Insisi Kurnia
Insisi Kurnia
Insisi Kurnia
Oleh :
dalam tubuh dan reaksi jaringan yang terjadi pada penjamu terhadap
Tanda klinis dari infeksi adalah kemerahan, bengkak, panas dan nyeri.
Fungsi yang hilang merupakan tanda klinis lain yang juga sering terlihat.
Tanda-tanda yang tidak spesifik lain termasuk demam, takikardi dan juga
dimana 85% sel darah putih yang terlihat pada sediaan hapus darah tepi
2. INFEKSI ODONTOGEN
Infeksi yang berasal atau bersumber dari dalam gigi. Penyebabnya adalah
bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut, yaitu bakteri dalam plak,
dalam sulkus gingiva, dan mukosa mulut. Bakteri yang utama ditemukan
adalah bakteri kokus aerob gram positif, kokus anaerob gram positif dan
gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai jaringan yang lebih dalam melalui
nekrosis pulpa dan poket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi
Lebih dari setengah kasus infeksi odontogen (sekitar 60%) disebabkan oleh
bakteri anaerob.
Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dalam proses ini memiliki enzim aktif yang disebut
mutans memiliki 3 enzim utama yang berperan dalam penyebaran infeksi gigi,
enzim yang bersifat merusak jembatan antar sel, yang pada fase aktifnya
nanti, enzim ini berperan layaknya parang yang digunakan petani untuk
yang sifatnya destruktif, salah satunya adalah enzim hyaluronidase. enzim ini
merusak jembatan antar sel yang terbuat dari jaringan ikat (hyalin/hyaluronat).
Fungsi enzim ini adalah transpor nutrisi antar sel, sebagai jalur komunikasi
antar sel, juga sebagai unsur penyusun dan penguat jaringan. Jika jembatan ini
rusak dalam jumlah besar, kelangsungan hidup jaringan yang tersusun atas
sel-sel dapat terancam. Proses kematian pulpa, salah satu yang bertanggung
jawab adalah enzim dari S.mutans tadi, akibatnya jaringan pulpa mati, dan
tersebut, namun karena kondisi host tidak terlalu baik, dan virulensi bakteri
cukup tinggi akan menciptakan kondisi abses. Selain S.mutans yang merusak
inflamasi dan terapi antibiotika. Tidak hanya proses destruksi oleh S.mutans
dan produksi membran abses saja yang terjadi pada peristiwa pembentukan
abses ini, tetapi ada pembentukan pus oleh bakteri pembuat pus (pyogenik),
salah satunya adalah S.aureus. pus terdiri dari leukosit yang mati (oleh karena
itu pus terlihat putih kekuningan), jaringan nekrotik, dan bakteri dalam jumlah
besar. Secara alamiah, sebenarnya pus yang terkandung dalam rongga tersebut
akan terus berusaha mencari jalan keluar sendiri, namun pada perjalanannya
hingga ke apikal gigi. Infeksi pada jalur ini paling sering terjadi yang
b. Jalur Periodontal
gingiva hingga ke struktur periodontal. Infeksi yang terjadi pada jalur ini
jaringan gingiva yang berada pada sekitar gigi yang belum erupsi
sempurna. Biasanya terdapat pada daerah distal gigi molar 3. pada saat gigi
gigi dan membentuk servikal gigi dengan baik. Namun pada gigi yang
tidak erupsi sempurna, jaringan ini akan menutupi sebagian mahkota gigi.
5. ABSES PERIODONTAL
dimana pasien diharapkan untuk segera mendapatkan perawatan. Hal ini penting
dilakukan, tidak hanya untuk prognosis periodontitis pada gigi yang dipengaruhi,
jaringan periodonsium. Lesi ini disebut juga dengan abses periodontal lateral atau
abses parietal. Abses periodontal diketahui sebagai lesi yang dapat dengan cepat
merusak jaringan periodonsium terjadi selama periode waktu yang terbatas serta
mudah diketahui gejala klinis dan tanda-tandanya seperti akumulasi lokal pus dan
1. Abses gingiva
marginal gingiva atau papila interdental dan merupakan lesi inflamasi akut
yang mungkin timbul dari berbagai faktor, termasuk infeksi plak mikroba,
trauma, dan impaksi benda asing. Gambaran klinisnya merah, licin, kadang-
2. Abses periodontal
dalam menghilangkan kalkulus dan tindakan medis seperti pada pasien setelah
antibiotik sistemik dan akibat dari penyakit rekuren. Abses periodontal yang
perawatan yang tepat dan perawatan preventif yang konsisten, gigi dengan
tahun.
3. Abses perikoronal
operkulum, yang menutupi sebagian erupsi gigi. Keadaan ini paling sering
terjadi pada gigi molar tiga rahang atas dan rahang bawah. Sama halnya
dengan abses gingiva, abses perikoronal dapat disebabkan oleh retensi dari
plak mikroba dan impaksi makanan atau trauma. Gambaran klinis berupa
gingiva berwarna merah terlokalisir, bengkak, lesi yang sakit jika disentuh
dan memungkinkan terbentuknya eksudat purulen, trismus, limfadenopati,
adanya pus, peka terhadap perkusi gigi dan terasa nyeri pada saku, sensitifitas
Abses ini terbentuk setelah penyebaran infeksi yang disebabkan oleh drainase
gejala sangat jelas. Setelah hemeostatis antara host dan infeksi tercapai, pada
pasien hanya sedikit atau tidak terlihat gejalanya. Namun rasa nyeri yang
tumpul akan timbul dengan adanya saku periodontal, inflamasi dan saluran
fistula.
Abses ini bisa terjadi pada pasien diabetes mellitus yang tidak
tidak terawat setelah terapi antibiotik sistemik untuk masalah non oral. Abses
ini juga ditemukan pada pasien multipel eksternal resopsi akar, dimana faktor
a. Terapi Antibiotik
biasanya berasal dari gigi atau jaringan penyangga gigi. Pemberian antibiotic
yang tepat dengan dosis yang memadai harus diperhatikan agar tidak terjadi
penyebaran infeksi yang lebih luas terutama kearah obstruksi jalan nafas.
memiliki cakupan pada bakteri gram positif, gram aerob, negative, dan
anaerob.
scapel). Drainase adalah tindakan eksplorasi pada fascial space yang terlibat
drain, untuk mencegah menutupnya luka insisi sebelum drainase pus tuntas.
7. INSISI
Tindakan insisi dilakukan untuk mencegah abses meluas ke spasoa yang lain dan
secara spontan, maka resiko terjadinya scar lebih tinggi terutama pada daerah
Tindakan ini dilakukan apabila secara klinis terdapat fluktuasi pada daerah
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah secara bergantian pada daerah
Abses pada spasia profunda, dapat dilakukan drainase pus apabila dalam
pembuatan jalan keluar (drainase) pus yang terbentuk. Hal ini dikarenakan
lebih luas akan menyebabkan perawatan yang lebih kompleks. Abses tersebut
dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas. Kondisi sepsis pada pasien abses
seluruh tubuh.
Oleh karena itu tidak ada kontraindikasi untuk penanganan insisi drainase
2) Arah insisi pada daerah ekstraoral harus mengikuti arah garis Langer’s
saraf dibawahnya
4) Diseksi tumpul pada kavitas dilakukan ke segala arah agar pus dapat
5) Pemasangan drain dapat dilakukan apabila area cukup luas, hal ini
6) Fiksasi drain dengan jahitan dan segera melepas drain apabila drainase
sudah minimal.
d. Persiapan sebelum tindakan insisi abses
kesehatanumum pasien
fokus infeksi penyebab abses dan luas area abses untuk menentukan
posisi insisi.
diagnosia
4) Klem bengkok
5) Needle holder
6) Pinset chirurgis
8) Drain karet
3) Insisi dilakukan pada titik terendah dari akumulasi pus dengan tujuan
5) Setelah pus yang keluar sudah minimal, dilakukan irigasi kavitas abses
h. Terapi penunjang
Pasien yang mengalami abses karena penyebaran infeksinya, kemungkinan
besar juga mengalami penurunan daya tahan tubuh. Sehingga perawatan kasus
abses tidak hanya dengan drainase dan eliminasi faktor penyebab,namun juga
peningkatan sistem imun dari pasien. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan
adalah :
2) Pemberian multivitamin
tubuh
4) Istirahat cukup
Roda RP., Bagan JV, et all. Antibiotic use in dental practice. A review. Med Oral
Sawair., FA, Shayyab., MH. Prevalence and clinical characteristics of tori and jaw
1562.