas argumen tersebut, diperlukan untuk menghadapi tantangan era
Pancasila masih relevan dijadikan solusi jalan revolusi industri 4.0 (Fadilah, 2019). Contoh
keluar terhadap permasalahan intoleransi. sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila
yaitu menerima Pancasila sebagai dasar negara,
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Pancasila
1 2 3 4 5
Pernyataan Mean
F % F % F % F % F %
X1p1 - - - - 1 0,9 4 3,6 105 95,5 4,95
X1p2 1 0,9 - - 2 1,8 10 9,1 97 88,2 4,84
X1p3 38 34,5 22 20,0 34 30,9 10 9,1 6 5,5 3,31
X1p4 18 16,4 11 10,0 41 37,3 21 19,1 19 17,3 3,11
X1p5 - - 1 0,9 13 11,8 37 33,6 59 53,6 4,40
X1p6 33 30,0 17 15,5 36 32,7 12 10,9 12 10,9 2,57
X1p7 3 2,7 13 11,8 38 34,5 21 19,1 35 31,8 3,65
X1p8 50 45,5 22 20,0 27 24,5 6 5,5 5 4,5 2,04
X1p9 1 0,9 1 0,9 14 12,7 40 36,4 54 49,1 4,32
X1p10 - - - - 11 10,0 32 29,1 67 60,9 4,51
Mean 3,77

Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 6, Nomor 2, Desember 44
2021
berusaha memahami makna Pancasila, serta mendukung pihak kampus untuk memberikan
memiliki kesetiaan terhadap bangsa dan negara. sanksi yang tegas kepada organisasi mahasiswa
Penerapan Pendidikan Kewarganegaraan yang bertentangan dengan Pancasila. Tingkat
di Kalangan Mahasiswa nasionalisme kepribadian mahasiswa termasuk
Penerapan Pendidikan Kewarganegaraan dalam kategori sangat baik karena mahasiswa
di kalangan mahasiswa didasarkan pada empat mampu membentengi diri dari organisasi yang
indikator, yaitu penerapan nilai-nilai demokrasi bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
di perguruan tinggi, penerapan kepribadian Mahasiswa dengan persentase sebesar 80%
mahasiswa di perguruan tinggi, penerapan nilai- sangat setuju bahwa orang yang beratribut
nilai moral berdasarkan ideologi Pancasila, serta agama belum tentu memiliki perilaku yang baik.
nasionalisme untuk mengembangkan kepribadian Mahasiswa dengan persentase sebesar 83% sangat
mahasiswa. Mahasiswa dengan persentase sebesar setuju dan bersikap netral untuk bergaul dengan
66% cenderung setuju bahwa demokrasi sudah orang yang beratribut terbuka maupun tertutup.
tidak cocok diterapkan di Indonesia. Mahasiswa Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran
dengan persentase sebesar 42% setuju apabila menjadikan 86% mahasiswa bangga menjadi
sistem pemerintahan Islam diterapkan di warga negara Indonesia. Faktor-faktor yang
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa banyak memengaruhi mahasiswa dalam menumbuhkan
mahasiswa terpapar ideologi yang bertentangan rasa cinta terhadap tanah air salah satunya yaitu
dengan Pancasila. Mahasiswa dengan persentase pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
sebesar 82% percaya bahwa demokrasi mampu (Asih, 2016). Pendidikan berpengaruh positif
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di bagi sikap mahasiswa agar mampu menjadi
Indonesia. Demokrasi dapat diartikan sebagai warga negara yang mengamalkan nilai-nilai
pelaksanaan seluruh kegiatan perkuliahan yang Pancasila (Hanafi, 2018). Penerapan Pendidikan
sesuai dengan nilai-nilai demokrasi (Gunarsi, Kewarganegaraan di kalangan mahasiswa dapat
2014). Penyelenggaraan nilai-nilai demokrasi dilihat berdasarkan distribusi frekuensi yang
di perguruan tinggi dapat menjamin terciptanya dipaparkan dalam Tabel 3.
kedamaian karena mahasiswa mengakui dan Berdasarkan hasil distribusi frekuensi di atas
menganggap wajar adanya suatu keanekaragaman. menunjukkan bahwa mean dari indikator semua
Mahasiswa dengan persentase sebesar variabel yaitu 4,01 termasuk dalam kategori
86,9% menolak apabila diajak dan ditawari efektif. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
untuk mengikuti organisasi yang bertentangan yaitu untuk menumbuhkan wawasan kebangsaan
dengan Pancasila. Mahasiswa yang merasa dan kesadaran bernegara, sikap, serta perilaku
terancam apabila ada organisasi anti Pancasila cinta tanah air (Asih, 2016). Pola pikir, sikap,
di lingkungan kampus mencapai 84% dan perilaku cinta tanah air yang dimaksud
mahasiswa. Mahasiswa dengan persentase harus didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
sebesar 87,8%

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Kewarganegaraan


1 2 3 4 5
Pernyataan Mean
F % F % F % F % F %
X2p1 48 43,6 33 30,0 18 16,4 9 8,2 2 1,8 3,94
X2p2 39 35,5 34 30,9 28 25,5 5 4,5 4 3,6 2,10
X2p3 1 0,9 2 1,8 18 16,4 51 46,4 38 34,5 4,11
X2p4 3 2,7 7 6,4 7 6,4 25 22,7 68 61,8 4,34
X2p5 1 0,9 5 4,5 20 18,2 29 26,4 55 50,0 4,20
X2p6 1 0,9 3 2,7 12 10,9 30 27,3 64 58,2 4,39
X2p7 3 2,7 4 3,6 19 17,3 43 39,1 41 37,3 4,04
X2p8 0 - 4 3,6 22 20,0 36 32,7 48 43,6 4,16
X2p9 0 - 3 2,7 8 7,3 47 42,7 52 47,3 4,34
X2p10 0 - 0 - 7 6,4 43 39,1 60 54,5 4,48
Mean 4,01

Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 6, Nomor 2, Desember 45
2021
Diri manusia dituntut untuk menguasai ilmu identitas Indonesia dan bangga menjadi
pengetahuan dan teknologi serta seni (IPTEKS) warga negara Indonesia. Mahasiswa dengan
yang bersendikan kebudayaan bangsa dalam persentase sebesar 46% merasa tidak masalah
wawasan nusantara. dengan adanya budaya daerah yang
Penerapan Sikap Ideologi Pancasila di bertentangan dengan agama. Mahasiswa
Kalangan Mahasiswa dengan persentase sebesar 60% lebih suka
Penerapan sikap ideologi Pancasila di pemimpin yang satu agama, 90% mahasiswa
kalangan mahasiswa diukur dengan dua indikator, tidak setuju apabila pemimpin berasal dari agama
yaitu indikator semangat dan komitmen untuk yang sama melakukan korupsi, serta 82%
mempertahankan ideologi Pancasila, serta mahasiswa lebih memilih pemimpin yang jujur
indikator memberikan kemampuan untuk dengan latar belakang agama yang berbeda.
memelihara identitas Indonesia. Sikap ideologi Sikap ideologi Pancasila berkaitan dengan
Pancasila perlu ditanamkan pada diri seseorang nilai, moral, dan karakter berdasarkan nilai-
untuk mendukung integrasi nasional (Putri & nilai Pancasila (Utami, 2017). Penerapan sikap
Meinarno, 2018). Indikator semangat komitmen ideologi Pancasila di kalangan mahasiswa dapat
untuk mempertahankan ideologi menunjukkan dilihat berdasarkan distribusi frekuensi yang
persentase sebesar 87%, yang berarti mahasiswa dipaparkan dalam Tabel 4.
berpendapat bahwa ideologi Pancasila tidak dapat Berdasarkan hasil distribusi frekuensi di atas
diganti dengan ideologi lainnya. Mahasiswa menunjukkan bahwa mean dari indikator semua
dengan persentase 87% akan menolak apabila variabel yaitu 3,70 termasuk dalam kategori
mendapat tawaran untuk mengikuti organisasi efektif. Sikap ideologi Pancasila memengaruhi
yang bertentangan dengan Pancasila. Tantangan pola pikir dan gagasan yang dimiliki oleh setiap
dan ideologi baru yang mengatasnamakan mahasiswa (Kristiono, 2017). Sikap adalah
kepentingan agama membuat 83% mahasiswa keyakinan atau pendapat seseorang terkait
yakin dan berkomitmen terhadap Pancasila. situasi, subjek atau objek yang disertai dengan
Mahasiswa dengan persentase sebesar 39% munculnya perasaan tertentu (Suwanto,
bersikap netral dan cenderung tidak setuju 2013). Perasaan ini yang akan dijadikan sebagai
apabila Pancasila tidak dianut sebagai ideologi. dasar seseorang untuk berperilaku dan
Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak merespon menggunakan cara tertentu, salah
konsisten dalam mempertahankan Pancasila satunya sikap dan perilaku meyakini Pancasila
sebagai ideologi bangsa Indonesia. sebagai ideologi bangsa.
Mahasiswa sangat percaya bahwa
Pengaruh Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila merupakan ideologi yang tepat bagi Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan
bangsa Indonesia, meskipun beberapa terhadap Sikap Ideologi Pancasila
mahasiswa masih ada yang tidak percaya. Mahasiswa
Mahasiswa dengan persentase sebesar 93% Sikap mahasiswa terhadap Pancasila sebagai
mampu memelihara identitas suatu bangsa dikategorikan ke
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Sikap Ideologi Pancasila dalam tindakan rasional nilai yang didasarkan
pada nilai
1 2 3 4 5
Pernyataan Mean
F % F % F % F % F %
Yp1 - - 1 0,9 14 12,7 36 32,7 59 53,6 4,39
Yp2 2 1,8 2 1,8 12 10,9 32 29,1 62 56,4 4,36
Yp3 - - 3 2,7 15 13,6 51 46,4 41 37,3 4,18
Yp4 44 40,0 37 33,6 19 17,3 7 6,4 3 2,7 2,98
Yp5 61 55,5 34 30,9 9 8,2 4 3,6 2 1,8 2,65
Yp6 - - - - 5 4,5 27 24,5 78 70,9 4,66
Yp7 39 35,5 20 18,2 31 28,2 14 12,7 6 5,5 3,34
Yp8 21 19,9 17 15,5 34 30,9 20 18,2 18 16,4 3,97
Yp9 92 83,6 8 7,3 4 3,6 2 1,8 4 3,6 2,34
Yp10 5 4,5 5 4,5 21 19,1 17 15,5 62 56,4 4,14
Mean 3,70
Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 6, Nomor 2, Desember 45
2021
menghormati perbedaan, nilai kebersamaan variabel Y yang dapat dijelaskan oleh variabel X,
atau persatuan, tindakan nilai rasional sisanya 38,1
instrumental (werk rational) yang didasarkan
pada sarana musyawarah untuk mufakat,
perjuangan untuk mencapai tujuan, dan
tindakan afektif (affectif action) yang
didasarkan pada cinta tanah air (Kustoyo &
Zunariyah, 2019). Berbagai sikap ideologis
mahasiswa terhadap Pancasila dapat
diidentifikasi, misalnya meyakini Pancasila
sebagai ideologi Pancasila yang tidak bisa
digantikan dengan ideologi lainnya, sikap-sikap
ini dipupuk dari sekolah dasar hingga tingkat
mahasiswa melalui Pendidikan Pancasila dan
Pendidikan Kewarganegaraan.
Pada penelitian ini pengaruh dihitung dari
penerapan-penerapan masing-masing variabel
yang telah dijabarkan. Pertama, penelitian ini
mengetahui hasil hubungan variabel pendidikan
Pancasila terhadap sikap ideologis Pancasila
mahasiswa. Hasil pengukuran menunjukkan
nilai koefisien regresi Pendidikan Pancasila
adalah 0,164, artinya jika variabel Pendidikan
Pancasila (X1) meningkat 1%, dengan asumsi
X2 dan konstanta (a) adalah 0 (nol) maka sikap
ideologi Pancasila mahasiswa perguruan tinggi
Kota Malang meningkat sebesar 0,164%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa variabel Pendidikan
Pancasila memberikan kontribusi yang positif
terhadap sikap ideologi Pancasila mahasiswa
sehingga semakin diberikan pengertian dan
pemahaman yang lebih mengenai Pendidikan
Pancasila maka semakin kuat juga sikap
ideologi Pancasila mahasiswa.
Variabel Pendidikan Pancasila (X1)
berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap sikap ideologi Pancasila di kalangan
mahasiswa perguruan tinggi Kota Malang. Hal
ini terlihat dari signifikansi Pendidikan
Pancasila (X1) 0,017 < 0,05. Nilai t hitung
Pendidikan Pancasila (X1) adalah sebesar
2.530 lebih besar dari ttabel (1.98238). Karena
nilai ttabel lebih besar maka H0 ditolak dan H1
diterima, artinya ada pengaruh Pendidikan
Pancasila terhadap sikap ideologi Pancasila
mahasiswa. Ada hubungan yang positif antara
Pendidikan Pancasila dengan sikap
mempertahankan ideologi Pancasila pada diri
mahasiswa. Uji koefisien determinasi atau
peranan variabel independen dalam hubungannya
dengan variabel dependen (adjusted R
square) sebesar 0,619, artinya ada 61,9%

Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 6, Nomor 2, Desember 45
% dijelaskan oleh faktor lainnya. Dengan
2021 mahasiswa tentang rasa cinta terhadap
kata lain, Pendidikan Pancasila memberikan Indonesia dan demokrasi yang ada di
61,9 % pengaruh kepada sikap Indonesia, membekali mahasiswa untuk
mempertahankan ideologi Pancasila selalu mencintai negara Indonesia, dan
mahasiswa. Faktor lainnya dapat berupa semakin sering mahasiswa diberikan Pendidikan
lingkungan sekitar para mahasiswa karena Kewarganegaraan maka akan terbentuk sikap
sikap mempertahankan ideologi Pancasila ideologi secara tidak langsung.
ini tidak hanya didapatkan dari Pendidikan
Pancasila. Berdasarkan hasil di atas,
Pendidikan Pancasila dapat meningkatkan rasa
cinta terhadap Indonesia dan memberikan
dorongan kepada mahasiswa untuk
menangkal ideologi yang bertentangan
dengan ideologi Pancasila (Lubis, 2009).
Mata kuliah Pendidikan Pancasila (X1)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
sikap ideologi pancasila mahasiswa (Y).
Kedua adalah pengaruh Pendidikan
Kewarganegaraan terhadap sikap ideologi
Pancasila mahasiswa. Hasil analisis
hipotesis menunjukkan adanya hubungan
yang positif antara Pendidikan
Kewarganegran dengan sikap ideologi
Pancasila mahasiswa perguruan tinggi kota
Malang. Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan bidang yang paling
berhubungan dengan persiapan warga
negara yang aktif dan bertanggung jawab
serta memiliki keterampilan dan sikap
kewarganegaraan. Dimensi Pendidikan
Kewarganegaraan berpengaruh positif
terhadap kepribadian mahasiswa.
Hasil uji regresi analisis nilai
koefisien regresi Pendidikan
Kewarganegaraan adalah sebesar 0,882
artinya jika variabel Pendidikan
Kewarganegaraan (X2) meningkat 1%,
dengan asumsi X1 dan konstanta (a) adalah
0 (nol) maka sikap ideologi Pancasila
mahasiswa perguruan tinggi Kota Malang
meningkat sebesar 0,882
%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel Pendidikan Kewarganegaraan
memberikan kontribusi yang positif terhadap
sikap ideologi Pancasila mahasiswa sehingga
semakin diberikan pengertian dan pemahaman
yang lebih mengenai Pendidikan
Kewarganegaraan maka semakin kuat juga
sikap ideologi Pancasila mahasiswa.
Pendidikan Kewarganegaraan memberikan
pengaruh yang tidak langsung terhadap
sikap ideologi Pancasila. Pendidikan
Kewarganegaraan bertujuan untuk membekali

Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 6, Nomor 2, Desember 45
2021
Koefisien determinasi menunjukkan sebesar (X2) secara bersamaan berpengaruh signifikan
0,718, sehingga 71,8% variabel Y dapat dijelaskan terhadap sikap ideologi Pancasila di kalangan
oleh variabel X2, sisanya 38,1 % dijelaskan mahasiswa perguruan tinggi Kota Malang.
oleh faktor lainnya. Dengan demikian, ada Selain itu, nilai koefisien determinasi sebesar
hubungan antara Pendidikan 0,624 berarti bahwa kemampuan variabel bebas
Kewarganegaraan terhadap sikap ideologi dalam menjelaskan variabel terikat adalah 62,9
Pancasila sebesar 71,8%. Sisanya sebesar 38,1 % dan sisanya 37,1 %, dijelaskan oleh variabel
% adalah dijelaskan oleh faktor lainnya, lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini
seperti lingkungan, keluarga, teman dan seperti peran keluarga, lingkungan dengan
lainnya. Pencapaian hasil yang optimal sikap terbentuknya sikap ideologi Pancasila
dalam mempersiapkan warga negara yang mahasiswa.
proaktif dan bertanggung jawab, dilakukan Atas dasar perbandingan tersebut berarti
dengan mewajibkan peserta didik di bahwa Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Indonesia untuk mengikuti Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai pengaruh
Kewarganegaraan mulai dari pendidikan yang signifikan secara simultan terhadap
tinggi hingga jenjang perguruan tinggi. variabel sikap ideologi Pancasila mahasiswa.
Hasil analisis regresi menunjukkan Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan (X2) Kewarganegaraan ini memiliki peran yang
berpengaruh secara positif dan signifikan sangat penting dan sangat berpengaruh dalam
terhadap sikap ideologi Pancasila di kalangan membentuk sikap ideologi Pancasila
mahasiswa perguruan tinggi Kota Malang. mahasiswa di perguruan tinggi Kota Malang.
Hal ini terlihat dari signifikansi Pendidikan Mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan (X2)
0,002 < 0,05. Selain itu, nilai hitun Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan
g
t
Kewarganegaraan (X2) adalah sebesar 2.581 memiliki pengaruh dalam pembentukan
lebih besar dari ttabel 1.98238 maka H0 ditolak sikap. Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
dan H1 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa Kewarganegaraan ini memiliki bentuk yang
terdapat pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan positif yaitu mempelajari dan memahami
terhadap sikap ideologi Pancasila mahasiswa. Hal nilai-nilai Pancasila dan kedudukan Pancasila
ini berarti bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sebagai dasar negara, menolak segala bentuk
(X2) memiliki pengaruh positif dan ideologi dan paham ajaran yang bertentangan
signifikan terhadap sikap ideologi Pancasila dengan Pancasila, menetapkan Pancasila dalam
mahasiswa (Y). Berdasarkan nilai koefisien yang kehidupan berbangsa dan bernegara.
menunjukkan angka 0,002, maka Pendidikan
Kewarganegaraan berada di kategori SIMPULAN
memengaruhi secara dominan, sehingga dapat Penerapan Pendidikan Pancasila di kalangan
dikatakan. Dengan kata lain, ada hubungan mahasiswa termasuk dalam kategori efektif karena
antara tingkat pengetahuan pendidikan memiliki rata-rata distribusi frekuensi sebesar
kewarganegaraan dengan tingkat partisipasi 3,77. Penerapan Pendidikan Kewarganegaraan
politik mahasiswa (Wulandari & Dayati, 2019), di kalangan mahasiswa termasuk dalam kategori
sehingga Pendidikan Kewarganegaraan ini efektif karena memiliki rata-rata distribusi
memiliki pengaruh dalam mewujudkan frekuensi sebesar 4,01. Penerapan sikap ideologi
keberhasilan kehidupan demokrasi dengan Pancasila di kalangan mahasiswa termasuk
menerapkan sikap yang Pancasilais. dalam kategori efektif karena memiliki rata-
Ketiga, pengaruh Pendidikan Pancasila dan rata distribusi frekuensi sebesar 3,70. Mata
Pendidikan Kewarganegaraan secara simultan kuliah Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
terhadap sikap ideologi Pancasila mahasiswa Kewarganegaraan mempunyai pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama terhadap sikap
dianalisis melalui uji F. Uji ini dilakukan
dengan membandingkan nilai signifikansi nilai
F
F > . Hasil pengujian menunjukkan hitung ideologi Pancasila mahasiswa. Mata kuliah
tabel hitung
sebesar Pendidikan Pancasila memberikan pengaruh
4. 403 > Ftabel 3,08 maka dapat diartikan bahwa model regresi sudah tepat artinya pengaruh
Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 6, Nomor 2, Desember 45
secara bersama, maka H0 ditolak dan H3 diterima,
2021
sehingga yang tidak dominan terhadap sikap ideologi
dapat disimpulkan bahwa variabel Pancasila mahasiswa, dengan nilai korelasi
Pendidikan Pancasila (X1) dan Pendidikan sebesar 0,05 dan hubungan sebesar 61,9%.
Kewarganegaraan Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 6, Nomor 2, Desember 45
2021
memberikan pengaruh yang dominan terhadap Pancasila sebagai Identitas Bangsa. Journal
sikap ideologi Pancasila mahasiswa, dengan nilai of Development and Social Change, 2(2),
koefisien sebesar 0,02 dan hubungan sebesar 4-10.
71,8%. Mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Lubis, Y. (2009). Pengaruh Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki pengaruh Kewarganegaraan terhadap Tingkat
yang sangat kuat dalam pembentukan sikap Kesadaran Berkonstitusi Warga
ideologi Pancasila mahasiswa. Negara Muda: Studi Deskriptif Analitis
terhadap Siswa SMA di Kota
DAFTAR RUJUKAN Tasikmalaya. Bandung: Universitas
Asih, P. (2016). Pengaruh Pendidikan Pendidikan Indonesia.
Kewarganegaraan dalam Membentuk
Mansoer, H. (2005). Pendidikan
Kepribadian Taruna Program Studi
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Telekomunikasi dan Navigasi Udara (TNU)
sebagai Dasar Nilai dan Pedoman bagi
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia
Lulusan. Jakarta: Dirjen Dikti.
(STPI) Curug-Tangerang. Jurnal Ilmiah
Meinarno, E. A., & Mashoedi, S. F. (2016).
Aviasi Langit Biru, 9(2), 37-48.
Pembuktian Kekuatan Hubungan
Azwar, S. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta: antara Nilai-Nilai Pancasila dengan
Pustaka Pelajar. Kewarganegaraan. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Basri & Dwiningrum, N. R. (2019). Potensi Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(1),
Radikalisme di Perguruan Tinggi (Studi 12-22.
Kasus di Politeknik Negeri Balikpapan).
Meinarno, E. A., & Suwartono, C (2012). Value
Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan,
Orientation Scale: The Validation of The
3(1), 84-91.
Pancasila Scale. Jurnal Pengukuran
Creswell, J. W. (2013). Research Design Psikologi dan Pendidikan Indonesia,
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan 1(2), 175-183.
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mubyarto. (1991). Pengantar Ekonomi Pertanian.
Fadilah, N. (2019). Tantangan dan Penguatan
Jakarta: LP3ES.
Ideologi Pancasila dalam Menghadapi
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku
Era Revolusi Industri 4.0. Journal of
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Digital Education, Communication,
Putri, M. A., & Meinarno, E. A. (2018).
and Arts, 2(2), 66-78.
Relevankah Pancasila dan Globalisasi?
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis
Mengungkap Hubungan Pancasila dan
Multivariate dengan Program IBM SPSS
Identitas Global. Jurnal Ilmiah
23. Semarang: BPFE Universitas
Pendidikan Pancasila dan
Diponegoro.
Kewarganegaraan, 3(1), 74-80.
Gunarsi. (2014). Pelaksanaan Nilai Demokrasi
Rahman, I. N. (2012). Pengaruh
di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus
Pengembangan Kemelekwacanaan
pada Mahasiswa Program Studi PKn
Warga Negara dan Keterampilan
FKIP UMS). Jurnal Pendidikan Ilmu
Partisipasi dalam Pembelajaran
Sosial, 24(2), 12-21.
Pendidikan Kewarganegaraan terhadap
Hanafi. (2018). Hakekat Nilai Persatuan dalam Partisipasi Politik Siswa. Bandung:
Konteks Indonesia: Sebuah Tinjauan Universitas Pendidikan Indonesia.
Kontekstual Positif Sila Ketiga Pancasila.
Regiani, E., & Dewi, D. A. (2021). Pudarnya
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan
Kewarganegaraan, 3(1), 56-63.
Masyarakat di Era Globalisasi. Jurnal
Kaelan. (2000). Pendidikan Pancasila. Kewarganegaraan, 5(1), 30-38.
Yogyakarta: Paradigma.
Republik Indonesia. (2012). Undang-Undang
Kristiono, N. (2017). Penguatan Ideologi
Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Pancasila di Kalangan Mahasiswa
Tinggi. Lembaran Negara Republik
Universitas Negeri Semarang. Jurnal
Indonesia Tahun 2012 Nomor 158.
Pembelajaran IPS dan PKn, 2(2), 193-
Tambahan Lembaran Negara Republik
204.
Indonesia Nomor 5336.
Kustoyo, N. E. H., & Zunariyah. (2019).
Sastrapratedja, M. (1991). Pancasila sebagai
Pemaknaan Mahasiswa terhadap Simbol
Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 6, Nomor 2, Desember 45
2021 Ideologi dalam Kehidupan Budaya.
Jakarta: BP-7 Pusat.

Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 6, Nomor 2, Desember 45
2021
Suwanto, D. A. (2013). Survey tentang Walgito, B. (2001). Psikologi Sosial.
Pemahaman dan Sikap Siswa terhadap Yogyakarta: Andi Offset.
Narkoba atau Napza di Kalangan Wulandari, N. A. T., & Dayati, U. (2019).
Remaja. Bandung: Universitas Hubungan Pengetahuan Kewarganegaraan
Pendidikan Indonesia. Dengan Partisipasi Politik Mahasiswa.
Utami, P. S. (2017). Persepsi Mahasiswa terhadap Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Pendidikan Moral Siswa. Jurnal Ilmiah Kewarganegaraan, 4(2), 362- 367.
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, 2(1), 48-53.

Copyright © 2021 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan
Jurnal Scientia
Research ArticleIndonesia 4(1) 27

The Role of Pancasila as Jurnal Scientia Indonesia


2018, Vol. 4(1) 27-46

an Open Ideology © The Author(s) 2018


10.15294/jsi.v8i1.35944
This journal has been accredited by
Ministry of Education, Culture,
Research & Technology of Republic
Indonesia (Rank SINTA 6).
Published biannually by:

All writings published in this journal are


personal views of the author(s) and do
not represent the views of this journal
and the author’s affiliated institutions.
Author(s) retain copyrights under the
license of Creative Common Attribution
4.0 International (CC BY 4.0)

Mugi Febriyanto
History of Manuscript
Universitas Negeri Semarang, Indonesia Submitted : November 21, 2017
[email protected] Revised 1 : January 7, 2018
Revised 2 : March 28, 2018
Accepted : April 15, 2018
Online since : April 30, 2018

Abstract
The purpose of the discussion of this article is to explain
the role of Pancasila as the ideology of the open nation of
Indonesia. Pancasila is the foundation of the ideology of
the Indonesian state, where Pancasila is a reflection of the
values and goals of the Indonesian nation. nationally.
Along with the era of globalization Pancasila has become a
middle ground in solving problems that are developing in
today's society. The rapid development of socio-culture,
Pancasila as a filtering of incoming developments,
Pancasila is wide open to global developments in deviant
matters. towards global development is very important,
because the essence of Pancasila is an important ideology.

Keywords: Pancasila, Ideology, Development Paradigm,


Fundamental

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


28 Febriyanto

A. Pendahuluan

Ideologi merupakan sebuah konsep yang fundamental dalam sebuah


negara. Fundamental bermakna dasar karena hampir semua kehidupan
bangsa dan negara tidak dapat lepas dari pengaruh ideologi.Tanpa ideologi
yang mantap dan berakar pada nilai-nilai yang bersumber pada budaya
sendiri, maka suatu bangsa akan mengalami kesulitan,hambatan,dan
tantangan dalam mencapai cita-citanya.Dapat dikatakan bahwa cita-cita suatu
bangsa ini pada hakekatnya merupakan dasar pandangan atau suatu faham
yang diyakini kebenarannya.Ideologi memiliki beberapa fungsi diantaranya,
yaitu ideologi berfungsi melengkapi struktur kognitif manusia, ideologi
berfungsi sebagai panduan yang mencanangkan seperangkat patokan tenteng
bagaimana manusia seharusnya bertingkah laku, ideologi berfungsi sebagai
lensa, cermin, dan jendela yang mempunyai makna melalui mana seseorang
dapat melihat dunianya,melalui mana seseorang dapat melihat
dirinya,melalui mana seseorang dapat melihat diri kita, ideologi berfungsi
sebagai kekuatan pengendali konflik sekaligus fungsi integratif.Kenyataan
menunjukan bahwa kebersamaan masyarakat sebenarnya dibangun diatas
kenaekaragaman (budaya, etnis, bahasa, agama, dan sebagainya), sehingga
perpecahan merupakan benih yang subur dan siap meledak setiap
saat.Mengingat pentingnya ideologi bagi sebuah negara, maka pembinaan
secara terus menerus agar ideologi yang diterimanya semakin mengakar dan
pada gilirannya mampu membimbing masyarakat menuju pemikiran yang
relatif sama.Upaya memahami ideologi bagi suatu bangsa juga dapat
dilakukan melalui pemahaman tentang fungsi ideologi yang dianut oleh
suatu negara.Negara Indonesia sendiri telah memiliki suatu ideologi negara
yaitu Ideologi Pancasila.

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


Jurnal Scientia Indonesia 4(1) 29

Hakekat Pancasila sebagai ideologi negara yaitu pandangan hidup


bangsa dan sebagai dasar negara Indonesia.Pandangan hidup yang dimaksud
adalah sebagai kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya, ketepatan,
dan manfaatnya bagi kehidupan bangsa dan negara.Pancasila dianggap
sebagai nilai yang paling baik dari hasil pemikiran mendalam tentang
kehidupan bagi bangsa Indonesia.Nilai-nilai pancasila dijadikan dasar dan
motivasi dalam segala sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan
nasional.Kelima silanya merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh.
Pancasila juga mempunyai tantangan dalam peranannya sebagai ideologi
terbuka.
Dalam pelaksanaannya pancasila sebagi ideologi terbuka, tentunya
mengalami banyak tantangan dan masalah.Sebagai ideologi terbuka berarti
pancasila dapat menerima dan mengembangkan pemikiran baru dari luar
dapat berinteraksi dengan perkembangan atau perubahan zaman dan
lingkungannya, bersifat demokratis dalam arti membuka diri masuknya
budaya luar dan dapat menampung pengaruh nilai-nilai dari luar yang akan
diinkorporasi untuk memperkaya aneka bentuk dan ragam kehidupan
bermasyarakat Indonesia juga memuat dimensi-dimensi secara
menyeluruh.Pancasila berperan penting sebagai ideologi negara.Pancasila
sebagai ideologi, tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformasi,
dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi pancasila bersifat
aktual, dinamis antisipasif senantiasa mampu menyesuaikan perkembangan
zaman. Pancasila sebagai suatu ideologi yang terbuka memiliki dimensi yaitu
dimensi idealis, dimensi realistis, dan dimensi fleksibilitas. Dalam
pembangunan nasional pancasila juga menjadi paradigma. Dari uraian diatas
muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai Ideologi, Pancasila sebagai ideologi
bangsa Indonesia, yaitu:
1) Apa arti ideologi?
2) Apakah yang dimaksud dari pancasila sebagai ideologi terbuka?
3) Tantangan apa saja terhadap Pancasila sebagai Ideologi negara?

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


30 Febriyanto

4) Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam pancasila sebagai ideologi


terbuka?
5) Apa faktor yang mendorong keterbukaan ideologi Pancasila?
6) Apa itu paradigma?
7) Apa saja peranan pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional?
8) Apa peranan pancasila sebagai ideologi terbuka?

B. Kajian Teori

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila


pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau
pemikiran seseorang atau sekelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi
lain di dunia. Namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-
nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan demikian
ideologi sangat menentukan eksistensi suatu bangsa dan negara. Ideologi
membimbing bangsa dan negara untuk mencapai tujuannya melalui berbagai
realisasi pembangunan. Hal ini disebabkan dalam ideologi terkandung suatu
orientasi praksis. Selain sebagai sumber motivasi ideologi juga merupakan
sumber semangat dalam berbagai kehidupan negara. Arti penting ideologi
bagi bangsa dan negara adalah ideologi diharapkan dapat menjadi pedoman
atau tuntunan perilaku bagi warga masyarakat dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dalam hal ini, pancasila sebagai ideologi bagi bangsa dan
negara diharapkan mampu jadi pedoman dan tuntunan bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dalam berbagai bidang dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Sebagai ideologi negara
berarti bahwa Pancasila merupakan gagasan dasar yang berkenaan gengan
kehidupan negara.Sebagaimana setiap ideologi memiliki konsep mengenai
wujud masyarakat yang dicita-citakan, begitu juga dengan ideologi
Pancasila.Dengan kata lain,semua tatanan kehidupan mayarakat,bangsa dan
negara Indonesia menggunakan pancasila sebagai dasar moral atau norma
dan
Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index
Jurnal Scientia Indonesia 4(1) 31

tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan dan
tingkah laku bangsa Indonesia.Pancasila sebagai dasar negara, maka
mengamalkan dan mengamankan pancasila sebagai dasar negara yang
mempunyai sifat imperatif,artinya setiap warga negara Indonesia harus
tunduk dan taat kepada pancasila dan siapa saja yang melanggar hukum
harus ditindak menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi negara membawakan nilai-nilai tertentu yang
digali dari realitas sosio budaya bangsa Indonesia.Oleh karena itu, maka
ideologi Pancasila membawakan kekhasan tertentu yang membedakannya
dengan ideologi lain.Kekhasan itu adalah keyakinan akan adanya Tuhan
Yang Maha Esa, yang membawa konsekuensi keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Kemudian juga penghargaan akan harkat
dan martabat kemanusiaan, yang diwujudkan dengan penghargaan terhadap
hak azasi manusia dengan memperhatikan prindip keseimbangan antara hak
dan kewajiban.Kekhususan yang lain adalah bahwa ideologi Pancasila
menjunjung persatuan bangsa dengan menempatkan terwujudnya persatuan
bangsa itu di atas kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan.Berikutnya
adalah kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang didasarkan pada
prinsip demokrasi dengan penentuan keputusan bersama yang diupayakan
sejauh mungkin melalui musyawarah untuk mencapai untuk mencapai kata
mufakat.Dan satu hal lagi yaitu keinginan untuk mewujudkan keadilan
dalam kehidupan bersama seluruh masyarakat Indonesia.Jika setiap ideologi
mendasarkan dari pada sistem filsafat tertentu yang berisi pandangan
mengenai apa dan siapa manusia, kebebasan pribadi serta keselarasan hidup
bermasyarakat; ideologi Pancasila mendasarkan diri pada pada sistem
pemikiran filsafat Pancasila, yang ada didalamnya juga mengandung
pemikiran mendasar mengenai hal tersebut.
Peran ideologi negara itu bukan hanya terletak pada aspek legal
formal, melainkan juga harus hadir dalam kehidupan konkret masyarakat itu
sendiri. Beberapa peran konkret Pancasila sebagai ideologi meliputi hal-hal
sebagai berikut :

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


32 Febriyanto

1. Ideologi negara sebagai penuntun warga negara, artinya setiap perilaku


warga negara harus didasarkan pada preskripsi moral. Contohnya, kasus
narkoba yang merebak dikalangan generasi muda menunjukkan bahwa
preskripsi moral ideologi belum disadari kehadirannya. Oleh karena itu,
diperlukan norma-norma penuntut yang lebih jelas, baik dalam bentuk
persuasif, imbauan maupun penjabaran nilainilai Pancasila ke dalam
produk hukum yang memberikan rambu yang jelas dan hukuman yang
setimpal bagi pelanggarnya.
2. Ideologi negara sebagai penolakan terhadap nilai-nilai yang tidak sesuai
dengan sila-sila pancasila. Contohnya, kasus terorisme yang terjadi dalam
bentuk pemaksaan kehendak melalui kekerasan. Hal ini bertentangan
nilai toleransi berkeyakinan, hak-hak asasi manusia, dan semangat
persatuan.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia mengandung nilai-nilai
dan gagasan-gagasan dasar yang dapat dilihat dari sikap, perilaku, dan
kepribadian bangsa Indonesia.Nilai-nilai tersebut bersifat dinamis.Artinya,
upaya pengembangan sesuai dengan perubahan dan tuntunan masyarakat
bukan sesuatu yang tabu sehingga nilai-nilai dasar itu tidak menjadi beku,
kaku, dan melahirkan sifat fanatik yang tidak logis.Atas dasar pemikiran
tersebut, bangsa Indonesia telah menetapkan Pancasila sebagai ideologi
terbuka. Ciri khas ideologi terbuka ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya
tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan
rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri. Dasarnya dari konsensus
masyarakat, tidak diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan dalam
masyarakatnya sendiri. Oleh sebab itu, ideologi terbuka adalah milik dari
semua rakyat dan masyarakat dapat menemukan dirinya di dalamnya.
Ideologi terbuka bukan hanya dapat dibenarkan melainkan dibutuhkan.
Nilai- nilai dasar menurut pandangan negara modern bahwa negara modern
hidup dari nilai-nilai dan sikap-sikap dasarnya.
Keterbukaan ideologi bukan saja merupakan suatu penegasan kembali
dari pola pikir yang dinamis dari para pendiri negara kita dalam tahun 1945
tetapi juga merupakan suatu kebutuhan konseptual dalam dunia modern
yang berubah dengan cepat. Pancasila sebagai ideologi yang tebuka, di satu
pihak
Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index
Jurnal Scientia Indonesia 4(1) 33

akan membangkitkan kesadaran akan nilai-nilai dasarnya yang bersifat


abadi, serta dilain pihak didorong untuk mengembangkannya secara kreatif
dan dinamis untuk menjawab kebutuhan zaman. Pancasila berakar pada
pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa, sehingga memenuhi prasyarat
sebagai suatu ideologi terbuka. Sekalipun suatu ideologi itu bersifat terbuka,
tidak berarti bahwa keterbukaannya adalah sebegitu rupa sehingga dapat
memusnahkan atau meniadakan ideologi itu sendiri, yang merupakan suatu
yang tidak logis. Suatu ideologi sebagai suatu rangkuman gagasan-gagasan
dasar yang terpadu dan bulat tanpa kontradiksi atau saling bertentangan
dalam aspek-aspeknya.

C. Analisis & Pembahasan

Istilah ideologi berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita; dan logos yang berarti ilmu. Ideologi secara
etimologis, artinya ilmu tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran
tentang pengertian dasar (Suprayogi,2019,103). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ideologi didefinisikan sebagai kumpulan konsep bersistem yang
dijadikan atas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan
perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal. Sumber
semangat ideologi terbuka itu sebenarnya terdapat dalam Penjelasan Umum
UUD 1945, yang menyatakan, “ ..terutama bagi negara baru dan negara
muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan
pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu
diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah cara membuatnya,
mengubahnya dan mencabutnya”. Yang dimaksud dengan Pancasila sebagai
ideologi terbuka adalah Pancasila merupakan ideologi yang mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman tanpa pengubahan nilai
dasarnya. Ini bukan berarti bahwa nilai dasar Pancasila dapat diubah dengan
nilai dasar yang lain yang sama artinya dengan meniadakan Pancasila atau
meniadakan identitas/jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi
Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index
34 Febriyanto

terbuka mengandung makna

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


34 Febriyanto

bahwa nilai-nilai dasar Pancasila itu dapat dikembangkan sesuai dengan


dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman
secara kreatif dengan memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan
masyarakat Indonesia sendiri.
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata bersumber dari bahasa Sansekerta, yaitu Panca berarti lima dan
Sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila
lahir sebagai produk kebudayaan Indonesia, sudah teruji sebagai ideologi
terbuka. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor
12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan
yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila merupakan jiwa, kepribadian dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Disamping itu juga telah dibuktikan dengan kenyataan sejarah
bahwa Pancasila merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan, karena
menjadikan bangsa Indonesia bersatu. Dengan adanya persatuan dan
kesatuan tersebut jelas mendorong usaha dalam menegakkan dan
memperjuangkan kemerdekaan. Ini membuktikan dan meyakinkan bahwa
Pancasila sebagai suatu yang harus kita yakini karena cocok bagi bangsa
Indonesia.
Indonesia sebagai bangsa yang besar, keberadaan Pancasila dapat
dikatakan sebagai ideologi terbuka. Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita
dan nilai-nilai yang mendasar, bersifat tetap dan tidak berubah. Pancasila
sebagai Ideologi telah memberi kedudukan yang seimbang kepada manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Ideologi terbuka adalah
ideologi yang dapat berinteraksi dengan ideologi yang lain. Artinya, ideologi
Pancasila telah teruji dapat mengikuti perkembangan yang terjadi pada
negara lain yang memiliki ideologi yang berbeda dengan Pancasila dalam
beberapa aspek kehidupan.
Sebuah ideologi, keberadaan ideologi pancasila dapat dilihat dari
dimensi realitas membawakan nilai-nilai yang mencerminkan realitas

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


Jurnal Scientia Indonesia 4(1) 35

sosiobudaya bangsa Indonesia, dari segi idealitas mampu memberikan


keyakinan akan terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan, dan dari
dimensi fleksibilitas, nilai-nilai yang ada didalamnya dapat dijabarkan secara
kontekstual agar senantiasa dapat menyesuaikan dengan dinamika dan
perkembangan masyarakat. Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat
kaku dan tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini
dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis,
antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan
zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan
aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah
nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya, namun mengeksplisitkan
wawasannya secara lebih kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang
reformatif untuk memecahkan masalahmasalah aktual yang senantiasa
berkembang seiring dengan aspirasi rakyat. Gagasan mengenai pancasila
sebagai ideologi terbuka mulai berkembang sejak tahun 1985. tetapi
semangatnya sudah tumbuh sejak Pancasila itu sendiri ditetapkan sebagai
dasar negara (Emran, 1994:38). Sebagai ideologi, Pancasila menjadi pedoman
dan acuan kita dalam menjalankan aktivitas di segala bidang, sehingga sifatnya
haurs terbuka, luwes dan fleksibel dan tidak tertutup, kaku yang akan
membuatnya ketinggalan jaman. Pancasila telah memenuhi syarat sebagai
ideologi terbuka. Hal ini dibuktikan dari adanya sifat-sifat yang melekat pada
Pancasila maupun kekuatan yang terkandung di dalamnya, yaitu pemenuhan
persyaratan kualitas tiga dimensi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme,
dan dimensi fleksibilitas.
Seiring berjalannya waktu penerapan nilai-nilai pancasila sebagai
ideologi terbuka tentunya pasti banyak tantangan-tantangan yang harus
dihadapi,tantangan-tantangan tersebut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
Faktor internal
1. Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik yang
berorientasi pada kepentingan kelompok atau partai sehingga ideologi
Pancasila sering terabaikan.

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


36 Febriyanto

2. Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) mengakibatkan rendahnya


kepercayaan masyarakat terhadap rezim yang berkuasa sehingga
kepercyaan terhadap ideologi menurut drastis.

Faktor Eksternal
1. Pertarungan ideologi antara negara-negara super power antara
Amerika Serikat dan Uni Soviet antara 1945 sampai 1990 yang berakhir
dengan bubarnya negara Soviet sehingga Amerika menjadi satu-
satunya negara super power.
2. Menguatnya isu kebudayaan global yang ditandai dengan masuknya
berbagai ideologi asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
karena keterbukaan informasi.
3. .Meningkatnya kebutuhan dunia sebagai akibat pertambahan
penduduk dan kemajuan ideologi sehingga terjadi eksploitasi terhadap
sumber daya alam secara matif.

Kalean (2013) berpendapat bahwa Nilai-nilai yang terkandung dalam


ideologi pancasila sebagai ideologi terbuka terbagi menjadi tiga yaitu :
Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Nilai dasar tersebut
adalah merupakan essensi dari sila-sila Pancasila yang sifatnya universal,
sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta nilai-
nilai yang baik dan benar. Sebagai ideologi terbuka nilai dasar inilah yang
bersifat tetap dan oleh karena Pembukaan UUD 1945 juga memuat nilai-nilai
dasar tersebut maka Pembukaan UUD 1945 juga memiliki sifat yang tetap
dan terlekat pada kelangsungan hidup negara, sehingga mengubah
Pembukaan UUD 1945 yang memuat nilai dasar ideologi Pancasila tersebut
sama halnya dengan pembubaran negara. Adapun nilai dasar tersebut
kemudian dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 yang di dalamnya
terkandung lembagalembaga penyelenggara negara, hubungan antar
lembaga penyelenggara negara beserta tugas dan wewenangnya.

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


Jurnal Scientia Indonesia 4(1) 37

Nilai Instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta


lembaga pelaksananya. Nilai instrumental ini merupakan eksplisitasi,
penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar dalam rangka penyesuaian
dalam pelaksanaan nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.
Nilai Praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu
realisasi pengamalan yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam realisasi praksis inilah maka
penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat
dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi) sesuai dengan
perkembangan zaman ilmu pengetahuan dan teknologi serat aspirasi
masyarakat.
Pancasila sebagai ideologi negara yang bersifat terbuka memiliki faktor
pendorong mengapa ideologi pancasila bersifat terbuka, berikut adalah
faktor- faktornya :
1. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika
masyarakat yang berkembang secara cepat.
2. Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan
beku dikarenakan cenderung meredupkan perkembangan dirinya.
3. Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau.
4. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang
bersifat abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis
dalam rangka mencapai tujuan nasional.

Selain menjadi ideologi yang bersifat terbuka Pancasila juga paradigma


dalam pembangunan nasional.Istilah paradigma awalnya dipergunakan
dalam dan berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama dalam
filsafat.secara terminologis, istilah ini dikembangkan oleh Thomas S Khum
dalam bukunya yang berjudul The Structure of scientific Revolution
(1970;49).Paradigma diartikan sebagai asumsi dasar atau asumsi teoritis yang
umum sehingga paradigma merupakan sumber nilai, hukum, dan
metodologi.Sesuai dengan kedudukannya, paradigma memiliki fungsi yang
strategis dalam membangun kerangka berpikir dan penberapannya sehingga

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


38 Febriyanto

setiap ilmu pengetahuan memiliki sifat, ciri, dan karakter yang khas berbeda
dengan ilmu pengetahuan lainnya.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang dan biasa
dipergunakan dalam berbagai bidang kehidupan dan ilmu
pengetahuan.Misalnya, politik, hukum, ekonomi, budaya.Dalam kehidupan
sehari-hari, paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung
pengertian sebagai : sumber nilai, kerangka berpikir, orientasi dasar, sumber
asa, tolak ukur, parameter, serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan,
perubahan, dan proses dalam bidang tertentu, termasuk dalam
pembangunan, gerakan reformasi maupun dalam proses pendidikan.Dengan
demikian, paradigma menempati posisi dan fungsi yang strategis dalam
setiap proses kegiatan.Perencanaan, pelaksanaan, dan hasil-hasilnya dapat
diukur dengan paradigma tertentu yang diyakini kebenarannya.
Berikut ini adalah contoh kasus yang menyerang ideologi Pancasila
Menhan Ingatkan Bahaya Perang Mindset yang Ancam Pancasila
Arief Ikhsanudin – detikNews. Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan)
Ryamizard Ryacudu mengingatkan adanya perang mindset atau pola pikir
yang mengancam negara. Perang itu lebih berbahaya daripada perang
terbuka antar negara dengan militer. Ryamizard menyebut ada tiga ancaman
terhadap negara. Pertama, perang terbuka antarnegara. Kedua, perang
dengan terorisme, bencana alam, dan narkotika. Ketiga, perang mindset.
"Tiga ancaman yang paling berbahaya ancaman (perang) mindset untuk
ubah ideologi Pancasila. Pancasila itu alat pemersatu, kalau pemersatu pecah,
ya pecah negara ini, bangsa ini harus paham," ucap Ryamizard dalam
sambutan simposium 'Perang Mindset Pada Era Keterbukaan Informasi' di
Kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Rabu
(8/5/2019). Ryamizard meminta kepada masyarakat Indonesia untuk
mewaspadai perang pemikiran. Beberapa negara hancur karena ada ideologi
lain yang mengubah ideologi negara tersebut. "Perang mindset itu murah
meriah, tapi jika pihak musuh sudah dapat hancurkan pilar dan sendi dasar
bernegara. Contoh ada beberapa negara karena ideologi dan simbol negara
dirusak oleh ideologi lain. Contoh Uni Soviet, negara kuat, kalau perang
terbuka dua-duanya hancur, tapi

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


Jurnal Scientia Indonesia 4(1) 39

ini hancur sendiri. Kemudian di negara Arab, banyak masyarakat yang


mengungsi," kata Ryamizard. Ryamizard menyebut kelompok yang ingin
ubah ideologi masuk ke kelompok-kelompok masyarakat untuk
memengaruhi pemikiran. Setelah itu, lanjutnya, mereka akan memaksa
masyarakat untuk memberontak melawan negara. "Perang modern akan
pengaruhi untuk belokkan ideologi negara. Operasional ini dengan infiltrasi.
Masuk, infiltrasi, cuci otak, berontak, perang saudara, selesai," katanya.
Sementara itu, Direktur Jendral Potensi Pertahanan, Bondan Tiara Sofyan,
menyebut perang ideologi masuk dalam kategori ancaman nirmiliter atau
non-militer. Ancaman ini harus diantisipasi oleh seluruh kementerian atau
lembaga negara lain. "Potensi kekuatan dalam menghadapi ancaman non-
militer yang berada di kementerian atau lembaga, bertumpu pada kualitas
sumber daya manusia yang memiliki kesadaran bela negara dan
profesionalisme dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya
nasional perlu terus diberdayakan," ucap Bondan dalam keterangannya.
Dari contoh kasus diatas maka perlu menekankan pentingnya pancasila
sebagai ideologi yang benear-benar cocok bagi bangsa Indonesia.Tantangan
itu harus dihadapi bangsa Indonesia dengan tetap berpegang teguh pad nilai-
nilai pancasila.

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka mencapai


masyarakat adil yang berkemakmuran dan makmur yang berkeadilan.
Pembangunan nasional merupakan wujud nyata dalam meningkatkan harkat
dan martabat manusia Indonesia sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan.Secara filosofis, Pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional mengandung konsekuensi yang sangat mendasar.Artinya, setiap
pelaksanaan pembangunan nasional harus didasarkan pada nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila pancasila.Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-
sila pancasila dikembangkan atas dasar ontologis manusia, baik sebagai
makhluk individu maupun sosial.Oleh karena itu, baik buruknya dan logis
tidaknya nilai-nilai

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


40 Febriyanto

dasar pancasila harus dikembalikan kepada kondisi objektif dari masyarakat


Indonesia.Apabila nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila sudah
sesuai atau dapat diterima oleh masyarakat Indonesia (rasional maupun
empiris), maka harus dilaksanakan secara konsekuen.Bahkan,Pancasila harus
dijadikan pedoman dan tolak ukur dalam setiap aktivitas bangsa
Indonesia.Dengan kata lain, Pancasila harus menjadi paradigma perilaku
manusia, termasuk dalam pembangunan nasionalnya.
Pancasila dapat dapat dipergunakan sebagai tolak ukur atau paradigma
pembangunan nasional di barbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
politik dan hukum, ekonomi, hankam, sosio budaya, pendidikan.

1. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Manusia mengguankan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
usaha kreativitas manusia melalui proses akal dan pikirannya.berdasrkan
kreativitas akal dan pikiran manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan manusia mampu mengolah kekayaan alam yang disediakan
oleh Tuhan Yang Maha esa untuk kepentingan kesejahteraaan manusia.
Pada otologisnya berarti hakikat pengetahuan merupakan aktivitas
menusia Indonesia yang tidak mengenal titik henti dalam upayanya
untuk mencari dan menentukan kebenaran dan kenyatan yang dalam
dimensinya sebagai masyarakat.
Pada epistemologisnya bearti pancasila dengan nilai-nilai yang
terkandung dijadikan metode berpikir dalam mengembangnkan ilmu
pengetahuan. Untuk itu perguruan tinggi harus mewujudkan secara
kultural dan struktural dalam tradisi akademis/ilmiah. Dalam artian
kutural yaitu memiliki sikap akademis sebagai pemutahiran ilmu
pengetahuan tanpa batas. Secara struktural artinya perguruan tinggi
harus dipupuk secara demokratis.
2. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Hukum
Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah
konstitusi, yang didalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materi
muatan konstitusi yaitu : (1) adanya perlindungan terhadap HAM, (2)

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


Jurnal Scientia Indonesia 4(1) 41

adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar , dan (3) adanya


pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaran juga mendasar.
Dengan demikian substansi hukum yang dikembangkan harus
merupakan perwujudan atau penjabaran sila-sila yang terkandung dalam
pancasila. Artinya, substansi produk hukum merupakan karakter produk
merupakan karakter produk hukum responsive (untuk kepentingan
rakyat dan merupakan perwujudan aspirasi rakyat).

3. Pancasila Sebagai Supremasi Hukum Dan Perspektif Pengembangan


HAM HAM itu universal, tidak tersekat oleh suku, bangsa, dan
agama, tetapi tatkala HAM dirumuskan dalam UUD, ia menjadi
berbeda-beda menurut ideologi, menurut kultur negara masing-masing.
HAM Indonesia adalah HAM yang berlandaskan pada ideologi
Pancasila. Artinya harus berdasarkan pada bertanggung jawab kepada
Tuahan Yang Maha Esa, mendahulukan kepentingan bangsa dan
negara, diakui/disepakati dan dihormati oleh masyarakat, serta
diimbangi oleh kewajiban-kewajiban
sosial.

4. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Sosila Politik


Dalam sistem politik negara harus mendasarkan kekuasan yang
bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu-makhluk
sosial sebagai rakyat. Maka kekuasaan negara harus mendasrkan pada
asal mula dari rakyat untuk rakyat. Moh. Hatta, menyatakan bahwa
negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa, atas dasar
kemanusiaan yang adil dan beradap. Menurut Moh. Hatta agar
memberikan dasar-dasar moral supaya negara tidak berdasarkan
kekuasaan, oleh karena itu dalam politik negara termasuk para elit politik
dan para penyelenggara negara untuk memegang budi pekerti
kemanusiaan serta memegang teguh cita- cita moral rakyat yang luhur.

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


42 Febriyanto

5. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi


Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih
mengacu pada sila keempat Pancasila: sementara pengembangan
ekonomi mengacu pada pembangunan sistem ekonomi Indonesia.
Dengan demikian sub judul menunjuk pada pembangunan ekonomi
kerakyatan atau pembangunan demokrasi ekonomi atau pembangunan
sistem ekonomi Indonesia atau sistem ekonomi pancasila.
Ekonomi kerakyatan akan mampu mengembangkan program-
program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih
mandiri dan lebih mempu mewujudkan keadilan dan pemerataan
pembangunan daerah. Dalam ekonomi kerakyatan pemerintah pusat
yang demokratis berperan memaksakan pematuhan peraturan-peraturan
yang bersifat melindungi warga atau meningkatkan kapasitas hukum.

6. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Kebudayan Bangsa


Indonesia memiliki beragam kebudayaan bangsa yang menjadikan
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki suku dan kebudayaan
yang terbanyak. Setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda tentu kebudayan ini harus sesuai dengan Pancasila.
Menjaga kebudayaan sebagai salah satu kearifan lokal menjadi tantangan
tersendiri bagi setiap warga negara Indonesia. Terutama bagi generasi
muda yang menjadi penerus tampuk kepemimpinan dari generasi
sebelumnya.
Pengembangan kebudayaan bangsa pada masa reformasi dewasa
ini kita harus mengankat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia
sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Dalam prinsip
etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya nilai-nilai
Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Sesuai dengan sila
keduda “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


Jurnal Scientia Indonesia 4(1) 43

7. Pancasila sebagai Paradigm Pembangunan Pertahanan


Dalam menjaga kedaulatan NKRI pertahanan menjadi kekuatan
utama dalam menjaga setiap jengkal tanah di wilayah NKRI. TNI,
POLISI, dan Rakyat manjadi garda terdepan dalam menjada NKRI.
Kekuatan yang kuat antara TNI, POLISI, dan Rakyat mampu mengatasi
segala persoalan yang ancaman baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Tentu sinergi yang baik akan menjadi kekuatan utama.

Paradigma baru TNI dalam rangka menjadikan Pancasila sebagai


paradigma pembangunan pertahanan adalah berupa :
1. Melaksanakan tugas negara dalam rangka pemberdayaan kelembgaan
fungsional.
2. Kesepakatan bangsa.
3. Berasama-sama komponen strategis bangsa lainnya.
4. Sebagai bagian dari sistem nasional.
5. Melalui pengaturan konstitusional.

D. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal mengenai


pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai ideologi, tidak bersifat kaku dan tertutup, namun
bersifat reformasi, dinamis dan terbuka.
2. Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila sebagai ideologi
terbuka adalah Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis.
3. Pancasila sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka memiliki tiga
dimensi yaitu dimensi idealistis, dimensi normatif, dimensi relistis.
4. Gerakan reformasi memiliki syarat-syarat yaitu adanya suatu
penyimpanganpenyimpangan, suatu cita-cita yang jelas (landasan
ideologis) tertentu yaitu pancasila, reformasi dilakukan dengan berdasar
pada suatu kerangka struktural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai
kerangka acuan reformasi, Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


44 Febriyanto

ke arah kondisi serta keadaan yang lebih baik, Reformasi dilakukan


dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang Berketuhanan
Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Pancasila merupakan kekuatan terakhir bangsa untuk mempertahankan
diri dari perpecahan atau disintegrasi bangsa karena di dalamnya selain
terdapat lima sila juga ada sesanti: Bhineka Tunggal Ika. Dalam hal ini yang
berkewajiban menjaga dan mempertahankan negara dari perpecahan adalah
para generasi muda sebagai penerus bangsa. Sebagai Ideologi terbuka,
Pancasila memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk
selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya,
terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala
bidang. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap
bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dalam ikatan Negara
kesatuan Republik Indonesia. Pancasila yang memelihara nilai-nilai
fundamental mampu mempersatukan berbagai perbedaan Bangsa Indonesia
dan selanjutnya mampu mengantarkan Bangsa Indonesia mencapai tujuan
nasionalnya. Indonesia sebagai bangsa tidak dapat menghindari tantangan
globalisasi, tetapi dengan berpegang pada Pancasila sebagai prinsip
panduannya, Indonesia akan dapat mempertahankan keberadaan dan
identitasnya.

E. Acknowledgments
None

F. Declaration of Conflicting Interests


Authors state there is no conflict of interests in this research and or
publication ot his work.

G. Funding Information
None

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


Jurnal Scientia Indonesia 4(1) 45

H. References

Alex, Lanur. 1995. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka: Problema dan Tantangannya.
Yogyakarta : Kanisius.
Aman. S. 1997. Filsafat Pancasila. Jakarta: Sinar Grafika.
Calam, Ahmad dan Sobirin. 2008. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan
dalam Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jurnal SAINTIKOM. 4
(1): 146154.
http://kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Pancasila%2C+Ideologi+Terb
uka&dn=20160822140159
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/article/view/4595
https://nasional.sindonews.com/read/1289728/15/masyarakat-harus-waspadai-
munculnya-ideologi -pengganti-pancasila-1521043481
https://openlibrary.org/books/OL957116M/Pancasila_sebagai_ideologi_terbuk
a
https://www.academia.edu/29123135/PANCASILA_SEBAGAI_PARADIGMA
_PEMBANGUNAN_NASIONAL
https://www.kompasiana.com/kuni/5500bb58a33311376f512088/membumikan
-pancasila-sebagai-ideologi-terbuka-bangsa
Jacob.1999.Nilai-nilai Pancasila sebagai Orientasi Pengembangan
IPTEK.Yogyakarta :Interskip dosen-dosen Pancasila se-Indonesia.
Jurnal Filsafat Ilmu dan Arah Pengembangan Pancasila : Relevansinya dalam
mengatasi persoalan kebangsaan.
Jurnal Nasional : Nilai-nilai pancasila sebagai falsafah pandangan hidup
bangsa untuk peningkatan kualitas SDM dan pengembangan
lingkungan.
Kalean. 1996. Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan,Paradigma.Jogjakarta.
Kalean. 2000. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Murdiono. 1990. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka. Jakarta BP-7 Pusat Jakarta.
Oetojo Oesman dan Alfian (Eds). 1991. Pancasila sebagai Ideologi Dalam Berbagai
Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP-7
Pusat.
Poespawardojo,Soerjanto.1989.Filsafat Pancasila : Sebuah Pendekatan sosio-
budaya.
Suprayogi. 2019. Pendidikan Pancasila.Semarang: Unnes Press.

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index


46 Febriyanto

This page was inteionally left blank.

Available online at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jsi/index

Anda mungkin juga menyukai